Ayat
Terjemahan Per Kata
وَفُرُشٖ
dan hamparan/kasur-kasur
مَّرۡفُوعَةٍ
ditinggikan/tebal empuk
وَفُرُشٖ
dan hamparan/kasur-kasur
مَّرۡفُوعَةٍ
ditinggikan/tebal empuk
Terjemahan
dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Tafsir
(Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk) yang diletakkan di atas dipan-dipan.
Tafsir Surat Al-Waqi'ah: 27-40
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak terhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya usianya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) golongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.
Setelah Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan perihal orang-orang yang terdahulu dan pahala yang mereka terima, yaitu orang-orang yang didekatkan kepada-Nya. berikutnya Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perihal Ashabul yamin (golongan kanan), mereka adalah orang-orang yang berbakti (takwa). Menurut Maimun ibnu Mahra'n, kedudukan golongan kanan berada di bawah kedudukan orang-orang yang didekatkan kepada-Nya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Al-Waqi'ah:27) Maksudnya, siapakah golongan kanan itu dan keadaan mereka, serta bagaimanakah tempat kembali mereka? Kemudian ditafsirkan oleh firman selanjutnya: Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. (Al-Waqi'ah: 28) Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Abul Ahwas, Qisainah ibnu Zuhair, As-Safar ibnu Qais. Al-Hasan, Qatadah, Abdullah ibnu Kasir, As-Suddi, dan Abu Hirzah serta lain-lainnya mengatakan bahwa pohon tersebut tidak ada durinya.
Dan menurut Ibnu Abbas adalah pohon bidara yang dipenuhi dengan buahnya, ini menurut riwayat Ikrimah dan Mujahid. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Qatadah, bahwa kami selalu membicarakannya, bahwa pohon bidara tersebut rindang buahnya dan tidak berduri (berbeda dengan pohon bidara yang ada di bumi). Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa kalau pohon bidara di dunia penuh dengan duri dan sedikit buahnya, tetapi di akhirat sebaliknya, tidak berduri dan banyak buahnya yang membuat pohonnya terasa berat dengan buah-buah yang dikeluarkannya.
Al-Hafidzh Abu Bakar alias Ahmad ibnu Salman An-Najjar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Sulaim ibnu Amir yang mengatakan bahwa dahulu para sahabat Rasulullah ﷺ mengatakan, "Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan manfaat kepada kita dengan kebiasaan orang-orang badui dan permasalahannya." Pada suatu hari datanglah seorang Arab Badui, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan bahwa di dalam surga terdapat sebuah pohon, yang dapat menyakiti pemiliknya." Maka Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Pohon apakah yang dimaksud?" Orang Badui menjawab, "Pohon bidara, sesungguhnya pohon bidara itu banyak durinya lagi menyakitkan." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, "Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri" (Al-Waqi'ah: 28). Allah telah melenyapkan semua durinya dan menggantikan setiap durinya dengan buah, maka sesungguhnya pohon bidara surga itu menghasilkan banyak buah; tiap buah darinya menghasilkan tujuh puluh dua rasa buah yang tiada suatu rasa pun yang mirip dengan yang lainnya.
Jalur lain. Abu Bakar ibnu Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mubarak, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepadaku Saur ibnu Yazid, telah menceritakan kepadaku Habib ibnu Ubaid, dari Atabah ibnu Abdus Salma yang menceritakan bahwa ketika ia sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datanglah seorang Badui, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku pernah mendengar engkau menceritakan tentang surga, bahwa di dalamnya terdapat suatu pohon yang sepengetahuanku pohon itu paling banyak durinya," maksudnya pohon bidara.
Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya Allah telah menggantikan tiap duri itu dengan buah seperti pelir kambing gunung yang gemuk, pada tiap buah terdapat tujuh puluh macam rasa yang satu sama lainnya tidak serupa (tidak sama rasanya). firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29) Talh, nama sebuah pohon besar yang banyak didapat di tanah Hijaz termasuk kelompok pohon 'idah. Bentuk tunggalnya talhah, pohon ini terkenal banyak durinya. Ibnu Jarir mendendangkan sebuah syair yang biasa diucapkan oleh para penyair Badui untuk memberi semangat kepada unta-untanya agar berjalan cepat:
Penunjuk jalan menyampaikan berita gembira kepadanya dengan mengatakan, "Besok kamu akan melihat banyak pohon talh dan gunung-gunung. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29) Yakni buahnya bersusun-susun. Ia mengingatkan hal ini kepada orang-orang Quraisy karena mereka merasa kagum dengan pohon yang besar yang rindang naungannya seperti pohon talh dan pohon bidara. As-Suddi mengatakan bahwa mandud artinya berantai. Ibnu Abbas mengatakan bahwa pohon talh tersebut mirip dengan pohon talh yang ada di dunia, tetapi buahnya lebih manis daripada madu.
Al-Jauhari mengatakan bahwa talh menurut istilah bahasa sama dengan tala'. Menurut hemat kami. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Al-Hasan ibnu Sa'd, dari seorang syaikh, dari Hamdan yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ali mengatakan sehubungan dengan dialek yang menyebutkan bahwa talhin mandud artinya sama dengan tal'un mandul. Berdasarkan pengertian ini berarti kalimat ini merupakan sifat dari pohon bidara tersebut. Seakan-akan sifat dari pohon bidara itu telah dilenyapkan semua durinya dan bahwa mayangnya bersusun-susun, yakni banyak buahnya: hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Idris, dari Ja'far ibnu Iyas, dari Abu Nadrah. dari Abu Said sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29) Bahwa pohon tersebut adalah pohon pisang. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Abu Hurairah. Al-Hasan, Ikrimah Qisamah ibnu Zuhair, Qatadah, dan Abu Hirzah.
Hal yang semisal telah dikatakan oleh Mujahid dan Ibnu Zaid. Disebutkan bahwa penduduk Yaman menamakan pisang dengan sebutan talh, tetapi Ibnu Jarir tidak meriwayatkan pendapat lainnya kecuali hanya pendapat ini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad. dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang menyampaikannya dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, bila seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun, ia masih belum menempuhnya.
Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui Al-A'raj dengan sanad yang sama. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Abdur Rahman ibnu Abu Umrah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun untuk menempuh naungannya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadits Al-A'raj dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, dari Muhammad ibnu Sufyan, dari Falih dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar. dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Ziad, dari Abu Hurairah dan Al-Al-Laits ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah; sedangkan Auf meriwayatkannya dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Hajjaj. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Adh-Dhahhak menceritakan hadits berikut dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ. bahwa beliau ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya memerlukan waktu tujuh puluh atau seratus tahun. Pohon itu adalah pohon Khuldi. Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum menempuh (seluruhnya).
Bacalah oleh kalian jika kalian sukafirman Allah subhanahu wa ta’ala berikut, "Dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah:30) Sanad hadits berpredikat jayyid, tetapi mereka (Ahlus Sunan) tidak mengetengahkannya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. dari Abu Kuraib, dari Abdah dan Abdur Rahim serta Al-Bukhari, semuanya dari Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadits Abdur Rahim ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Ziad maula Bani Makhzum.
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun untuk menempuh naungannya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Maka sampailah hal ini kepada Ka'b, lalu Ka'b berkata, "Demi Tuhan yang telah menurunkan Taurat kepada Musa dan Al-Qur'an kepada Muhammad, dia benar.
Seandainya seorang lelaki mengendarai unta hiqqah atau jaz'ah, lalu mengelilingi bagian atas (naungan) pohon itu, niscaya masih belum dapat mengelilinginya karena keburu pikun (tua renta). Sesungguhnya Allah telah menanamnya sendiri dengan tangan-Nya dan telah meniupkan ke dalamnya sebagian dari ruh (ciptaan)-Nya. Dan sesungguhnya naungannya untuk orang-orang yang ada di balik tembok surga, dan tidak ada sebuah sungai pun di dalam surga melainkan bersumber dari akar pohon tersebut." Al-Hafidzh Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Minhal yang tuna netra, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnuZurai', dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah.
dari Anas, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Maka Nabi ﷺ bersabda: Di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, dari Rauh ibnu Abdul Mu'in, dari Yazid ibnu Zurai'. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Dawud At-Tayalisi, dari Imran ibnu Daud Al-Qattan, dari Qatadah dengan sanad yang sama. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ma'mar dan Abu Hilal, dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan melalui hadits Abu Sa'id dan Sahl ibnu Sa'id, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya. Hadits ini telah terbukti dari Rasulullah ﷺ, bahkan mencapai predikat mutawatir yang dipastikan kesahihannya di kalangan para imam ahli hadits dan kritik sanad, karena jalur-jalurnya beraneka ragam dan sanadnya kuat serta para perawinya berpredikat siqah.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Abu Husain yang mengatakan bahwa kami berada di salah satu pintu gerbang di suatu tempat, saat itu kami bersama Abu Saleh dan Syaqiq Ad-Dabbi. Abu Saleh mengatakan, telah menceritakan kepadanya Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya memerlukan waktu tujuh puluh tahun.
Lalu Abu Saleh bertanya, "Apakah Abu Hurairah berdusta?" Maka Syaqiq menjawab. Aku tidak mendustakan Abu Hurairah, tetapi aku mendustakan engkau." Maka peristiwa tersebut dirasakan oleh para qurra sangat berat. Menurut hemat kami, sesungguhnya batillah orang yang mendustakan hadits ini mengingat kesahihannya telah terbuktikan dan predikat rafa'-nya sampai kepada Rasulullah ﷺ sudah jelas. Imam At-Tirmidzi mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnul Hasan ibnul Furat Al-Qazzaz, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada suatu pohonpun di dalam surga, melainkan batangnya dari emas Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, dari Zam'ah ibnu Saleh, dari Salamah ibnu Wahram, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa naungan yang membentang luas ialah sebuah pohon di dalam surga yang naungannya bila dikelilingi oleh seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa ahli surgayaitu ahli surga yang berada di tempat-tempat yang tinggi keluar menuju pohon itu; begitu pula penduduk surga lainnya, lalu mereka berkumpul di bawah naungannya sambil berbincang-bincang. Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka teringat akan hiburan musik di dunia dan menginginkannya. Maka Allah mengirimkan angin dari surga dan menerpa pohon itu, lalu dari suara dedaunannya timbullah semua irama musik di dunia.
Atsar ini gharib, tetapi sanadnya jayyid, kuat lagi baik. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Abu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimnn sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) bahwa untuk menempuhnya sama dengan perjalanan tujuh puluh ribu tahun.
Hal yang semisal diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari Sufyan dengan lafal yang semisal. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas," maka ia mengatakan sama dengan jarak perjalanan lima ratus ribu tahun.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Nafi', dafi Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Bahwa di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya. Auf telah meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa telah sampai kepadanya suatu berita yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum menempuhnya.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Syabib telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di dalam surga ada sebuah pohon yang tidak ditopang dan dijadikan sebagai naungan, ini menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Adh-Dhahhak, As-Suddi, dan Abu Hirzah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Yakni naungan yang tidak pernah terputus, di dalam surga tiada mentari dan tiada panas, kesegaran udaranya seperti sebelum munculnya fajar.
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa udara surga sedang, sebagaimana udara di antara terbitnya fajar hingga terbitnya matahari. Telah disebutkan pula ayat-ayat yang semakna, seperti firman-Nya: dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. (An-Nisa: 57) buahnya tak henti-hentinya dan naungannya (demikian pula). (Ar-Ra'd:35) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. (Al-Mursalat: 41) Dan masih banyak ayat lainnya yang semakna. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan air yang tercurah. (Al-Waqi'ah: 31) Ats-Tsauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah air yang mengalir bukan dari parit, yakni luapannya.
Pembahasan mengenai hal ini telah dikemukakan dalam tafsir firman Allah subhanahu wa ta’ala: di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya. (Muhammad: 15), hingga akhir ayat. Jadi, tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqiah: 32-33) Yakni pada mereka terdapat buah-buahan yang banyak lagi beraneka ragam warnanya yang termasuk di antara apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.
Dalam ayat lain disebutkan sebagai berikut, menggambarkan keadaan mereka dan buah-buahan yang mereka makan: Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. mereka mengatakan, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa. (Al-Baqarah: 25) Yaitu bentuk dan rupanya satu sama lainnya sama, tetapi rasanya berbeda-beda. Di dalam kitab Shahihain ada hadits yang menceritakan tentang Sidratul Muntaha, yang antara lain disebutkan bahwa ternyata dedaunannya sebesar-besar telinga gajah, dan buahnya seperti gentong buatan negeri Hajar.
Di dalam kitab Shahihain telah disebutkan pula melalui hadits Malik, dari Zaid, dari ‘Atha’ ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari mengalami gerhana, lalu Rasulullah ﷺ melakukan shalat gerhana dan orang-orang bermakmum kepadanya. Kemudian disebutkan perihal shalat Rasulullah ﷺ, antara lain mereka bertanya, ''Wahai Rasulullah, kami melihat engkau mengambil sesuatu di tempat salatmu ini, kemudian kami melihat engkau mundur." Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berusaha untuk memetik setangkai buah anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, niscaya kalian dapat memakannya selama dunia ini masih berputar.
Al-Hafidzh Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika kami sedang melakukan shalat Lohor, tiba-tiba Rasulullah ﷺ maju, maka kami pun ikut maju bersamanya. Kemudian beliau seakan-akan meraih sesuatu yang hendak dipetiknya, tetapi beliau mundur kembali. Setelah shalat selesai. Ubay ibnu Ka'b bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, di hari ini engkau melakukan dalam salatmu suatu perbuatan yang tidak pernah engkau kerjakan sebelumnya." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya ditampakkan kepadaku surga dan semua perhiasan dan keindahannya, maka aku bermaksud memetik setangkai buah anggur darinya untuk kalian, tetapi ternyata ada penghalang antara aku dan buah anggur itu.
Sekiranya aku dapat mendatangkannya kepada kalian, tentulah dapat memakannya semua orang yang ada di antara langit dan bumi, sedangkan setangkai buah anggur surga itu tidak berkurang sedikit pun. Imam Muslim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui hadits Abuz Zubairdan Jabir. " Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Yahya ibnu Abu Kasir, dari Amir ibnu Zaid Al-Bakkali, bahwa ia mendengar Atabah ibnu Abdus Salma mengatakan bahwa pernah seorang Badui datang kepada Rasulullah ﷺ dan menanyakan kepada beliau tentang telaga dan gambaran tentang surga, dan orang Badui itu bertanya pula, "Apakah di dalam surga terdapat buah-buahan?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, dan di dalam surga terdapat sebuah pohon yang diberi nama tuba." Lalu Rasulullah ﷺ menyebutkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh lelaki Badui itu, maka ia bertanya, "Manakah di antara pepohonan tanah kami yang serupa dengannya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Tiada suatu pohon negerimu yang mirip dengan pohon surga." Nabi ﷺ balik bertanya, "Sudah pernahkah kamu ke negeri Syam?" Lelaki Badui itu menjawab, "Belum." Nabi ﷺ bersabda, "Pohon tuba itu mirip dengan sebuah pohon yang ada di negeri Syam yang dikenal dengan nama pohon al-juzah.
Pohon itu tumbuh pada satu batang, tetapi bagian atasnya rindang." Lelaki badui itu bertanya, "Seberapa besarkah satu tangkai buah darinya?" Nabi ﷺ menjawab, "Sama dengan jarak perjalanan yang ditempuh oleh burung gagak yang berbulu belang selama satu bulan penuh tanpa berhenti." Lelaki Badui itu bertanya, "Seberapakah besar batangnya?" Nabi ﷺ menjawab, "Sekiranya engkau larikan seekor unta jaz'ah milik kaummu untuk mengelilingi batang pohon itu. niscaya masih belum dapat mengelilinginya sampai tenggorokannya terputus karena terlalu tua." Lelaki Badui itu bertanya, "Apakah di dalam surga terdapat pohon anggur?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Lelaki Badui bertanya, "Seperti apakah besarnya buah anggur surga itu?" Nabi ﷺ balik bertanya, "Apakah ayahmu pernah menyembelih pejantan yang paling besar dari ternak kambingnya?" Lelaki Badui menjawab, "Ya."Nabi ﷺ bersabda, "Lalu ia mengulitinya dan memberikan kulitnya kepada ibumu seraya berkata, 'Buatlah timba air dari kulit ini untuk kita'." Lelaki Badui itu mengerti apa yang dimaksud oleh Nabi ﷺ, lalu ia berkata memberi komentar, "Bila sebesar itu, berarti satu biji buah anggur benar-benar dapat membuat aku kenyang berikut seluruh ahli baitku." Nabi ﷺ bersabda, "Benar, dan juga seluruh handai tolanmu." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi'ah: 33) Yakni tidak pernah terputus, baik di musim dingin maupun di musim panas, bahkan buahnya selalu ada selamanya.
Manakala mereka menginginkannya, buah-buahan surga selalu ada dan mereka dapat menjumpainya, tiada suatu buah pun yang menolak terhadap mereka berkat kekuasaan Allah. Qatadah mengatakan bahwa tiada yang mencegah mereka dari memetiknya, baik itu ranting, duri, ataupun jarak yang jauh. Dalam hadits terdahulu telah disebutkan bahwa apabila seseorang memetik buah, maka saat itu juga dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah lain yang baru.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi'ah: 34) Yaitu yang tebal, empuk, lagi lembut. Imam An-Nasai dan Abu Isa At-At-Tirmidzi mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Rasyidin ibnu Sad, dari Umar ibnul Haris, dari Darij, dari Abul Hais'am, dari Abu Sa'id, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi'ah: 34) Bahwa ketebalannya sama dengan jarak antara langit dan bumi, dan jarak antara keduanya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.
Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui Rasyidin ibnu Sa'd. Sebagian ahlul 'ilmi mengatakan bahwa makna hadits ini menunjukkan tingginya tingkatan-tingkatan kasur-kasur tersebut dan jarak antara dua tingkatan sama dengan jarak antara langit dan bumi. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa sesungguhnya tiada yang mengenal ini, melainkan hanya melalui riwayat Rasyidin ibnu Sa'd; dia adalah seorang dari Mesir yang berpredikat dha’if.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir, dari Kuraib, dari Rasyidin dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula hadits ini yang keduanya dari Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb. dari Umar ibnul Haris, lalu disebutkan hal yang semisal. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim, dariNa'im ibnu Hammad, dari Ibnu Wahb, dan Ad-Diya telah mengetengahkannya di dalam Sifatul Jannah melalui hadits Harmalah, dari Ibnu Wahb dengan sanad dan lafal yang semisal.
Imam Ahmad meriwayatkannya dari Hasan, dari Musa, dari Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, lalu disebutkan hal yang semisal. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah. dari Juwaibir, dari Abu Sahl alias Kasir ibnu Ziad, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi"ah: 34) Bahwa makna yang dimaksud menggambarkan tentang ketinggian kasur seseorang dari ahli surga yang sama dengan jarak perjalanan delapan puluh tahun.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 35-38) Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala: . (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan. (Shad: 31 -32) Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafal tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).
Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi'ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan. Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqiah: 22-23) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.
Sebagian ulama mengatakan bahwa makna 'urban ialah manja. Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Beliau ﷺ bersabda: Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu. Imam At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadits ini, kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib, Musa dan Yazid keduanya dha’if. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.
Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.
[: 22] [: 23] [:70] [: 49] Abul Qasim Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli' (Al-Waqi'ah:22)." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.
Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: 'laksana mutiara yang tersimpan baik' (Al-Waqi'ah: 23)." Nabi ﷺ menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan. Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik' (Ar-Rahman: 70)." Maka beliau ﷺ menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik. Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik' (Ash-Shaffat: 49)." Nabi ﷺ menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya. Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Nabi ﷺ menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda).
Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?" Rasulullah ﷺ menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian?" Beliau ﷺ menjawab: "Berkat shalat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya.
Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami. Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?" Rasulullah ﷺ menjawab: wahai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya.
Maka ia akan berkala.Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat. Di dalam hadits tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya." Dan tersebutlah bahwa Rasulullah ﷺ sehubungan dengan hal ini bersabda: Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka.
Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara.
Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut.
Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan perawan. Penisnya tidak pernah mengendur dan vaginanya tidak pernah merasa sakit, hanya saja persetubuhan itu tidak mengeluarkan air mani dari kedua belah pihak. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara memanggil yang mengatakan, "Sesungguhnya Kami mengetahui kamu tidak pernah merasa bosan darinya dan dia tidak merasa bosan pula darimu, hanya saja kamu masih mempunyai istri-istri lain selain dia." Maka untuk itu ia keluar dan mendatangi mereka seorang demi seorang, setiap kali ia mendatangi seseorang dari mereka, istri yang didatanginya mengatakan.Demi Allah, tiada di dalam surga ini sesuatu pun yang lebih tampan daripada kamu.
dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai selain kamu." Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris. dari Darij, dari Abu Hujairah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ, bahwa Abu Hurairah pernah bertanya, "Apakah kita bersetubuh di dalam surga?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dengan dorongan yang kuat dan kuat sekali, manakala ia berdiri darinya (lalu mengulanginya), ia menjumpainya dalam keadaan perawan kembali seperti semula.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Jabir Al-Faqih Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik Ad-Daqiqi Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Ma'la ibnu Abdur Rahman Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari ‘Ashim Al-Ahwal, dari Abul Mutawakkil, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga itu setiap kali menyetubuhi istri-istri mereka, dia menjumpainya dalam keadaan perawan. Abu Dawud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran, dari Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Seorang mukmin di dalam surga diberi kekuatan sebanyak anu dan anu terhadap wanita.
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia kuat melakukannya? Rasulullah ﷺ menjawab, Dia diberi kekuatan seratus kali lipat. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadits Abu Dawud, dan ia mengatakan bahwa hadits ini shahih gharib. Abul Qasim At-Ath-Thabarani telah meriwayatkan melalui hadits Husain ibnu Ali Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah kita dapat menyetubuhi istri-istri kita di dalam surga?" Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar setiap harinya dapat menggauli seratus orang perawan. Al-Hafidzh Abu Abdullah Al-Maqdisi mengatakan bahwa hadits ini menurut hemat saya dengan syarat disebutkan di dalam kitab shahih; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: penuh cinta. (Al-Waqi'ah: 37) Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah dicintai oleh suami-suami mereka, tidakkah engkau lihat unta yang cepat larinya, maka bidadari itu sama sepertinya (yakni disukai oleh pemiliknya). Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al-'urb artinya mencintai suami-suami mereka dan suami-suami mereka mencintai mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdullah ibnu Sarjis.
Mujahid, Ikrimah, Abul Aliyah, Yahya ibnu Abu Kasir, Atiyyah, Al-Hasan. Qatadah, Adh-Dhahhak, dan lain-lainnya. Saur ibnu Yazid telah meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya tentang makna firman-Nya: penuh cinta. (Al-Waqi'ah: 37) Yakni sangat mencintai suaminya. Syu'bah telah meriwayatkan dari Sammak, dari Ikrimah, bahwa makna yang dimaksud ialah manja kepada suaminya. Al-Ahlaj ibnu Abdullah telah meriwayatkan dari Ikrimah.
bahwa makna yang dimaksud ialah manja. Saleh ibnu Hassan telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Buraidah sehubungan dengan makna firman-Nya: penuh cinta. (Al-Waqi'ah: 37) artinya syakilah menurut dialek penduduk Mekah dan ganjah menurut dialek penduduk Madinah. Artinya sama, yaitu manja. Menurut Tamim ibnu Hazlam, makna yang dimaksud ialah wanita yang bersikap baik kepada suaminya. Zaid ibnu Aslam dan anaknya (yaitu Abdur Rahman) mengatakan bahwa al-'urb artinya baik dan indah tutur katanya.
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Sahl ibnu Usman Al-Askari. bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ali, dari Ja'far ibnu Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: 'Urban artinya pembicaraan mereka memakai bahasa Arab. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah usia mereka sama tiga puluh tiga tahun. Mujahid mengatakan bahwa al-atrab artinya rata sebaya, dan menurut riwayat lain yang bersumber darinya semuanya berusia sama.
Atiyyah mengatakan sepantar. As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Yaitu akhlak mereka di antara sesamanya rukun dan damai, tiada permusuhan dan tidak ada rasa dengki atau iri hati di antara sesama mereka. Tidak sebagaimana halnya apa yang terjadi di antara para madu di dunia ini, yakni saling bermusuhan dan saling bersaing. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Abdullah ibnul Kahf, dari Al-Hasan dan Muhammad sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Keduanya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah mereka berusia sebaya dan semuanya hidup dengan rukun dan main bersama-sama.
Abu Isa At-At-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Mani', dari Abu Mu'awiyah, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd. dari Ali yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat tempat pertemuan bagi para bidadari yang bermatajeli, mereka bernyanyi dengan suara merdu yang oleh semua makhluk belum pernah terdengar suara semerdu suara mereka. Mereka mengatakan, "Kami wanita-wanita yang kekal dan tidak akan binasa, kami wanita-wanita yang hidup senang dan tidak akan sengsara, kami wanita-wanita yang hidup puas dan tidak akan marah, maka beruntunglah bagi orang yang kami adalah istrinya dan dia adalah suami kami.
Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib. Al-Hafidzh Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi-b, dari Fulan alias Abdullah ibnu Rafi', dari salah seorang putra Anas ibnu Malik, dari Anas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jeli itu benar-benar bernyanyi di dalam surga seraya mengatakan, "Kami adalah wanita-wanita yang baik-baik lagi cantik-cantik yang disimpan untuk suami-suami yang mulia.
Aku berkata kepada Ismail ibnu Umar, bahwa Abul Munzir ini adalah salah seorang yang berpredikat siqat lagi sabat. Hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Abdur Rahim ibnu Ibrahim yang dijuluki dengan sebutan Dahim, dari Abu Abu Fudaik, dari Ibnu AbuZ'ib, dari Aun ibnul Khattab ibnu Abdullah ibnu Rafi', dari salah seorang anak Anas, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya bidadari-bidadari yang bermata jeli itu bernyanyi di dalam surga, "Kami adalah bidadari bermata jeli yang cantik-cantik diciptakan untuk suami-suami yang mulia.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 38) Yakni kami diciptakan untuk golongan kanan, atau disimpan untuk golongan kanan, atau dikawinkan untuk golongan kanan. Yang jelas ayat ini berkaitan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 35-38) Dengan demikian, berarti artinya ialah Kami ciptakan mereka untuk golongan kanan. Ini menurut alasan yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir.
Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahullah menurut suatu riwayat yang bersumber darinya menyebutkan bahwa ia shalat di suatu malam, lalu duduk berdoa, sedangkan malam itu cuacanya sangat dingin, hingga ia terpaksa berdoa hanya dengan satu tangan. Lalu rasa kantuk menyerangnya hingga ia tertidur. Dalam tidurnya ia melihat bidadari yang bermata jeli yang kecantikannya tiada taranya, sedangkan ia mengatakan kepadanya, "Wahai Abu Sulaiman, tegakah engkau berdoa kepada Allah hanya dengan satu tangan, sedangkan aku telah hidup dalam kenikmatan sejak lima ratus tahun yang lalu untukmu." Menurut hemat saya, barangkali firman-Nya: untuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 38) berkaitan dengan firman-Nya: lagi sebaya umurnya dengan golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 37-38) Yakni mereka dan suami-suami mereka dari golongan kanan sebaya usianya.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim melalui hadits Jarir. dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Dzar'ah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Rombongan yang pertama masuk surga rupa mereka seperti rembulan di malam purnama, dan orang-orang yang sesudah mereka rupanya seperti bintang yang paling kuat cahayanya di langit. Mereka tidak buang air kecil dan air besar, dan tidak meludah serta tidak pula mengeluarkan ingus.
Sisir mereka dari emas dan keringat mereka adalah minyak kesturi, pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah (yang sangat harum baunya), dan istri-istri mereka adalah bidadari yang bermata jeli. Akhlak mereka sama dengan akhlak satu orang (yakni sama), sedangkan rupa mereka seperti bapak moyang mereka Adam dengan tinggi enam puluh hasta menjulang ke langit. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun dan Affan, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah.
Imam Ath-Thabarani telah meriwayatkan yang lafal hadits berikut menurut yang ada padanya melalui hadits Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ahli surga masuk ke dalam surga dalam keadaan tidak berpakaian, tampan, berkulit putih, berambut keriting, lagi bercelak mata dalam usia tiga puluh tiga tahun, bentuk mereka seperti bentuk bapak moyang mereka Adam dengan tinggi enam puluh hasta dan ketebalan tubuh tujuh hasta. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan melalui Abu Dawud At-Tayalisi, dari Imran Al-Qattan, dari Qatadah dan Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam, dari Mu'az ibnu Jabal, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ahli surga masuk ke dalam surga dalam keadaan tidak berpakaian, dengan penampilan yang tampan lagi bercelak mata semuanya berusia tiga puluh tiga tahun.
Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Darij alias Abus Saman pernah menceritakan hadits ini dari Abul Hais'am, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang mati sebagai calon penghuni surga, baik dalam usia masih muda atau sudah tua, semuanya dijadikan berusia tiga puluh tiga tahun di dalam surganya, usia mereka tidak bertambah untuk selama-lamanya; demikian pula keadaan ahli neraka.
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits ini dari Suwaid ibnu Nasr, dari Ibnul Mubarak, dari Rasyidin ibnu Sa'd, dari Amr ibnul Haris dengan sanad yang sama. Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim ibnu Hasyim, telah menceritakan kepada kamiSafwan ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnul Jarrah Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Harun ibnu Zi'ab, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Ahli surga masuk ke dalam surga dengan tinggi badan seperti Adam.
yaitu enam puluh hasta dengan ukuran hasta malaikat, ketampanannya seperti Yusuf, usianya seperti Isa yaitu tiga puluh tiga tahun, dan bahasanya seperti Muhammad (bahasa Arab), dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berjenggot, lagi bercetak mata. Abu Bakar ibnu Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalid dan Abbas ibnul Walid. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar, dari Al-Auza'i, dari Harun ibnu Zi'ab, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ahli surga dibangkitkan dalam rupa seperti Adam dan usia seperti Isa, yaitu tiga puluh tiga tahun, dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berjenggot, dan bercetak mata.
Kemudian mereka diberangkatkan menuju ke sebuah pohon di dalam surga, lalu mereka mengenakan pakaian darinya, pakaian mereka tidak akan rusak dan usia muda mereka tidak akan lenyap. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: . (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Yakni segolongan dari orang-orang dahulu dan segolongan dari orang-orang terkemudian.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakkar, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah. dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu sebagian dari mereka (sahabat) menerima hadits dari sebagian yang lainnya.
Disebutkan bahwa pada suatu malam kami dijamu oleh Rasulullah ﷺ, kemudian pada pagi harinya kami kembali kepada beliau ﷺ, lalu beliau ﷺ bersabda: bahwa tadi malam ditampilkan kepada beliau (dalam mimpinya) para nabi dan para pengikutnya berikut semua umatnya masing-masing. Maka lewatlah di hadapan beliau seorang nabi yang diikuti oleh segolongan manusia, dan nabi yang hanya diikuti oleh tiga orang serta nabi yang tidak diikuti oleh seorang jua pun. Qatadah membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal? (Hud: 78) (menceritakan siapa dia yang tidak diikuti oleh seorang pun).
Akhirnya lewatlah di hadapan beliau ﷺ Musa ibnu Imran bersama sejumlah besar kaum Bani Israil. Nabi ﷺ bertanya, "Ya Tuhanku, siapakah orang ini?" Allah subhanahu wa ta’ala menjawab, "Ini adalah saudaramu Musa ibnu Imran dan orang-orang yang mengikutinya dari kaum Bani Israil." Aku bertanya.Lalu manakah umatku?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Lihatlah ke arah kananmu gelombang manusia yang banyak itu," dan ternyata mereka itu adalah manusia yang jumlahnya sangat besar. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah subhanahu wa ta’ala kembali berfirman, "Lihatlah ke cakrawala yang ada di sebelah kirimu," tiba-tiba terlihat gelombang manusia yang amat besar jumlahnya. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Sesungguhnya bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab." Saat itu juga Ukasyah ibnu Mihsan dari Bani Asad yang menurut Sa'id adalah seorang yang ikut dalam Perang Badar bangkit, lalu berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka yang tujuh puluh ribu itu." Maka Nabi ﷺ berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia seorang dari mereka.
Kemudian bangkit pula lelaki lainnya dan berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk dari mereka." Nabi ﷺ menjawab: Kamu telah kedahuluan oleh Ukasyah untuk mendapatkannya. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika kalian mampu, semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, untuk menjadi orang-orang yang termasuk ke dalam yang tujuh puluh itu, berbuatlah. Jika tidak dapat, jadilah kalian termasuk orang-orang yang ada di sebelah kananku itu. Dan jika tidak dapat, hendaklah kalian menjadi orang-orang yang ada di cakrawala sebelah kiriku. Karena sesungguhnya aku telah melihat banyak orang yang keadaan mereka digabungkan." Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga.
Lalu kami bertakbir, kemudian beliau ﷺ bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah sepertiga ahli surga. Maka kami bertakbir, dan beliau ﷺ bersabda lagi: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah separuh ahli surga. Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Rasulullah ﷺ membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqiah: 39-40); Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami saling bertanya di antara sesama kami (para sahabat) menanyakan tentang siapa sajakah mereka yang termasuk di dalam tujuh puluh ribu orang itu. Akhirnya kami sepakat untuk mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dilahirkan di masa Islam dan tidak mengalami masa kemusyrikan. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau ﷺ bersabda: Tidak, mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan setrika, tidak meminta ruqyah dan tidak tatayyur (percaya kepada takhayul), dan hanya kepada Tuhan mereka saja mereka bertawakal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui dua jalur lain dari Qatadah dengan sanad yang semisal dan lafal yang serupa. Hadits ini mempunyai jalur periwayatan yang banyak selain dari jalur ini di dalam kitab-kitab shahih dan kitab-kitab hadits lainnya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Aban ibnu Abu Iyasy, dari Sa'id ibnu Jubair.
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Kedua-duanya dari kalangan umatku."
32-34. Di surga terdapat beragam sayuran dan buah-buahan yang sudah masak dan banyak macamnya. Pepohonan di dalamnya merupakan tumbuhan yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang pula bagi penghuni surga untuk mengambilnya. Bagi mereka disediakan pula tempat istirahat yang dilengkapi pembaringan, dan di atasnya terdapat kasur-kasur yang tebal lagi empuk. 35-38. Selain kenikmatan yang telah diuraikan, sesungguhnya di surga juga terdapat bidadari-bidadari cantik yang Kami ciptakan mereka secara langsung. Kami jadikan mereka sebagai gadis-gadis perawan. Mereka selalu penuh dengan cinta lagi sebaya umurnya. Kami ciptakan mereka khusus untuk golongan kanan yang teguh imannya dan selalu menaati aturan Allah.
Dalam ayat-ayat ini, lebih diperinci kesenangan dan kegembiraan yang dinikmati oleh para penghuni surga tersebut ialah bahwa mereka akan duduk di atas kasur tebal berlapis-lapis, empuk dan halus yang isinya terbuat dari sutra, di atas ranjang kencana yang bertahtakan emas dan permata, dengan diciptakan pasangannya ialah bidadari-bidadari yang cantik jelita dan suci tak pernah haid dan hamil selama-lamanya, yang selalu dalam keadaan perawan sepanjang masa; bidadari-bidadari yang cantik jelita dan lemah gemulai itu berpakaian serba sutra yang halus dan sangat menarik, dengan hiasan gelang, kalung, dan anting-anting yang menambah kecantikannya yang asli, ditambah lagi dengan semerbak harum wanginya yang sangat menggiurkan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.