Ayat
Terjemahan Per Kata
فَبِأَيِّ
maka yang mana
ءَالَآءِ
ni'mat
رَبِّكُمَا
Tuhanmu berdua
تُكَذِّبَانِ
kamu berdua dustakan
فَبِأَيِّ
maka yang mana
ءَالَآءِ
ni'mat
رَبِّكُمَا
Tuhanmu berdua
تُكَذِّبَانِ
kamu berdua dustakan
Terjemahan
Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?
Tafsir
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?) Keadaan orang-orang yang berdosa pada saat itu, kedua telapak kaki mereka disatukan dengan ubun-ubunnya dari arah belakang, yaitu dilipat lalu mereka dilemparkan ke dalam neraka dan dikatakan kepada mereka,.
Tafsir Surat Ar-Rahman: 37-45
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Pada waktu itu manusiadan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apabila langit telah terbelah. (Ar-Rahman: 37) Yakni kelak di hari kiamat, seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat sebelumnya dan yang sesudahnya dalam surat ini, juga ayat-ayat lainnya yang semakna, misalnya firman-Nya: dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16) Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: .
Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. (Al-Insyiqaq: 1-2) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37) Yaitu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya, dan berwarna-warni sebagaimana warna-warni obat celup; maka adakalanya berwarna merah, adakalanya kuning, adakalanya hijau, dan adakalanya biru. Demikian itu terjadi karena kerasnya azab dan dahsyatnya kejadian hari kiamat yang sangat besar. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abus Sahba, telah menceritakan kepada kami Naff alias Abu Galib Al-Bahili, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Manusia kelak dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.
Al-Jauhari mengatakan bahwa at-tasysyu artinya hujan gerimis. Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37) Yakni seperti kulit yang berwarna merah. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman:37) Yaitu seperti warna kulit kuda yang merah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah warnanya berubah.
Abu Saleh mengatakan bahwa pada mulanya seperti kuda yang berwarna merah, sesudah itu kelihatan mengilap seperti kilapan minyak. Imam Al-Baghawi dan lain-lainnya menceritakan bahwa bunga mawar jika musim semi berwarna kuning dan musim dingin berwarna merah, jika dinginnya terlalu ekstrim berubah warnanya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa bunga mawar itu beragam warnanya. As-Suddi mengatakan, bahwa bunga mawar itu warnanya ada yang seperti merah beghal, ada pula seperti minyak yang mendidih.
Mujahid mengatakan bahwa ad-dihan artinya seperti warna minyak yang mengilap. ‘Atha’ Al-Khurrasani mengatakan seperti warna minyak mawar yang merah kekuning-kuningan. Qatadah mengatakan bahwa warna langit sekarang adalah biru, dan pada hari itu warnanya berubah menjadi kemerah-merahan, yaitu di hari langit menjadi beraneka ragam warnanya. Abul Jauza mengatakan warnanya sebening warna minyak. Ibnu Juraij mengatakan bahwa langit di hari itu seperti minyak yang mencair, karena terkena panasnya neraka Jahanam.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. (Al-Mursalat: 35-36) Apa yang disebutkan dalam ayat ini menceritakan suatu keadaan, dan dalam keadaan yang lainnya semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: .
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Karena itulah maka Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Bahwa sebenarnya telah dilakukan pertanyaan, kemudian mulut-mulut kaum dikunci dan berbicaralah kedua tangan dan kedua kaki mereka menceritakan apa yang telah mereka kerjakan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak menanyai mereka, "Apakah kamu telah melakukan anu dan anu?" Karena Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka sendiri, melainkan Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian melakukan anu dan anu?" Ini merupakan pendapat yang kedua.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa para malaikat tidak menanyakan tentang orang-orang yang berdosa, melainkan para malaikat mengetahui mereka dengan sendirinya melalui tanda-tanda yang ada pada mereka. Ini merupakan pendapat yang ketiga. Seakan-akan pengertian pendapat ini menyebutkan bahwa sesudah orang-orang yang berdosa itu diperintahkan agar dimasukkan ke dalam neraka, maka saat itu mereka tidak ditanyai tentang dosa-dosa mereka, bahkan mereka langsung digiring ke dalamnya, kemudian dicampakkan ke dalamnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya. (Ar-Rahman: 41) Yakni melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa para malaikat mengenal mereka melalui rupa mereka yang hitam dan mata mereka yang biru. Ini kebalikan dari apa yang ada pada diri orang-orang mukmin; mereka dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, yaitu mencorong (kemilauan) dan bercahaya akibat dari bekas wudu mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Ar-Rahman: 41) Para malaikat zabaniyah (juru siksa) memegang ubun-ubun dan kedua kaki mereka, lalu mencampakkan mereka ke dalam neraka.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ubun-ubun seseorang dari mereka dipegang bersama kedua kakinya hingga patah sebagaimana kayu bakar dipatahkan di dalam pembakaran roti. Adh-Dhahhak mengatakan, ubun-ubun dan kedua kakinya disatukan dengan rantai dari arah belakang punggungnya. As-Suddi mengatakan bahwa ubun-ubun orang kafir dan kedua telapak kakinya dijadikan menjadi satu dan punggungnya dililitkan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi" ibnu Nafi', telah menceritakan kepada karni Mu'awiyah ibnu Salam, dari saudaranya Zaid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam (yakni kakeknya) mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku seseorang dari Kindah yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Siti Aisyah, lalu diizinkan masuk menemuinya, sedangkan antara dia dan Aisyah terdapat hijab.
Lalu ia bertanya, "Apakah Rasulullah ﷺ pernah menceritakan kepadamu bahwa akan datang suatu saat yang di saat itu tiada seorang pun yang memiliki syafaat?" Siti Aisyah menjawab, "Benar, aku telah menanyakan tentang masalah itu kepada beliau, sedangkan aku dan beliau berada di dalam satu selimut. Lalu beliau ﷺ menjawab bahwa hal itu benar, yaitu ketika sirat telah dipasang, aku tidak memiliki suatu syafaat pun bagi seseorang saat itu sebelum aku mengetahui ke manakah sirat membawaku. Dan pada hari itu ada wajah-wajah yang kelihatan putih bersinar dan ada pula wajah-wajah yang tampak hitam legam, hingga aku mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadapku atau apa yang akan diwahyukan kepadaku dan jembatan itu semakin tajam dan semakin panas.
Aku bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian makin tajam dan makin panas?" Nabi ﷺ menjawab, "Makin bertambah tajam hingga seperti tajamnya mata pedang, dan makin panas hingga seperti panasnya bara api. Orang mukmin akan dapat melaluinya tanpa membahayakan dirinya. Adapun orang munafik, maka ia dapat bergantung kepadanya; dan apabila sampai di pertengahannya, maka terjungkallah ia dan kedua tangannya bergantungan sama dengan kedua kakinya." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa tidakkah kamu pernah melihat seseorang yang berjalan tanpa terompah, lalu kakinya tertusuk duri hingga hampir menembus kedua telapak kakinya.
Maka seperti itulah keadaan orang munafik, tangan dan kepalanya terjatuh ke tempat kedua telapak kakinya, lalu malaikat zabaniyah (juru siksa) memukulinya dengan pengait-pengait pada ubun-ubun dan telapak kakinya. Kemudian malaikat zabaniyah mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam dan ia terjatuh ke dalamnya selama kurang lebih lima puluh tahun. Aku (Aisyah) bertanya, "Bagaimakah dengan berat seorang lelaki?" Nabi ﷺ menjawab, "Sama beratnya dengan sepuluh ekor unta yang gemuk-gemuk, dan pada hari itu orang-orang yang berdosa dapat dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, lalu ditangkaplah ubun-ubun dan kedua telapak kaki mereka (dan dilemparkan ke dalam Jahanam)." Hadits ini gharib sekali dan di dalamnya terdapat banyak lafal yang tidak dapat dikatakan berpredikat marfu', sedangkan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya.
Hadits semisal ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (Ar-Rahman: 43) Maksudnya, inilah neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya, kini berada di hadapan kalian yang kalian saksikan sendiri dengan mata kalian sendiri. Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai kecaman, cemoohan, dan penghinaan terhadap mereka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Yakni adakalanya mereka disiksa di dalam neraka Jahanam, dan adakalanya mereka diberi minum hamim, yaitu minuman yang panasnya sama dengan tembaga yang dilebur hingga semua usus dan isi perut mereka hancur karenanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalamapi. (Al-Mumin: 71-72) Firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan an artinya sangat panas hingga tidak tertahankan lagi karenanya. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Titik didihnya telah mencapai puncaknya hingga panasnya tak terperikan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair. Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Ats-Tsauri, dan As-Suddi. Qatadah mengatakan bahwa telah mendidih sejak Allah menciptakan bumi dan langit.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa seorang hamba ditangkap, lalu diputar pada ubun-ubunnya di dalam air yang telah memuncak panasnya itu, hingga semua dagingnya lebur dan yang tertinggal adalah tulang-tulangnya serta kedua matanya yang ada di kepala. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mumin: 72) Al-hamim sama artinya dengan al-har, yakni air yang sangat panas.
Di riwayatkan dari Al-Qurazi dalam riwayat yang lain bahwa hamimin an artinya air yang sangat panas yang disediakan saat itu juga; hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Zaid. Pengertian ini tidaklah bertentangan dengan apa yang diriwayatkan dari Al-Qurazi di atas, yang mengatakan air yang sangat panas, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5) Yakni yang disuguhkan dalam keadaan sangat panas lagi tak terperikan panasnya.
Sama juga dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya). (Al-Ahzab: 53) Yaitu kemasakan dan kematangannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Maksudnya, air yang titik didihnya telah mencapai puncak yang tertinggi dan sangat panas. Mengingat hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka lagi berdosa dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang bertakwa merupakan karunia, rahmat, keadilan, dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan adalah peringatan Allah terhadap mereka tentang azab dan pembalasan-Nya untuk mencegah mereka dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan lain sebagainya, maka dalam ayat berikut Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menyebutkan perihal karunia-Nya itu kepada makhluk-Nya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 45)"
41-42. Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu dengan mudah mereka direnggut ubun-ubun dan kakinya untuk dilempar ke neraka. Ini merupakan peringatan keras Allah kepada para jin dan manusia. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'43-45. Kepada mereka dikatakan, 'Inilah neraka Jahanam yang selalu di dustakan oleh orang-orang yang berdosa, termasuk olehmu. ' Mereka ber-keliling berulang kali di sana, di antara neraka itu, dan di antara air yang mendidih karena panas api neraka. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'.
Ayat ini menerangkan bahwa pada saat itu Allah bertanya mengenai nikmat mana lagi yang kamu dustakan, terutama nikmat yang telah Allah berikan pada hari ini. Allah juga mengingatkan tentang kabar derita dan peringatan pedih yang telah disampaikanNya, yaitu agar manusia meninggalkan dan menjauhi perbuatan dosa.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.