Ayat
Terjemahan Per Kata
تَنزِيلُ
turunnya
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمِ
Maha Bijaksana
تَنزِيلُ
turunnya
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمِ
Maha Bijaksana
Terjemahan
Diturunkannya Kitab (Al-Qur’an) ini (berasal) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Tafsir
(Diturunkannya Kitab ini) yakni Al-Qur'an; lafal ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
Tafsir Surat Al-Jatsiyah: 1-5
Ha mim. kitab (ini) di turunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi maha bijaksana. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.
Allah ﷻ memberi petunjuk kepada mahluk-Nya memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, nikmat-nikmat-Nya, dan kekusaan-Nya yang besar yang dengan kekuasaan-Nya dia menciptakan langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya yang beraneka ragam macam dan jenisnya. Yaitu para malaikat, jin, manusia, binatang-binatang melata, burung-burung, hewan-hewan pemangsa, hewan-hewan liar, berbagai jenis serangga, dan berbagai macam makhluk di dalam laut. Juga silih bergantinya siang dan malam hari yang terus bergantian tanpa hentinya; yang satu datang dengan membawa kegelapannya, dan yang lainnya datang dengan membawa sinarnya.
Demikian pula apa yang diturunkan oleh Allah ﷻ dari langit melalui awan berupa hujan ketika diperlukan, yang hal ini dinamakan rezeki mengingat dengan adanya hujan rezeki dapat dihasilkan. lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya. (Al-Jatsiyah: 5) Yakni pada sebelumnya bumi kering dan tandus, tiada tumbuh-tumbuhan padanya. Firman Allah ﷻ: dan pada perkisaran angin. (Al-Jatsiyah: 5.) Yaitu angin dari selatan, utara, angin dabur dan saba, angin laut dan darat, angin malam hari dan siang hari; yang antara lain ada yang membawa air hujan, dan ada yang menyemaikan benih, dan ada yang menjadi penyegar bagi arwah (jiwa), ada pula yang mandul tidak produktif, pada mulanya Allah menyebutkan dalam firman-Nya: benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. (Al-Jatsiyah: 2) Selanjutnya Allah menyebutkan, "Terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini," kemudian disebutkan pula, "Terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal" Hal ini merupakan ungkapan yang bertingkat-tingkat dari suatu keadaan yang mulia meningkat kepada keadaan lain yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada sebelumnya, makna ayat ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al-Baqarah: 164) Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan makna ayat ini telah mengetengahkan atsar yang cukup panjang lagi gharib dari Wahb ibnu Munabbih, yaitu menyangkut penciptaan manusia, bahwa manusia itu diciptakan dari empat unsur yang dicampur menjadi satu.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Kitab, yaitu Al-Qur'an ini diturunkan secara berangsur-angsur dari Allah Yang Mahaperkasa terhadap ketentuan-Nya, lagi Mahabijaksana terhadap semua keputusan dan ketentuan-Nya. 3. Sesungguhnya, pada penciptaan langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda ke-Esaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah bagi orang-orang mukmin yang imannya mantap.
Ayat pertama terdiri dari huruf-huruf hijaiah, sebagaimana terdapat pada permulaan beberapa surah Al-Qur'an. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu. Selanjutnya dipersilahkan menelaah masalah ini pada "Al-Qur'an dan Tafsirnya" jilid I yaitu tafsir ayat pertama Surah al-Baqarah."
Pada ayat berikutnya Allah Yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana menjelaskan bahwa kitab Al-Qur'an yang sempurna itu diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ Disebutkan sifat Allah "Mahaperkasa" dalam ayat ini agar tergambar dalam pikiran orang yang membaca atau mendengarnya, bahwa yang menurunkan kitab Al-Qur'an itu ialah Zat yang mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas, tidak dapat ditandingi dan tidak dapat dibantah kehendak-Nya. Keinginan dan kehendak-Nya pasti terlaksana sesuai dengan rencana-Nya, tidak ada kekuasaan lain yang mampu menghalang-halangi dan mengubahnya.
Demikian pula ditonjolkan sifat "Mahabijaksana" dalam ayat ini agar dipahami, bahwa dalam melaksanakan kehendak dan kekuasaan-Nya itu, Dia melaksanakan keadilan yang merata pada setiap makhluk-Nya. Dia bertindak, menciptakan dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan guna dan faedahnya. Kebijaksanaan ini dapat disaksikan pada seluruh tindakan dan semua makhluk yang diciptakan-Nya, dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang paling sempurna.
Pada tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, dan susunan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku pada tata surya, orang dapat mengetahui bahwa pada tiap-tiap makhluk ada hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang tidak dapat dilanggar; semuanya harus tunduk dan patuh baik secara sukarela maupun terpaksa. Tidak satu makhluk pun yang melanggar dan menyalahi hukum dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah baginya, kecuali akan mengakibatkan kerusakan dan kehancuran.
Apabila orang mau menggunakan pikirannya yang jernih dan sehat tentu akan mengakui kekuasaan dan kebijaksanaan Allah terhadap semua makhluk-Nya. Dan apabila ia telah yakin akan hal itu, tentu ia akan menerima dan mengamalkan Al-Qur'an sebagai wahyu dan petunjuk Allah. Hal ini juga berarti bahwa diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad ﷺ dalam bahasa Arab, disampaikan untuk pertama kalinya kepada orang-orang Quraisy, kemudian baru tersebar ke seluruh penjuru dunia, ada hikmatnya sesuai dengan guna dan faedahnya. Hikmah, guna dan faedahnya itu diketahui manusia dengan perantaraan Al-Qur'an sendiri. Ada yang diketahui berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dipunyai oleh seseorang, dan ada yang belum diketahui oleh manusia, karena Yang Mahatahu hanyalah Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-JAATSIYAH
(YANG BERLUTUT)
SURAH KE-45
37 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-37)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“HaaMiim"
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu arti dan maknanya.
Ayat 2
“Penurunan Kitab itu adalah dari Allah Yang Makagagah, Mahabijaksana"
Ayat 3
“Sesungguhnya pada semua langit dan bumi adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman."
Ayat 2 dan 3 ini memberi ingat kita bahwa di hadapan kita terkembang dua kitab. Pertama kitab Al-Qur'an dan kedua kitab alam. Keduanya sama penuh dengan ayat-ayat, yaitu tanda-tanda dari ada-Nya dan kekuasaan-Nya. Keduanya wajiblah menjadi perhatian bagi orang-orang yang beriman. Sebab keduanya berjalin berkelindan. Al-Qur'an selalu menyuruh melihat alam dengan penuh perhatian. Dengan memerhatikan alam akan bertambah iman kepada kebesaran Allah. Dan bertambah lama diperhatikan kita pun bertambah yakin akan kebenaran Al-Qur'an. Sebab itu maka di antara Al-Qur'an dan alam, dan di antara alam dan Al-Qur'an adalah isi-mengisi. Oleh sebab itu pula sebabnya kalau anak-anak yang sedang dididik belajar ilmu pengetahuan alam diajarkan pula Al-Qur'an dan artinya, terutama ayat-ayat yang menyuruh memerhatikan alam itu. Sehingga setapak demi setapak dia maju ke padang ilmu, setapak demi setapak pula jiwanya berisi iman. Dan imannya itu pun bertumbuh, tidak membuta tuli karena kemajuan ilmunya. Dan dengan ayat-ayat seperti ini kita pun yakin bahwa ilmu yang kita tuntut adalah mempertebal iman dan iman yang kamil menyuruh bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tetaplah apa yang pernah dikatakan oleh Einstein,"Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh."
Sesudah menyuruh memerhatikan tanda kebesaran Allah pada kejadian langit dan bumi, disuruh pula memerhatikan kejadian diri sendiri dan kejadian binatang-binatang yang melata di bumi.
Ayat 4
“Dan pada kejadian kamu dan apa yang ditebarkan-Nya daripada binatang adatah tanda-tanda bagi kaum yang yakin."
Alangkah luas ayat ini kalau dikembangkan dan direntangkan. Pertama ialah soal kejadian kamu, soal kejadian manusia. Atau soal kemanusiaan. Kedua soal kejadian segala daabbatin, yaitu sekalian yang melata, merayap, merangkak, dan menjalar di atas bumi ini. Coba perhatikan ayat 3 di atas, yaitu memerhatikan langit dan bumi, dengan ayat 4, memerhatikan manusia. Bukankah ini meminta tinjauan filsafat yang mendalam? Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan,"Dirimu ini hanyalah kecil saja. Tetapi dalam diri yang kecil itu, engkau dapat melihat alam yang besar." Atau kata Socrates,"Alam adalah manusia besar dan manusia adalah alam kecil."
Ayat ini menyuruh kita memerhatikan kejadian diri kita sendiri. Kalau yang menjadi sebab turun ayat ialah musyrikin Quraisy yang ada di Mekah, namun anjurannya ialah buat seluruh manusia. Beruntunglah kita menjadi umat Muhammad ﷺ sehingga kita pun kena oleh ayat ini. Sebab soal-soal kejadian manusia, lahirnya dan matinya, jasmaninya dan ruharinya, ilmu tubuhnya dan ilmu jiwanya, adalah soal yang tidak akan habis-habisnya selama manusia masih merupakan makhluk terpenting di dalam bumi ini.
Ayat 5
“Dan pergantian siang dan malam dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit daripada rezeki, lalu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya dan perkisaran-perkisaran angin, semuanya itu adalah tanda-tanda bagi kaum yang berakal."
Di dalam ayat ini jelas sekali betapa agungnya akal manusia. Tinggilah masalah yang hendak dipecahkan rahasianya, oleh manusia dengan akalnya; soal pergantian siang dan malam. Soal hujan yang membawa rezeki, soal hidup dan matinya bumi, artinya soal ketandusan dan kesuburan, bergantung kepada hujan atau air, soal perkisaran-perkisaran angin atau perubahan-perubahan cuaca. Alangkah besar-besarnya dan alangkah tinggi-tingginya soal itu. Dan untuk mengetahui dan memecahkan soal-soal itu adalah tugas akal. Untuk suatu maksud yang tinggi pula, yaitu mengenal Allah, Oleh sebab itu, kalau akal hanya semata-mata digunakan untuk mencari makan, sangatlah banyaknya waktu dibuang-buang. Kekuatan akal yang laksana raksasa itu telah dipergunakan semata-mata untuk urusan yang kecil. Laksana menembak seekor nyamuk dengan meriam. Padahal binatang-binatang pun mencari makan hanya dengan naluri saja, sekelumit kecil, sekulitan daripada akal.
Ayat 6
“Demikian itulah tanda-tanda Allah, kami bacakan dia kepada engkau dengan beriman. Maka kepada perkataan manakah lagi sesudah Allah dan tanda-tanda-Nya itu, kamu hendak percayai?"
Artinya adalah kata lain lagi yang lebih jelas dari itu? Atau adakah lagi pada kiramu tuhan lain yang menyamai itu? Adakah berhala-berhala yang kamu sembah itu berkuasa seperti itu? Cobalah gunakan akalmu, niscaya akal itu akan menjawab, “Tidak ada."
Kemudian dilanjutkanlah ancaman kepada orang-orang yang masih saja mengingkari ayat-ayat Allah itu.
Ayat 7
“Kecelakaanlah bagi tiap-tiap pendusta yang banyak dosa."
Bagaimana cara pendusta dan yang banyak dosanya?
Ayat 8
“Dia mendengankan firman Allah yang dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombong, seakan-akan tidak didengarnya, Maka ancamlah dia dengan siksa yang pedih."
Itulah dia pendusta dan lantaran itu dia banyak dosa. Karena dusta itu bukanlah semata-mata mengiyakan yang tidak, atau menidakkan yang ia dengan mulut. Bahkan juga dengan perbuatan, sikap, dan tingkah laku. Dalam ayat ini diperlihatkan dua kedustaan dengan sikap. Pertama, menyombongkan diri. Kedua, seakan-akan tidak mendengar. Menyombong, mustakbir, artinya ialah membesar-besarkan diri. Memperlihatkan diri tidak menurut keadaannya yang sebenarnya. Dalam ilmu jiwa disebut superiority complex menyombong. Karena di dalam hati kecil terasa bahwa diri memang kecil atau kosong lalu ditutup-tutupi dengan sikap sombong. Berlagak segala tahu karena memang tidak tahu dan tidak tahu bahwa orang lain tahu. Maka kedustaan yang pertama ini menimbulkan kedustaan yang kedua. Yaitu berlagak seakan-akan tidak mendengar, mencobalah dia menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, yaitu bahwa dia ada mendengar. Ini namanya kedustaan ganda. Inilah yang menimbulkan banyak dosa. Sebab apabila suatu kedustaan telah dimulai, padahal itu sudah satu dosa, dia mesti dipertahankan dengan lain-lain kebohongan sehingga seluruh kehidupan adalah dusta terus-menerus.
Ayat 9
“Dan apabila dia mengetahui dari firman-firman Kami agak sedikit, dijadikannya olok-olok"
Dia tidak mengetahui segala keseluruhan dengan maksud yang baik. Tetapi diambilnya di sana sedikit di sini sedikit dengan maksud yang jahat atau dipotong-potongnya. Sehingga ada orang mengambil alasan dari Al-Qur'an untuk perbuatannya yang jahat. Misalnya, ada seorang dengan sengaja meninggalkan shalat, bahwa dalam Al-Qur'an ada ayat,
“Celakalah orang yang shalat." (al-Maa'uun: 4)
Sengaja ditinggalkannya ayat-ayat yang sebelumnya dan sesudahnya, untuk olok-olok. Atau misal yang lain; seorang yang mabuk meminum minuman keras disuruh shalat. Lalu dijawabnya bahwa dia dilarang shalat, sebab dia mabuk.
“Jangan kamu dekati shalat sedang kamu mabuk." (an-Nisaa': 43)
Dan misal yang lain banyak lagi. Misalnya orang yang mengambil ayat-ayat Al-Qur'an untuk alat ilmu menganiaya orang lain, dengan maksud yang salah. Kalau hendak memukul orang dengan tinju, sehingga mati, baca saja ayat,
“Maka ditinju dia oleh Musa maka matilah dia." (al-Qashash: 15)
Dan kalau orang datang menagih piutang, baca saja ayat,
“Tuli, bisu, buta maka mereka tidak akan kembali." (al-Baqarah: 18)
Itulah beberapa misal kita kemukakan dari perbuatan orang-orang kafir pendusta dan berdosa besar, yang sebab turun ayat, ialah kafir Quraisy tetapi sekarang dilakukan kembali, yaitu penyalahgunaan maksud Al-Qur'an oleh orang-orang yang menamakan dirinya Islam.
Pada ujung ayat 9 ini ditegaskan,
“Untuk mereka adalah adzab yang menghinakan
Ayat 10
“Di hadapan mereka ada Jahannam dan tidak menolong bagi mereka apa pun yang mereka usahakan dan tidak pula apa yang mereka ambil selain Allah menjadi pelindung. Dan bagi mereka adab yang besar."
Inilah ancaman buat orang-orang yang demikian. Sebab kesalahan mereka sudah berlipat ganda. Benar-benar tepat bunyi ayat 7 tadi,"Yang banyak dosa." Sombong, seakan-akan tidak mendengar, mempelajari sedikit ayat Allah karena maksud memperolok-oiok. Dan dari itu beranak bercucu lagi dengan dosa-dosa lain. Karena dasar memang sudah salah maka Jahannamlah tempatnya. Segala usaha untuk membela diri sudah percuma. Dan berhala-berhala atau yang lain, yang dipuja selain Allah pun tidak dapat melindungi.
Ayat 11
“Inilah dia satu petunjuk."
Inilah dia Al-Qur'an. Turunnya AL-Qur'an ini adalah rahmat bagimu. Dia adalah petunjuk bagimu menempuh jalan hidup. Selamatlah kamu dunia dan akhirat apabila kamu pegang dia baik-baik. Dan gelaplah perjalananmu kalau dia tidak engkau terima dengan baik.
“Dan orang-orang yang tidak mau menerima firman-firman Tuhan mereka, bagi mereka adalah adzab dari siksaan yang pedih."
Sesudah ancaman demikian, Allah berfirman lagi memperingatkan hubungan manusia dengan alam kelilingnya, untuk mengingatkan lagi betapa kasih mesra Allah kepada anak Adam Ini, sehingga kalau dia ada berperasaan, tidak selayaknyalah dia buat mendurhakai Allah.
Ayat 12
“Allah yang telah menyediakan laut untuk kamu supaya berlayar kapal padanya dengan kehendak-Nya. Dan supaya kamu mengusahakan sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu berisyukur."
Bacalah ayat ini dengan tenang dan resapkanlah maknanya dengan penuh perasaan. Seakan-akan ada lagi kata-kata Allah yang lebih meresap di dalamnya,"Aku sayang dan cinta kepadamu, hai hamba-Ku, betapa kamu akan membangkang juga dari peraturan-Ku, Inilah lautan luas, Aku sediakan buat kamu, berlayarlah di atasnya. Sediakanlah kapal-kapal untuk alat perhubunganmu. Aku pun tidak senang kalau kamu hanya terkurung dan terbatas di kampung halamanmu yang sempit. Padahal di seberang lautan sana, sama-sama keturunan Adam, yang dalam beribu-ribu tahun telah terpencar-pencar dibawa nasib. Rezekimu pun ada di seberang sana. Tidak akan engkau dapati kalau tidak engkau usahakan. Karena Aku telah menakdirkan, ada di sana yang tidak ada di sini dan ada di sini yang tidak ada di sana. Maka apabila perhubunganmu telah luas, pandanganmu telah banyak, niscaya engkau akan bertambah merasa betapa kasih sayang-Ku kepadamu, sehingga kasih sayang kita tidak bagai lading tajam sebelah. Kamu akan bersyukur, berterima kasih kepada-Ku.
Syukur dan terima kasih atas nikmat yang diterima, baik nikmat bertambahnya pengalaman dan ilmu karena melihat negeri orang dan mengenal aneka ragam manusia, atau nikmat rezeki harta berida yang Aku limpahkan, semuanya itu adalah tanda telah timbulnya iman dalam hatimu. Dan Aku Tuhanmu, gembira atas kemajuan jiwamu itu."
Ayat 13
“Dan disediakan-Nya untuk kamu apa yang di semua langit dan apa yang di bumi, semua daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian, menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau memikirkan,"
Ayat ini pun lebih mengharukan lagi, disediakan untuk kamu apa yang ada di semua tingkat langit, baik langit yang sekadar terjangkau oleh mata manusia, dengan awan meganya, kabut embunnya, matahari bulannya, semua untuk kamu hai manusia! Atau langit dalam artinya yang gaib-gaib, dengan malaikat-malaikatnya; ke langit situ Nabi Muhammad ﷺ telah mi'raj. Ke langit situ ruh kita didaftarkan setelah kita mati dan akan ditutup pintu langit itu bagi ruh yang penuh kejahatan.
Di bumi pun demikian pula. Semua disediakan untuk manusia. Semua yang ada di sekitar kita ini adalah disediakan dan dimudahkan untuk manusia. Segala warna dapat dirikmatinya dengan matanya. Segala bunyi dapat diresapkan dengan telinganya. Tumbuh-tumbuhan, sejak pohon-pohonan sampai tanam-tanaman, sampai buah-buahan dan sayur-sayuran; semuanya untuk manusia. Demikian juga binatang ternak dan binatang liar, ikan di air asin dan air tawar, emas dan perak dari tambang, minyak tanah dari bumi, batu permata dari gunung. Allahu Akbar! Semuanya disediakan untuk manusia."Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan."
Memang, setelah diketahui bahwa semuanya itu adalah disediakan untuk manusia, akan timbullah dalam pikiran kita satu pertanyaan,"Kalau semuanya itu disediakan untuk manusia, niscaya manusia itu makhluk yang amat penting dalam alam. Dan kalau semuanya itu ditugaskan untuk manusia niscaya timbul pula pertanyaan,"Aku sendiri, sebagai manusia, apakah tugasku dalam alam ini?"