Ayat
Terjemahan Per Kata
يَغۡشَى
menutupi
ٱلنَّاسَۖ
manusia
هَٰذَا
ini
عَذَابٌ
azab
أَلِيمٞ
yang pedih
يَغۡشَى
menutupi
ٱلنَّاسَۖ
manusia
هَٰذَا
ini
عَذَابٌ
azab
أَلِيمٞ
yang pedih
Terjemahan
(yang) meliputi manusia (durhaka). Ini adalah azab yang sangat pedih.
Tafsir
(Yang meliputi manusia) lalu mereka berkata, ("Inilah azab yang pedih.).
Tafsir Surat Ad-Dukhan: 9-16
Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman. Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya dan berkata, "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila.
Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. Allah ﷻ berfirman, "Tetapi orang-orang musyrik itu tenggelam di dalam keragu-raguannya." Yakni telah datang kepada mereka perkara yang hak lagi diyakini (agama Islam), sedangkan mereka meragukannya dan mendustakannya serta tidak mau membenarkannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman, mengancam mereka: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Sulaiman ibnu Mahran alias Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha alias Muslim ibnu Sabiti, dari masruq yang mengatakan bahwa kami memasuki masjid Kufah yang terletak di dekat pintu gerbang masuk ke Kindah. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang sedang menceritakan kepada teman-temannya tentang makna firman-Nya: hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan dukhan (kabut) itu? Kabut itu akan datang menjelang hari kiamat, lalu menimpa pendengaran dan penglihatan orang-orang munafik, sedangkan orang-orang mukmin hanya mengalami hal yang seperti pilek saja akibat kabut tersebut.
Masruq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menemui Ibnu Mas'ud r.a. dan menceritakan kepadanya perkataan lelaki itu. Saat itu Ibnu Mas'ud dalam keadaan berbaring, lalu ia terkejut dan duduk, kemudian berkata bahwa sesungguhnya Allah ﷻ telah befirman kepada nabi kalian: Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan." (Shad: 86) Sesungguhnya termasuk pengetahuan itu ialah bila seseorang mengatakan terhadap apa yang tidak diketahuinya, bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Aku akan menceritakan hal tersebut kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang Quraisy itu ketika menghambat agama Islam dan durhaka kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah ﷺ berdoa untuk memberi pelajaran kepada mereka agar mereka ditimpa paceklik seperti paceklik yang terjadi di masa Nabi Yusuf.
Maka mereka pun tertimpa kepayahan dan kelaparan sehingga terpaksa mereka memakan tulang belulang dan bangkai. Dan mereka menengadahkan pandangannya ke langit, maka tiada yang mereka lihat kecuali hanya kabut. Menurut riwayat lain, seseorang dari mereka bila melihatkan pandangannya ke langit (mengharapkan hujan), maka dia melihat antara dia dan langit sesuatu yang seperti kabut karena kepayahan yang dialaminya akibat kelaparan. Allah ﷻ berfirman: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Ad-Dukhan: 10-11) Maka Rasulullah ﷺ di datangi dan dikatakan kepadanya, "Ya Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah buat Mudar, karena sesungguhnya mereka telah binasa (akibat paceklik ini)." Maka Rasulullah ﷺ memohon hujan untuk mereka, dan mereka pun diberi hujan, lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15) Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa lalu azab itu dilenyapkan dari mereka; dan ketika keadaannya sudah pulih menjadi makmur, maka mereka kembali kepada keadaannya yang semula, yaitu mengingkari kebenaran.
Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghancurkan mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan (Ad-Dukhan: 16) Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa hal ini terjadi dalam Perang Badar. Selanjutnya Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa telah berlalu lima peristiwa, yaitu Dukhan, Rum, Al-Qamar, Al-Batsyah, dan Al-Lizam. Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain. Iman Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dan hadis ini pada Imam Turmuzi dan Imam Nasai tertera pada kitab tafsir masing-masing. Dan Jarir serta Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang semisal. Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsirnya sehubungan dengan ayat ini yang mengatakan bahwa peristiwa Dukhan telah berlalu, sependapat dengan pendapat yang dikemukakan segolongan ulama Salaf, seperti Mujahid, Abul Aliyah, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak dan Atiyyah Al-Aufi pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-A'raj sehubungan dengan makna firman-Nya. Hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Bahwa peristiwa ini terjadi pada hari jatuhnya kota Mekah. Pendapat ini gharib sekali, bahkan munkar.
Ulama lainnya mengatakan bahwa peristiwa Dukhan masih belum terjadi, bahkan Dukhan merupakan salah satu pertanda hari kiamat, sebagai mana yang disebutkan terdahulu melalui hadis Abu Sarihah alias Huzaifah ibnul Usaid Al-Gifari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ muncul menuju ke arah kami dari 'Arafah, sedangkan kami saat itu sedang membicarakan tentang hari kiamat. Maka beliau bersabda: -: -: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda (yang mengawalinya), yaitu terbitnya matahari dari arah barat, Dukhan (kabut), Dabbah (binatang melata), keluarnya ya-juj dan Ma-juj, munculnya Isa putra Maryam dan Dajjal: terjadinya tiga kali gempa hebat, satu kali gempa di timur, satu kali gempa di Barat, dan satu kali lagi gempa di Jazirah Arabia; dan munculnya api dari daerah pedalaman 'Adn yang menggiring manusia atau menghimpunkan manusia api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka istirahat.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara tunggal di dalam kitab sahihnya. Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ berkata kepada Ibnu Sayyad: "Sesungguhnya aku sekarang menyembunyikan sesuatu terhadapmu" Ibnu Sayyad menjawab, "Itu adalah Ad-Dukh," (Belum lagi Ibnu Sayyad merampungkan ucapannya) Rasulullah ﷺ memotongnya, "Terhinalah kamu, kamu tidak akan dapat melampaui takdirmu (kedudukanmu). Rasulullah ﷺ menyembunyikan terhadapnya firman Allah ﷻ: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata (Ad-Dukhan: 10) Di dalam hadis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa peristiwa yang dimaksud masih dinanti-nantikan kedatangannya. Ibnu Sayyad mengetahui peristiwa itu melalui cara tenung dan mengatakannya melalui lisan Jin; Jadi jinlah yang mengajarkan kepadanya kalimat itu, karena itulah Ibnu Sayyad mengatakannya bahwa peristiwa tersebut adalah Ad-Dukh, yakni Dukhan.
Dan pada saat itu juga Rasulullah ﷺ segera mengetahui cara yang dipakai oleh Ibnu Sayyad, bahwa ia memakai cara setan. Maka beliau ﷺ segera memotongnya melalui sabdanya: Terhinalah engkau, engkau tidak akan dapat melampaui kedudukanmu. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: telah menceritakan kepadaku Isam ibnu Rawwad ibnul Jarrah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Sa'id As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Mu'tamir, dari Rab'i ibnu Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah ibnul Yaman r.a. mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya mula-mula pertanda (kiamat) ialah Dajjal, turunnya Isa Putra Maryam a.s., api yang keluar dari pedalaman 'Adn, yang tampak jelas; api itu menggiring manusia ke tempat Mahsyar dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka beristirahat, dan munculnya Dukhan (kabut) Huzaifah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Dukhan itu?" Rasulullah ﷺ menjawab dengan membacakan firman-Nya: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia.
Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 10-11) Kabut tersebut memenuhi semua kawasan yang ada di belahan timur dan belahan barat; tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam. Adapun orang mukmin hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk; kabut itu keluar dari lubang hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus) nya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa sekiranya hadis ini sahih, tentulah menjadi dalil yang menyelesaikan perbedaan pendapat dan sesungguhnya ia tidak mau menyaksikan kesahihannya karena Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Rawwad mengenai hadis ini, "Apakah engkau mendengarnya dari Sufyan" Ibnu Rawwad menjawab, "Tidak." Muhammad ibnu Khalaf bertanya lagi, "Apakah engkau membacakan hadis itu terhadapnya" ia menjawab, "Tidak." aku bertanya lagi kepadanya "Apakah dibacakan kepadanya hadis ini, sedangkan kamu menghadirinya, lalu ia mengakui hadis itu? Ia menjawab, "Tidak." aku bertanya, "Lalu dari manakah engkau mendapatkan hadis ini?" Ibnu Rawwad menjawab, "Suatu kaum datang kepadaku, lalu mereka mengemukakan hadis ini kepadaku, dan mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka mendengar hadis ini dariku.
Kemudian mereka membacakannya kepadaku, setelah itu mereka pergi dengan membaca hadis ini, dan mereka mengatakan bahwa mereka menceritakannya dariku." Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, atau hal yang semakna dengan kisah ini. Ibnu Jarir dalam analisisnya terhadap hadis ini cukup jeli dan baik, karena sesungguhnya dengan sanad seperti ini, berarti hadis ini adalah hadis maudu' (buatan).
Dan Ibnu Jarir banyak menyerang dan mengecam konteks-konteks yang telah dikemukakan olehnya (Ibnu Rawwad) di berbagai tempat sehubungan dengan tafsir ini: di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar (diingkari), terlebih lagi dalam tafsir surat Bani Israil dan riwayat mengenai Masjidil Aqsa. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui. ". Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah dari Syuraih ibnu ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhan kalian telah memperingatkan tiga perkara kepada kalian, yaitu Dukhan (kabut) yang mengenai orang mukmin seperti penyakit pilek dan mengenai orang kafir yang menjadikannya kembung hingga kabut itu keluar dari semua lubang tubuhnya.
Kedua ialah munculnya hewan dan yang ketiga ialah munculnya Dajjal. Diriwayatkan juga oleh At Thabrani dari Hasyim bin Yazid, dari Muhammad bin Ismail bin Ayyas, dengan sanad yang sama, dan Sanad ini Jayyid. ". Ibnu Abi Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zurah, menceritakan kepada kami Shafwan, menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Khalil dari Al-Hasan, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Dukhan (kabut) mengguncangkan manusia, tetapi bagi orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek, sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut keluar dari semua lubang yang ada pada tubuhnya.
Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah, dari Al-Hasan dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a, secara mauquf. Sa'id ibnu Auf meriwayatkan hal yang semisal dari Al-Hasan. Ibnu Abu Hatim. mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa pertanda (hari kiamat) berupa Dukhan (kabut) masih belum terjadi. Kabut itu mengenai orang mukmin bagaikan penyakit pilek, tetapi orang kafir menjadi kembung karenaya hingga menembusnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Al-Walid ibnu Jami', dari Abdul Malik ibnul Mugirah, Abdur Rahman ibnus Sulaimani, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa (kelak sebelum kiamat) muncul Dukhan (kabut) dan melanda orang mukmin bagaikan penyakit pilek, dan kabut itu memasuki semua lubang tubuh orang kafir dan orang munafik sehingga seperti kepala yang dipanggang di atas bara yang panas. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'kub telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia pergi mengunjungi Ibnu Abbas r.a. Maka Ibnu Abbas berkata, "Tadi malam aku tidak dapat tidur sampai pagi hari." Aku bertanya, "Mengapa?" Ibnu Abbas menjawab, "Telah muncul bintang yang berekor, maka aku merasa khawatir bila itu pertanda munculnya Dukhan (kabut), hingga aku tidak dapat tidur semalaman sampai pagi hari." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Sufyan, dari Abdullah ibnu Abu Yazid, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal.
Sanad riwayat ini memang sahih sampai kepada Ibnu Abbas r.a. ulama umat ini dan penerjemah Al-Qur'an. Hal yang sama telah dikatakan oleh orang-orang yang sependapat dengan Ibnu Abbas dari kalangan sahabat dan tabiin, juga hadis-hadis marfu' dalam kitab-kitab sahih dan hasan serta hadis lainnya yang diketengahkan oleh mereka. Di dalamnya terkandung dalil yang jelas dan dapat diterima, menyatakan bahwa Dukhan merupakan salah satu pertanda yang masih ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain itu pengertian lahiriah ayat sependapat dengan ini, karena Allah ﷻ telah berfirman: Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Yakni kabut yang nyata lagi jelas dapat dilihat oleh setiap orang.
Tetapi menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud r.a, sesungguhnya kabut itu hanyalah berasal dari ilusi, yang terlihat oleh mereka akibat kelaparan dan kepayahan yang menimpa mereka. Demikian pula apa yang disebutkan dalam firman berikutnya: yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11) Maksudnya, menutupi mereka semuanya secara merata. Seandainya kabut itu merupakan ilusi, tentulah yang mengalaminya hanyalah penduduk Mekah yang musyrik saja, dan tidak akan disebutkan oleh firman-Nya: yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11) Adapun firman Allah ﷻ:.
Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 11) Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada mengecam dan mencemoohkan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain yaitu: Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya (dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.(Ath-Thur: 13-14) Atau dapat pula diartikan bahwa ucapan itu dikatakan oleh sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Firman Allah ﷻ: (mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu.
Sesungguhnya kami akan beriman. (Ad-Dukhan: 12) Yakni orang-orang kafir itu di kala mereka menyaksikan azab Allah dan siksaan-Nya memohon agar azab dan siksaan itu dilenyapkan dari mereka dan mereka dibebaskan darinya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (Al-An'am: 27) Dan juga apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan), Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (Ibrahim: 44) Hal yang sama dikatakan pula dalam surat ini melalui firman-Nya: Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling darinya dan berkata "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi seorang yang gila" (Ad-Dukhan: 13-14) Allah ﷻ berfirman, "Mana mungkin mereka mau menerima peringatan, padahal telah kami utus kepada mereka seorang risalah yang jelas risalah dan peringatan yang dibawanya, tetapi sekalipun demikian mereka berpaling darinya dan tidak setuju denganya, bahkan mendustakannya dan mengatakan, 'Dia adalah seorang yang menerima ajaran dari orang lain lagi pula seorang yang gila'." Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya (Al-Fajr: 23) Semakna pula dengan firman-Nya: Dan (Alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka) dan (diwaktu itu) mereka berkata, 'Kami beriman kepada Allah, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu (Saba: 51 -52) hingga akhir surat.
Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15) Ada dua takwil sehubungan dengan makna ayat ini. Yang pertama, Allah ﷻ berfirman, "Seandainya Kami lenyapkan azab itu dari kalian dan Kami kembalikan kalian ke dunia, niscaya kalian akan kembali mengulangi perbuatan kalian yang terdahulu berupa kekafiran dan mendustakan kebenaran." Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ dalam ayat yang lain, yaitu: Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al-Muminun: 75) Dan semakna dengan firman-Nya: Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya.
Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28) Kedua, dapat diartikan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Kami menangguhkan azab dari kalian barang sebentar sesudah terpenuhinya semua penyebab turunnya azab kepada kalian, sedangkan kalian masih terus-menerus melakukan kesesatan dan perbuatan melampaui batas. Dan pengertian 'dilenyapkannya azab dari mereka' bukan berarti mereka sedang mengalaminya, semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya: Selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami lenyapkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98) Azab tidak sedang mereka alami dan masih belum sampai kepada mereka melainkan hanya penyebab-penyebabnya saja.
Dan hal ini bukan berarti pula bahwa mereka telah meninggalkan kekafiran mereka, lalu mereka kembali lagi kepada kekafiran itu. Allah ﷻ telah berfirman, menceritakan perihal Syu'aib a.s. yang berkata kepada kaumnya saat mereka mengatakan kepadanya: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu, dari kota kami; kecuali kamu kembali pada agama kami. Berkata Syu'aib "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya? Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami darinya. (Al-A'raf: 88-89) Nabi Syu'aib sama sekali tidak pernah memeluk agama mereka dan tidak pula sejalan dengan mereka.
Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya kalian akan kembali (melakukan perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan diri kalian ke dalam) azab Allah. Firman Allah ﷻ: (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. (Ad-Dukhan: 16) Ibnu Mas'ud menafsirkan makna ayat ini, bahwa hari itu adalah Perang Badar. Dan inilah yang dikatakan oleh sejumlah ulama yang sependapat dengan Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsir Ad-Dukhan (kabut) yang telah diterangkan sebelumnya. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. melalui riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dan dari Ubay ibnu Ka'b r.a. hal yang semisal. Pendapat ini merupakan salah satu dari takwilnya, tetapi lahiriah ayat menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari kiamat, sekalipun dalam Perang Badar dinamakan pula sebagai hari pembalasan. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hantaman yang keras adalah hari Perang Badar, tetapi menurut hemat saya (Ibnu Abbas) peristiwa itu terjadi pada hari kiamat nanti.
Sanad riwayat ini sahih bersumber dari Ibnu Abbas. Pendapat yang semisal dikatakan pula oleh Al-Hasan Al-Basri dan Ikrimah menurut salah satu di antara dua riwayat yang tersahih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
10-11. Maka oleh sebab itu, tunggulah wahai Nabi Muhammad, atau siapa pun, hari ketika langit membawa kabut, yaitu debu yang beterbangan dari tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan yang tampak jelas bagi mereka, yang meliputi manusia sehingga mereka tidak dapat melihat apa pun di sekitar mereka dan melindungi diri mereka. Inilah azab yang pedih bagi orang-orang yang melakukan perbuatan dosa. 12. Ketika azab kabut itu turun kepada mereka, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, Pencipta dan Pemelihara kami, lenyapkanlah azab yang Engkau turunkan itu dari kami. Sungguh, kami akan beriman secara mantap jika Engkau melepaskan dari kami azab ini. ".
Allah menerangkan bahwa ketika kabut tebal itu meliputi mereka, mereka berkata, "Ini adalah siksaan yang amat menggelisahkan sehingga kami tidak bisa tidur dan apabila siksaan ini berlangsung terus-menerus, tentu kami akan mati.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AD-DUKHAAN
(ASAP)
SURAH KE-44
59 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
MALAM YANG BERKAH
Ayat 1
“Haa Miim"
Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu pasti arti dan maknanya.
Ayat 2
“Demi Kitab yang menerangkan."
Itulah persumpahan Allah menarik perhatian kepada Al-Qur'an, sebagai kitab yang memberi keterangan dan penjelasan kepada manusia.
Ayat 3
“Sesungguhnya telah Kami turunkan dia pada malam yang diberii berikah. Sesungguhnya adalah Kami mengancam."
Malam yang diberi berkah dan malam turunnya Al-Qur'an yang mula-mula itu ialah dalam bulan Ramadhan. Berbagai riwayat hadits dan pendapat ulama tentang malam yang ke berapa dari bulan Ramadhan turunnya yang mula-mula itu. Sejak dari sehari bulan Ramadhan sampai hari tiga puluh ada riwayatnya. Di antara kata yang banyak itu ada dua yang menjadi perhatian, yaitu Lailatul Qadar, dan 17 Ramadhan. Yang pertama tentang Lailatul Qadar, berarti malam yang amat berharga, cocok artinya dengan lailatin mubarakatin (malam yang diberi berkah), yang tertulis di ayat ini.
Bilakah malam Lailatul Qadar itu? Dalam hadits yang shahih dan dalam ayat kedua dari surah al-Fajr, disuruh pentingkan beribadah pada sepuluh hari yang akhir daripada bulan Ramadhan. Maka bertemu pulalah pada hadits-hadits bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada salah satu dari malam sepuluh yang akhir itu. Dan ada pula riwayat bahwa malam itu ialah malam ke-27. Pada maiam itu malaikat dan Ruh (Jibril), turun ke dunia memperingati turun Al-Qur'an pertama itu senap tahun.
Kemudian riwayat kedua turun yang dikuatkan oleh Imam as-Sayuti. maiam turun Al-Qur'an itu ialah pada 17 Ramadhan. Sebab ada ayat di surah kemenangan Rasulullah ﷺ dalam Peperangan Badar disebut Yaumal Jam'an (hari bertemuanya dua goiongan). yaitu golongan kaum yang beriman dengan kaum musyrikin di peperangan itu iaian 17 Ramadhan yang di ayat itu disebut juga namanya yang lain, yaitu Yaumal Furqan.
Pendapat as-Sayuti inilah yang dikuatkan oleh Syekh Ahmad al-Khudri dalam bukunya Tarikh Tasyri' al-Islami, yaitu 17 Ramadhan. Dan inilah yang diresmikan menjadi salah satu hari besar agama dalam Republik Indonesia.
Pada malam yang diberi berkah itulah Al-Qur'an diturunkan yang mula-mula di Gua Hira, atau boleh juga dikatakan bahwa malam itu diberi berkah karena pada malam itulah mula-mula Al-Qur'an turun. Dan salah satu isi Al-Qur'an ialah ancaman adzab bagi manusia yang tidak mau menyatukan kepercayaannya kepada Allah.
Ayat 4
“Padanyalah dipisahkan tiap-tiap perintah yang bijaksana."
Ayat 5
Sebagai perintah dari sisi Kami. Sesungguhnya Kamilah yang mengutus.
Ayat 6
Sebagai rahmat dari Tuhan engkau. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Ayat 7
Tuhan dari semua langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya, jika kamu yakin.
Tidak ada sebarang Tuhan pun selain Dia. Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Tuhan kamu dan Tuhan bapak-bapakmu yang dahulu.
Ayat 8
Demikianlah selalu diingatkan tentang hubungan hidupnya dengan Allah. Supaya akalnya dipergunakannya dan pikirannya dijalankannya. Tetapi apalah hendak dikata, ada juga manusia yang tidak genser (tidak tergerak) perasaannya lantaran peringatan-perintangan itu.
Ayat 9
‘Tetapi mereka di dalam keragu-raguannya bermain-main."
Mereka ragu-ragu. Terasa Allah itu ada, tetapi tidak tumbuh menjadi keyakinan. Hanya dalam taraf ragu-ragu, sebab hendak melihat Allah dengan mata, sebagai melihat berida. Dengan mata hendak mencari Allah, tentu tidak bertemu. Maka keraguan-keraguan itu tetap saja jadi keragu-raguan, sebab tempo hanya dihabiskan dalam bermain-main. Tidak pernah menghadapi soal dengan sungguh-sungguh.
Sebab turun ayat ialah kaum musyrikin Quraisy yang menghabiskan umur dalam main-main. Tetapi hidup seperti ini, bukankah terdapat pada manusia di segala zaman? Bukankah terdapat di zaman kita? Bukankah di zaman kita ini bermain-main itu menjadi rencana yang sungguh-sungguh? Bukankah misalnya ada film perbelanjaannya berjuta-juta dollar, supaya permainannya memuaskan?
Ayat 10
“Maka tunggulah suatu hari, yang langit akan mendatangkan asap yang nyata."
Ayat 11
“Yang akan metiputi manusia itu, inilah adzab yang pedih."
Beberapa penafsir mengatakan suatu masa memang datanglah adzab asap dari langit itu kepada kaum Quraisy, yaitu kelaparan karena rusaknya hasil pertanian karena kemarau. Dan banyak ternak yang mati. Ketika itu baru ada yang merasa bahwa murka Allah telah datang lalu menyeru memanggil Allah.
Ayat 12
“Wahai Tuhan kami! Lepaskan kiranya adzab itu dari kami. Sesungguhnya kami beriman."
Kebiasaan manusia di segala zaman! Ketika bahaya telah datang dan adzab tidak terderitakan lagi, baru mereka berkata,"Rab-bana! Wahai Tuhan kami!" Tidak ada lagi yang berkata,"Wahai berhala kami!" Ketika itu baru mereka berkata bahwa mereka beriman. Apakah artinya menyebut iman kalau keluarnya hanya ketika terdesak?
Sebab itu maka ayat selanjutnya berisi pertanyaan Allah,
Ayat 13
“Dari mana mereka mendapat peringatan?"
Mengapa baru sekarang menyebut iman? Dari Nabi yang mana dapat ajaran?
“Padahal sudah datang kepada mereka seorang Rasul yang menerangkan?"
Ayat 14
“Kemudian itu mereka pun berpaling daripadanya dan mereka katakan: diajar orang lagi dia seorang gila"
Dari mana sekarang mereka dapat ajaran menyebut iman itu? Padahal Kami tidak mengutus Nabi lain, selain Muhammad ﷺ? Dan ketika Rasul Kami Muhammad itu datang kepada mereka, mereka berpaling, malahan mereka katakan pula, dia itu mengakui dirinya jadi Nabi padahal ada orang yang mengajarkannya. Ada gurunya!
Dari mana asal tuduhan ini?
Pada suatu waktu Nabi pergi mengadakan dakwah ke Thaif. Hendak mengajar kaum Tsaqif menerima Islam. Dibawanya Zaid bin Haritsah menjadi teman. Jauh Thaif dari Mekah 50 mil. Beliau pergi berjalan kaki pergi dan pulang. Tetapi harapannya tidak terkabul. Usahkan diterima, malahan beliau dilempari batu oleh anak-anak karena disuruh oleh yang tua-tua. Zaid bin Haritsah yang menghalang-halangi batu itu dengan badannya sampai kena kepalanya. Dan beliau sendiri kena kakinya, sampai mengalir darah ke terompahnya. Beliau kembali ke Mekah dalam keadaan duka cita.
Sebelum pulang ke Mekah, beliau berhenti berteduh di bawah pohon kurma di kebun dua saudara Utbah dan Saibah anak Rabi'ah, yang ada juga hubungan keluarga dengan beliau, tetapi tidak mau menerima agamanya. Rupanya melihat beliau duduk kehausan dan kakinya luka itu, timbul juga kasihan Utbah dan Syaibah, lalu disuruh mereka khadamnya seorang pemuda Nasrani bernama Addas mengantarkan buah anggur kepada Nabi seraya berkata,"Antarkan buah anggur ini kepada orang itu!" (Tidak dibawa singgah ke rumah.)
Addas pun datang mengantarkan buah anggur itu. Karena Rasulullah memang haus dan lapar, diambilnya buah itu dan sebelum masuk ke mulutnya beliau baca,"Bismillahir-rahmanirrahim."
Tercengang Addas. Lalu dia berkata,"Tak ada hamba dengar orang membaca begitu di negeri ini."
Lalu Rasulullah bertanya kepadanya,"Engkau dari mana?" Addas menjawab,"Hamba seorang Nasrani dari negeri Ninewa."
Nabi ﷺ berkata, ‘Apakah dari negeri Rasul yang saleh Yunus bin Matta?"
Addas bertanya,"Apakah tuan hamba kenal Yunus itu?"
Kata Nabi,"Dia itu saudaraku. Dia Nabi dan aku pun Nabi." (Lalu Rasulullah membaca surah Yuunus).
Dengan sangat terharu Addas meniarap dan memeluk Rasulullah ﷺ. Diciuminya lengan dan kaki beliau. Addas menyatakan iman!
Hal itu kelihatan oleh Utbah dan Syaibah dari jauh. Lalu berkata yang seorang kepada seorang,"Sudah dirusaknya bujangmu!" Dan setelah Addas kembali kepada mereka, langsung ditegur,"Mengapa itu tadi?"
Dengan air muka berseri-seri Addas menjawab,"Tidak ada di dunia ini orang yang sebaik dia."
Addas telah Islam. Nabi pun pulang ke Mekah. Berita Addas tersiar tetapi diputarbalikkan. Dikatakan Nabi berguru kepada Addas.
Di samping itu dituduh pula beliau majnun, membawa ajaran gila!
Ayat 15
“Sesungguhnya akan Kami hindarkan adzab itu sedikit. Tetapi, sesungguhnya kamu akan kembali"
Adzab kelaparan itu akan dihindarkan oleh Allah. Tetapi Allah pun Mahatahu bahwa sebaik adzab terhindar, mereka akan kembali lagi ke dalam kekufuran.
Ayat 16
“Di hari yang akan Kami lakukan suatu perlakuan yang kenas. Sesungguhnya Kami akan membalas."