Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَمَّا
maka tatkala
جَآءَهُم
dia datang pada mereka
بِـَٔايَٰتِنَآ
dengan ayat-ayat Kami
إِذَا
tiba-tiba
هُم
mereka
مِّنۡهَا
daripadanya
يَضۡحَكُونَ
mereka mentertawakan
فَلَمَّا
maka tatkala
جَآءَهُم
dia datang pada mereka
بِـَٔايَٰتِنَآ
dengan ayat-ayat Kami
إِذَا
tiba-tiba
هُم
mereka
مِّنۡهَا
daripadanya
يَضۡحَكُونَ
mereka mentertawakan
Terjemahan
Ketika dia (Musa) datang kepada mereka dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami, seketika itu mereka mentertawakannya.
Tafsir
(Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjirat-mukjizat Kami) yang menunjukkan kebenaran risalah-Nya (dengan serta merta mereka menertawakannya.).
Tafsir Surat Az-Zukhruf: 46-50
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya. Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar daripada mukjizat-mukjizat yang sebelumnya.
Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan mereka berkata, "Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu;, sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk. Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya). Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya Musa a.s, bahwa Allah ﷻ telah mengutusnya kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya yang terdiri dari para amir, para patih, para panglima prajuritnya, juga semua rakyat yang terdiri dari bangsa Egipt dan bangsa Bani Israil. Musa diperintahkan untuk menyeru mereka menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka menyembah selain-Nya.
Dan Allah ﷻ memberinya berbagai mukjizat yang luar biasa, seperti tangannya yang menjadi putih menyilaukan, tongkatnya, dan banjir, juga belalang, kutu, katak, dan darah. Selain itu juga mukjizat yang menjadikan mereka mengalami kekurangan pangan dan buah-buahan serta banyak jiwa yang mati. Sekalipun ada semua mukjizat tersebut, mereka menyombongkan dirinya dan tidak mau mengikutinya serta tidak mau tunduk kepadanya. Bahkan mereka mendustakannya, mengejeknya, dan menertawakan rasul yang mendatangkan mukjizat-mukjizat itu kepada mereka.
Dan tidaklah Kami memperlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar daripada mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. (Az-Zukhruf: 48) Sekalipun demikian, mereka tetap tidak mau sadar dari kesesatan dan kebodohannya. Dan setiap kali datang kepada mereka salah satu dari mukjizat-mukjizat tersebut, mereka merendahkan diri meminta kepada Musa seraya memohon belas kasihannya, melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: Hai ahli sihir. (Az-Zukhruf: 49) Yang dimaksud dengan ahli sihir ialah orang yang 'alim (pandai).
Demikianlah menurut Ibnu Jarir, karena ulama di masa mereka adalah para ahli sihir. Di masa itu sihir bukan merupakan suatu hal yang tercela di kalangan mereka. Dan ungkapan ini bukan mereka maksudkan untuk merendahkan Musa a.s.karena keadaannya adalah keadaan darurat, mereka sangat memerlukan pertolongan Musa, sehingga tidak tepat bila ungkapan ini diartikan merendahkan kedudukan Musa a.s.
Bahkan ungkapan ini merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan bagi Musa dari mereka, menurut keyakinan mereka. Setiap kali mereka tertimpa azab dari mukjizat itu, mereka berjanji kepada Musa a.s. bahwa jika Musa dapat melenyapkan azab itu dari mereka, maka mereka bersedia untuk beriman kepadanya dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamanya. Tetapi setiap kali janji itu terpenuhi, mereka selalu memungkiri apa yang telah mereka janjikan kepadanya.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman berikut: Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu), mereka pun berkata, "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu. Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (Al-A'raf: 133-135)"
Maka ketika dia, yakni Nabi Musa, datang kepada mereka membawa mukjizat-mukjizat Kami itu untuk memperkuat ke rasulannya, seperti tongkatnya yang berubah menjadi ular, seketika itu mereka mengejek dan menertawakannya. 48. Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu ayat, yaitu tanda kekuasaan Kami, berupa mukjizat kepada mereka kecuali ia lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Namun demikian, mereka tetap bersikeras dengan sikap dan keyakinan mereka yang enggan menerima kebenaran. Dan akibat dari perbuatan mereka itu Kami timpakan kepada mereka azab duniawi sebagai cobaan dari Kami seperti kekurangan makanan, berjangkitnya hama tumbuh-tumbuhan agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Ayat ini menerangkan sikap Fir'aun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa. Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain. Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya. Nabi Muhammad pun diperlakukan demikian oleh kaum kafir Mekah. Mereka menuduhnya pesihir dan pembohong (shad/38: 4), dan menuduh Al-Qur'an itu mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad ﷺ (al-Anbiya'/21: 5).
Apa yang disampaikan dalam ayat ini meringankan tekanan batin yang diderita Nabi ﷺ akibat penentangan yang keras dari kaum kafir Mekah. Dari isi ayat itu Nabi ﷺ memperoleh pelajaran bahwa sudah menjadi kebiasaan seorang nabi ditentang oleh kaumnya, karena itu yang ditentang bukan hanya dia, tetapi seluruh nabi. Ia harus sabar dan tabah menghadapi segala tantangan, sebagaimana Nabi Musa sabar dan tabah menghadapi Fir'aun dan balatentaranya, sehingga ia memperoleh kemenangan. Begitu pula Nabi Muhammad saw, bila sabar dan tabah, maka ia juga akan memperoleh kemenangan atas kaum kafir Mekah di dunia ini juga, yang kemudian dibuktikan dengan hancurnya pasukan kafir Mekah pada Perang Badar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TEBALNYA KESESATAN MANUSIA!
Orang-orang tuli telinganya dari kebenaran, tidaklah dia akan mendengar. Orang-orang yang telah buta mata hatinya, tidaklah bisa lagi dipimpin, demikian pun orang-orang yang telah nyata-nyata sesat. Maka ayat 40 berbunyi seperti pertanyaan,
Ayat 40
“Maka apakah engkau hendak membuat mendengar si tuli? Atau hendak membeli petunjuk si buta? Dan orang yang dalam kesesatan yang nyata?"
Ayat ini untuk menunjukkan betapa tebalnya kesesatan mereka.
Ayat 41
“Tetapi meskipun Kami hilangkan engkau."
Yaitu meninggal dunia.
“Namun Kami akan membalas juga kepada mereka"
Dosa mereka menolak kebenaran itu, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah, tidak akan dibiarkan saja.
Ayat 42
“Ataupun Kami penlihatkan kepada engkau apa yang Kami ancamkan kepada mereka maka sesungguhnya Kami atas mereka berkuasa."
Kalau sekiranya Nabi Muhammad ﷺ meninggal dunia, namun sepeninggalnya, mereka akan dijatuhi siksa juga karena keingkaran. Ataupun sementara Nabi Muhammad ﷺ masih hidup, Allah pun mudah saja menjatuhkan adzab itu, sehingga dia dapat menyaksikan. Oleh sebab itu maka soal mengadzab mereka bagi Allah bukanlah hal yang sukar.
Ayat 43
“Sebab itu berpegang teguhlah kepada yang diwahyukan kepada engkau. Sesungguhnya engkau adalah atas jalan yang lurus."
Jangan peduli yang tuli telinga batinnya, yang buta mata hatinya dan yang sesat sangat nyata. Pegang teguh wahyu dan jalan terus!
Jalan terus! Engkau di pihak benar! Jalan terus! Engkau adalah di pihak yang lurus!
Ayat 44
“Dan sesungguhnya dia,"yaitu wahyu itu,"adalah peringatan untuk engkau dan untuk kaum engkau dan kamu akan diperiksa."
Diperingatkan hal ini supaya mana wahyu yangtelah turun terus dijalankan terlebih dahulu oleh beliau sendiri dan kaumnya yang sudah percaya. Di hari Kiamat kelak akan diperiksa sudahkah dijalankan sebagaimana mestinya. Dijalankan terus dengan tidak menghiraukan orang yang belum percaya. Dan orang yang percaya niscaya kian lama akan bertambah luas pengaruhnya,
Ayat 45
“Dan tanyakanlah kepada orang-orang yang Kami utus sebelum engkau dari utusan-utusan Kami, adakah Kami jadikan selain Tuhan Yang Mahamurah, tuhan-tuhan yang lain, yang akan mereka sembah ?"
Maksud bertanya di sini ialah dengan menilik wahyu-wahyu Allah yang mereka tinggalkan. Tidak seorang pun dari utusan-utusan itu, yang misalnya karena hendak mencari jalan damai, lalu memperbolehkan dan membiarkan kaum mereka menyembah"tuhan-tuhan buatan" itu. Dalam pendirian yang pokok ini tidak boleh tolak-angsur, walaupun seberiang.
Dalam pada itu wahyu-wahyu Allah pun selalu turun mengisahkan perjuangan rasul-rasul itu menegakkan tauhid, sehingga walaupun Nabi Muhammad ﷺ disuruh menanyakan kepada mereka, namun Allah sendiri telah memberikan jawaban-Nya selalu dan tegas. Dalam rangkaian ini Allah mewahyukan lagi tentang perjuangan Musa.
Ayat 46
“Dan sungguh telah Kami utus Musa dengan ayat-ayat Kami kepada Firaun dan golongannya maka dia telah berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan sanwa sekalian alam.
Ayat 47
“Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan ayat-ayat Kami, tiba-tiba mereka tertawakan dia."
Apakah sebab mereka tertawakan?
Dari kecil Musa itu dibesarkan dalam istana dan hidup cara istana. Memakai pakaian anak-anak raja, sampai umur 30 tahun. Dia lari ke luar negeri karena tertuduh membunuh. Sekarang setelah 10 tahun, dia pulang, datang membawa suara yang mereka anggap lucu. Dia mengatakan bahwa dia telah diangkat Allah menjadi rasul. Dia mengatakan bahwa Fir'aun bukan Allah.
Dia mengatakan bahwa dia adalah pemimpin Bani israil, yaitu rakyat yang hina dina dan jadi budak selama ini dari golongan Fir aun yang memerintah. Mereka mula-mula mendengar segala perkataan Musa itu memandangnya suatu hal lucu saja. Lucu mereka pandang semuanya itu; orang rendah tak tahu diri, lalu bercakap besar. Bagai si cebol merindukan bulan.
Tetapi lama-lama tertawa itu menjadi hilang. Sebab Musa lalu memperlihatkan ayat-ayat Allah, yaitu mukjizat-mukjizat, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan memancarkan sinar terang, dan lain-lain.
Ayat 48
“Dan tidaklah Kami perlihatkan suatu tanda, melainkan dia lebih besar dari saudaranya."
Artinya, yang kemudian lebih hebat dan lebih menakjubkan dari yang dahulu,
“Dan Kami timpakan kepada mereka adzab supaya mereka kembali."
Adzab itu bermacam-macam, pernah air Sungai Nil berubah menjadi darah, hingga penduduk Mesir tidak bisa minum, sedang yang diminum Bani Israil tidak berubah. Pernah pertanian diserang belalang, sehingga habis dan tidak bisa mengambil hasil apa-apa. Terpaksalah akhirnya mereka tidak tertawa lagi. Terpaksalah mereka mengakui bahwa Musa memang orang
luar biasa, tetapi belum mereka akui bahwa dia memang rasul Allah. Hanya seorang dukun sakti, tukang sihir yang sekas. Maka bahaya-bahaya dan malapetaka yang menimpa negeri itu adalah karena oleh tukang sihir itu. Akhirnya mereka datang kepada Musa agar dia menghilangkan malapetaka itu. Dan kalau malapetaka itu hilang, mereka berjanji akan taat kepada apa yang diajarkan oleh Musa. Tetapi Musa masih mereka bahasakan tukang sihir.
Ayat 49
“Dan mereka berkata, Wahai ahli sihir! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu itu apa yang telah dijanjikan-Nya kepada engkau."
Yaitu kalau mereka tunduk kepada kebenaran Allah segala bahaya akan hilang. Dan kata mereka selanjutnya.
“Sesungguhnya kami akan diberi petunjuk."
Tegasnya mereka berjanji akan insaf! Kalau malapetaka itu telah hilang.
‘Tetapi setelah Kami angkatkan dari mereka adzab itu, tiba-tiba mereka memungkiri
Ayat 50
janji."
Malapetaka telah hilang tetapi untuk tunduk kepada kehendak Musa, mereka amat merasa keberatan. Yang amat merasa keberatan itu ialah Fir'aun sendiri. Seorang Seri Maharaja Diraja yang besar, dewa dari lembah Sungai Nil, akan tunduk kepada seorang pemuka dari rakyat jelata. Bani Israil? Itu tidak mungkin.
Padahal yang menjadi permintaan Musa bukanlah supaya Fir'aun meninggalkan kera-jaannya, lalu datang kepadanya menjadi pengikut Permintaannya hanyalah supaya kaumnya, Bani Israil dibebaskan keluar dari negeri Mesir. Pulang ke tanah asal mereka, bumi Kana'an, negeri datuk mereka Nabi Ya'qub sebelum berpindah ke Mesir. Mengabulkan itu, Fir'aun pun keberatan. Sebab kalau Bani Israil tidak ada lagi di negeri Mesir, porak-porandalah segala urusan kerajaan. Sebab mereka selama ini dipandang sebagai rakyat pemikul yang berat. Kuli, budak, orang suruhan, penjaga, pemelihara ternak, dan pekerja tani. Kalau mereka tak ada lagi, siapa yang akan menggantikan? Padahal yang selebihnya adalah"tuan-tuan" semua? Sebab mereka orang Qubthi, keluarga Fir'aun.
Sebab itu permintaan itu sekali-kali tak dapat dipenuhi dan janji orang besarnya dengan Musa bahwa mereka hendak insaf, dipandang oleh Fir'aun sebagai janji yang terlanjur saja. Sebab yang berkuasa mutlak di negeri Mesir hanyalah dia seorang.
Ayat 51
“Dan memanggil Fir'aun kepada kaumnya, dia berkata, Wahai kaumku! Bukankah kepunyaanku kekuasaan di Mesir ini dan ini sungai-sungai mengalir di bawahku. Tidakkah kamu lihat."
Aku yang dipertuan di sini. Aku yang mengatur kekuasaan dan mutlak. Segala kepu-tusan hanya dariku. Kalau aku tidak setuju, tidak jadi dan hidupmu sendiri aku yang mengatur. Kekuasaanku tidak boleh dipengaruhi oleh siapa pun, apatah lagi oleh seorangyangdisebut Musa itu.
Ayat 52
“Atau bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak boleh membeli ketenangan?"
Diperbandingkanlah kemegahan dan kekuasaan dengan seorang Nabi Allah. Musa dikatakannya orang hina, sebab tidak raja, tidak kaya, dan dari kaum hina dina, Bani Israil. Apatah lagi di antara sekalian nabi-nabi, Nabi Musa itu tidak begitu ahli berpidato. Percakapannya pendek-pendek dan jitu saja. Sebab lidahnya agak kaku, sebab di waktu dia masih kecil di dalam asuhan Fir'aun, dia pernah berbuat nakal, merusak tahta kedudukan Fir'aun, hingga Fir'aun murka, sehingga hendak dibunuhnya.
Tetapi permaisurinya, Asiah, menghalangi dan mengatakan bahwa anak ini belum berakal. Dia merusak singgasana itu tidaklah karena sengaja jahat. Untuk menguji kebenaran permaisuri, Fir'aun memerintahkan mengambil dua buah piring. Yang satu berisi bara berapi, yang satu lagi berisi karma. Tetapi sebaik tangannya akan menjamah buah karma itu, ada saja tangan yang tidak kelihatan, yaitu tangan malaikat menarik tangan Musa dengan keras, diambilnya bara api itu, lalu dibawanya ke mulutnya dan terbakar lidahnya. Bekas lidah meletur itu berkesan sampai dia besar. Ketika dia diangkat menjadi rasul, cacatnya itu dikemukakannya kepada Allah. Sebab itu diadakan pembantunya, yaitu saudaranya Harun, Cacat tidak mahir berpidato panjang memberi keterangan itulah yang diolok-olokkan oleh Fir'aun,"Danyang hanya tidak bisa memberi keterangan."
Fir'aun mengejek lagi soal pakaian.
Ayat 53
“Dan mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang-gelang dari emas atau datang malaikat besertanya sebagai pengawal?"
Tanda kebesaran raja-raja di zaman itu ialah memakai perhiasan-perhiasan dari emas, bergelang emas, berkalung emas, dengan batu-batu permata yang mahal-mahal, sebagaimana dapat dilihat di Gedung Museum Mesir pada masa ini. Pakaian begitu dahulu pun semasa jadi orang istana, dipakai oleh Musa. Tetapi setelah datang dan menyatakan diri sebagai rasul Allah ini, Musa hanya memakai jubah dari bulu kambing dengan tongkat bermukjizat yang tidak lepas dari tangannya.
Soal pakaian ini disinggung oleh Fir'aun. Kalau Musa itu benar, mengapa dia tidak memakai pakaian seperti raja-raja? Menurut adat yang terpakai pada masa itu? Dan mengatakan dirinya utusan Allah. Kalau benar dia itu utusan Allah, mengapa tidak ada malaikat sebagai pengawalnya? Memang orang yang diperhamba oleh berida, hanya melihat dan menilai kulit.
Dia tidak memerhatikan nilai isi. Musa baginya tidak berharga karena tidak ada tanda-tanda pangkat dan kebesaran. Rupanya penyakit itu sudah ada sejak adanya manusia di dunia.
Jadi tepat apa yang dikatakan di ujung ayat,"Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang durhaka." Terutama pembesar-pembesar yang takut terancam kedudukan lalu memuja Fir'aun dijadikan Tuhan.
Ayat 54
“Maka ditindasnyalah kaumnya sehingga tunduklah mereka kepadanya. Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang durhaka."
Seperti tadi telah diketahui, telah ada juga kaum Fir'aun yang berjanji tunduk kepada ajaran Musa. Dan keluarganya sendiri pun ada yang menyatakan terus terang pendiriannya, sebagai tersebut dalam surah al-Mu'min. Dan tukang-tukang sihir yang kalah sihir mereka oleh mukjizat tongkat Musa pun, terus sujud dan mengaku iman kepada Musa, sampai kaki dan tangan mereka dipotong dan mereka disalib. Sebab itu tidak ada jalan lagi bagi Fir'aun, hanya menindas kaumnya sendiri, jangan sampai ada yang mengatakan setuju atau beriman kepada Musa. Barangsiapa yang menyatakan persetujuan sedikit saja pun, akan dihukum seberat-beratnya, sampai mati. Seperti terjadi dengan Masyithah tukang hias putrinya. Terlanjur mulutnya menyebut Musa dan menyebut Allah, Tuhan Musa, dia dihukum, digoreng ke dalam kuali dengan api yang sangat panas bersama suami dan anak-anaknya. Dengan menindas itulah Fir'aun mencoba menutup mulut, sampai semua tunduk, patuh, setia, dan mengakui bahwa Fir'aun bukan saja raja, tetapi dia sendiri pun Tuhan. Maka orang-
Ayat 55
“Maka tatkala mereka telah membuat Kami murka, Kami pun membalas kepada mereka. Maka Kami tenggelamkan mereka semua."
Hancur leburlah Fir'aun dan orang-orang besarnya dan tentara-tentaranya dalam Lautan Qulzum ketika mengejar Nabi Musa dan Bani Isaril yang telah diselamatkan Allah sampai ke seberang.
Ayat 56
“Maka Kami jadikanlah mereka orang-orang yang terdahulu dan jadi teladan bagi orang-orang yang di belakang."