Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنزَلَ
menurunkan
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَٱلۡمِيزَانَۗ
dan neraca
وَمَا
dan tidaklah
يُدۡرِيكَ
kamu mengetahui
لَعَلَّ
barangkali
ٱلسَّاعَةَ
kiamat
قَرِيبٞ
dekat
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنزَلَ
menurunkan
ٱلۡكِتَٰبَ
kitab
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَٱلۡمِيزَانَۗ
dan neraca
وَمَا
dan tidaklah
يُدۡرِيكَ
kamu mengetahui
لَعَلَّ
barangkali
ٱلسَّاعَةَ
kiamat
قَرِيبٞ
dekat
Terjemahan
Allah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dengan benar dan (menurunkan) timbangan (keadilan). Tahukah kamu (bahwa) boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat?
Tafsir
(Allahlah yang menurunkan Kitab) Al-Qur'an (dengan membawa kebenaran) lafal Bil Haqqi berta'alluq kepada lafal Anzala (dan neraca), keadilan. (Dan tahukah kamu) apakah kamu tahu (boleh jadi kiamat itu) yakni kedatangannya (sudah dekat?) lafal La'alla amalnya di-ta'alluq-kan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudahnya berkedudukan sebagai dua Maf'ul.
Tafsir Surat Asy-Syura: 16-18
[[Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima, maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang keras. Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat? orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesaatan yang jauh.]] (Asy-Syura: 16-18)
Allah subhanahu wa ta’ala mengancam orang-orang yang menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah. Untuk itu Dia berfirman: [[Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima.]] (Asy-Syura: 16) Yakni mereka membantah orang-orang mukmin yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya, dengan tujuan untuk menghalang-halangi mereka dari jalan hidayah yang ditempuhnya.
[[Maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Tuhan mereka.]] (Asy-Syura: 16) Yaitu batil di sisi Allah.
[[… mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang keras.]] (Asy-Syura: 16) Yakni kelak di hari kiamat. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Mujahid mengatakan bahwa mereka mendebat kaum mukmin sesudah kaum mukmin memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya, untuk menghalang-halangi mereka dari jalan petunjuk dan menginginkan agar orang-orang mukmin itu kembali ke jalan Jahiliah sama dengan mereka.
Qatadah mengatakan, yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Mereka mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Agama kami lebih baik daripada agamamu, dan nabi kami ada sebelum nabi kamu. Maka kami lebih baik daripada kamu dan lebih diutamakan oleh Allah daripada kamu." Padahal mereka dusta dalam pengakuannya itu.
Dalam firman berikutnya disebutkan: [[Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran.]] (Asy-Syura: 17) Yaitu kitab-kitab yang diturunkan dari sisi-Nya kepada nabi-nabi-Nya.
[[… dan (menurunkan) neraca (keadilan).]] (Asy-Syura: 17) Menurut Mujahid dan Qatadah, makna yang dimaksud ialah keadilan dan sikap pertengahan.
Ayat ini semakna dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Al-Hadid: 25) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Ar-Rahman: 7-9)
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat?]] (Asy-Syura: 17) Di dalam ayat ini terkandung anjuran yang memacu untuk beramal guna menyambut kedatangannya, sekaligus mengandung peringatan yang mendorong agar takut terhadapnya dan berzuhud terhadap duniawi.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan.]] (Asy-Syura: 18) Mereka mengatakan, "Bilakah janji hari kiamat itu? Jika kamu memang orang-orang yang benar." (Saba: 29) Dan sesungguhnya mereka mengatakan seperti ini hanyalah semata-mata karena mendustakannya, menganggap mustahil kejadiannya, kafir, dan ingkar terhadapnya.
[[Dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya.]] (Asy-Syura: 18) Yakni khawatir dan takut terhadap kejadiannya.
[[… dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar.]] (Asy-Syura: 18) akan terjadi dan pasti, karenanya mereka bersiap-siap untuk menyambut nya dengan melakukan amal saleh sebagai bekalnya.
Telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur yang cukup banyak hingga mencapai derajat mutawatir di dalam hadis-hadis shahih dan hasan, dalam sunan dan musnad, yang menurut salah satu teksnya menyebutkan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ dengan suara yang keras di saat beliau berada di dalam suatu perjalanannya. Lelaki itu menyeru Nabi ﷺ seraya berkata, "Hai Muhammad." Maka Rasulullah ﷺ menjawab dengan suara yang sama, "Ya!" Lelaki itu bertanya, "Kapankah hari kiamat itu?"
Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Duhai kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu apakah yang telah engkau persiapkan untuk menyambutnya?" Maka lelaki itu menjawab, "Kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya."
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Engkau (akan dihimpunkan bersama dengan) orang yang engkau cintai.”
Juga sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis: “Seseorang itu (akan dihimpunkan bersama dengan) orang yang disukainya.” Hadis ini mutawatir tanpa diragukan lagi.
Dalam hadis ini Rasulullah ﷺ tidak menjawabnya dengan jawaban tentang waktunya, melainkan memerintahkan kepada lelaki itu agar membuat persiapan untuk menyambut kedatangan hari kiamat itu.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: [[Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah pentang terjadinya kiamat itu …]] (Asy-Syura: 18) Mereka membantah tentang keberadaannya dan menganggap mustahil akan kejadiannya.
[[… benar-benar dalam kesesatan yang jauh.]] (Asy-Syura: 18) Yakni berada di dalam kebodohan yang nyata, karena sesungguhnya Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi mampu menghidupkan kembali orang-orang mati dan itu lebih mudah bagi-Nya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikannya (menghidupkannya) kembali, dan menghidupkan kembali itu lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)"
Bantahan-bantahan yang dilakukan orang-orang kafir, seperti yang digambarkan di dalam ayat sebelumnya, didasarkan pada pemikiran mereka. Ayat ini menjelaskan bahwa ajaran Ilahi didasarkan pada kitab suci yang hak. Allah menegaskan bahwa Allah yang telah menurunkan Kitab suci Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, dan kitab-kitab suci yang lain kepada para rasul sebelum beliau dengan membawa kebenaran yang bersumber dari Yang Mahabenar dan kitab suci itu juga menjadi neraca keadilan untuk menetapkan hukum di antara manusia. Dan tahukah kamu, wahai manusia, tentang waktu kedatangan hari Kiamat, dan bersiap-siaplah untuk menghadapinya karena boleh jadi hari Kiamat itu sudah dekat waktu kedatangannya'18. Orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari Kiamat meminta de-ngan mengolok-olok agar hari itu segera terjadi jika memang betul ada dan akan datang, sedangkan orang-orang yang beriman kepada keniscayaan adanya hari akhir itu merasa takut kepadanya karena aneka ragam siksanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah akan terjadi dan kedatangannya merupakan satu hal yang pasti. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu dan meragukan kedatangannya benar-benar telah tersesat jauh dari kebenaran.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada nabi-nabi-Nya, yang memuat kebenaran yang tak diragukan, jauh dari kebatilan dan semuanya mengandung kebaikan. Dia memberikan perintah untuk berbuat adil untuk menjadi acuan menentukan hukuman dalam mengadili orang-orang yang dituduh bersalah dan menghukum mereka dengan hukuman yang telah ditetapkan di dalam Kitab-Nya. Firman Allah:
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. (al-hadid/57: 25)
Penutup ayat ini mendorong kita berbuat baik dan adil untuk kebahagiaan ukhrawi dan menjauhi godaan duniawi. Karena tidak diketahui kapan dunia ini kiamat, maka tentunya kita harus patuh dan taat mengikuti petunjuk Al- Qur'an, selalu berbuat adil di antara sesama manusia, mengamalkan apa-apa yang diperintahkan, selalu waspada terhadap kemungkinan panggilan Allah yang datang dengan tiba-tiba, lalu tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik, merugilah dia, dan di hari Kiamat nanti dia akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk beramal baik. Sabda Nabi saw:
Rasulullah ﷺ bersabda,"Tidak seorang pun yang meninggal dunia melainkan ia menyesal."Para sahabat bertanya, Apakah penyesalan mereka wahai Rasulullah?" Nabi menjawab,"Jika ia seorang yang berbuat baik maka ia menyesal karena kebaikannya tidak bertambah lagi. Jika ia seorang yang tidak baik maka ia menyesal karena tidak sempat melepaskan dirinya dari kejahatan itu. (Riwayat at-Tirmidhi).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KESATUAN AGAMA
Ayat 13
“Dia telah gariskan bagi kamu perihal agama, sebagai apa yang telah diwajibkan-Nya kepada Nuh."
Nabi Muhammad adalah Nabi penutup, sedang Nabi Nuh adalah Rasul yang mula-mula menerima syari'at. Jarak antara Nuh dan Muhammad kira-kira 8.000 tahun. Namun inti sari yang digariskan kepada Muhammad adalah yang diwajibkan kepada Nuh itu juga."Danyang Kami telah wajibkan kepada engkau dan apa yang telah Kami wajibkan dia kepada Ibrahim dan Musa dan Isa." Di sini bertambah jelas bahwa Musa, Isa, dan Muhammad pun hanya diberi satu macam tugas kewajiban meskipun masanya berbeda.
Apakah tugas yang sama atau satu itu? “(Yaitu): bahwa kamu tegakkan agama dan jangan kamu bercerai-beraipadanya." Agama itu hanya satu, yaitu mengakui keesaan Allah dan sesudah diakui keesaan-Nya itu lalu beribadah kepada-Nya, berbakti, taat! Untuk mengajarkan inilah sekalian rasul-rasul itu diutus. Di dalam ayat ini disebut lima rasul yang inti, yang disebut “Ulul azmi min ar-rusuli" (rasul-rasul yang mempunyai tugas istimewa). Yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa al-Masih, dan Muhammad (shalawat dan salam Allah buat mereka semua).
Lantaran dimaksud dengan ad-din, yang kita artikan agama itu hanya satu, yaitu kebaktian kepada Allah. Dengan sendirinya maka hakikat agama di dalam dunia hanya satu. Itulah yang diperingatkan Allah bahwa kamu tegakkan agama dan jangan bercerai-berai padanya.
“Amat berat atas orang musyrikin apa yang engkau ajak mereka kepadanya" Mengapa mereka merasa amat berat? Sebab ini adalah menanam suatu cita-cita besar, yang di zaman modern disebut ideologi. Menanam kesatuan tujuan yaitu Allah dan menanam kesatuan kepercayaan dan pegangan yang amat jauh tujuan, tahan buat berabad-abad, dan kalau pendirian itu dipegang, bukan saja berhala yang mesti runtuh, bahkan kesukuan-kesukuan, mementingkan kabilah, harus dikesampingkan. Yang ada hanya ukhuwah dalam agama, ini adalah soal tauhid, menanam keyakinan satu Tuhan.
Satu agama, satu keyakinan hidup. Padahal mereka musyrik; banyak Tuhan dan banyak kabilah, banyak keyakinan, sebanyak kepala penganutnya, inilah yang membuat mereka keberatan. Tetapi Allah telah memberikan harapan.
“Allah, Dia memilih buat itu siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan diberi-Nya petunjuk siapa yang kembali kepada-Nya “
Allah sendiri yang akan memilih, siapa yang bersedia buat agama itu. Lantaran itu maka Islam tidak membeda nabi. Semua nabi, adalah nabi-Nya. Tidak membeda kitab, semua kitab-kitab-Nya. Yahudi dan Nasrani dalam pandangan Islam adalah hanya perbedaan cara melakukan beberapa peraturan, tetapi tidak tentang pokok. Sebab itu mereka dihormati, disebut Ahlu! Kitab, orang yang keturunan kitab. Tidak sekali-kali disamakan anggapan kepada mereka dengan kepada musyrik. Nabi-nabi yang terdahulu itu pun mengatakan bahwa sepeninggal mereka akan datang seorang Nabi besar, yang syari'atnya akan menyempurnakan pekerjaan mereka. Sebab itu maka orang Yahudi menunggu kedatangannya dan Nasrani pun demikian pula. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi disebut Messias. Di dalam kitab Injiinya orang Nasrani disebut Paraclet. Orang Yahudi yang berdiam di Yatsrib (Madinah), bila mereka bercakap-cakap dengan orang Arab penduduk negeri itu selalu mereka mengatakan juga bahwa Nabi itu akan datang, sehingga perkataan orang Yahudi itulah salah satu pendorong yang menyebabkan Kabilah Aus dan Khazraj mau percaya atas seruan Nabi Muhammad saw,. Inilah rupanya Nabi yang selalu dikatakan orang Yahudi itu.
Tetapi bagaimana kenyataannya setelah Nabi Muhammad ﷺ datang?
Ayat 14
“Dan tidaklah mereka bercerai-berai melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan; lantaran kedengkian di antara mereka."
Apakah pengetahuan itu? Yaitu Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur'an, itulah pengetahuan itu. Sudah jelas sekarang bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu bukan dari Bani Israil, tetapi dari Bani Isma'il. Al-Qur'an bukan lagi bahasa Ibrani, tetapi bahasa Arab. Orang Arab yang selama ini diejek dan diolok karena tidak bernabi, sekarang akan naik. Maka timbullah dengki. Lalu mereka sesama mereka jadi pecah. Hanya beberapa orang saja yang sudi mengakui kenabian Muhammad, yang lain mendustakan.
“Dan kalau bukanlah kalimat yang telah terdahulu dari Tuhan engkau, sampai suatu waktu yang telah ditentukan, niscaya telah dihukum di antara mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwarisi kitab sesudah mereka itu adalah di dalam keragu-raguan daripadanya, lagi bimbang."
Kalimat yang telah tersurat terlebih dahulu di dalam al-Lauh al-Mahfuzh, rupanya telah menentukan bahwa perjuangan menegakkan kalimat tauhid yang sejati itu tidak akan berhenti dengan kemenangan Nabi ﷺ saja. Akan panjang lagi ujungnya di belakang, untuk berabad-abad. Sedang hukuman bagi yang kufur akan diberikan kelak di suatu waktu yang telah ditentukan, yaitu di akhirat. Adapun di dunia ini, kemenangan cita akan ditentukan oleh perjuangan yang tidak boleh berhenti. Karena orang yang keturunan kitab sesudah mereka akan masih tetap raga-ragu dan bimbang. Sebab itu maka revolusi jiwa untuk mencapai tauhid tidak akan selesai sampai hari Kiamat. Kemudian Allah memesankan kepada rasul-Nya,
Ayat 15
“Karena demikian maka ajaklah dan bendirilah teguh sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan jangan engkau ikuti hawa nafsu mereka."
Dengan ayat ini Rasulullah ﷺ sudah diberi dua perintah yang pokok. Pertama, dakwah teruskan, ajakan dan seruan tidak boleh berhenti. Kedua, pendirian teguhkan. Tegak lurus dengan keyakinan kepada Allah; istiqamah. Karena suatu dakwah tidak akan jaya, kalau yang berdakwah tidak mempunyai istiqamah dan sebagai lanjutannya jangan diikuti, jangan dipedulikan hawa nafsu mereka yang hendak membawa kepada pertengkaran yang sangat menghabiskan tenaga dan hen-daklah dijelaskan pendirian. Pendirian yang tidak digoyahkan oleh gelora hawa nafsu lawan. Pendirian itu ialah
“Dan katakanlah, ‘Aku percaya kepada apa yang ditrnunkan Allah dari al-Kitab dan aku diperintah supaya berlaku adil di antara kamu. Allah adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu Bagi kami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan-amalan kamu Tidak ada pertengkaran di antara kami dengan kamu. Allah akan mengumpulkan di antara kita dan kepada-Nyalah tempat kembali."
Demikianlah sikap yang diperintahkan Allah kepada Rasui-Nya ﷺ ketika di Mekah. Sebab orang-orang Yahudi dari Yatsrib atau Nasrani dari Najran, banyak juga berulang ke sana. Nabi Muhammad ﷺ menutup segala pertengkaran yang mungkin timbul, sebab bila dibanding dengan musyrik-musyrik penyembah berhala yang masih berurat berakar di tanah Arab di Mekah khususnya, maka tidaklah layak ditimbulkan pertikaian Islam dengan Ahlul Kitab. Sebab pokok agama itu hanya satu pada hakikatnya. Beramallah kamu menurut keyakinanmu, kami pun beramal menurut keyakinan kami. Tidak usah ada pertengkaran di antara kita dan saya akan tetap memperlakukan kamu dengan adil. Tentang perbedaan paham di antara kita, nanti di hadapan Allah kita minta penyelesaian-Nya. Sebab kita semua akan kembali kepada-Nya dan berkumpul di hadapan-Nya.
Ayat 16
“Dan orang-orang yang membantah kepada Allah sesudah diperkenankan baginya, bantahan mereka tidak ada gunanya di sisi Tuhan mereka. Dan ke atas mereka kemurkaan dan bagi mereka adzab yang sangat."
Bantahan-bantahan itu nyata tidak ada harganya sama sekali. Tidak ada kebenaran melainkan satu, yaitu dari Allah. Bantahan atas kebenaran Allah, hanyalah hawa nafsu maka kemurkaan dan adzablah yang akan jadi jawabnya.
Turunnya ayat ini karena Yahudi-Yahudi disokong oleh musyrikin mengemukakan beberapa bantahan dan pertanyaan-pertanyaan yang maksudnya semata-mata membangga bahwa ajaran Yahudi lebih tua.
Tetapi tiap-tiap bantahan itu saat dipatahkan oleh Nabi ﷺ. Akhirnya turunlah ayat ini buat memukul jatuh mereka.
Ayat 17
Apa bantahan lagi, padahal: “Allah-lah yang menurunkan kitab itu."
Bukan ia semata kata-kata Muhammad. Dia hanya penyaluT wahyu, “dengan kebenaran dan neraca." Kebenaran yang tak saat dibantah oleh jiwa murni dan neraca pertimbangan yang adil, yang tidak saat berpaling lagi.
“Dan engkau tidak tahu, barangkali Sa'at itu sudah dekat."
Bagaimana sambutan mereka tentang berita bahwa Sa'at, atau Kiamat itu pasti datang?
Ayat 18
“Meminta cepat kedatangannya orang-orang yang tidak beriman kepadanya."
Karena mereka menerimanya dengan olok-olok. Sebab tiap-tiap berbicara soal agama Nabi Muhammad ﷺ selalu menyebut Kiamat mesti datang. Tetapi tidak juga datang. Sebagai juga rasa kekufuran manusia di zaman kita ini. Kata mereka: sudah 14 abad, 14 kali 100 tahun Muhammad mengatakan dunia akan Kiamat, sekarang belum juga! “Dan orang-orang yang beriman merasa takut daripadanya dan mereka tahu bahwasanya dia itu sebenarnya." Mereka merasa takut kalau-kalau Kiamat datang sedang amalan mereka masih sangat berkurang-kurang.
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang Sa'at itu adalah di dalam kesesatan yang jauh."
Ingatlah orang yang tidak percaya akan hari Kiamat itu sejauh-jauhnya karena yang dipikirkannya hanya semata-mata dunia. Dia tidak takut berbuat aniaya di bumi, sebab tidak yakin akan ada pembalasan.
Ayat 19
“Allah amat lemah lembut kepada hamba-hamba-Nya, diberi-Nya rezeki barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia adalah Yang Mahakuat dan Yang Mahagagah."
Apabila setiap hari ini kita memakan dan meminum rezeki yang diberikan-Nya, hidup senang, harta ada, pangkat, kebesaran dan lain-lain, terasalah betapa lemah lembut-Nya Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Kita girang, kita tertawa. Tetapi Dia Mahakuat karena apabila nikmat itu hendak dicabut-Nya, sedikit pun kita tidak dapat bertahan. Umur berjalan terus, dari muda kita terus tua, dan akhirnya mati. Badan mulanya kuat, akhirnya dengan tidak disadari, tenaga itu kian susut dan surut, dan mati. Dihitung-hitung masa yang dilalui, rupanya hanya sebentar saja. Kita rasakan kejadian dua puluh tahun yang lalu, baru rasa kemarin. Sedang yang akan ditempuh masih lama rasanya. Sebelum merasa kepuasan, air kehidupan pun habis. Kita hidup di antara sifat ilahi. Al-Lathif dengan al-Qawi dan al-Aziz. Di antara karunia lemah lembut-Nya dengan kuat gagah-Nya. Kita akan terombang-ambing dalam hidup kalau kita lupa al-Qawi dan al-Aziz karena menikmati al-Lathif. Moga-moga dapatlah kita mencamkannya dalam hati, setiap hari.
Ayat 20
“Barangsiapa yang menginginkan kebun akhirat, akan Kami tambah untuknya perkebunannya. Dan barangsiapa yang menginginkan kebun dunia, akan Kami berikan kepadanya sebagian daripadanya; tetapi tidaklah ada baginya di akhirat pembagian apa-apa."
Sebab itu maka ayat ini menganjurkan kita membuka kebun akhirat sedang dalam dunia mi. Sebab hidup Muslim adalah satu jua, yaitu hidup yang berpangkal di dunia dan berujung di akhirat. Untuk mencapai akhirat tidak ada jalan lain melainkan melalui, ataupun melintasi dunia. Apabila hidup itu hendak kita potong, yaitu tidak mengingat akhirat, yang kita capai hanya dunia sajalah. Itu pun dapatnya hanya laksana mimpi belaka. Sedang mencoba-coba dia sudah habis atau laksana memakan limau kesumba (jeruk), ketika memakannya terasa manisnya. Setelah jeruk habis maka bekas pahitnya tinggallah di kerongkongan dan di lidah. Dan setelah mati maka yang akan d-dapati di akhirat tidak ada apa-apa. Setelah mati tertutup yang penghabisan dan cerita kehidupan sudah tamat, barulah terbuka hal yang sebenarnya, bahwa kehidupan yang sudah kita lalui itu tidaklah apa-apa.