Ayat
Terjemahan Per Kata
تَنزِيلُ
diturunkan
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡعَلِيمِ
Maha Mengetahui
تَنزِيلُ
diturunkan
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡعَلِيمِ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Diturunkannya Kitab (Al-Qur’an) ini dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
(Diturunkan Kitab ini) yakni Al-Qur'an, menjadi Mubtada (dari Allah) Khabar Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.
Tafsir Surat Al-Mukmin: 1-3
Haa Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). Mengenai huruf-huruf hijai yang mengawali surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Menurut suatu pendapat, Ha-Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah; mereka yang berpendapat demikian memperkuatnya dengan ucapan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya: ...
... Dia mengingatkanku kepada Ha Mim (Allah) saat tombak telah beradu, maka mengapa dia tidak membaca (mengingatkanku kepada) Ha Mim sebelum maju perang. Disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi melalui Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari Al-Muhalkan ibnu Abu Safrah yang mengatakan bahwa dia pernah menceritakan kepadanya sabda Rasulullah ﷺ berikut ini dari orang yang mendengarnya langsung dari beliau ﷺ, yaitu: Jika kalian mau mengadakan serangan malam ini, katakanlah, "Ha Mim, semoga mereka tidak mendapat pertolongan.
Sanad hadis ini berpredikat sahih. Abu Ubaid memilih riwayat yang menyebutkan, "Ha Mim, maka mereka tidak akan menang." Yakni jika kalian mengucapkan, "Ha Mim," niscaya mereka tidak akan mendapat kemenangan. Dia menjadikan lafaz layunsarun sebagai jawab dari faqulu. Firman Allah ﷻ: Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-Mumin: 2) Yakni penurunan kitab Al-Qur'an ini adalah dari Allah Yang Mempunyai Keperkasaan dan Pengetahuan, Zat-Nya tidak dapat dijangkau, dan tiada suatu atom pun yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun hijab penghalangnya berlapis-lapis.
Firman Allah ﷻ: Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mumin: 3) Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya. Firman Allah ﷻ: lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mumin: 3) Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50) Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat dalam Al-Qur'an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan rasa harap dan takut kepada-Nya.
Firman Allah ﷻ: Yang mempunyai karunia. (Al-Mumin: 3) Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keluasan dan kecukupan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Yazid ibnul Asam mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai kebaikan yang banyak. Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia. Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah ﷻ adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri salah satu pun darinya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18) Adapun firman Allah ﷻ: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mumin: 3) Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mumin: 3) Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya (Ar-Ra'd:41) Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq As-Subai'i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah Umar ibnul Khattab, lalu lelaki itu bertanya, "Hai Amirul Muminin, sesungguhnya aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?" Maka Umar r.a. membacakan firman-Nya: Ha Mim.
Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mumin: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata kepadanya, "Beramallah, janganlah kamu berputus asa." Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini, juga Ibnu Jarir, sedangkan teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh).
Dia biasa menghadap kepada Khalifah Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan bin Anu?" Orang-orang menjawab, "Wahai Amirul Muminin, dia sekarang gemar minum-minuman ini (khamr)." Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya (sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, "Tulislah, dari Umar ibnul Khattab kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat serta sangat keras hukuman-Nya Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan." Setelah itu Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka, semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah.
Ketika surat itu sampai kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca berulang-ulang, lalu berkata, "Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat, Yang sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku." Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im melalui hadis Ja'far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu.
Ketika beritanya sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, "Cara inilah yang harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia, teguhkanlah hatinya, dan mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus'ab ibnuz Zubair r.a. di daerah pedalaman Kufah.
Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mumin hingga sampai pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mumin: 3). Tiba-tiba ada seorang lelaki di belakangku yang mengendarai bagal berbulu blonde dengan mengenakan pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan, "Yang Mengampuni dosa, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa, ampunilah bagiku dosa-dosaku.
Dan jika engkau katakan, "Yang Menerima tobat, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Menerima tobat, terimalah tobatku. Dan jika engkau katakan, "Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku." Maka aku menoleh ke belakang, dan ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, "Apakah kalian melihat seorang lelaki yang mengenakan kain burdah yamani?" Mereka menjawab, "Kami tidak melihat seorang pun." Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas a.s.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Di ayat-ayat terakhir Surah az-Zumar, Al-Qur'an menggambarkan bagaimana perlakuan yang ditetapkan oleh Allah terhadap orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Salah satu penyebab dari terjadinya dua bentuk perlakukan tersebut adalah sikap mereka terhadap Al-Qur'an. Oleh sebab itu, ayat-ayat berikut di awal surah ini menegaskan kembali kebenaran Al-Qur'an itu. Kitab ini yakni Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, benar-benar dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. 3. Dia Allah Yang Maha Pengampun, mengampuni dosa dan menerima tobat bagi orang yang mau memohon ampunan dan bertobat, dan pada waktu yang bersamaan juga sangat keras hukuman-Nya; serta Dia juga yang memiliki karunia. Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Dia. Hanya kepada-Nya saja-lah semua makhluk kembali.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Kitab Suci Al-Qur'an yang merupakan kitab suci bagi Nabi Muhammad dan umatnya wajib diamalkan isi dan petunjuknya. Ia merupakan kitab suci terakhir yang membenarkan kitab-kitab suci yang sebelumnya, dan benar-benar diturunkan dari Allah, Tuhan sekalian alam, Tuhan Yang Mahaperkasa, tak ada satu makhluk pun yang dapat mengalahkan-Nya, Tuhan Yang Maha Mengetahui, tiada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah bagaimanapun kecil dan halusnya. Firman Allah:
Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (al-A.hqaf/46: 2)
Kitab Suci Al-Qur'an tidak mungkin dibuat oleh selain Allah dan tidak mungkin juga dibuat oleh Muhammad ﷺ sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh Islam. Hal ini telah ditegaskan Allah di dalam Al-Qur'an dengan firman-Nya:
Dan tidak mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah. (Yunus/10: 37)
Dan firman-Nya:
Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? (Yunus/10: 38)
Bahkan, Kitab Suci Al-Qur'an itu diturunkan dengan latar belakang yang beraneka ragam, berisi petunjuk bagi manusia untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang. Firman Allah:
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (Ibrahim/14: 1)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-MU'MIN
(SEORANG YANG BERIMAN)
SURAH KE-40, 85 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -85)
***
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih,
Ayat 1
“Haa Miim."
Tujuh surah berturut-turut dimulai dengan Haa Miim: (1) al-Mu'min atau Ghaafir, (2) Fushshilat, (3) asy-Syuuraa, (4) az-Zukhruf, (5) ad-Dukhaan, (6) al-Jaatsiyah, dan (7) al-Ahqaaf. Kumpulan dari ketujuh surah yang dimulai dengan Haa Miim ini dinamai surah al-Hawaamiim.
Disalinkan oleh al-Qurthubi di dalam tafsirnya sebuah hadits yang dirawikan oleh Anas bin Malik, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
“Al-Hawaamiim adalah perhiasan Al-Qur'an."
Al-Hawaamiim ialah nama dari ketujuh surah yang dipangkali dengan huruf Haa Miim itu. Dan ketujuh surah itu diturunkan di Mekah.
Tentang huruf Haa Miim itu sendiri berbagai pula pensaat ulama tentang maksudnya. Ikrimah mengatakan bahwa berdasar kepada sabda Nabi ﷺ sendiri, huruf Haa
Miim itu adalah satu di antara nama-nama Allah dan salah satu dari anak kunci pembuka perbendaharaan Allah.
Ibnu Abbas mengatakan pula, “Haa Miim adalah satu di antara nama-nama Allah Yang Mahaagung."
Dan satu riwayat pula dari Ibnu Abbas ada pertalian di antara huruf-huruf di pangkal surah-surah.
Alif Laam Raa di pangkal surah Yuunus, surah Huud, surah Yuusuf, surah Ibraahiim, dan surah al-Hijr.
Haa Miim di pangkal 7 surah al-Mu'min atau Ghaafir, Fushshilat, asy-Syuuraa, az-Zukhruf, ad-Dukhkhan, al-Jaatsiyah, dan al-Ahqaaf.
Nuun di pangkal surah al-Qalam.
Setelah dipertemukan ketiga huruf-huruf di pangkal surah itu, jadilah dia:
الر + حم + ن
ar-Rahmaan.
Atha al-Khurasani berkata bahwa huruf Haa adalah isyarat daripada nama Allah;
- Hamiid yang berarti Yang Maha Terpuji,
- Hannaan yang berarti Maharindu akan hamba-Nya,
- Haliim yang berarti tidak segera marah, dan
- Hakiim yang berarti Mahabijaksana.
Dan huruf al-Miim adalah isyarat kepada nama-nama Allah
- Malik yang berarti Maharaja diraja
- Majiid yang berarti yang Mahamulia,
- Mannaan, yang berarti suka memberi,
- Mutakabbir yang berarti membesarkan diri, dan
- Mushawwir yang berarti Yang Memberi bentuk.
Mujahid menafsirkan secara sederhana saja, yaitu “Haa Miim ialah salah satu susun huruf sebagai pembukaan surah."
Dan ada lagi beberapa penafsiran lain yang tidaklah ada penafsiran itu yang kita tolak bahkan bolehlah kita terima semuanya sebagai mengambil kesan bagaimana mendalamnya orang merenungkan maksud daripada Al-Qur'an dan tiap-tiap hurufnya.
Ayat 2
“Penurunan Al-Kitab itu ialah dari Allah."
Dengan pangkal ayat ini diteguhkanlah keimanan dan keyakinan tiap-tiap Muslim bahwasanya al-Kitab itu, yaitu Al-Qur'an adalah turun langsung dari Allah dan bukanlah dia karangan Muhammad ﷺ dan bukan pula ilham dari yang lain. Sebagaimana pengakuan kita akan adanya nabi-nabi yang lain dan rasul-rasul yang lain menerima wahyu langsung dari Allah, demikian pulalah iman kita tentang wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dari kehidupan Nabi Muhammad ﷺ sendiri sudah saat kita membuktikan bahwa Al-Kitab ini bukanlah karangannya sendiri karena sebelum dia menjadi Rasul dalam usia 40 masuk 41 tahun belumlah dikenal bahwa pernah dia mengarang suatu rangkuman kata-kata, baik tersusun sebagai syair atau sebagai suatu pidato yang disebut menurut ilmu berpidato (retorika). Bahkan ketika mula dia menerima wahyu itu di atas jabal Nur di dalam Gua Hira, ketika dia disuruh membaca oleh Jibril dikatakannya terus terang bahwa dia tidaklah pandai membaca. Bagaimana dia akan pandai mengarang suatu buku, kalau kiranya membaca saja pun dia tidak pandai?
Pada lanjutan ayat berfirman Allah bahwa Dia MahaperkSsa. Sebab itu, Dia Mahakuasa dan sanggup membuat hamba-Nya yang tidak pandai membaca dan menulis itu menerima wahyu yang begitu tinggi tarafnya, dibawakan oleh Malaikat Jibril. Berturut-turut wahyu itu turun selama 23 tahun, yaitu 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Inilah yang kemudian dibukukan dijadikan mushaf oleh khalifah yang pertama Abu Bakar Shiddiq dan dilanjutkan menyalin kepada beberapa naskah oleh khalifah ketiga, Amiril Mukminin Utsman bin Affan.
“Maha Mengetahui"
Maka oleh karena Allah itu Maha Mengetahui keadaan seluruhnya, di antara keadaan manusia yang dijadikan-Nya khalifah di muka bumi, diturunkannyalah wahyu untuk kebahagiaan dan keselamatan mereka dunia dan akhirat, jangan sampai mereka handam karam seluruhnya atau tersesat kepada jalan yang salah karena tidak ada bimbingan. Maka isi Al-Qur'an benar-benar menunjukkan betapa luasnya pengetahuan Allah atas keadaan yang Dia hadapi pada hamba-hamba-Nya.
Ayat 3
“Pemberi ampun dosa."
Pangkal ayat 3 ini bertalian dengan ayat 53 dan surah yang sebelumnya, surah az-Zumar, yang di sana Allah menyuruh Rasul-Nya menyampaikan pesan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang selama ini telah melampaui batas-batas, telah banyak berbuat dosa, agar mereka janganlah berputus asa dari rahmat Allah karena Allah sanggup memberi ampun dosa semuanya, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Pintu untuk minta ampun itu selalu terbuka."Penerima Tobat," mana hamba-hamba-Nya yang kembali kepada jalan yang benar, mereka akan diterima oleh Allah, bahkan disebutkanlah bahwa Allah turun sendiri mendekati hamba-hamba-Nya buat mendengarkan tobatnya.
“Turunlah Tuhan kita, Yang Mahamulia dan Ma-hatinggi tiap-tiap malam ke langit dunia (langit terdekat), ketika tinggal sepertiga malam. Dia berkata, ‘Siapakah yang hendak berdoa kepada-Ku, supaya Aku kabulkan doanya? Siapa yang akan memohon kepada-Ku? Agar Aku beri apa yang dia minta! Siapa yang akan memohon ampun? Supaya Aku beri ampunan." (HR Bukhari dan Muslim)
Tetapi, “Sangat berat siksaan-Nya." Sungguh pun Dia pemberi tobat, namun yang tidak mau juga mengerti, yang acuh tak acuh, yang hanya mengharapkan kasih Allah tetapi tidak ingat akan murka Allah, maka sangat berAllah siksaan yang akan diterimanya. Itulah sebabnya maka di samping Allah menyediakan surga bagi orang yang beramal saleh, Dia pun menyediakan neraka bagi orang yang durhaka. Maka apabila Allah menghukum, bukanlah karena kekejaman melainkan karena keadilan. Adalah mustahil bagi Allah yang bersifat kasih dan sayang bilamana tidak diimbangi dengan keadilan. Sebagaimana keperkasaan Allah diimbangi juga oleh kebijaksanaan. Di situlah terletak kesempurnaan sifat Allah.
Firman Allah,
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah itu sangat keras siksaan-Nya dan bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Penyayang." (al-Maa'idah: 98)
“Yang empunya karunia; yaitu karunia yang berkepanjangan, yang tidak putus-putus.
Selama nyawa masih dikandung badan, selama itu pula karunia di dunia ini masih ada. Persediaan masih cukup. Dan karunia utama sesudah nyawa ialah akal pikiran, yang dengan dia kita manusia saat bergerak berusaha sendiri, dengan tidak lepas dari pengawasan Allah."Tiada Tuhan melainkan Dia." Yang sanggup memberi ampun jika berdosa, yang sanggup memberi tobat jika kembali ke jalan yang benar, dan yang nikmat-Nya tidak berkeputusan hanya Allah saja. Yang lain tidak ada karena yang lain adalah alam semata-mata, di bawah kekuasaan-Nya. Sebab itu maka Allah hanya Dia saja.
“Kepada-Nyalah akan kembali."
Dari Dia kita datang, dengan seizin dan atas kemauan-Nya maka kita berada dalam dunia ini untuk sementara waktu. Nanti akan kembali kepada-Nya jua.
Ayat 4
“Tidaklah ada yang berbantah-bantahan tentang ayat-ayat Allah kecuali orang-orang yang kafir."
Yang dimaksud dengan berbantah-bantahan atau membantah ayat-ayat Allah ialah orang yang menanggapi ayat Allah dengan cara batil, dengan tidak jujur, semata-mata hanya hendak menolak kebenaran, atau menyalahartikan dan menyelewengkan maksudnya.
“Maka janganlah membuat silau engkau bersimpang-siwi mereka di dalam negeri-negeri."
Sudah dijelaskan bahwasanya orang yang mencari saja pasal-pasal yang akan dibantah dari ayat-ayat Allah tidak lain adalah orang kafir. Kalau tidak ada sikap kufur tidaklah mereka akan berani bersikap begitu tidak sopan. Biasanya orang-orang itu kaya, berkuasa atau merasa diri pintar. Ini banyak kita alami dalam kita mempertahankan agama kita yang kita cintai ini.
Kaum orientalis Barat memperdalam pengetahuan mereka tentang agama Islam bukanlah karena hendak mereka imani, melainkan karena hendak mereka cari segi-segi kelemahannya, untuk memperlemah iman orang Islam sendiri yang kurang ilmunya tentang agamanya sendiri. Kaum orientalis ini dibelanjai oleh negara-negara penjajah dan oleh misi dan zending agama Kristen, Mereka karang buku-buku dan dengan paksa buku-buku yang mereka karang itu diajarkan dan dibaca oleh orang Islam sendiri yang mensaat pendidikan penjajahan. Lama-lama kita mendengar celaan kepada ajaran Islam bukan lagi dari kaum penjajah, melainkan dari orang-orang yang mensaat didikan Barat dan masih mengakui Islam, Sejak itu banyaklah kita dengar bantahan atau usaha melemahkan ayat-ayat Al-Qur'an,
Misal satu di antaranya ialah karena agama Islam mengizinkan orang beristri lebih dari satu sampai berempat, maka dimasukkanlah celaan kepada Islam bahwa agama ini tidak memberi penghargaan yang layak bagi kaum perempuan. Bahwa agama Islam agama yang hanya mementingkan syahwat saja. Sebab agama Islam membolehkan poligami.
Padahal agama Islam hanya membolehkan bagi siapa yang sanggup dari segi perbelanjaan dan kalau orang takut tidak akan adil, hendaklah satu saja. Mereka yang membantah ayat poligami ini sengaja melupakan, tidak mau menyelidiki dari segi ilmu biologi bahwasanya banyaklah orang laki-laki yang tidak merasa puas syahwatnya kalau istrinya hanya satu. Sebab itu maka di dunia Barat yang agamanya tidak mengizinkan poligami itu istri yang resmi, yang dibawa ke gereja hanya satu, tetapi orang laki-laki bebas berbuat sekehendak hati bergaul dengan perempuan yang bukan istrinya berapa dia sanggup, sedang anaknya tidaklah masuk dalam perhitungan hukum. Sedang dalam Islam anak dari sekalian istri itu sama haknya dan sama bagian waris yang akan mereka terima.
Secara jujur tidak pula mau mereka itu mengadakan statistik berapa banyaknya orang yang beristri lebih dari satu itu menurut peraturan agama Islam itu di dalam dunia Islam. Mereka tidak mau menyelidiki sampai ke sana, bahwasanya yang beristri berdua tidaklah sampai 5% buat seluruh dunia dan yang beristri tiga orang tidaklah sampai 2% dan yang beristri berempat tidaklah sampai 0.5%. Lalu bandingkan dengan kehidupan modern materislistis orang Barat yang berpoligami, meskipun agama mereka tidak mengakui.
Mereka cemoohkan karena di dalam Al-Qur'an ada menyebutkan bahwa di dalam surga itu kelak akan disediakan anak bidadari untuk menghibur orang laki-laki. Mereka mencemooh, mengapa tidak sedia bidadara untuk orang perempuan. Mengapa sampai di akhirat pun masih saja tidak ada persamaan hak di antara laki-laki dengan perempuan. Kalau laki-laki diberi hadiah penghibur anak bidadari, mengapa orang perempuan tidak dihibur dengan anak bidadara. Mereka ukur kesucian yang ditanamkan oleh Al-Qur'an, agar orang perempuan merasa bangga dengan kesetiaan pada suami, supaya dibongkar pendidikan itu dan tukar dengan kebebasan orang perempuan memelihara pula gundik laki-laki. Padahal di dalam Al-Qur'an pun ada ayat-ayat yang menerangkan adanya anak muda-muda sebagai bidadari laki-laki yang disifatkan sebagai mutiara yang tersimpan indah di dalam giwang, Namun Al-Qur'an ketika menerangkannya tidaklah menyebut-nyebut bahwa bidadari laki-laki itu disediakan buat perempuan bersuami, melainkan disebutkan saja. Yang saat dipahamkan bahwa orang perempuan muda, gadis-gadis perawan yang mati muda belum sempat bersuami, besar kemungkinan, untuk mereka bidadari laki-laki atau bidadara itu disediakan Allah.
Banyak lagi contoh-contoh lain yang mereka timbulkan keraguan dan bantahan terhadap Al-Qur'an, mengenai segala bidang kehidupan. Sampai ada yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu hanya semata-mata mengajarkan untuk beribadah kepada Allah. Al-Qur'an tidak meninggalkan peraturan untuk mengatur negara. Mereka mempropagandakan lebih baik mengikuti ideologi ajaran manusia sebagai materialisme, mandsme atau liberalisme Barat, daripada mengikuti ajaran Islam.
Ayat 4 ini telah menegaskan bahwa orang-orang pembantah ayat-ayat Allah ini tidak lain adalah orang-orang kafir. Orang yang beriman sejati jangan sampai terpesona, jangan sampai silau jika orang-orang semacam ini bersilang siur dalam negeri-negeri atau tegasnya janganlah terpesona, janganlah silau jika orang-orang semacam itu yang memegang tampuk kekuasaan.
Diperingatkan di ujung ayat supaya Rasul ﷺ, demikian juga orang-orang yang beriman jangan sampai silau atau terpesona melihat orang-orang semacam itu bersilang siur, pergi dan pulang, hilir dan mudik dalam negeri-negeri, dari daerah ke daerah, dari benua ke benua karena kekuasaan sedang ada di tangan mereka. Kesombongan orang kafir itu tidak akan lama. Bagaimanapun mereka bergerak, mengatur segala macam siasat, kekuasaan, kesempatan, korupsi, penipuan, dan mempertahankan kekuasaan dengan segala macam tipu daya jahat, tidaklah mereka akan sanggup menentang kekuatan alam dan kekuasaan pencipta alam.
Contoh orang semacam ini sudah banyak dilihat. Kalau kekuasaan mereka terasa terlalu lama, lain tidak hanyalah karena orang yang menderita penindasannya tidak sabar. Di dalam Al-Qur'an di mana ada saja kesempatan, Allah memberi ingat contoh kaum yang kafir pembantah ayat-ayat Allah itu. Mereka binasa dan sabilillah atau jalan Allah terentang juga masih panjang dan masih dijalani orang, sedang mereka yang menentang itu hanya tinggal jadi kenangan dan contoh dari kerbau yang menanduk bukit dengan tanduknya.
Bukit tersenyum-senyum saja, namun tanduk si kerbau patah dan dia tersungkur.
Ayat 5
“Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan golongan-golongan yang sesudah mereka."
Tantangan-tantangan terhadap ayat-ayat Allah dari orang yang kafir itu telah dimulai oleh kaum Nabi Nuh terhadap Nabi Nuh sendiri. Nabi Nuhlah yang mula-mula sekali ditugaskan Allah menjadi Rasul membawa syari'at. Sebab itu, kaumnya pulalah pembantah pertama terhadap ayat-ayat Allah. Sesudah kaum Nabi Nuh barulah berturut-turut golongan dan kaum yang lain menentang dan membantah ayat-ayat Allah. Sebagai kaum ‘Ad terhadap Hud, kaum Tsamud terhadap Nabi Shalih, penduduk Madyan terhadap Nabi Syu'aib, penduduk negeri Sadum terhadap Nabi Luth dan yang lebih hebat ialah tantangan Fir'aun terhadap Nabi Musa dan Harun. “Dan telah bermaksud jahat tiap-tiap umat terhadap rasul mereka karena hendak membunuhnya." Bukan saja mereka membantah ayat-ayat Allah, bahkan rasul itu sendiri hendak mereka bunuh. Banyak di antara nabi-nabi itu yang kaumnya berniat jahat hendak membunuhnya. Kaum Tsamud pernah bermufakat rahasia hendak membunuh Nabi Shalih. Nabi Ibrahim telah dihukum hendak dibakar, tetapi api tidak mau membakar badannya. Bahkan ada di antara nabi-nabi itu yang langsung terbunuh, sebagai Nabi Zakariya dan putra beliau Nabi Yahya. Nabi isa menurut keyakinan kita kaum Muslimin, percobaan kaumnya hendak membunuhnya telah digagalkan oleh Allah, diganti dengan pengkhianat yang menjual beliau kepada musuh-musuhnya. “Dan mereka pun membantah dengan yang batil karena hendak menindas yang benar." Semacam inilah yang selalu dikerjakan oleh orang-orang yang kafir, yang membantah
ayat-ayat Allah dalam menghalangi dakwah Rasul. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang batil mereka mencobakan segala upaya hendak menindas atau hendak menghancurkan yang benar. Tetapi oleh karena hakikat yang batil itu tidak ada, samalah usaha mereka itu dengan orang yang berusaha hendak mencampur dan memadukan di antara minyak dengan air. Dia selalu mesti mengguncangkan botol tempat air dengan minyak itu disatukan; diguncang selalu, diguncang selalu, supaya dia kelihatan telah bercampur jadi satu. Dia tidak boleh berhenti sedetik jua pun. Karena asal saja dia berhenti berguncang, di saat itu juga air segera turun ke bawah berkumpul sesama air dan minyak segera mengapung ke atas dan berkumpul sesama minyak."Maka Aku ambil sikap terhadap mereka". Yaitu bahwa Allah pun menentukan keputusan-Nya. Yang batil tidak akan lama bertahan. Bertahannya hanya selama cahaya kebenaran itu belum meliputi. Kalau “Matahari kebenaran" sudah naik, dengan sendirinya yang batil sebagai lambang dari kegelapan itu akan sima, dengan tidak suatu kekuatan pun yang saat menahannya. Semua penantang rasul Allah itu hancur, musnah, runtuh, tenggelam, dan punah.
“Maka betapa jadinya siksaan-Ku?"
Jadinya ialah bahwa yang benar juga yang menang dan yang batil juga yang sirna. Dan itu hanyalah soal waktu semata.
Ayat 6
“Dan demikianlah telah beritaku kepulasan Tuhan engkau atas orang-orang yang kafir."
Inilah semacam sunnatullah! Kekasaran bantahan, keberanian menentang dari pihak yang kafir dan menolak kebenaran Ilahi itu selalu menjadi ujian bagi teguhnya kebenaran Ilahi itu. Segala yang menantang rasul-rasul Allah dan membantah ayat-ayat Allah sejak zaman Nabi Nuh dan golongan-golongan yang sesudahnya itu telah dibinasakan Allah. Maka demikian pulalah yang akan terjadi dengan kaum musyrikin dan kafir di negeri Mekah tatkala mereka menentang Muhammad dan membantah ayat-ayat Allah. Dan demikian jugalah yang akan terjadi seterusnya sampai ke akhir zaman, asal saja pembela-pembela agama Allah yang datang sesudah Nabi benar-benar memberikan dirinya dan hartanya buat menjadi penerus dari gerakan Nabi, penyambut perjuangan Nabi, pewaris dari dakwah Nabi. Karena telah kita alami sifat perjuangan, yaitu bahwasanya setelah tercapai kemenangan, belumlah berarti bahwa jihad telah selesai. Masih akan ada orang kafir membantah ayat Allah, menentang agama Allah dan pembela agama Allah berjuang pula terus, namun si kafir pasti gagal.
“Bahwasanya mereka adalah penghuni neraka."
Maka jihad menegakkan agama Allah itu tidaklah akan berhenti karena masih akan banyak di tiap pergantian masa orang kafir yang membantahnya. Tetapi tantangan dan bantahan itu jualah yang menambah ujian imannya orang yang beriman.