Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan mengapa
لَكُمۡ
bagi kalian
لَا
tidak
تُقَٰتِلُونَ
kamu berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
وَٱلۡمُسۡتَضۡعَفِينَ
dan orang-orang yang lemah
مِنَ
dari
ٱلرِّجَالِ
laki-laki
وَٱلنِّسَآءِ
dan perempuan
وَٱلۡوِلۡدَٰنِ
dan anak-anak
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَقُولُونَ
mereka mengatakan/mendoakan
رَبَّنَآ
ya Tuhan kami
أَخۡرِجۡنَا
keluarkanlah kami
مِنۡ
dari
هَٰذِهِ
ini
ٱلۡقَرۡيَةِ
negeri
ٱلظَّالِمِ
yang dzalim
أَهۡلُهَا
penduduknya
وَٱجۡعَل
dan jadikan
لَّنَا
bagi kami
مِن
dari
لَّدُنكَ
sisi Engkau
وَلِيّٗا
pelindung
وَٱجۡعَل
dan jadikanlah/berilah
لَّنَا
untuk kami
مِن
dari
لَّدُنكَ
sisi Engkau
نَصِيرًا
penolong
وَمَا
dan mengapa
لَكُمۡ
bagi kalian
لَا
tidak
تُقَٰتِلُونَ
kamu berperang
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
وَٱلۡمُسۡتَضۡعَفِينَ
dan orang-orang yang lemah
مِنَ
dari
ٱلرِّجَالِ
laki-laki
وَٱلنِّسَآءِ
dan perempuan
وَٱلۡوِلۡدَٰنِ
dan anak-anak
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَقُولُونَ
mereka mengatakan/mendoakan
رَبَّنَآ
ya Tuhan kami
أَخۡرِجۡنَا
keluarkanlah kami
مِنۡ
dari
هَٰذِهِ
ini
ٱلۡقَرۡيَةِ
negeri
ٱلظَّالِمِ
yang dzalim
أَهۡلُهَا
penduduknya
وَٱجۡعَل
dan jadikan
لَّنَا
bagi kami
مِن
dari
لَّدُنكَ
sisi Engkau
وَلِيّٗا
pelindung
وَٱجۡعَل
dan jadikanlah/berilah
لَّنَا
untuk kami
مِن
dari
لَّدُنكَ
sisi Engkau
نَصِيرًا
penolong
Terjemahan
Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.”
Tafsir
(Mengapa kamu tak hendak berperang) pertanyaan yang berarti celaan; maksudnya tak ada halangannya bagi kamu untuk berperang (di jalan Allah dan) untuk membebaskan (golongan yang lemah baik laki-laki, wanita maupun anak-anak) yakni yang ditahan oleh orang-orang kafir buat berhijrah dan yang dianiaya mereka. Berkata Ibnu Abbas r.a., "Saya dan ibu saya termasuk golongan ini," (yang mengatakan) atau berdoa, "Wahai (Tuhan kami! Keluarkanlah kami dari negeri ini) Mekah (yang penduduknya aniaya) disebabkan kekafiran (dan berilah kami dari sisi-Mu seorang pelindung) yang akan mengatur urusan kami (dan berilah kami dari sisi-Mu seorang pembela.") yang mempertahankan kami terhadap mereka. Allah telah mengabulkan permohonan mereka ini, maka dimudahkan-Nya sebagian mereka itu untuk keluar sedangkan sisanya tinggal di Mekah sampai kota itu berhasil dibebaskan lalu Nabi ﷺ mengangkat Itab bin Usaid sebagai penguasa di Mekah, maka dibelanya orang-orang teraniaya dari penganiaya-penganiayanya.
Tafsir Surat An-Nisa': 75-76
Mengapa kalian tidak mau berperang di jalan Allah membela orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!"
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.
Ayat 75
Allah ﷻ menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk berjihad di jalan-Nya dan berupaya untuk menyelamatkan orang-orang lemah yang tinggal di Mekah dari kalangan kaum laki-laki, kaum wanita, dan anak-anak yang terpaksa tinggal di Mekah tanpa ada pilihan lain. Karena itulah Allah ﷻ menyebutkan dalam firman-Nya:
“Semuanya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini." (An-Nisa: 75)
Yang dimaksud adalah kota Mekah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: “Dan betapa banyak negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat daripada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu.” (Muhammad: 13)
Selanjutnya Allah menyifati penduduk negeri tersebut melalui firman-Nya: “Yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (An-Nisa: 75)
Yakni berikanlah kepada kami pelindung dan penolong dari sisi Engkau.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ubaidillah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan: “Aku dan ibuku termasuk di antara orang-orang yang lemah itu.”
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Ibnu Abu Mulaikah, bahwa Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: “Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak.” (An-Nisa: 98) Lalu ia mengatakan: “Aku dan ibuku termasuk orang-orang yang dimaafkan oleh Allah ﷻ”
Ayat 76
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan tagut.” (An-nisa: 76) Orang-orang mukmin berperang karena taat kepada Allah dan ingin memperoleh rida-Nya, sedangkan orang-orang kafir berperang karena taat kepada setan.
Kemudian Allah menggugah semangat orang-orang mukmin untuk memerangi musuh-musuh Allah melalui firman-Nya: “Sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (An-Nisa: 76)
Demikian besar nilai di sisi Allah terhadap orang yang ikut berperang di jalan Allah. Tidak ada alasan untuk menghindar dari tugas tersebut. Oleh sebab itu, mengapa kamu tidak mau ikut dalam barisan berperang di jalan yang bertujuan utuk menegakkan agama Allah dan juga membela orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, apakah itu orang tua, handai tolan, atau putra-putri kamu yang masih berada di Mekah terjebak dalam pengawasan orang-orang musyrik. Mereka itulah yang selalu berdoa, Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Mekah ini, bukan karena tidak senang kepada Mekah ini, tetapi karena orang-orang kafir yang menjadi penduduknya dan yang mengusai kota tersebut berlaku zalim kepada kami. Ya Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Perkasa, berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah pula kami penolong dari sisi-Mu. Allah mengingatkan sekali lagi tentang nilai orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berperang di jalan Allah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thagut dengan tujuan menebarkan kejahatan dan berbuat kezaliman. Maka oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu agar kejahatan dan kezaliman tidak terus berkembang, karena sesungguhnya tipu daya setan dan juga kawan-kawan setan itu lemah dan rapuh.
.
Dalam ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum Muslimin berperang di jalan Allah untuk membela saudara-saudara mereka yang tertindas dan yang berada dalam cengkeraman musuh, karena mereka lemah dan tidak berdaya baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak. Keamanan mereka terancam. Mereka tidak mampu membebaskan diri dari cengkeraman musuh, mereka ditindas dan dianiaya oleh penguasa-penguasa yang zalim, mereka tidak berbuat apa-apa selain berdoa memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Allah mendorong untuk berperang dengan cara yang lebih mendalam, mengetuk pintu hati nurani setiap orang yang masih memiliki perasaan dan keinginan yang baik, dengan menyebutkan keuntungan dan tujuan murni dari peperangan menurut Islam.
Tujuan perang dalam Islam ialah meninggikan kalimah Allah, membela hak saudara-saudara seagama, membela hak-hak asasi manusia dan menegakkan norma-norma akhlak yang tinggi dan membela diri; bukan untuk memperbudak atau menjajah atau untuk menguasai bangsa atau negara atau hak-hak orang lain.
Berdasarkan tujuan berperang di atas, adalah menjadi kewajiban bagi kaum Muslimin membebaskan setiap Muslim yang ditawan oleh musuh dengan berperang atau menebusnya dengan harta. Menurut Abu Abdillah al-Qurtubi, tidak ada perbedaan paham di antara ulama dalam hukum ini, mereka telah sepakat semuanya. Harta untuk penebusannya diambilkan dari baitul mal atau wajib ditanggung oleh seluruh umat Islam jika dana tidak tersedia.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERANG DAN TUJUANNYA
Sebab itu orang-orang yang beriman janganlah sampai beriba hati melihat sikap orang-orang yang telah terbelakang jiwanya. Orang yang beriman hendaklah jalan terus.
Ayat 74
“Lantaran itu, berperanglah pada jalan Allah orang yang menjual hidup dunia dengan akhinat."
Yang berani menghadapi peperangan menegakkan jalan Allah, hanyalah orang yang telah menjual dirinya kepada Allah, telah membuat kontak dengan Allah, kehidupan dunia dengan segala macam tipu dayanya telah dijualnya kepada Allah. Diri seluruhnya telah terjual, pembelinya ialah Allah, dibeli-Nya dengan surga dan nikmat-Nya di akhirat. Maka diri yang telah dibeli Allah itu tidak dapat ditawar orang lagi. Di sana telah terpasang tiket “telah terjual". Sebab itu tidak ada penjualan dua kali! Itulah jiwa yang selalu maju, bukan jiwa yang
terbelakang. Jiwa yang terbelakang ialah karena masih terikat dengan dunia.
“Dan barangsiapa yang berpenang pada jalan Allah, lalu dia terbunuh atau menang, maka akan Kami berikan untuknya ganjaran yang besar."
Kalau diri sudah dijual habis kepada Allah, mati baik menang pun baik. Jika dia mati, karena kematiannya itulah, agama Allah hidup. Dia menjadi saksi dari kebenaran Allah dan citanya akan terus hidup. Mungkin se-bentar, karena tekanan keras dari luar, membenam dia ke bawah tanah laksana air! Nanti apabila orang menggali sumur mencari “air yang jernih, sayak yang landai", dia akan bertemu kembali, jika dia menang, merasailah dia sementara waktu hasil kemenangan itu, namun dia akan kembali juga kepada Allah buat menerima pahala ganjarannya. Terbunuh ataupun menang, tidaklah ada korban yang sia-sia di sisi Allah. Tempat sudah tersedia, yaitu tempat yang mulia.
Kemudian dengan secara susunan pertanyaan, Allah membangkitkan hati kaum yang beriman buat berperang.
Ayat 75
“Mengapa kamu tidak akan mau benpenang pada jalan Allah dan (membela) orang-orang yang telah tertindas, dari laki-laki dan perempuan dan kanak-kanak?"
Berapa banyaknya manusia yang tidak berani membuka mulut menyebut yang benar tidak berani mengerjakan ibadah dengan terang-terang karena yang berkuasa ialah orang yang zalim? Dipenuhi selalu oleh rasa takut dan cemas.
“Yang telah berkata mereka, ‘Ya Tuhan kami. Keluarkanlah kiranya kami dari negeni ini, yang penduduknya begini zalim, dan jadikanlah untuk kami, dari sisi Engkau seorang pembela.'"
Inilah keluhan teman-temanmu seagama, sepaham dan setujuan, yang tengah menderita di negeri Mekah. Ketika kamu berhijrah ke Madinah, mereka tidak sanggup turut karena lemahnya keadaan mereka. Ada laki-laki, ada perempuan, dan ada anak-anak. Selain daripada mengharapkan surga, bangkitkanlah perasaan belas kasihan kepada kawan-kawanmu itu, bebaskanlah mereka dari penindasan dengan menempuh peperangan-peperangan ini. Jadikanlah dirimu menjadi Hizbullah ‘alat-alat tentara Allah'. Buat melaksanakan kehendak Allah untuk membebaskan mereka dan mengabulkan doa dan munajat mereka yang tengah menderita. Mereka memohonkan kepada Allah agar dikirimi seorang pemimpin ataupun seorang pembela.
Pemimpin mereka ke dalam alam kemerdekaan ruhani, pembela mereka dari tindasan musuh. Dalam hati sanubari mereka selalu terbayang harapan, bilakah masanya Nabi Muhammad, pemimpin dan pembela, bersama tentara orang beriman, datang membebaskan mereka dari kezaliman.
Ayat ini adalah inti sari dari tujuan perang Islam. Baik di zaman pembangunannya yang pertama sebagai permulaan ayat ini turun maupun untuk selanjutnya. Di dalam surah al-Hajj ayat 40 sudah diterangkan garis politik perang Islam, yaitu kalau tidak ada per tahanan -yang kuat, niscaya akan diruntuh orang tempat-tempat beribadah, baik Sina-gog tempat orang Yahudi sembahyang atau Gereja dan Biara tempat orang Nasrani memuja, apatah lagi Masjid tempat orang Islam berjamaah. Dengan ayat ini ditegaskan lagi, yaitu untuk membela orang-orang yang tertindas. Semangat ini berjalan terus, sampai di kala tentara Islam menaklukkan Palestina, penduduk asli Palestina yang beragama Kristen merasa benar-benar bahwa kedatangan Islam ialah membebaskan mereka dari tindasan penguasa Romawi, walaupun mereka satu agama dengan penduduk yang mereka jajah sehingga Patrik dan Uskup Palestina memohon Khalifah Umar bin Khaththab yang datang menerima penyerahan mereka atas kota itu.
Ayat selanjutnya menegaskan lagi tentang tujuan perang orang Mukmin dan perbedaannya dengan tujuan perang orang kafir.
Ayat 76
“Orang-orang yang beriman, berperanglah mereka pada jalan Allah, tetapi orang-orang yang kafir berperanglah mereka pada jalan thagut."
Tentang arti thagut telah banyak kita uraikan sebelum ini, dari rumpun kata thughyan, yaitu kesewenang-wenangan, nafsu angkara murka, ambisi, gila kekuasaan, sehingga kadang-kadang telah mengambil hak Allah. Maka peperangan orang kafir adalah dari dorongan nafsu thagut. Sebab itu diperintahkanlah orang yang beriman memerangi thagut. Sebab sumber ilham thagut, bukan dari Allah, melainkan dari setan.
“Maka perangilah olehmu pengikut-pengikut setan itu. Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah."
Berperang mempertahankan sabilillah adalah berdasar iman, sedang peperangan pengikut setan berdasar kepada hawa nafsu angkara murka. Auliaur rahman berhadap-hadapan dengan Auliaussetan. Tetapi tipu daya setan tidaklah akan lama sebab dasarnya amat lemah. Setanlah yang selalu membisikkan dan memberi advis kepada pengikut-pengikutnya itu memujikan kezaliman dan kejahatan. Setanlah yang senang sekali kalau negeri kacau, bangunan hancur, dan manusia musnah. “Tidak apa," kata setan—sebab dendam hatinya akan lepas. Tetapi dasarnya lemah, sebab itu tidak juga akan menang.
Sudah menjadi sunnatullah di alam ini, yang benar selalu bertentangan dengan yang salah, yang hak dengan yang batil. Namun
yang hak tetap di atas dan yang batil runtuh ke bawah. Dalam pergumulan pendirian benar dan pendirian yang salah, yang lebih kekal ialah yang lebih sesuai dengan irama hidup manusia. Batil bisa menang sebentar, namun dia akan sirna sebagaimana sirnanya embun pagi apabila matahari telah naik. Orang yang berperang pada jalan Allah ialah menuntut masyarakat yang lebih sempurna, yang adil dan makmur yang semua manusia bebas me-muja Tuhannya, dan hilang penindasan manusia atas manusia.
Kalau ini belum tercapai, mereka belum berhenti dan mana yang telah tercapai mereka pertahankan. Tetapi kaum kafir bila berperang—karena penasihatnya ialah setan— maksud mereka yang utama ialah balas dendam, berkuasa meskipun tidak atas kebenaran, memperbudak dan menindas sesama manusia untuk kepentingan syahwat dan nafsu angkara sehingga si lemah selalu berlinang air mata, bahkan air mata darah.
Maka di antara hak dan batil selalulah berperang. Yang batil akan selalu timbul kalau yang hak tertidur dan terlengah. Pembela yang hak sekali-kali tidak boleh lemah hati dan tidak boleh putus asa. Karena keteguhan hati sebab sucinya cita-cita adalah sumber kekuatan yang hakiki. Sumber ilham akan menghadapi segala kesulitan.
Perang seperti inilah yang boleh dikatakan jihad fii sabilillah, yakni perang karena mempertahankan agama. Maka perang Kerajaan Turki Osmani dengan Kerajaan Iran Shafawi di abad-abad kedelapan belas bukanlah jihad fii sabilillah. Penaklukan raja-raja Osmani ke tanah-tanah Islam sendiri di abad-abad keenam belas sehingga tidak dapat lagi kekuatan kerajaan-kerajaan Islam dipergunakan untuk membela nasib berjuta-juta kaum Muslimin di Andalusia (Spanyol) sampai akhirnya terusir habis, bukanlah jihad fii sabilillah. Tetapi peperangan Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Tengku Tjhik
Di Tiro, dan umumnya peperangan-pepe-rangan negeri-negeri Islam mengusir penjajahan kafir, asal niat sejak semula tegak, termasuklah perang/// sabilillah. Dan tidaklah menjadi jihad fii sabilillah ketika Pemerintah Turki telah kepayahan pada Perang Dunia Pertama (1914—1918) telah sangat terdesak lalu menyebut-nyebut sabilillah padahal dari beberapa tahun sebelum perang itu pecah, Pemimpin Partai lttihad wat Tarraqqi telah lebih mementingkan kebangsaan Turki Tau-rani dari kesatuan aqidah islamiyah sehingga rakyat mereka yang Islam mereka tindas, sehingga bangsa Arab dapat dibujuk oleh Inggris dan Perancis, memberontak kepada Turki. Padahal setelah mereka lepas dari Turki, bertahun-tahun lamanya mereka ditindas oleh bangsa-bangsa yang menipu mereka itu sehingga akhirnya Palestina diserahkan oleh Inggris kepada Yahudi.
Semoga timbullah kembali pengertian kita umat yang memeluk Islam apa arti dan apa syarat hukum dan rukun Jihad fii Sabilillah atau “Perang Sabil" bagi menegakkan agar kalimat Allah di atas dan kalimat orang yang kafir runtuh ke bawah.
Oleh sebab itu, semuanya, hati-hatilah kita memakai kata-kata jihad fi sabilillah ini. Karena kata-kata thagut yang berarti setan kadang-kadang terpecah menjadi thaghiyah, yaitu pemimpin-pemimpin atau kepala-kepala pemerintahan yang sangat besar hawa nafsunya berkuasa, tamak dan loba hendak melakukan penyerbuan ke negeri lain untuk melebarkan kuasa. Lalu mereka perkuda ulama-ulama penjual iman untuk mengeluarkan fatwa bahwa perang “beliau" adalah sabilillah. Padahal Sabilith Thagut.