Ayat
Terjemahan Per Kata
بَلِ
bahkan/tetapi
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
فِي
dalam
عِزَّةٖ
kesombongan
وَشِقَاقٖ
dan perpecahan
بَلِ
bahkan/tetapi
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
فِي
dalam
عِزَّةٖ
kesombongan
وَشِقَاقٖ
dan perpecahan
Terjemahan
Akan tetapi, orang-orang yang kufur (berada) dalam kesombongan dan permusuhan.
Tafsir
(Sebenarnya orang-orang kafir itu) yakni penduduk Mekah yang kafir (berada dalam kesombongan) hamiyyah dan takabbur tidak mau beriman (dan permusuhan yang sengit) selalu menentang dan memusuhi Nabi ﷺ
Tafsir Surat Sad: 1-3
Shad, demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. Penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiah ini telah disebutkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan yang sudah cukup hingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Firman Allah ﷻ: demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. (Shad: l) Yakni Al-Qur'an yang mengandung peringatan bagi hamba-hamba-Nya dan manfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di hari kemudian nanti.
Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. (Al-Anbiya: 10) Yaitu peringatan bagi kalian. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abbas r.a., Sa'id ibnu Jubair, Ismail ibnu Abu Khalid, Ibnu Uyaynah, Abu Husain, Abu Saleh, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud ialah yang mempunyai keagungan, kemuliaan, dan kehormatan.
Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena memang sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia yang di dalamnya terkandung peringatan, alasan, dan pelajaran. Para ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan jawab dari qasam-nya; sebagian di antara mereka mengatakan bahwa jawab qasam-nya adalah firman Allah ﷻ: Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku. (Shad: 14) Menurut pendapat lain, jawab qasam-nya adalah firman Allah ﷻ: Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (Shad: 64) Kedua pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dan pendapat yang kedua ini jauh dari kebenaran, dan dinilai daif oIeh Ibnu jarir.
Qatadah mengatakan bahwa jawab qasam-nya ialah: Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2) Ibnu Jarir memillih pendapat ini. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa yang telah mengatakan sehubungan dengan jawab qasam ini, bahwa jawab-nya adalah Shad yang artinya benar lagi hak. Menurut pendapat yang lainnya lagi, jawab-nya adalah apa yang terkandung di dalam surat ini secara keseluruhan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah ﷻ: Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2) Yakni sesungguhnya Al-Our'an ini benar-benar merupakan peringatan bagi orang yang mau menerima peringatan dan menjadi pelajaran bagi orang yang mau menjadikannya sebagai pelajaran; dan sesungguhnya yang tidak mau mengambil manfaat dari Al-Qur'an itu hanyalah orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka selalu berada di dalam kesombongan, yakni sombong tidak mau menerimanya; dan lagi mereka berada dalam permusuhan yang sengit, yakni sangat menentang, mengingkari dan memusuhinya.
Kemudian Allah ﷻ mempertakuti mereka dengan apa yang telah Dia lakukan terhadap umat-umat terdahulu sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah telah membinasakan mereka disebabkan mereka menentang para rasul dan mendustakan kitab-kitab yang diturunkan dari langit. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan (Shad: 3) Maksudnya, umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya. lalu mereka meminta tolong (Shad: 3) Yaitu pada saat azab datang menimpa mereka, mereka meminta tolong dan menyeru kepada Allah ﷻ Tetapi hal itu tidak memberi faedah apa pun bagi mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa darinya. (Al-Anbiya: 12) Yakni melarikan diri dari azab itu. Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (Al-Anbiya: 13) Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang makna firman-Nya: lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yakni bukan saatnya berseru meminta tolong, bukan pula saatnya melarikan diri dari azab.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah bukan saatnya meminta tolong. Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka berseru meminta tolong di saat tiada gunanya lagi meminta tolong, lalu ia mengutip ucapan penyair, "Laila ingat di saat tiada lagi gunanya mengingat." Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Mereka menyerukan kalimah tauhid saat dunia berpaling dari mereka dan bertekad untuk bertobat saat dunia berpaling dari mereka.
Qatadah mengatakan bahwa ketika mereka menyaksikan datangnya azab, tergeraklah mereka untuk bertobat, tetapi bukan pada saatnya untuk berseru meminta pertolongan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yaitu bukan saatnya, untuk melarikan diri, bukan pula saatnya tobat diperkenankan. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Al-Hasan, dan Qatadah.
Telah diriwayatkan pula dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam tentang makna firman-Nya: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melarikan diri. (ad:3) Yakni meminta pertolongan di saat bukan waktunya meminta tolong. Lafaz lata ini terdiri dari la nafi, lalu ditambahkan huruf ta, sebagaimana huruf ta, ditambahkan pada lafaz summa. Mereka mengatakan summata, dan ditambahkan pula pada rubba sehinggga menjadi rubbata: huruf ta ini bukan dari asalnya, dan boleh dilakukan waqaf terhadapnya.
Di antara mereka ada yang meriwayatkan dari Mushaf Al-Imam (yakni Mushaf Usmani) menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir, bahwa huruf ta ini bersatu dengan hina, sehingga tulisannya menjadi seperti berikut: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri (Shad: 3) Tetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Kemudian jumhur "ulama membaca nasab pada lafaz hina, yang arti panjangnya adalah "padahal saat itu bukanlah saat untuk melepaskan diri". Di antara mereka ada yang membolehkan nasab berdasarkan dalil syair yang mengatakan: ...
Engkau teringat akan cinta Laila, padahal bukan saatnya untuk bercinta, dan uban (usia tua) telah menjadi pemutus hubungan. Di antara mereka ada yang membolehkannya dibaca jar berdasarkan dalil syair yang mengatakan: ... Mereka meminta perdamaian dengan kami, padahal sudah bukan masanya lagi perdamaian. Maka kami jawab, bahwa tiada waktu lagi untuk melestarikan perdamaian. Sebagian ulama mengatakan, "Padahal sudah bukan saatnya bagi penyesalan" (nasi telah menjadi bubur); dengan men-jar-kan lafaz As sa'ah.
Ahli bahasa mengatakan An-Naus artinya terlambat, dan Al-bus maju. Disebutkan oleh firman-Nya: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yakni waktu itu bukanlah lagi saatnya melarikan diri dari azab."
Sekalipun mengetahui kedudukan Al-Qur'an, tetapi orang-orang yang kafir tetap dalam kesombongan mereka dengan mengingkari wahyu dan menampakkan permusuhan terhadap Rasulullah dan ajaran yang di-sampaikannya. Mereka berbuat demikian salah satunya karena mere-ka menialai ajaran Nabi mengancam eksistensi agama nenek moyang mereka dan patung sesembahan mereka. 3. Kami telah mengingatkan melalui Nabi Muhammad betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan akibat kesombongan dan keingkaran terhadap utusan Allah, lalu mereka meminta tolong pada saat azab itu datang, padahal waktu itu bukanlah saat yang tepat untuk meminta pertolongan dan mereka tidak bisa lari melepaskan diri dari siksa itu (Lihat pula: Surah G'fir/40: 84).
Allah mengungkapkan keadaan orang-orang kafir Mekah yang mengingkari kebenaran wahyu, dan tidak dapat melihat nilai-nilai kebenarannya, yang sebenarnya sangat penting bagi kesejahteraan mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat, karena kesombongan dan permusuhan yang bersarang dalam jiwa mereka.
Kesombongan mereka tampak pada tindakan mereka terhadap Rasul dan para pengikutnya. Mereka sangat merendahkan kaum Muslimin karena merasa lebih kuat dan lebih banyak hartanya. Sedangkan kaum Muslimin terdiri dari orang-orang miskin dan berjumlah sedikit.
Permusuhan yang sengit itu disebabkan karena ajaran yang dibawa oleh Rasul itu mengancam agama nenek moyang mereka, dan menghinakan patung-patung yang mereka jadikan sembahan-sembahan di samping Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH SHAAD
(SHAAD)
SURAH KE-38
88 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-88)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
KEINGKARAN KEPADA RASUL DAN AJARAN TAUHID
Ayat 1
“Shaad."
Tentu saja pada umumnya pendapat yang merata dalam kalangan ahli-ahli tafsir bahwa huruf di awal surah hanya Allah saja yang tahu apa maksudnya. Tetapi ada juga yang menafsirkannya sebagai potongan dari nama
“Demi Al-Qur'an yang mempunyai peringatan."
Tuntunan, bimbingan. Peringatan tentang berita orang yang dahulu, perkabaran orang yang sekarang dan bagaimana yang akan terjadi nanti, dan peringatan tentang dunia dan tentang akhirat, bahwa untuk kebahagiaan hidup di akhirat isilah baik-baik hidup di dunia ini dengan amalan yang saleh.
Ayat 2
“Namun orang-orang yang kafir (senantiasa) dalam kesombongan dan memusuhi."
Artinya meskipun telah dimulai oleh pernah dengan sumpahnya sendiri, bahwa Al-Qur'an itu penuh berisi peringatan, kemuliaan, dan panduan bagi hidup manusia, namun orang yang kafir masih tetap dalam kesombongannya, rasa benci, dan memusuhi. Sombong dan rasa permusuhan itulah yang menyebabkan mereka jadi kafir. Kalau bukan karena sombong tidak ada peringatan Al-Qur'an itu yang tidak ada faedahnya bagi manusia. Tidaklah Al-Qur'an itu menyuruhkan yang jahat dan mencegah yang baik. Tidaklah A!-Qur'an itu menunjukkan jalan yang salah. Laksana perkataan orang di zaman modern kita ini, yaitu karena sombong, benci, dan bermusuh maka dengan apriori (belum mengadakan usul periksa) mereka sudah menolak.
Begitulah tetap terjadi pada setiap zaman, hatta pun zaman empat belas abad sesudah Nabi Muhammad ﷺ meninggal.
Ayat 3
“Sudah berapa banyak Kami binasakan berbagai angkatan dari sebelum mereka."
Artinya sudah banyaklah angkatan demi angkatan, generasi demi generasi yang telah Kami binasakan. Sebab utama dari kebinasaan itu ialah kesombongan mereka dan lupa mereka akan kedudukan mereka dalam alam ini. Karena menyangka, bahwa mereka berkuasa sendiri, sehingga Allah pun hendak mereka lawan juga. Sudah banyak diterangkan di dalam Al-Qur'an generasi-generasi yang telah dimusnahkan Allah ﷻ itu. Seperti ‘Ad dan Tsamud dalam kalangan Arab, penduduk Sadum dan Gamurrah, penduduk Aikah dan Madyan; “Maka mereka pun memanggil-manggil, “ artinya bersorak-sorak meminta tolong, memanggil nama Allah ﷻ memohon dilepaskan dari adzab dan siksaan, sehingga kesombongan semula itu hilang berganti dengan sikap makhluk yang lemah hina, kecil tidak berarti.
“Padahal bukanlah lagi saat untuk melepaskan."
Padahal bukan lagi masanya untuk merengek-rengek minta ampun, sebab hukum Allah ﷻ mesti dijalani, karena keadilan Allah mesti berlaku. Mengapa tidak dari semula perintah Allah ﷻ dijalankan, larangan Allah dihentikan? Bukankah sudah dari sejak semula, di atas dunia diperingatkan? Sehingga Nabi-nabi diutus memberikan, peringatan? Yang kalau tuntunan itu dijalankan, tidaklah sukar dan tidaklah akan berjumpa nasib seburuk ini?
Ayat 4
“Dan mereka merasa heran bahwa datang kepada mereka seorang pemberi ingat dari kalangan mereka sendiri."
Ini pun timbul dari rasa kesombongan, permusuhan, dan kebencian yang dilukiskan di ayat 2 tadi. Mereka merasa heran, bahwa pemberi ingat itu, rasul dan nabi itu hanya manusia biasa saja, dan dia itu bukan pula utusan datang dari langit, melainkan timbul dalam kalangan mereka sendiri. Kerap kali orang yang sombong dengan kedudukannya merasa tidak puas kalau seseorang mendapat kelebihan dari sisi Allah ﷻ Mereka tidak mempertimbangkan apa risalah yang dia bawa. Yang mereka pertimbangkan ialah “mengapa si anu, mengapa tidak saya."
Teringatlah kita kelakuan orang-orang feodal dan merasa mempunyai darah ke-turunan bangsawan atau berkedudukan tinggi memandang rendah terhadap orang lain, karena derajatnya tidak sama dengan dia.
“Dan berkatalah orang-orang yang kafir itu, “Ini adalah seorang tukang sihir, pembohong."
Itulah tuduhan dan cap yang diberikan oleh orang-orang yang kafir, menolak dan tidak mau percaya itu kepada pemberi ingat itu, kepada Muhammad saw,, yang timbul dalam kalangan mereka sendiri, yang mereka saksikan kejujurannya semenjak kecil, yang sebelum jadi Rasul belum pernah tercela namanya karena mengganggu orang, menganiaya atau mengambil harta benda orang atau merusak rumah tangga orang, bahkan pernah mereka jadikan pendamai ketika mereka berselisih sesama mereka tentang siapa yang lebih berhak meletakkan kembali al-Hajar al-Aswad (Batu Hitam) ke tempatnya semula. Sampai mereka beri gelar “al-Amiin “, yang dapat dipercaya.
Ayat 5
“Mengapa dia jadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi tuhan yang satu saja?"
Tidak makan di akal mereka tuhan itu mesti satu. Sejak dari nenek moyang zaman purbakala telah diterima turun-temurun ajaran bahwa tuhan itu banyak. Segala berhala-berhala itu adalah tuhan. Segala yang tersandar dan terpaku di keliling Ka'bah itu adalah tuhan. Segala yang didirikan di pinggir jalan, sebagai berhala al-Laata yang berdiri di antara Bukit Shafaa dan Marwah, itu pun tuhan. Banyak tuhan! Sekarang dia datang saja mengatakan Tuhan itu satu. Dia adalah pembohong.
Tersebutlah tentang sebab turun ayat ini, bahwa pada suatu ketika, karena tidak tahan lagi mendengar tuhan-tuhan yang mereka sembah selalu dicela oleh Nabi ﷺ maka berkumpullah beberapa pemuka musyrikin Quraisy itu bermusyawarah, sikap apa yang akan diambil untuk menghentikan serangan Muhammad ini. Yang berkumpul itu ialah Abu Jahal bin Hisyam, al-Ash bin Wail, al-Aswad, bin al-Muthalib, al-Aswad bin Abdi Yaghuts, dan beberapa orang pemuka Quraisy yang lain. Maka putuslah musyawarah mereka mengutus kepada paman beliau, Abu Thalib. Mereka berkata, “Biar kita pergi kepada Abu Thalib, kita bicara dengan dia, minta diinsafkannya anak saudaranya (kemenakannya) supaya dia berhenti mencela-cela tuhan-tuhan dan berhala-berhala kita, dan kita pun tidak akan mengganggu dia dengan menyembah tuhannya pula. Kita takut kalau orang tua ini mati akan bertambah mendalam perselisihan kita dengan dia dan kita dicela oleh seluruh Arab." Mereka akan berkata, “Ketika pamannya itu masih hidup mereka biarkan saja dia, tetapi setelah pamannya itu mati mereka ganggu dia."
Lalu mereka utuslah seorang di antara mereka menemui orang tua itu dari me-nyampaikan segala perasaan mereka. Utusan itu berkata, “Wahai AbuThalib! Anda adalah orang besar kami dan tuan kami. Kami mengharap agar Anda insafkan anak saudara Anda terhadap kami. Suruhlah dia berhenti mencaci maki tuhan-tuhan kami, kami pun akan membiarkan dia berlaku apa sukanya pula dengan Tuhannya."
Mendengar pengaduan itu Abu Thalib menyuruh panggil anak saudaranya. Setelah Rasulullah masuk ke dalam majelisnya, berkatalah dia, “Wahai anak saudaraku! Orang tua-tua kaum engkau memohon dengan perantaraanku agar engkau hentikan mencaci maki tuhan-tuhan mereka dan mereka pun berjanji tidak akan mengganggu engkau dengan Tuhanmu! “
Rasulullah menjawab, “Wahai pamanku! Bukankah aku telah mengajak mereka agar menganut ajaran yang akan lebih baik buat diri mereka sendiri?" Abu Thalib bertanya, “Apa yang engkau ajakkan kepada mereka?" Nabi menjawab, “Aku seru mereka agar mengucapkan suatu kalimat yang akan dituruti oleh seluruh Arab dan ditunduki oleh seorang Ajam."
Lalu Abu Jahal menyela, “Apakah perkataan itu coba jelaskan kepada kami?"
Beliau ﷺ menjawab, “Ucapkanlah Laa llaha Mallah."
Mendengar itu semuanya membantah, lalu Abu jahal berkata, “Serukanlah yang lain dari itu, kami berjanji akan mengikutinya." Nabi ﷺ berkata tegas, “Walaupun kalian letakkan matahari di hadapanku akan gantinya, tidaklah akan aku seru kalian selain dari mengucapkan itu." Dengan marah semuanya berdiri, lalu Abu jahal berkata, “Demi Allah! Akan kami caci maki Tuhanmu yang engkau suruh kami mempercayainya itu." Hadits ini dirawikan oleh as-Suddi.
Jelaslah dengan memerhatikan Asbabun Nuzuul ini, bahwa mereka bertahan, tidak mau percaya kepada seruan Muhammad agar mereka meninggalkan kepercayaan kepada bertuhan banyak dan hanya percaya kepada Allah Yang Esa.
Inilah yang dijelaskan pada ujung ayat,
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan."
Pendeknya seruan Muhammad supaya orang hanya percaya bahwa Allah satu adalah sesuatu seruan yang sangat membuat orang jadi heran. Mana mungkin Allah hanya satu saja, padahal selama ini begini besar, mana boleh dan mana sanggup akan berkuasa sendiri.
Ayat 6
‘Dan bepergianlah pemuka-pemuka dari mereka."
Artinya, bahwa setelah jelas bahwa seruan Muhammad membawa manusia supaya meninggalkan banyak tuhan dan Allah hanya satu, maka pemuka-pemuka musyrikin keluar-lah dari rumah masing-masing memberi ingat penduduk Mekah yang dapat dipengaruhi supaya awas dan berjaga-jaga."Bahwa hendaklah kamu pergi berjalan, “ keliling ke mana-mana, seru orang banyak jangan sampai tertarik oleh seruan Muhammad, supaya agama asli nenek moyang kita jangan sampai dihancurkan, dirusakbinasakan oleh anjuran Muhammad ini, “Dan sabar atas tuhan-tuhan kamu." Artinya hendaklah kalian sabar membela tuhan-tuhan kita, berhala-berhala yangkita puja turun-temurun, hendaklah tahan hati mendengar segala celaan, cacian makian dari musuh-musuh kita, yaitu Muhammad dan orang-orang yang telah termakan ajaran yang dia bawa.
“Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang dikehendaki “
Yaitu bahwa menyembah tuhan-tuhan atau berhala-berhala itulah yang sebenarnya dikehendaki kalau kita benar-benar hendak hidup beragama. Tuhan berbilang itulah yang benar, bukan Allah yang satu. Dan mempertahankannya dengan segala daya dari upaya yang ada pada kita, itulah pula yang dikehendaki dari kita, supaya agama kita ini jangan kalah.
Ayat 7
*Tidaklah pernah kita mendengar yang semacam ini pada agama yang lain."
Agamayanglain tidakpernah mengajarkan ini. Yang dimaksud mereka dengan agama yang lain itu ialah agama Nasrani. Agama Nasrani waktu itu pun mempercayai juga bahwa Allah itu tiga di dalam satu (tsaalisu tsalaatsah), kumpulan atau kesatuan dari tiga oknum, yaitu Allah sebagai Tuhan Bapak, Isa al-Masih sebagai Tuhan Putra dan Ruhul Qudus sebagai
Tuhan Ruh, yang pada hakikatnya adalah satu jua dan pada hakikatnya ialah tiga jua. Dan mereka berkata selanjutnya,
Ini lain tidak hanyalah dibikin-bikin saja."
Dengan ini mereka membalikkan persoalan. Menjelaskan bahwa Allah itu adalah Esa, mereka katakan hanya dibikin-bikin saja."Yang sebenarnya “ kata mereka, “tuhan itu mesti banyak! “
Ayat 8
“Apakah kepadanya diturunkan peringatan di antara kita-kita ini?"
Mengapa dia yang mesti diangkat jadi Rasul di antara kita-kita ini? Padahal begini banyak orang yang lebih pantas. Zamakhsyari menjelaskan, “Mereka tidak senang mengapa kemuliaan itu dijatuhkan kepada diri Muhammad, mengapa tidak kepada mereka. Apa benar kelebihan Muhammad itu dari mereka? Mana kekayaannya? Berapa orang budak dan hamba sahaya? Siapa benarkah dia?"Bahkan mereka itu dalam keraguan dari hal peringatanKu." Mereka ragu benar-benarkah Al-Qur'an itu wahyu yang datang dari Allah? Menurut tafsiran al-Qurthubi, sepintas lalu tidaklah mereka memungkiri bahwa selama ini Muhammad itu seorang yang jujur. Dia tidak pernah berbohong. Cuma apa yang dikatakannya wahyu dari Allah ini, benar-benarkah dia turun dari Allah ataukah dari yang lain? Dan yang lain itu tidak pula dapat mereka menunjukkan. Sebab itu maka di ujung ayat Allah ﷻ memberikan peringatan,
“Bahkan mereka belum merasakan adzab-Ku."
Artinya bahwa mereka masih tetap dalam keraguan, dalam mundur maju. Akan dikatakan Muhammad benar-benar pembohong, belum pernah mereka selama ini mendapatinya bohong. Akan diterima secara langsung seruan ini, berat meninggalkan kebiasaan berbilang tuhan.
***
TEMPELAK ATAS MUSYRIKIN
Sekarang ditunjukkanlah, bahwa mereka tidak tahu diri, tidak insaf, bahwa mereka itu adalah lemah, tidak mempunyai kekuatan apa-apa di hadapan kebesaran Allah ﷻ
Ayat 9
“Atau apakah ada di sisi mereka penbendaharaan dari rahmat Tuhan engkau, “
Artinya kalau mereka menolak, membantah dan memungkiri rahmat, nikmat Ilahi yang dianugerahkannya kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ, cobalah suruh mereka menunjukkan atau membuktikan akah Allah memberikan perbendaharaan rahmat kepada mereka? Puncak perbendaharaan rahmat Ilahi ialah cita-cita yang tinggi, pelajaran yang sesuai dengan akal, dan inti aqidah yang akan jadi pegangan hidup. Kalau yang dibanggakan itu hanya semata-mata kekayaan benda, maka apalah artinya harta benda yang tidak dapat dipertahankan lama itu?
“Yang Mahaperkasa, lagi Pemberi Karunia “
Karena Yang Maha Perkasa (Aziiz) hanya Allah dan Yang Maha Pemberi Karunia dengan tidak tanggung-tanggung hanya Dia pula. Adakah semuanya itu pada kalian? Apa yang akan kalian banggakan di hadapan kekuatan ruhani yang dibawakan oleh Muhammad?
Ayat 10
“Atau adakah pada mereka kerajaan beberapa langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya."
Maksudnya ialah bahwa Allah Yang Mahakuasa, Mahagagah Perkasa, Maha Pemberi Karunia telah mengkaruniakan rahmat-Nya dan pilihan-Nya (mushaffa) terhadap Muhammad, sehingga dialah yang dipilih Allah ﷻ buat menerima wahyu yang akan diberikan sebagai tuntunan dan pimpinan bagi manusia.
Dalam pada itu mereka pun mengatakan pula bahwa Allah itu tidak mungkin hanya satu saja sebagaimana yang dikatakan Muhammad. Allah itu mesti banyak. Dalam agama lain tidak ada yang mengatakan tuhan itu hanya satu. Sekarang dihadapkanlah pertanyaan kepada mereka, bahwa kalau memang benar pendirian mereka bahwa Allah itu mesti banyak tentu ada tuhan di bumi dan ada tuhan di semua langit, dan di samping menguasai bumi, apakah mereka pun menguasai langit? Dan mereka pun menguasai apa yang ada di antara langit dengan bumi, sebagaimana matahari, bulan dan berjuta-juta bintang. Kalau memang demikian halnya.
“Maka panjatlah pada tangga-tangga itu."
Artinya, kalau memang kamu berkuasa atas kerajaan semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi, pasanglah tangga, naikilah langit itu setingkat demi setingkat, lalu cegah malaikat itu membawa wahyu ke bumi dan menghantarkannya kepada Nabi utusan Allah.
Ayat 11
“Suatu tentara di sana."
Mereka yang menantang seruan Nabi itu, mereka yang ingin menolak tersebarnya Islam adalah bersusun sebagai tentara. Di sana yaitu yang berdiri hendak berhadapan dengan kekuasaan Allah SWT, hendak berkonfrontasi dengan Allah. Perlawanan mereka itu akan sia-sia belaka.
“Mereka pasti akan dikalahkan." Meskipun mereka “terdiri dari berbagai partai."
dari berbagai golongan penantang. Pada kedatangan tiap-tiap Utusan Allah, mesti ada saja “tentara “ menyusun diri menantangnya, namun mereka tetap dikalahkan juga. Sebab itu maka “tentara “ ini bukanlah ada di zaman Nabi Muhammad saja. Dia ada di zaman segala Nabi. Sebab itu maka di ujung ayat dikatakan bahwa mereka adalah dari berbagai golongan, kelompok, atau partai. Yang kalah akhirnya mereka juga, walaupun bagaimana mereka merasa kuat.
Lalu diterangkan di antara golongan-golongan yang menantang itu dan mencapai kekalahan itu.
Ayat 12
‘Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad."
Kaum ‘Ad ialah kaum yang diutus kepada mereka Nabi Hud, kaum ini dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan berembus kencang. (Lihat ayat 6 surah al-Haaqqah).
“Dan Firaun yang mempunyai tiang-tiang teguh."
Autaad asal artinya tiang tempat mengikatkan tenda atau kemah, yang dihunjamkan dengan kuat dan teguh lebih dahulu ke dalam bumi, sehingga tenda atau kemah itu tidak dapat runtuh digoncangkan angin. Dia boleh juga diartikan dengan orang-orang besar pem-bantu Fir'aun dalam memerintah, atau kepala-kepala perangnya yang gagah berani. Ada juga yang menafsirkan autaad itu dengan bekas-bekas bangunan yang dibangun oleh Fir'aun-Fir'aun raja-raja Mesir itu, sebagaimana Pyramide, Abu Houl, Luxor, dan lain-lain yang sudah lebih dari empat ribu tahun sampai sekarang, namun bekasnya masih didapati dan diselidiki sampai sekarang.
Ayat 13
“Dan Tsamud."
Persamaan dengan kaum ‘Ad yang didatangi Nabi Hud, maka kaum ‘Ad ini adalah kabilah-kabilah Arab yang telah punah (Baaidah). Allah ﷻ mengutus Nabi Shalih kepada mereka. Mereka melanggar janji dengan Allah SWT, karena membunuh Unta Allah. Mereka dibinasakan dengan kedatangan hujan lebat, petir sabung-menyabung, negerinya terendam banjir, sesudah tiga hari tiga malam menderita sakit tha'un yang dahsyat.
“Dan Kaum Luth “ penduduk negeri Sadum yang ditunggangbalikkan dengan terjadinya gempa besar, sehingga semuanya musnah. Kecuali Shalih dan orang-orang yang beriman yang disuruh keluar lebih dahulu dari negeri itu, “Dan penduduk Aikah, “ satu negeri di tepi pantai berdekatan dengan negeri Madyan, yang kepada kedua negeri itu diutus Allah ﷻ Nabi Syu'aib. Kaum ini pun hancur binasa.
“Mereka semuanya itu golongan-golongan bersekutu."
Dan semuanya hancur lumat tidak bangkit lagi.
Ayat 14
“Tidaklah semuanya itu melainkan mendustakan rasul-rasul."
Artinya bahwa itulah pokok kesalahan mereka. Setiap yang diserukan oleh Rasul itu, itulah yang mereka tantang. Nuh melarang menyembah berhala, kaumnya itu memperkeras pemujaan berhala. Musa meminta kepada Fir'aun agar Bani Israil dibebaskan dari per-budakan agar merdeka menjalankan agama Tauhidnya, Fir'aun menghalanginya. Syu'aib melarang kaumnya berniaga secara curang, mereka tidak mau berhenti berniaga secara curang. Nabi Shalih mengingatkan agar unta Allah dipelihara baik-baik, mereka sembelih unta itu. Nabi Luth melarang keras laki-laki memperbini laki-laki: mereka coba hendak mengganggu malaikat-maiaikat utusan Allah sendiri,
“Maka pantaslah menerima hukuman-Ku."
Artinya datangnya hukuman adalah karena kesalahan mereka sendiri, karena peringatan telah cukup lebih dahulu.
Artinya bahwa jika Allah hendak menghukum suatu kaum, tidaklah terlalu lama mereka menunggu. Pekikan satu kali di sini ialah laksana komando dari Allah ﷻ yang dijalankan oleh malaikat. Seumpama adanya kalimat (jj=) = Ku n, yang artinya ‘Terjadilah! “ maka yang dikehendaki Allah ﷻ itu pun terjadi.
‘Tidak ada baginya saat berselang."
Dapatlah kita lihat perumpamaan “komando “ Allah ﷻ itu atau “pekik satu kali “ itu pada perjalanan sejarah yang baru saja kita alami. Kekuasaan Belanda di Indonesia yang berlarut-larut sampai 350 tahun, dalam sehari mendaratnya tentara Jepang dalam bulan Maret 1942 di Jakarta, habislah sejarah 350 tahun itu.
Kemenangan tentara Jepang di Asia Timur Raya yang mereka memusnahkan dalam masa hampir empat tahun, dengan jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, maka seluruh meriam berhenti berbunyi, seluruh bedil membisu, seluruh kapal terbang tidak bergerak lagi. Kalah total! Itulah perumpamaannya.
Ayat 15
“Dan tidaklah ada yang ditunggu oleh mereka semuanya melainkan pekikan satu kali."
Ayat 16
“Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami! Cepatkanlah adzab yang telah ditentukan buat kami, sebelum hari berhisab."
Maksud ayat ini ialah berisi “padahal “ ya itu padahal selama ini mereka menantang kepada Rasulullah, bahkan kepada Allah sendiri. Kalau kami memang mesti diadzab karena tidak mau percaya kepada keterangan-keterangan yang dibawa oleh Muhammad ﷺ, sekarang jugalah datangkan adzab itu, jangan tunggu lagi sampai hari Kiamat.