Ayat
Terjemahan Per Kata
رَّبُّ
Tuhan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
وَرَبُّ
dan Tuhan
ٱلۡمَشَٰرِقِ
tempat-tempat terbit matahari
رَّبُّ
Tuhan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
وَرَبُّ
dan Tuhan
ٱلۡمَشَٰرِقِ
tempat-tempat terbit matahari
Terjemahan
Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbitnya matahari.
Tafsir
(Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari) dan tempat-tempat terbenamnya pada setiap harinya, yaitu arah Timur dan arah Barat.
Tafsir Surat As-Saffat: 1-5
Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: l) Mereka adalah para malaikat. dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2). dan demi (rombongan) yang membaca pelajaran. (Ash-Shaffat: 3) Mereka juga adalah para malaikat. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Masruq, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Qatadah mengatakan bahwa para malaikat bersaf-saf di langit.
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fadil,dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Rib'i dari Huzaifah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ Pernah bersabda: Kami diberi keutamaan di atas manusia dengan tiga perkara, yaitu saf kami dijadikan seperti 'saf para malaikat, bumi ini semuanya dijadikan bagi kami sebagai masjid, dan dijadikan bagi kami tanahnya sarana bersuci bila kami tidak menjumpai air. Imam Muslim, telah meriwayatkan pula bersama Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah melalui hadis Al-A'masy: dari Al-Musayyab ibnu Rafi', dari Tamim ibnu Tarfah, dari Jabir ibnu Samurah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Tidakkah kalian bersaf sebagaimana para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka? Kami bertanya, "Bagaimanakah para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka? Beliau ﷺ bersabda, "Mereka menyempurnakan saf terdepan dan berhimpitan sejajar di dalam saf (mereka)." As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan sehubungan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Bahwa para malaikat tersebut adalah yang ditugaskan untuk menggiring awan (hujan).
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Yakni hal-hal yang dilarang oleh Allah ﷻ di dalam Al-Qur'an. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Malik, dari Zaid ibnu Aslam. Dan firman Allah ﷻ: dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. (Ash-Shaffat: 3) As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat datang dengan membawa kitab dan Al-Qur'an dari sisi Allah kepada manusia. Ayat ini semakna dengan firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 5-6) Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Tuhanmu benar- benar Esa. Tuhan langit dan bumi. (Ash-Shaffat: 4-5) Inilah yang dijadikan subjek pada sumpah di atas, yaitu bahwa Allah ﷻ itu tidak ada Tuhan selain Dia. Tuhan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. (Ash-Shaffat: 5) Yaitu semua makhluk yang ada di antara keduanya.
dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. (Ash-Shaffat: 5) Artinya Dialah Raja Yang Mengatur semua makhluk dengan menundukkan semua bintang yang tetap dan bintang yang beredar yang ada padanya terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat. Dalam hal ini, tidak disebutkan lafaz al-maghrib karena cukup hanya dengan menyebutkan al-masyariq pengertian maghrib sudah mengikut di dalamnya. Tetapi, adakalanya disebutkan dengan jelas seperti yang terdapat pada firman-Nya: Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki Timur dan Barat, sesungguhnya Kami benar-benar maha Kuasa (Al-Maarij 40) Dan dalam ayat lain Allah ﷻ berfirman: Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-Rahman:17) Yakni di musim dingin dan di musim panas, bagi mentari dan bulan."
Dialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan yang menciptakan tempat-tempat terbitnya matahari, bulan, bintang, planet, dan benda langit lainnya. 6. Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia yang terdekat dengan bumi dengan hiasan bintang-bintang dan planet-planet yang begitu indah.
Kata-kata sumpah yang terdapat pada ayat-ayat yang lalu diikuti dengan keterangan dan pembuktian tentang kekuasaan Allah. Maka pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan yang menciptakan dan memelihara semua langit dan bumi, serta segala apa yang berada di antara keduanya. Dia pula yang menguasai seluruh penjuru alam ini, antara lain tempat-tempat terbitnya matahari setiap hari sepanjang tahun. Ini semuanya menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya, serta keindahan dari semua ciptaan-Nya yang tak dapat ditiru oleh siapa pun juga.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH ASH-SHAAFFAAT
(YANG BERBARIS-BARIS)
SURAH KE-37
182 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
***
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
BARISAN MALAIKAT
Sebagaimana pada beberapa surah yang lain, maka di dalam permulaan surah ini, Allah berfirman tentang tentara Allah yang bernama malaikat itu. Di ayat pertama dari surah ini Allah telah menyatakan dengan memakai wawu qasam, sebagai sumpah yang berarti bahwa Allah ﷻ menyuruh kita menjuruskan perhatian kepada soal itu,
Ayat 1
“Demi yang berbaris-baris sebenar-benar berbaris."
Dijelaskan dalam ayat ini bahwasanya malaikat itu berbaris sebenar berbaris. Bagai-mana cara barisannya, tidaklah dapat kita memastikan. Namun berbaris sebenar berbaris adalah menunjukkan kewaspadaan.
Ayat 2
“Demi yang mencegah sebenar-benar mencegah."
Ialah guna mencegah gangguan dari ruh-ruh jahat yang akan dapat membahayakan.
Ayat 3
“Demi yang membacakan peringatan."
Ada malaikat yang ditugaskan oleh Allah ﷻ mengantarkan peringatan (dzikran). Peringatan ialah wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril untuk disampaikan kepada rasul-rasul dan nabi, dan terutama Nabi terakhir, Muhammad ﷺ.
Ayat 4
“Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar Esa adanya “
Di sini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan adz-Dzikra itu ialah Al-Qur'an. Dengan ayat ini Allah menyatakan, bahwa Dia telah menjamin memeliharanya dan menjaganya. Maka malaikat yang berbaris sebenar berbaris itu ialah yang khusus diperintahkan Allah menjaga dan mencegah jangan sampai perjalanan Jibril mengantarkan wahyu Ilahi terganggu di tengah perjalanan.
Selanjutnya isi Dzikr yang dikirimkan Allah ﷻ kepada Rasul-Nya itu, yang dibawa oleh Malaikat Jibril dikawal oleh barisan malaikat, sesudah menjelaskan bahwa Allah itu adalah Esa, tiada tuhan melainkan Allah, dijelaskan lagi,
Ayat 5
‘Tuhan dari semua langit."
Semua langit kita ambil jadi arti dari samaawaati, banyak langit, bukan satu langit, bahkan yang diberitahukan selalu kepada kita ialah tujuh langit. "Dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, “ yaitu Allah ﷻ juga dari bumi ini. Yang kita berdiam di dalamnya dan termasuk dalam makhluk ciptaan-Nya.
“Dan Tuhan dari tempat-tempat terbitnya matahari."
Karena hubungan kebudayaan yang rapat dengan Arab karena Islam, maka tempat terbit matahari pun telah kita namai menurut nama Arab, yaitu masyriq, sebagai timbalan dari bahasa kita sendiri; timur. Dan barat pun telah kita perkaya dengan maghrib. Namun di ujung ayat ini dijelaskan, bahwa Allah ﷻ adalah Allah juga dari tempat-tempat terbitnya matahari. Memberi paham kepada kita bahwa tempat terbit matahari bukanlah satu tempat saja, melainkan beberapa tempat. Masyaariq pun adalah kalimat yang menunjukkan banyak.
Itu pun dapat kita pahamkan. Karena memang tempatterbit matahari bukanlah pada satu tempat saja. Tegasnya ialah perputaran bumi mengedari matahari tidaklah di satu garis saja. Di musim dingin dia lebih miring dari utara, di musim panas dia lebih miring ke selatan. Tiap hari dia berangsur berubah-ubah, sehingga dapat dirasakan oleh orang yang suka merasakannya.
Sampai di ayat 5 inilah rangkaian dari ayat-ayat yang sebelumnya. Jibril menyampaikan dzikr kepada Rasul, Rasul menyampaikannya kepada manusia, bahwa Allah adalah Esa. Dialah Pencipta sekalian langit itu dan bumi juga. Perjalanan falak pun diatur oleh Allah ﷻ sendiri, sehingga tempat terbit matahari tidaklah tetap pada satu tempat. Dan untuk sampainya wahyu-wahyu kepada Rasul, Jibril tidaklah pergi sendirian, dia dikawal, dia memakai pengiring, dia dijaga oleh barisan-barisan malaikat.
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
Ayat 6
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit dunia dengan perhiasan."
Ayat ini menarik perhatian manusia kepada adanya keindahan dalam alam ini. Di ayat ini perhatian ditujukan kepada langit, bahwa langit ada diberi perhiasan oleh Allah SWT,
“Yaitu bintang-bintang."
Cara merenungkan alam di keliling kita, di muka dan di belakang, di atas dan di bawah adalah dengan mempergunakan dua macam peralatan diri yang sama pentingnya. Pertama dengan akal, kedua dengan perasaan. Dengan akal membawa kita kepada berpikir, dari mana ini, di mana ini dan ke mana akhirnya. Dengan perasaan melihat keindahan. Orang yang melihat bintang di langit dengan akal, sampai kepada ilmu pengetahuan astronomi, ilmu tentang bintang-bintang. Bahkan sampai kepada pengetahuan yang lebih meluas lagi, sampai mengetahui bahwa adalah di antara bintang-bintang itu yang beratus kali besarnya dari bumi kita ini. Sampai di sana mereka merasa takjub dengan Kebesaran Maha Penciptanya. Adapun dengan memakai perasaan manusia akan terharu melihat keindahan itu. Bagaimana kelap-kelipnya bintang-bintang di langit di tengah malam yang hening-sepi dapat menggetarkan hati, membuat hati terharu dan akhirnya sampai juga manusia kepada pengakuan atas adanya Jamaal (Yang Mahaindah), Kamaal (Yang Mahasempurna), dan Jalaal (Yang Mahamulia). Untuk akhirnya bertemu semua dalam iman. Sehingga kata-kata yang mulia, yaitu keindahan, kebenaran, dan keadilan adalah berbagai pernyataan saja (manifestasi) dari Yang Mutlak, yaitu Allah.
Ayat 7
“Dan pemelihara dari tiap-tiap setan yang amat durhaka."
Maka dijelaskanlah dalam ayat ini, bahwa selain untuk menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang itu ada lagi kegunaannya yang lain oleh Allah SWT, yaitu untuk memelihara dan menjaga dari gangguan setan-setan yang durhaka. Karena di antara bumi dengan langit ini terbentanglah ruang angkasa yang luas. Yang kelihatan hanyalah awan berarak, kabut berbuhul, asap mendulang. Namun di balik yang kelihatan itu ada lagi makhluk-makhluk yang tidak kelihatan. Di antaranya ialah setan-setan atau ruh-ruh jahat, ruh-ruh yang tidak diterima di langit lalu berbegar-begar dalam ruang angkasa dunia ini. Mereka pun dapat 4saja mengganggu.
Ayat 8
“Supaya tidak dapat dia dengar – dengarkan golongan tertinggi."
Golongan tertinggi ialah malaikat. Mereka terdiri dari nur, atau cahaya. Mereka diberi Allah berbagai tugas. Di antaranya ada yang bertugas mengatur penyampaian takdir yang telah ditentukan oleh Allah ﷻ buat seluruh isi bumi ini. Sampai kepada letusan gunung, aliran banjir, pasang naik dan turun, pertumbuhan tanam-tanaman, demikian juga pembagian ketentuan hari depan tiap-tiap manusia. Rahasia itu dipegang teguh. Dalam istilah ahli-ahli tasawuf, alam mereka disebut ‘Alam Malakuut.
Adapun setan atau jin adalah termasuk golongan rendah, atau suflaa. Namun oleh karena mereka sejak semula adalah ruh jahat, terjadi dari gejala api, maksud jahat itu tidaklah terlepas. Mereka mau tahu saja apa yang tengah diatur di langit. Mereka pergi mengintip-intip, mendengar-dengarkan kalau ada berita. Maksudnya ialah hendak mereka sampaikan kepada manusia-manusia yang telah mereka pengaruhi, sehingga kadang-kadang terdengarlah pangkal kata, tetapi tidak mereka ketahui ujungnya. Atau dapat ujungnya saja, tidak mereka ketahui pangkal. Dalam mengintip-intip itu.
“Dan mereka ditempati dari tiap-tiap penjuru."
Ayat 9
“Untuk mengusir."
Sehingga dalam berita yang selalu tidak sempurna mereka lari tunggang balik dan banyak juga yang terbakar,
“Dan bagi meteka adalah adzab siksaan yang berkepanjangan."
Kejahatan yang diperbuat adalah begitu besar. Memperdayakan manusia sudah jadi perbuatan setiap hari. Ini ditambah dengan kesalahan yang lebih besar, yaitu ngin menge-tahui rahasia rencana Allah ﷻ Maka siksaannya pun beratlah bagi setan itu, yaitu adzab yang kekal dalam neraka kelak. Padahal sebelumnya, ketika belum ada Kiamat, pikiran yang selalu jahat itu pun sudah adzab siksaan yang berketerusan, tidak pernah berniat baik.
Ayat 10
“Kecuali mereka yang mencari sepotong-sepotong."
Artinya bahwa kadang-kadang dapat juga mereka mendengarkan rencana di langit itu, tetapi hanya sepotong-potong. Dapat pangkal, tidak dapat ujung. Dapat ujung, tidak dapat pangkal,
“Maka mereka akan diburu oleh meteor yang berkilat."
(ujung ayal 10)
Banyaklah tersebut hadits-hadits Nabi ﷺ menerangkan dari hal perburuan setan-setan mengintip itu dikejar oleh meteor, atau cirit bintang yang mengkilat cepat, sehingga usaha setan hendak mengetahui rahasia itu tidaklah berhasil. Bagaimana pun kekuatan mereka, namun kekuatan penjagaan malaikat lebih hebat lagi. Malaikatlah yang memanahkan meteor itu, yang kadang- kadang pecahannya jatuh pula ke bumi dan dapat kita lihat. Kadang-kadang berlubanglah bumi tempat jatuhnya itu agak dalam, karena sangat cepat kejatuhan itu. Maka berita-berita yang terpotong-potong itulah yang dikirimkan ke bumi, dibisikkan oleh setan tadi kepada anak buahnya, sebagaimana dukun-dukun kebatinan, yang dalam bahasa Jawa mereka namai wangsit, lalu mereka namai wahyu.
Berita-berita yang disampaikan setan itu adalah berita terpotong-potong, tidak ada pangkalnya atau tidak ada ujungnya. Oleh si dukun kebatinan, berita itu dipercayai, bahkan kadang-kadang mereka tambah-tambah dengan dusta yang lain. Maka bukan sedikit orang yang tertipu oleh wangsit-wangsit penemuan setan itu, sehingga seorang yang bernama Sawito pada bulan September 1976 hampir saja mengacaukan negara Republik Indonesia, karena dia mengatakan telah lama mendapat wangsit bahwa dia telah ditentukan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, sehingga di mana-mana, lama sebelumnya, dia telah memperkenalkan dirinya sebagai capres yang berarti calon presiden. Akhirnya dia ditangkap setelah ternyata mengadakan penipuan tanda tangan dari orang-orang terkemuka yang tidak menyadari bahwa tanda tangan mereka dipergunakannya untuk menyokong maksudnya menggulingkan presiden yang sah.
Demikianlah orang-orang yang kurang teguh hubungannya dengan Allah. Mereka itu telah lebih didekati oleh setan dan Iblis, sehingga selalu diperdayakan. Namun orang kuat imannya dan ibadahnya, mencoba sedikit saja mendekati orang yang beriman, setan itu akan diusirnya jauh.