Ayat

Terjemahan Per Kata
وَيَقُولُونَ
dan mereka berkata
مَتَىٰ
bilakah
هَٰذَا
ini
ٱلۡوَعۡدُ
janji
إِن
jika
كُنتُمۡ
kalian adalah
صَٰدِقِينَ
orang-orang yang benar
وَيَقُولُونَ
dan mereka berkata
مَتَىٰ
bilakah
هَٰذَا
ini
ٱلۡوَعۡدُ
janji
إِن
jika
كُنتُمۡ
kalian adalah
صَٰدِقِينَ
orang-orang yang benar
Terjemahan

Mereka berkata, “Kapankah janji (hari Kebangkitan) ini (terjadi) jika kamu orang-orang benar?”
Tafsir

(Dan mereka berkata, "Bilakah terjadinya janji ini?) yakni hari berbangkit (jika kalian orang-orang yang benar?") mengenai apa yang kalian katakan.
Tafsir Surat Yasin: 48-50
Dan mereka berkata, "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. Allah ﷻ menceritakan tentang keyakinan orang-orang kafir yang menganggap mustahil terjadinya hari kiamat. Hal ini diungkapkan melalui firman-Nya: Bilakah (terjadinya) janji ini? (Yasin: 48) Dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya: Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan. (Asy-Syura: 18) Adapun firman Allah ﷻ: Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. (Yasin: 49) Artinya, tiada yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja, dan teriakan ini hanya Allah Yang Maha Mengetahui adalah tiupan sangkakala yang pertama.
Dilakukan tiupan pada sangkakala yaitu tiupan yang mengejutkan, saat itu manusia sedang berada di dalam pasar-pasar mereka dan sedang dalam aktivitas kehidupan mereka yang saling bersaing dan bertengkar di antara sesamanya sebagaimana biasanya. Ketika mereka sedang dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala. Maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang cukup panjang; tiada seorang pun di permukaan bumi ini melainkan mendengar suara itu yang terdengar dari arah langit.
Kemudian manusia yang ada digiring menuju ke Padang Mahsyar dengan api yang mengepung mereka dari segala penjuru. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun. (Yasin: 50) terhadap apa yang dimiliki oleh mereka, karena urusan yang sedang dialami oleh mereka lebih penting dari itu, dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. (Yasin: 50) Sehubungan dengan bab ini banyak asar dan hadis yang telah kami kemukakan di tempat lain.
Setelah itu barulah terjadi tiupan kematian yang karenanya semua makhluk hidup mati semuanya selain Tuhan Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengatur makhluk-Nya. Selanjutnya terjadi tiupan kebangkitan."
Tidak hanya mengingkari utusan Allah, orang-orang kafir itu juga mengingkari hari kebangkitan. Dan apabila dikatakan bahwa mereka kelak akan dibangkitkan dari kubur, mereka itu pun berkata dengan nada mengejek, 'Kapan janji hari kebangkitan itu terjadi jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu tentangnya''49. Allah mengingatkan orang-orang kafir itu bahwa mereka tidak akan menunggu lama kedatangan hari kebangkitan, melainkan ha-nya menunggu satu teriakan saja, yaitu tiupan sangkakala pertama yang menghancurkan alam semesta. Suara sangkakala itu yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar karena ia datang secara tiba-tiba (Lihat pula: Surah az-Zukhruf/43: 66).
Sisi lain dari sifat-sifat jelek kaum yang ingkar itu adalah ketidakpercayaan mereka tentang akan adanya hari Kebangkitan sesudah mati. Apabila disampaikan bahwa mereka kelak akan dibangkitkan kembali sesudah mati, untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka selama di dunia ini, maka mereka menjawab dengan sikap mengejek, "Bilakah janji itu akan terlaksana?" Demikian keadaan kaum yang ingkar, hati mereka tidak lagi terbuka untuk menerima kebenaran. Penyesalan mereka barulah akan timbul setelah mereka menghadapi kenyataan tentang apa yang dulunya mereka ingkari.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
“Dan jika dikatakan kepada mereka,
Ayat 45
“Takwalah kamu kepada apa yang berada di hadapanmu dan apa yang di belakang kamu “
Biasa diartikan orang takwa itu dengan takut, padahal arti takwa lebih luas dan lebih dalam dari takut. Kata-kata takut bisa ditujukan orang seperti takut kepada harimau lalu lari, takut akan kepindahan penyakit kusta lalu menjauh dari orang yang mendapat penyakit itu.
“Agar supaya kamu dirahmati."
Yang di hadapan kita dan di belakang kita hendaklah kita perhatikan, kita camkan dan kita awasi. Yang di hadapan kita boleh diartikan usia kita yang akan kita tempuh; entah berapa tinggal lagi, tidaklah kita ketahui. Mungkin hari ini meninggal, mungkin setahun lagi. Tidak seorang jua pun kita yang tahu. Yang di belakang kita ialah sejarah hidup yang telah kita lalui, manakah yang lebih banyak kita kerjakan, yang baikkah atau yang buruk. Padahal yang telah terletak di belakang kita itu tidak dapat kita ulangi lagi.
Ayat 46
“Dan tidaklah datang kepada mereka semacam ayat pun dari ayat-ayat Tuhan mereka, melainkan adalah mereka itu selalu berpaling darinya."
Ayat ini adalah sebagai jawaban dari ayat yang sebelumnya. Dia menguraikan sikap jiwa dari orang yang kafir. Adapun peringatan dari ayat Allah ﷻ yang dikemukakan kepada mereka, mereka tidak mau peduli. Mereka berpaling kepada yang lain. Malahan orang yang memberikan peringatan itu mereka musuhi. Nabi-nabi yang menyampaikan *seruan Allah secara jujur mereka musuhi. Mereka bersikap dalam hidup semaunya sendiri. Mereka tidak peduli akan nasihat.
Ayat 47
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Nafkahkanlah dari apa yang direzekikan Allah kepada kamu."
Artinya, oleh sebab Allah telah memberimu rezeki lebih banyak, sedang sesamamu manusia ada yang lemah, ada yang tidak mempunyai kesanggupan dan kegigihan memburu harta sebagai kesanggupan yang ada pada kamu, maka berikanlah sebagian dari rezeki anugerah Allah itu kepada orang-orang yang patut ditolong, anjuran itu mereka tolak pula. Mereka tidak mau memberikan sebagian rezeki yang diberikan Allah itu agak sedikit kepada yang patut menerima."Berkatalah orang-orongyang kafir itu kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang kalau Allah menghendaki niscaya akan diberinya makan?"
Maka dijelaskanlah di akhir ayat,
“Tidak lain kamu ini, melainkan di dalam kesesalan yang nyata."
Yaitu bahwa pendirian mereka yang demikian itu adalah pendirian yang sesat. Mereka tidak hendak mencari hubungan kasih sayang dengan sesamanya manusia. Manusia tidak hendak memedulikan nasib fakir dan miskin. Mereka menyangka dengan demikian mereka telah menempuh jalan yang benar, padahal itu adalah satu jalan tersesat.
Ayat 48
“Dan mereka betkata, “Bilakah janji ini, jika adalah kamu orang-orang yang benar?"
Mereka menantang kepada Rasul dan orang-orang yang beriman yang selalu mengancam mereka dengan adzab bilamana hari Kiamat sudah datang kelak. Kalau Kiamat itu terjadi kelak,
Ayat 49
“Tidaklah mereka akan menunggu melainkan satu pekikan saja."
Pekik ialah suara teriak yang sangat keras. Laksana suara sirene pada mobil pemadam kebakaran yang sedang berkejaran menung-kas memadamkan api rumah terbakar. Tetapi pekik itu demikian kerasnya, meskipun hanya sekali saja, ke seluruh penjuru bumi. Itu juga yang dikatakan serunai sangkakala yang ditiup oleh malaikat Israfil."Yang akan menyeret mereka, “ artinya yang menyebabkan mereka jadi panik, bingung, gugup, hilang akal dan tidak dapat lagi menguasai diri. Mereka telah terseret oleh pengaruh kerasnya bunyi pekik itu.
“Padahal mereka sedang bertengkar."
Laksana binatang di rimba ketika kebakaran hutan, mereka telah diseret pengaruh kebakaran itu, lari ke sana kemari, tidak tahu lagi apa yang akan dikerjakan. Takut, ngeri, bingung, dan ketakutan akan mati. Padahal tadinya sedang bertengkar di pasar, di balai, di apartemen, di medan perang, ketika berebut-rebut mengejar keret api yang akan berangkat. Habis semuanya itu, berganti dengan hiruk pikuk ketakutan, karena maut telah terasa sangat mendekat.
Ayat 50
“Maka tidaklah mereka sempat meninggalkan suatu wasiat pun."
Tidak sempat lagi membuat surat wasiat atau meninggalkan pesan wasiat untuk orang yang tinggal.
“Dan tidak pula mereka bisa pulang kepada kaum keluarganya."
Sebab di mana mereka mendengarkan pekik yang dahsyat itu, di situ pula mereka akan mati. Ada yang mati karena berdesak-desak, atau mati ketakutan, atau mati berlanggar.