Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
نَحۡنُ
kami
أَكۡثَرُ
lebih banyak
أَمۡوَٰلٗا
harta
وَأَوۡلَٰدٗا
dan anak-anak
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
بِمُعَذَّبِينَ
orang-orang yang disiksa
وَقَالُواْ
dan mereka berkata
نَحۡنُ
kami
أَكۡثَرُ
lebih banyak
أَمۡوَٰلٗا
harta
وَأَوۡلَٰدٗا
dan anak-anak
وَمَا
dan tidaklah
نَحۡنُ
kami
بِمُعَذَّبِينَ
orang-orang yang disiksa
Terjemahan
Mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak (daripadamu) dan kami tidak akan diazab.”
Tafsir
(Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak) daripada orang-orang yang beriman (dan kami sekali-kali tidak akan diazab.").
Tafsir Surat Al-Saba': 34-39
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami, mereka itu dimasukkan ke dalam azab.
Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. Allah ﷻ menghibur Nabi-Nya seraya memerintahkan kepadanya agar mengambil pelajaran dari para rasul yang telah mendahuluinya, dan Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidak sekali-sekali Dia mengutus seorang nabi ke suatu penduduk negeri, melainkan penduduk negeri itu mendustakannya. Pelaku pertamanya adalah orang-orang hartawan mereka, kemudian diikuti oleh kaum lemah mereka, seperti apa yang dikatakan oleh kaum Nabi Nuh a.s.: Mereka berkata, "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina? (Asy-Syu'ara: 111) Dan firman Allah ﷻ: Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja. (Hud: 27) Dan orang-orang besar dari kalangan kaum Nabi Saleh mengatakan: .
kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?. Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Saleh diutus untuk menyampaikannya. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani. (Al-A'raf: 75-76) Dan firman Allah ﷻ: Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang yang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya) " (Al-An'am: 53) Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. (Al-An'am: 123) Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu.
Maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (Al-Isra: 16) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun. (Saba: 34) Yakni seorang nabi atau seorang rasul. melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata. (Saba: 34) Mereka adalah orang-orang yang hidup senang, terpandang, hartawan, dan memegang kendali kepemimpinan. Menurut Qatadah, mereka adalah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang di kalangan mereka, yang juga pemimpin mereka dalam kejahatan.
Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. (Saba: 34) Yakni kami tidak akan beriman dan tidak akan mengikutinya. -: -: ". ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab, dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Rajin yang menceritakan bahwa pernah ada dua orang yang berteman, salah seorang dari keduanya keluar menuju ke pantai, sedangkan yang lain tinggal di rumahnya.
Ketika Nabi ﷺ diutus, maka teman yang ada di pantai berkirim surat kepada temannya yang ada di tempat menanyakan perihal Nabi ﷺ Lalu temannya yang ada di tempat membalas suratnya dengan mengatakan bahwa Muhammad itu tidak ada seorang pun dari kalangan Quraisy yang mengikutinya, sesungguhnya yang mengikutinya hanyalah orang-orang yang lemah dan kaum fakir miskin. Kemudian temannya yang sedang mengembara itu meninggalkan perniagaannya, lalu mendatangi temannya dan berkata kepadanya, "Tunjukkanlah aku kepada Muhammad." Ternyata si pengembara itu sering membaca kitab atau sebagian dari kitab-kitab terdahulu.
Ketika sampai kepada Nabi ﷺ ia bertanya, "Engkau menyeru kepada apa?" Nabi ﷺ menjawabnya, bahwa beliau menyeru manusia untuk berbuat anu dan anu (kebenaran). Maka si pengembara itu langsung berkata, "Aku bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah." Nabi ﷺ bertanya, "Mengapa engkau mengetahui sampai sejauh itu?" Pengembara itu menjawab, bahwa sesungguhnya tidak sekali-sekali seorang nabi diutus melainkan yang menjadi pengikutnya adalah orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin dari kalangan kaumnya. Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. (Saba: 34) Lalu Nabi ﷺ mengirimkan utusan kepada si pengembara untuk menyampaikan sabdanya: sesungguhnya Allah ﷻ telah menurunkan wahyu yang membenarkan ucapanmu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Heraklius kepada Abu Sufyan, ketika Heraklius menanyainya tentang perihal Nabi ﷺ Heraklius antara lain mengatakan, Dan aku bertanya kepadamu, "Apakah hanya orang-orang yang lemah yang menjadi pengikutnya, ataukah orang-orang terhormat mereka?" Lalu kami jawab, "Memang sebenarnya hanya orang-orang yang lemah sajalah pengikut para rasul itu." Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang hidup mewah lagi mendustakan para rasul: Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (Saba: 35) Mereka membanggakan dirinya dengan harta mereka yang banyak dan mereka memiliki anak-anak yang banyak.
Mereka menduga bahwa hal itu menunjukkan akan kecintaan Allah ﷻ kepada mereka dan besarnya perhatian Allah kepada mereka. Tidaklah Allah memberi mereka semuanya itu di dunia ini, kemudian pada Akhirnya Allah akan mengazab mereka di akhirat, itu jauh dari kemungkinan. Maka Allah menyanggah anggapan mereka itu melalui firman-Nya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu'minun: 55-56) Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedangkan mereka dalam keadaan kafir. (At-Taubah: 55) Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Kulapangkan baginya (rezeki, dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an).
Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddassir: 11-17) Dan Allah ﷻ telah menceritakan perihal pemilik dua buah kebun, bahwa dia adalah seorang hartawan, memiliki hasil buah-buahan yang banyak dan banyak anaknya. Kemudian semuanya itu tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepadanya, bahkan semuanya itu dicabut oleh Allah ﷻ semasa masih di dunia dan belum lagi menginjak akhirat. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya). (Saba: 36) Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai-Nya dan orang yang tidak dicintai-Nya, dan Dia mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan hanya bagi-Nyalah hikmah yang sempurna, hujah yang pasti dan mengalahkan semua hujah.
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Saba: 36) Firman Allah ﷻ: Dan sekali-sekali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun. (Saba: 37) Yakni semuanya itu bukan merupakan bukti yang menunjukkan kecintaan Kami kepada kalian, bukan pula menunjukkan perhatian Kami kepada kalian. ". Imam Ahmad. mengatakan, telah menceritakan kepada kami Kasir, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi sesungguhnya Dia hanya memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian.
Imam Muslim dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Kasir ibnu Hisyam, dari Ja'far ibnu Jabarqan dengan sanad yang sama. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Saba: 37) Yakni sesungguhnya yang mendekatkan kalian kepada Kami hanyalah iman dan amal saleh yang kalian kerjakan. mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba: 37) Maksudnya, amal kebaikan mereka dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.
dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (Saba: 37) Yaitu di tempat-tempat yang tertinggi di dalam surga dalam keadaan aman dari semua siksaan, aman dari rasa takut, dan aman dari gangguan semua kejahatan yang mengerikan. ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim dan Ali ibnu Misar, dari Abdur Rahman ibnu lshaq, dari An-Nu'man ibnu Sa'd, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat tempat-tempat yang tinggi, bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.
Ketika ada seorang Badui bertanya, "Untuk siapakah tempat-tempat itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: Bagi orang yang bertutur kata baik, memberi makan (orang-orang fakir miskin), rajin berpuasa, dan gemar salat di malam hari ketika manusia sedang tidur. Firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melepaskan diri dari azab Kami. (Saba: 38) Yakni berusaha menghalang-halangi jalan Allah dan tidak mau mengikuti rasul-rasul-Nya dan tidak percaya kepada ayat-ayat-Nya. mereka itu dimasukkan ke dalam azab. (Saba: 38) Mereka semuanya akan mendapat balasan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka masing-masing.
Firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). (Saba: 39) Yaitu berdasarkan hikmah-Nya Dia melapangkan rezeki kepada seseorang dan memberinya harta yang banyak, dan menyempitkan rezeki yang lainnya hingga hidupnya sangat miskin, karena ada hikmah yang terkandung di baliknya dan hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain).
Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (Al-Isra': 21) Yakni sebagaimana mereka berbeda-beda taraf kehidupannya semasa di dunia, yang ini fakir lagi miskin, dan yang itu kaya lagi lapang rezekinya. Maka demikian pula keadaan mereka di akhirat, yang ini berada di dalam kedudukan yang tertinggi di surga, dan yang itu berada di dalam siksaan di dasar neraka yang terbawah.
Dan sebaik-baik orang di dunia adalah orang yang diungkapkan oleh Rasulullah ﷺ melalui sabdanya: ". Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki secukupnya, dan menerima apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar r.a.: Firman Allah ﷻ: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. (Saba: 39) Artinya, berapa pun kamu belanjakan hartamu kepada apa yang diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan Allah menghalalkannya, Dia pasti akan menggantinya kepada kalian di dunia di samping pahala di akhirat yang akan kamu terima sebagai penggantinya.
Di dalam sebuah hadis disebutkan: Allah ﷻ berfirman, "Berinfaklah kamu, maka Aku akan menggantinya kepadamu. Di dalam hadis lain disebutkan: bahwa setiap pagi hari ada dua malaikat yang salah satunya berdoa, "Ya Allah, berikanlah kerusakan kepada orang yang kikir," sedangkan yang lain mengatakan dalam doanya, "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak." Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Infakkanlah terus, hai Bilal, janganlah kamu takut kebangkrutan karena Tuhan yang mempunyai Arasy. ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid ibnu Abdul Aziz Al-Fallas, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadaku suatu berita dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ingatlah, sesungguhnya sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erta-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak.
Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39) Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakah, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Al-Kausar ibnu Hakim, dari Mak-hul yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadaku dari Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Ingatlah, sesudah zaman kalian ini akan datang suatu zaman di mana orang kaya menggenggam erat-erat harta yang ada di tangannya karena takut berinfak. Yakni menyembunyikan kekayaannya karena takut diminta untuk berinfak, Allah ﷻ telah berfirman: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (Saba: 39) Di dalam sebuah hadis disebutkan: Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang yang terdesak.
Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Ingatlah, sesungguhnya jual beli dengan orang-orang yang terpaksa itu haram. Orang muslim adalah saudara orang muslim lainnya; ia tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh pula menghinanya. Jika kamu memiliki kebaikan, maka gunakanlah itu untuk menolong saudaramu. Dan jika kamu tidak mempunyainya, maka janganlah kamu menambahkan kepadanya kehancuran di atas kehancuran.
Bila ditinjau dari segi jalurnya, hadis ini berpredikat garib karena di dalam sanadnya terdapat kelemahan. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Yunus alias Al-Hasan ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Mujahid telah mengatakan, "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian menakwilkan ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.' (Saba: 39) dengan pengertian bahwa apabila seseorang di antara kalian memiliki apa yang menjadi kecukupannya, hendaklah ia bersikap irit (ekonomis) karena sesungguhnya rezeki itu telah dibagi-bagi."
Penolakan itu dibarengi kesombongan dan keangkuhan akibat kekayaan dan keturunan yang Allah anugerahkan kepada mereka. Dan mereka berkata, 'Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak daripada kamu, dan kami tidak akan diazab sebab Allah mengasihi kami. Dia memberi kami limpahan nikmat yang besar di dunia ini dan membebaskan kami dari azab di akhirat nanti. ' Sungguh, hal itu hanyalah dugaan mereka yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi. 36. Membantah dugaan tersebut, Allah berfirman, 'Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, 'Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki, tidak peduli dia mukmin ataupun kafir. Tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui hikmah dari ketetapan Allah itu. Ba-nyak atau sedikitnya rezeki tidak berbanding lurus dengan kecintaan Allah kepada seseorang atau kedudukannya di sisi Allah (Lihat juga: al-Mu'min'n/23: 55'56 dan at-Tag'bun/64: 15). '.
Golongan berkuasa yang zalim, sombong, dan semena-mena itu membanggakan kekayaan dan keturunan mereka. Mereka berkata, "Kami kaya raya dan keturunan kami banyak, kami tidak akan terkena azab (tersentuh hukum)." Dengan kekayaan, mereka merasa dapat membeli apa saja. Dengan keturunan dan pendukung, mereka beranggapan bahwa kekuasaan mereka terhadap yang lemah dapat terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Mereka juga merasa disayangi oleh Allah sehingga di akhirat nanti tidak akan dihukum karena dosa-dosa mereka. Tolok ukur yang mereka pakai adalah kesenangan hidup di dunia. Kesenangan hidup, menurut pandangan mereka, menunjukkan bahwa mereka disayangi, sedangkan kesengsaraan hidup menandakan mereka dibenci Allah.
Semua anggapan mereka itu tidaklah benar. Pemberian harta yang melimpah dan anak-anak yang berhasil bagi orang kafir tidak merupakan petunjuk bahwa Allah menyayangi mereka, tetapi sebaliknya, sebagaimana dinyatakan ayat berikut:
Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (al-Mu'minun/23: 55-56)
Walaupun begitu, azab tidak segera dijatuhkan kepada orang-orang kafir di dunia ini karena Allah masih memberi penangguhan kepada mereka. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada mereka agar bertobat, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:
Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah di-tentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (an-Nahl/16: 61)
Dalam ayat lain diterangkan bahwa harta dan anak-anak menjadi ujian bagi manusia, apakah ia tetap beriman dan bersyukur ataukah ingkar. Allah berfirman:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar. (at-Tagabun/64: 15)
Sesungguhnya harta bagi orang kafir tidak akan bisa membuat mereka abadi di dunia, tetapi sebaliknya akan menyebabkan mereka dilemparkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah:
Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (al-Humazah/104: 3)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PEMBANGKANGAN ORANG-ORANG MEWAH
Ayat 34
“Dan tidaklah Kami utus pada suatu negeri seorang pemberi ingat pun."
Seorang pemberi ingat ialah seorang Rasul. Kedatangan seorang Rasul membawa petunjuk kepada manusia ialah pembawa berita yang menggembirakan bagi yang beriman dan peringatan yang berisi ancaman bagi yang tidak mau percaya. Maka dalam ayat ini tugas Rasul sebagai pemberi ancaman kepada yang tidak mau percaya itulah yang berlaku.
“Melainkan berkata orang-orang yang mewah di negeri itu, ‘Sesungguhnya kami terhadap apa yang kamu disuruh menyampaikannya itu tidaklah mau percaya."
Qatadah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang mewah itu ialah orang-orang kayanya, pemimpin-pemimpin-nya, penguasa-penguasanya dan penganjur segala kejahatan di negeri itu.
Karena merasa bahwa kedudukan mereka kuat, beranilah mereka mengatakan, “Kami tidak percaya kepada segala yang kamu serukan itu. Pembicaraanmu itu hanya omong kosong."
Sebaliknya maka adalah pengikut-pengikut pertama dan utama dari nabi-nabi adalah orang-orang yang lemah, orang tidak terkenal, orang-orang yang kurang mampu, budak-budak hamba sahaya.
Ayat 35
“Dan mereka berkata, “Kami lebih banyak mempunyai harta benda dan anak-anak."
Inilah yang dibanggakan oleh orang-orang yang mewah itu. Itulah kemegahan zaman jahiliyyah. Kalau harta benda banyak melimpah-limpah dan kalau anak keturunan pun berkembang biak, niscaya awak disegani orang. Dalam hal yang demikian apa perlunya agama? Apa perlunya mengaji berdalam-dalam? Apatah lagi setelah mereka lihat bahwa yang tekun beragama itu hanya orang-orang miskin.
Oleh karena mereka memandang segala urusan jadi mudah asal harta benda cukup, ancaman-ancaman yang dikemukakan Nabi itu hanyalah mempertakut-takuti saja. Mereka berkata,
“Dan tidaklah kami akan diadzab."
Kami mewah, harta kami banyak lebih dari cukup dan anak keturunan kami berkembang biak. Itu semuanya adalah tanda bahwa Allah mengasihani kami. Kalau Allah tidak kasih kepada kami tentu kami tidak akan diberi rezeki sebanyak itu.
Anggapan mereka yang demikian itu disuruh oleh Allah kepada Nabi-Nya agar dibantah.
Ayat 36
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi barangsiapa yang Dia kehendaki dan membatasinya."
Artinya bahwa dalam keadaan hidup di dunia ini tidaklah bersamaan rezeki orang; ada orang yang diberi rezeki lapang, dapat kekayaan banyak, berlimpah-limpah dan ada pula yang rezeki sangat terbatas, dapat sekira akan dimakan atau asal dapat menyambung hidup saja. Karena selama manusia masih hidup, rezeki itu pasti ada. Namun rezeki lapang atau rezeki sempit bukanlah jadi ukuran Allah ﷻ kasih atau Allah benci. Ada rezeki banyak tetapi sebagian besar dari yang tidak halal dan ada rezeki sangat terbatas, tetapi orangnya ringan langkah buat mendekati Allah ﷻ Banyak orang kaya yang durhaka dan ada juga yang karena rezeki lapang digunakan hartanya itu buat menyembah Allah SWT, dan ada pula yang karena telah miskin dia menyesali Allah ﷻ
“Tetapi kebanyakan dari manusia tidak mengetahui."
Mereka tidak mengetahui karena mereka hanya melihat yang pada lahir saja.
Banyak manusia yang tidak mengetahui bahwa orang yang lapang rezekinya itu banyak yang ditimpa berbagai kesusahan, darah tinggi, penyakit gula, kacau berpikir, atau tersesat. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pernah kejadian seseorang yang tadinya hidup sederhana saja aman sentosa dalam rumah tangganya bersama anak istrinya. Tetapi setelah dia mulai kaya, bertimpalah kegelisahan dalam rumah itu karena hawa nafsu yang tidak terkendali.
Ayat 37
“Dan tidaklah harta benda kamu itu dan tidak pula anak-anak kamu yang akan mendekatkan kamu ke sisi Kami sebagai pengantara."
Janganlah kamu salah sangka bahwa harta bendamu yang berlimpah-ruah itu atau dengan anak keturunanmu itu dapat kamu pergunakan sebagai alat guna memperdekatkan kamu kepada Allah. “Melainkan barangsiapa yang beriman dan beramal yang saleh." Pokok utama ialah bahwa kamu terlebih dahulu beriman kepada Allah. Iman itu kamu buktikan dengan amalan yang saleh. Harta benda itu kamu pergunakan untuk menegakkan iman dan untuk membuktikan amal. Anak-anak kamu itu kamu didik sehingga timbul kesadaran beragama, percaya kepada Allah ﷻ “Mereka itulah, bagi mereka ganjaran berlipat ganda dari sebab apa yang mereka amalkan." Dengan begitu barulah berarti rezeki yang dilapangkan Allah ﷻ itu dan anak keturunan yang dikembangbiakkan Allah itu. Sebab kelapangan rezeki itu tidaklah kamu akan dapati kalau bukan karunia anugerah dari Allah. Maka bersyukurlah kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah diterangkan nikmat yang diterima oleh keluarga Dawud dan kecelakaan yang menimpa penduduk Saba', karena lupa akan nikmat. Tolonglah yang miskin, bantulah yang fakir dan gunakanlah harta untuk pelurusan jalan Allah.
“Dan mereka di dalam tempat-tempat yang telah diistimewakan akan merasakan kesentosaan."
Yaitu rumah-rumah kediaman yang indah dan sentosa, aman dan bahagia di dalam surga Jannatun Na'im.
Dalam pada itu diperingatkan pula yang sebaliknya.
Ayat 38
“Dan orang-orang yang betusaha menghadapi ayat-ayat Kami, hendak melepaskan diri."
Berusaha menghadapi atau menantang, tidak mau percaya, masa bodoh, atau mengakui tetapi tidak mau menjalankan. Mengatakan diri beriman tetapi tidak mau beramal. Mau menerima rezeki dari Allah sebanyak-banyaknya, tetapi bakhil tidak mau berbuat baik, yang merasa bahwa mereka dapat melepaskan diri dari pandangan Allah SWT, berlindung ke tempat yang gelap.
“Mereka itu akan dihadirkan ke dalam adzab siksaan."
Ayat 39
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada barangsiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan membatasi baginya."
Maksudnya ialah menyuruh Rasui-Nya memberi peringatan kepada orang-orang yang terpedaya dengan banyak harta benda dan dengan berkembangbiaknya anak dan keturunan. Karena belum tentu harta kekayaan yang banyak akan membawa selamat badan diri dan belum tentu pula keturunan yang berkembang biak akan jadi kemegahan. Ada orang yang kaya raya dan ada yang rezeki sangat terbatas, namun demikian yang sangat penting mendidik diri ialah menafkahkan harta itu pada jalan kebaikan. “Dan yang mana saja pun yang kamu nafkahkan dari barang sesuatu, maka Dia akan menggantinya." Inilah salah satu jaminan dari Allah SWT, yaitu harta atau rezeki yang telah dikaruniakan Allah itu hendaklah segera belanjakan pula kepada jalan yang baik. Sangatlah banyak pintu kebaikan yang meminta dinafkahi. Allah ﷻ berjanji akan mengganti.
Dan Allah berjanji akan menggantinya,
“Dan Dia adalah yang sebaik-baik Pemberi rezeki."