Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
ءَاتَيۡنَا
Kami telah berikan
دَاوُۥدَ
Daud
مِنَّا
dari Kami
فَضۡلٗاۖ
karunia
يَٰجِبَالُ
wahai gunung-gunung
أَوِّبِي
kembalilah/bertaubatlah kepada-Ku
مَعَهُۥ
bersamanya (Daud)1
وَٱلطَّيۡرَۖ
dan burung-burung
وَأَلَنَّا
dan Kami telah melunakkan
لَهُ
untuknya
ٱلۡحَدِيدَ
besi
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
ءَاتَيۡنَا
Kami telah berikan
دَاوُۥدَ
Daud
مِنَّا
dari Kami
فَضۡلٗاۖ
karunia
يَٰجِبَالُ
wahai gunung-gunung
أَوِّبِي
kembalilah/bertaubatlah kepada-Ku
مَعَهُۥ
bersamanya (Daud)1
وَٱلطَّيۡرَۖ
dan burung-burung
وَأَلَنَّا
dan Kami telah melunakkan
لَهُ
untuknya
ٱلۡحَدِيدَ
besi
Terjemahan
Sungguh, benar-benar telah Kami anugerahkan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), “Wahai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud!” Kami telah melunakkan besi untuknya.
Tafsir
(Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami) berupa kenabian dan Kitab Zabur. Dan Kami berfirman, ("Hai gunung-gunung! Lakukanlah berulang-ulang) yakni ulang-ulanglah (bersama Daud) melakukan tasbih; maksudnya bertasbihlah berulang-ulang bersamanya (dan burung-burung") dibaca Nashab karena di'athafkan secara Mahall pada lafal Al Jibaalu maksudnya Kami menyeru mereka supaya bertasbih bersamanya (dan Kami telah melunakkan besi untuknya) sehingga besi di tangan Nabi Daud bagaikan adonan roti lunaknya.
Tafsir Surat Al-Saba': 10-11
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. Allah ﷻ menceritakan tentang nikmat yang telah Dia karuniakan kepada hamba dan rasul-Nya Daud a.s., yaitu Dia telah memberinya keutamaan yang jelas, menghimpunkan baginya antara kenabian dan kerajaan yang kokoh, dan bala tentara yang berperalatan lengkap serta banyak bilangannya, Allah juga telah memberinya suara yang indah apabila ia bertasbih, maka ikut bertasbih pula bersamanya gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya lagi tinggi-tinggi itu, dan semua burung yang terbang terhenti karenanya, lalu menjawab tasbihnya dengan berbagai bahasa.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ mendengar suara Abu Musa Al-Asy'ari r.a. di malam hari sedang membaca Al-Qur'an. Maka beliau berhenti dan mendengarkan bacaannya, kemudian bersabda: Sesungguhnya orang ini benar-benar telah dianugrahi sebagian dari suara merdunya keluarga Daud. Abu Usman An-Nahdi mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar suara alat musik apa pun (di masanya) yang lebih indah dan lebih merdu daripada suara Abu Musa Al-Asy'ari a. Firman Allah Swt: bertasbihlah berulang-ulang. (Saba: 10) Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang artinya ialah bertasbihlah. Abu Maisarah menduga bahwa awwibi berasal dari bahasa Habsyah yang artinya bertasbihlah, tetapi kebenarannya masih diragukan, karena ta-wib menurut istilah bahasa Arab artinya menjawab, yakni gunung-gunung dan burung-burung diperintahkan untuk menjawab tasbihnya Nabi Daud menurut caranya masing-masing.
Abul Qasim alias Abdur Rahman Ibnu Ishaq Az-Zujaji mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Jumal, Bab "Nida", sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud. (Saba: 10) Yakni berjalanlah bersamanya di siang hari sepenuhnya, karena makna ialah berjalan di siang hari seluruhnya, sedangkan kebalikannya ialah yang artinya berjalan di malam hari seluruhnya. Demikianlah teks pendapat Abul Qasim.
Tetapi pendapatnya ini aneh sekali, kami tidak menemukannya pada yang lain, sekalipun bila ditinjau dari segi lugah (bahasa) ada alasan yang mendukungnya. Akan tetapi, jauh dari makna yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat yang benar adalah makna yang pertama tadi, yaitu bertasbihlah bersama Daud. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah Swt: dan kami telah melunakkan besi untuknya. (Saba: 10) Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya mengatakan bahwa untuk melunakkan besi bagi Nabi Daud tidak perlu memasukkannya ke dalam tungku api, dan tidak perlu palu untuk membentuknya, tetapi Daud dapat memintalnya dengan tangannya seperti halnya memintal kapas untuk menjadi benang.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: buatlah baju besi yang besar-besar. (Saba: 11) Yaitu baju-baju besi yang dianyam lagi besar-besar. Qatadah mengatakan bahwa Daud adalah orang yang mula-mula membuat baju besi dengan dianyam. Dan sesungguhnya sebelum itu baju besi-hanya berupa lempengan-lempengan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sama'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Damrah, dari Ibnu Syauzab yang mengatakan bahwa Daud a.s.
setiap hari dapat membuat sebuah baju besi, lalu ia menjualnya dengan harga enam ribu dirham; dua ribu untuk dirinya dan keluarganya, sedangkan yang empat ribu dia belikan makanan pokok untuk memberi makan kaum Bani Israil. dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11) Ini merupakan petunjuk dari Allah ﷻ kepada Daud dalam mengajarinya cara membuat baju besi. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11) Janganlah kamu menjadikan pakunya kecil karena akan membuatnya longgar pada lingkaran. Jangan pula kamu menjadikannya besar karena mengalami keausan, tetapi pakailah paku yang berukuran sedang.
Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan, bahwa janganlah engkau memakai paku yang besar karena akan aus, jangan pula memakai paku kecil karena longgar. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan as-sard ialah lingkaran besi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa bila dikatakan baju besi yang dianyam, istilah Arabnya ialah dar'un masrudah.
Sebagai dalilnya ialah ucapan seorang penyair yang mengatakan: ..... Keduanya memakai baju besi yang dianyam, sebagaimana baju besi buatan Nabi Daud atau baju besi yang biasa dipakai oleh Tubba' (buatan negeri Yaman). Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan dalam biografi Daud a.s. melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang di dalamnya terdapat kisah dari Abul Yas, dari Wahb ibnu Munabbih, yang kesimpulannya seperti berikut: Bahwa Daud a.s.
keluar dengan menyamar, lalu ia menanyakan tentang dirinya kepada kafilah-kafilah yang datang. Maka tidaklah ia menanyai seseorang, melainkah orang tersebut memujinya dalam hal ibadah dan sepak terjangnya. Wahb ibnu Munabbih melanjutkan, bahwa pada akhirnya Allah mengutus malaikat dalam rupa seorang lelaki. Kemudian lelaki itu dijumpai oleh Daud a.s., lalu Daud menanyakan kepadanya dengan pertanyaan yang biasa ia kemukakan kepada orang lain.
Maka malaikat itu menjawab, "Dia adalah seorang yang paling baik buat dirinya sendiri dan buat orang lain, hanya saja di dalam dirinya terdapat suatu pekerti yang seandainya pekerti itu tidak ada pada dirinya, tentulah dia adalah seorang yang kamil." Daud bertanya, "Pekerti apakah itu?" Malaikat menjawab, "Dia makan dan menafkahi anak-anaknya dari harta kaum muslim.' yakni baitul mal.
Maka pada saat itu juga Nabi Daud a.s. menghadapkan diri kepada Tuhannya seraya berdoa, semoga Dia mengajarkan kepadanya suatu pekerjaan yang dilakukan tangannya sendiri sehingga menjadi orang yang berkecukupan dan dapat membiayai anak-anak dan keluarganya. Lalu Allah melunakkan besi baginya dan mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi. lalu Daud dikenal sebagai pembuat baju besi; dia adalah orang yang mula-mula membuat baju besi.
Allah ﷻ telah berfirman: buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya (Saba: 11) Yang dimaksud dengan sard ialah pakunya lingkaran besi yang dipakai sebagai anyaman baju besi. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Daud bekerja sebagai pembuat baju besi. Apabila telah selesai, maka ia jual; sepertiga dari hasil penjualan itu dia sedekahkan, sepertiganya lagi ia belikan keperluan hidup untuk mencukupi keluarga dan anak-anaknya, sedangkan yang sepertiganya lagi ia pegang untuk ia sedekahkan setiap harinya, hingga selesai dari membuat baju besi lainnya.
Wahb ibnu Munabbih melanjutkan bahwa sesungguhnya Allah telah memberi sesuatu kepada Daud yang belum pernah Dia berikan kepada orang lain, yaitu berupa suara yang bagus. Disebutkan bahwa sesungguhnya apabila Daud membaca kitab Zabur, maka semua hewan liar berkumpul kepadanya, sehingga Daud dapat memegang lehernya, sedangkan hewan liar itu tidak lari darinya (jinak). Dan tidaklah setan membuat seruling dan alat musik tiup lainnya, melainkan berdasarkan nada suara yang dikeluarkan oleh Daud a.s.
Dan Nabi Daud a.s. adalah seorang yang tekun dan pekerja keras. Dan tersebutlah bahwa apabila ia membuka kitab Zabur untuk dibacanya, maka suaranya seakan-akan seperti suara buluh perindu. Disebutkan bahwa Daud telah dianugerahi tujuh puluh suara buluh perindu di tenggorokannya. Firman Allah ﷻ: dan kerjakanlah amalan yang saleh. (Saba: 11) Artinya, gunakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu untuk mengerjakan amal saleh.
Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba: 11) Yakni mengawasi kalian dan melihat semua amal perbuatan dan ucapan kalian, tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah ﷻ"
10-11. Usai menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta yang diharapkan dapat meningkatkan keimanan manusia, pada ayat ini Allah menyebutkan anugerah-Nya kepada salah seorang hamba yang taat, Nabi Daud. Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Daud karunia yang besar dari Kami. Kami berfirman, 'Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud. ' Dan selain anugerah itu, Kami juga telah melunakkan besi untuknya seperti lilin agar bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Lalu Kami perintahkan, 'Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukur-lah anyamannya agar nyaman dipakai dan menjadi perisai bagi pemakainya. ' Dan sebagai bentuk syukur atas anugerah itu Kami berfirman kepadanya, 'Kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. '10-11. Usai menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam semesta yang diharapkan dapat meningkatkan keimanan manusia, pada ayat ini Allah menyebutkan anugerah-Nya kepada salah seorang hamba yang taat, Nabi Daud. Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Daud karunia yang besar dari Kami. Kami berfirman, 'Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud. ' Dan selain anugerah itu, Kami juga telah melunakkan besi untuknya seperti lilin agar bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Lalu Kami perintahkan, 'Buatlah baju besi yang besar-besar dan ukur-lah anyamannya agar nyaman dipakai dan menjadi perisai bagi pemakainya. ' Dan sebagai bentuk syukur atas anugerah itu Kami berfirman kepadanya, 'Kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. '.
Di antara karunia Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Daud ialah suaranya yang sangat merdu. Diriwayatkan bahwa Nabi Daud adalah seorang komponis atau pencipta nyanyian yang bersifat keagamaan. Ketika Daud bertasbih memuja dengan suaranya yang merdu, apalagi lagu-lagu itu menggambarkan pula kebesaran, kemuliaan, dan keagungan Tuhan, maka alam sekitarnya bergema seakan-akan turut bertasbih mengikuti irama suaranya. Kita tidak mengetahui bagaimana alam sekitarnya bertasbih dan bernyanyi bersama Daud sebagaimana diperintahkan Allah kepadanya. Hal itu memang tidak dapat diketahui oleh manusia sebagai tersebut dalam firman-Nya:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (al-Isra'/17: 44)
Mengenai keindahan dan kemerduan suara Daud diriwayatkan dalam sebuah hadis sahih:
Dari 'aisyah, dia berkata: Rasulullah ﷺ mendengar bacaan Abu Musa. al-Asy'ari, kemudian beliau berkata, "Sesungguhnya orang ini telah dikaruniai Allah suara merdu seperti keluarga Daud." (Riwayat an-Nasa'i)
Nikmat lain yang dikaruniakan Allah kepada Daud ialah dia dapat menjadikan besi yang keras menjadi lunak seperti lilin sehingga dapat dibentuk menjadi alat-alat, terutama alat peperangan. Dengan mukjizat yang dikaruniakan Allah, Daud melakukannya tanpa dipanaskan dengan api sebagaimana yang bisa dilakukan orang.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KARUNIA ALLAH KEPADA KELUARGA DAWUD
Ayat 10
“Dan, sesungguhnya telah Kami datangkan kepada Dawud suatu kaiunia dari Kami."
Yakni setelah Dawud menang menghadapi Jalut dalam satu peperangan dan dia dapat pula menggantikan Kerajaan Thalut, naiklah dia menjadi raja. Maka diberikanlah oleh Allah ﷻ kepadanya suatu karunia, yaitu Allah ﷻ memanggil gunung-gunung dan burung-burung, “Hai gunung-gunung, kembalilah bersama dia dan burung-burung juga!"
“Kembali" Nabi Dawud ialah kembali berserah diri kepada Allah ﷻ dengan melakukan munajat, doa-doa seruan kepada Allah ﷻ dengan beliau nyanyikan.
Beliau ada mempunyai kecapi, yang sambil memetik kecapi itu beliau nyanyikan puji-pujian kepada Allah. Suara beliau sangatlah merdunya dan lantang. Maka apabila beliau telah asyik dengan nyanyian pujian itu, yang dinamai Mazmur, fanalah beliau seakan-akan lebur ke dalam alam yang ada di keliling beliau, sampai dirasakan pertalian nyanyian beliau dengan gunung-gunung. Gunung-gunung yang tinggi itu seakan-akan turut bernyanyi. Ahli-ahli musik yang sangat halus perasaannya itu dapatlah memasukkan nyanyian alam sekeliling itu dalam paduan nyanyinya. Apabila beliau telah bertasbih memuji Allah ﷻ maka gunung dan ganang, air yang mengalir, burung yang sedang terbang turut merasakan nyanyian itu. Malahan kononnya burung yang sedang terbang itu tertegun terbang, lalu hinggap ke atas dahan-dahan kayu yang ada di keliling tempat Nabi Dawud bernyanyi, bertasbih, untuk turut mendengarkan, dan mereka pun turut bernyanyi menurut pembawaan suara masing-masing.
Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan bahwa Nabi Dawudlah, Nabi yang mula-mula menggunakan keindahan suara, dengan memakai alatkecapi buat merasakan dan meresapi keindahan alam sekeliling, yang disebut dalam bahasa filsafat dengan estetika. Maka estetika Dawud ialah menilik ketiga keindahan Ilahi. Pertama jamaal yang berarti keindahan, kedua kamaal yang berarti kesempurnaan, dan ketiga jalaal yang berarti kemuliaan. Lalu jiwa insani terpanggil buat mengutarakan kesan pada diri lalu ditumpahkan kembali berupa seni. Di sini ialah seni suara.
Tersebutlah dalam sebuah hadits yang shahih, riwayat Bukhari dan Muslim bahwa pada suatu malam Rasulullah ﷺ mendengarkan suara Abu Musa al-Asy'ari membaca Al-Qur'an dengan suara yang sangat merdu. Lalu berkatalah Rasulullah ﷺ,
“Dia ini telah dikaruniai Tuhan suatu Miamaar semacam mazmur-mazmur yang ada pada keluarga Dawud." (HR Bukhari dan Muslim)
Sebab itu pula maka Rasulullah ﷺ menganjurkan apabila seseorang membaca Al-Qur'an bacalah dengan suara yang merdu, dengan lagu yang indah dan bersedih.
“Dan telah Kami lunakkan untuknya besi."
Selain dari mukjizat keindahan suara beliau, sehingga burung terbang, air mengalir, bukit dan gunung, lurah dan lereng turut bernyanyi dalam nyanyian beliau, diberikan pula oleh Allah kepadanya suatu karunia lagi. Yaitu besi yang begitu keras dapat beliau lunakkan.
Dengan lunaknya besi dalam tangannya, dapatlah beliau membuat baju-baju besi untuk dipakai di dalam peperangan.
Ayat 11
“Bahwa buatlah baju peperangan."
yang terjadi dari besi, karena besi itu telah lunak dalam tangannya. Sehingga bagi beliau tidak begitu susah lagi buat mendirikan hapar besi karena akan membakarnya sampai lunak. Sebab jika besi telah sampai tersentuh ke tangan beliau, dia telah lunak sekali."Dan sesuaikan pasangan “ baju itu sehingga tidak sukar bilamana dipakai berhadapan dengan musuh.
Hasan al-Bishri dan Qatadah dan al-A'masy dan beberapa ahli yang lain menjelaskan bahwa bagi Nabi Dawud melunakkan besi itu tidak usah dengan memakai hapar, tidak perlu memukulkan palu godam, cukup di picik-piciknya saja dengan tangannya.
Hal seperti ini adalah suatu kemungkinan yang biasa bagi seorang nabi. Kita banyak melihat keris atau sewa buatan kuno yang berkesan jejak tangan orang yang membuatnya pada mata keris itu. Yaitu orang-orang yang kuat makrifatnya kepada Allah SWT, sehingga mereka sudah sangat yakin bahwa alam tidaklah memberi bekas, api tidak membakar, air tidak membasahi dan yang tajam tidak melukai kalau tidak dengan izin Allah. Kalau pada orang-orang biasa yang telah putus makrifatnya dapat kejadian demikian, mengapa tidak akan mungkin pada seorang Nabi? Maka baju-baju besi itu telah beliau buat dengan tangan beliau sendiri.
“Dan sesuaikan pasangan," artinya hendaklah ukurkan dengan pas pada tiap-tiap badan orang yang akan memakainya. Jangan sempit bagi yang gemuk, jangan lapang bagi yang kurus.
Dan kedua karunia yang telah disebutkan ini tampaklah kebesaran Nabi Dawud sebagai nabi, sebagai rasul, sebagai raja, sebagai seniman dan sebagai seorang pandai besi. Semua dapat berkumpul pada dirinya. Dia bukan semata-mata seorang pemuja Ilahi dengan suara yang merdu sehingga burung di langit akan berhenti terbang dan hinggap ke dekat beliau mendengar nyanyiannya. Bahkan dia pun seorang pandai besi yang halus pekerjaan-nya. Menurut Qatadah, sebelum beliau, orang belum mengenal baju besi pakaian untuk di-pakai di medan perang. Sebelum itu kalau ada hanya orang memakai perisai saja, penangkis tusukan tombak dan lemparan lembing. Di samping itu beliau pun seorang raja yang memerintah.
Di zaman kita sekarang kerap kali kita mendengar raja-raja dan kepala-kepala negara dengan hobinya masing-masing, yaitu suatu kesukaannya yang khusus. Misalnya kesukaan Aurangzeeb dari Mongol India menulis Ai-Qur'an dengan tangan beliau sendiri, lalu di-jadikannya hadiah kepada orang besar-besarnya atau disuruhnya jual kepada beberapa orang hartawan, lalu kemudian setelah beliau akan wafat beliau wasiatkan agar harga penjualan Al-Qur'an itu dijadikan perbelanjaan pembeli kafan pembungkus diri beliau, jangan diambil dari perbendaharaan negara.
Al-Hafiz Ibnu Asakir menerangkan pula dalam riwayatnya bahwa Nabi Dawud membuat baju besi untuk perang, sebagai kesukaan beliau di waktu senggang. Kalau sudah selesai lalu dijualnya. Harganya itu beliau bagi tiga; sepertiga untuk makan minum beliau se-keluarga, sepertiga beliau sedekahkan kepada fakir miskin dan sepertiga lagi beliau masuk-kan ke dalam Baitul Maal.
“Dan kerjakanlah olehmu amal yang saleh. Sesungguhnya Aku atas apa yang kamu kerjakan adalah Melihat."
Ujung ayat tidak tertuju kepada Nabi Dawud lagi, melainkan kepada tiap-tiap kita yang mendengar kisah ini, agar kita pun melakukan amal yang saleh sebagaimana Nabi
Dawud itu pula, menurut kesanggupan dan kedudukan kita masing-masing. Supaya kita ambil i'tibar dari perbuatan Nabi Dawud. Bernyanyilah dengan suara yang merdu, biar gunung-gunung dan burung-burung turut beryanyi, asal nyanyian itu di dalam memuji Allah. Dengan cara demikian bernyanyi tidaklah salah. Bekerjalah membuat keris, membuat bedil, jadi buruh pada pabrik senjata, pada pabrik kapal terbang dan sebagainya, namun semuanya itu dengan tidak pernah melupakan Allah ﷻ Sebab semua pekerjaan dan usaha kita tidaklah lepas dari tilikan Allah ﷻ
Ayat 12
“Dan bagi Sulaiman adalah angin."
Kalau kepada ayahnya Dawud, Allah meng-karuniakan keindahan suara memuja Allah ﷻ dan lunak besi dalam tangannya, maka kepada putra beliau yang menggantikannya jadi Raja Bani Israil setelah dia mangkat di-karunialah Allah ﷻ pula angin.
Kalau menurut tafsir-tafsir lama, Nabi Sulaiman itu dapat berangkat dari satu daerah ke daerah yang lain dengan mengendarai awan, atau puputan angin. Ada diceritakan bahwa baginda mempunyai sebuah tikar permadari yang bisa terbang. Kalau dikembangkan di Damaskus, dia dapat terbang menuju negeri Istakhar di Asia Tengah lalu makan tengah hari di sana. Dari sana dia terus ke Kabul sehingga sampai di sana petang hari dan bermalam di sana, padahal perjalanan kafilah dari Damaskus ke Istakhar sebulan lamanya. Mendengar cerita ini seakan-akan telah ada kapal terbang di masa itu. Maka cerita-cerita yang ganjil-ganjil itulah yang israiliyyat.
Tetapi adalah lebih baik kalau kita turuti saja sepanjang yang tertulis dalam ayat, yaitu, “Yang perjalanan paginya sebulan dan perjalanan petangnya sebulan." Yang dapat kita pahamkan secara lurus bahwa baginda Raja Sulaiman mengirimkan kafilah tiap-tiap pagi dan tiap-tiap petang. Mungkin sekali kafilah yang berangkat pagi ialah bila terjadi musim dingin, karena panas tidak begitu terik. Dan kafilah yang berjalan malam adalah di musim panas (summer). Kalau dilihat letak kerajaan baginda, dipusatkan di Jerusalem, dapat pula kita pahamkan bahwa jurusan yang dituju ialah utara dan selatan. Ke selatan menuju Tanah Arab, ke utara menuju Tanah Mesir. Kerajaan baginda terkenal kaya raya. Kalau di zaman ayahnya, Nabi Dawud a.s. dikisahkan tentang pembuatan baju besi untuk berperang, maka di zaman putra, yaitu Nabi Sulaiman ialah mengirimkan kafilah perniagaan, menghubungkan di antara utara dan selatan. Tentu saja pergantian musim dan perkisaran angin sangat diperhatikan. Sebab kafilah bukan semata-mata di darat, bahkan terdapat pula armada kapal-kapal di laut, yang melalui Laut Merah dan yang sekarang kita namai Teluk Persia. Bahkan telah disebut-sebutorang dalam penggalian sejarah bahwa mungkin sekali apa yang disebut Gudang Intan Nabi Sulaiman, yang disebut Pegunungan Ophir terletak di pulau Sumatera, yaitu Gunung Pasaman dan Talamau di Sumatera bagian barat sekarang ini. Meskipun dalam kemungkinan yang lain disebutkan bahwa letak Pegunungan Ophir itu ialah di Yaman, selatan Tanah Arab.
Tetapi kalau kita berpikir dalam iman yang mendalam kepada Allah SWT, tidaklah kita akan merasa mustahil jika Allah menyediakan semacam angin untuk kendaraan Nabi Sulaiman, guna mempercepat hubungannya dari satu negeri ke negeri yang lain.
Tidaklah mustahil jika Allah ﷻ memberikan kemudahan bagi Sulaiman menyedia-kan angin buat mengangkutnya dari daerah jauh ke daerah jauh.
Ringkasnya, tidaklah mustahil bahwa ada kendaraan semacam itu. Tetapi tidak ada penjelasan kepada kita dari wahyu Ilahi sendiri apakah macam kendaraan itu, apakah sema-cam buraq yang dikendarai Nabi Muhammad ﷺ atau macam yang lain. Maka tidaklah boleh kita meraba-raba demikian saja, sebab dapat saja kita terperosok ke dalam dongeng Israiliyyat yang hendaknya kita elakkan. Semua ini adalah kemungkinan. Sebab sumber yang lain kebanyakan hanya Israiliyyat.
Setelah itu disebutkan pula karunia yang lain untuk Sulaiman, “Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya."
Ini pun suatu mukjizat. Kalau bagi ayahnya besi dilunakkan sehingga membuat baju besi cukup dengan tangan saja, maka untuk si putra disediakan Allah ﷻ cairan tembaga yang mengalir. Dari mana sumber cairan tembaga ini? Apakah beliau mendapat suatu sumber tembaga bercampur lahar dari satu gunung merapi yang tembaganya itu mengalir lalu dikeringkan? As-Suddi mengatakan tembaga mengalir itu hanya tiga hari saja. Namun sumber cerita as-Suddi ini tidak pula jelas. Yang jelas ialah ayat itu sendiri, yang mengatakan bahwa Allah ﷻ mengalirkan tembaga untuk dia. Tembaga mengalir biasanya ialah seketika dia masih panas. Atau mungkin juga didapati suatu tempat yang di sana terdapat banyak sekali tembaga. Dengan keahlian yang ada pada masa itu maka tembaga yang didapati tadi ditambang, diteroka, lalu dialirkan dan kemudian dikeringkan dan dipergunakan untuk berbagai keperluan, Karena di zaman Nabi Sulaiman banyak sekali pembangunan dan bangunan yang utama ialah Haikal Sulaiman merangkap istana tempat beribadah.
“Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya." Ini pun karunia Allah ﷻ lagi bagi Nabi Sulaiman, yaitu bahwa jin, makhluk halus yang tidak kelihatan oleh mata polos ini sebagian ada yang dengan izin Allah ﷻ menjadi pekerja di hadapan Nabi Sulaiman, atau di bawah perintah Nabi Sulaiman.
Dalam ayat ini diberikan penjelasan kepada orang-orang yang masih ragu-ragu selama ini lalu memuliakan jin, memandang bahwa jin itu makhluk halus yang sangat ditakuti dan manusia hendaklah memujanya supaya jangan dianiayanya, telah dijelaskan bahwa di antara mereka ada yang dijadikan kuli pekerja oleh Nabi Sulaiman dengan izin Allah ﷻ Dengan ini didapat pula kesan, bahwa seseorang yang telah dekat kepada Allah SWT, dapatlah memerintah jin bahkan dapat mengatur dan memerintah makhluk yang lain dengan izin Allah jua.
“Dan banangsiapa yang menyimpang di antata mereka, Kami deritakan kepadanya dari adzab yang bernyala-nyala."
Ujung ayat ini pun lebih besar membawakan kesan bahwa jin adalah salah satu di antara makhluk-makhluk Allah yang wajib melaksanakan perintah. Kalau perintah yang disuruh Allah melaksanakannya itu tidak segera dikerjakan, atau menyimpang dari yang diperintahkan, niscaya hukum Allah ﷻ akan berlaku atas dirinya.
Orang yang lemah imannya takut kepada ruh jahat, takut kepada hantu, takut kepada jin. Orang yang belum mendalam mengetahui agama dan masih bersarang dalam dirinya sisa-sisa kemusyrikan kalau mereka mendapat demam kapialu atau karena masuk angin pulang dari perjalanan, dia mengatakan bahwa dia sakit karena ditegur atau disapa oleh jin. Padahal menurut satu keterangan dari Ibnu Abbas, jin itu sendiri yang lari jika bertemu dengan manusia yang lebih tinggi derajat imannya.
Tentu ada pula orang yang merasa musykil lalu mengatakan, “Bagaimana jin yang berasa! dari api, akan diadzab dengan dibakar?" Kalau soal-soal seperti ini hanya dipikirkan dengan kekuatan berpikir manusia yang terbatas, niscaya tidak akan terjawab. Tetapi kalau diinsafi bahwa Allah mempunyai kekuatan Yang Mahaluas dan alat untuk mengadzab yang sangat lengkap, tentu pertanyaan itu akan terjawab sendiri oleh manusia dengan kepercayaan bahwa bagi Allah tidaklah mustahil menghukum yang berasal dari api dengan membakarnya pula.
Isma'il bin Hasan berkata, “Jin anak dari iblis, manusia anak dari Adam, dari kalangan keduanya ada yang beriman, beramal saleh sama dapat pahala, berbuat jahat sama berdosa, yang Mukmin sama jadi wali Allah, yang kafir sama-sama setan."
Ayat 13
“Mereka kerjakan untuknya apa yang dia kehendaki."
Tegasnya bahwa jin-jin itu telah menjadi pekerja mengerjakan, membangun dan membuat apa yang diinginkan oleh Nabi Sulaiman. Mungkin karena tenaga manusia saja tidak mencukupi."Dari mihrab-mihrab." Menurut kitab-kitab tafsir arti mihrab yang jamaknya maharib bukan saja mihrab tempat orang shalat menghadap kiblat sebagaimana yang telah terpakai dalam bahasa Indonesia atau Melayu sendiri.
Menurut Mujahid, maharib atau mihrab ialah bangunan besar yang menengah, di atas dari rumah biasa, di bawah dari gedung besar.
Adh-Dhahhak mengatakan bahwa maha-rib (mihrab) berarti masajid (masjid).
Qatadah mengatakan, Maharib boleh diartikan gedung-gedung dan boleh diartikan masjid-masjid.
Maka tugas utama dari jin-jin itu ialah mendirikan rumah-rumah tempat beribadah dan gedung-gedung yang indah, sebab Kerajaan Bani Israil telah besar dan Jerusalem telah menjadi pusat pemerintahan.
“Dan patung-patung." Dan hal patung-patung ini tentu saja mendatangkan musykil di dalam hati orang, mengapa Nabi Sulaiman memerintahkan membuat patung. Padahal agama tauhid yang dibawa oleh seluruh Nabi-nabi mengharamkan penyembahan berhala? Nabi Sulaiman anak Dawud dan Dawud dari keturunan Bani Israil, yang dibawa oleh Nabi Musa dan Harun mengarung lautan dan dibelahkan laut untuk tempat lalu mereka karena menghindarkan diri dari penyembah berhala. Israil yang bernama juga Ya'qub anak dari Ishaq dan Ishaq anak dari Ibrahim, yang terkenal menghancurkan berhala seraya meninggalkan berhala yang paling besar saja, dan ketika ditanya siapa yang menghancurkan berhala-berhala itu, Ibrahim menjawab bahwa yang menghancurkannya ialah berhala yang paling besar itu. Sampai Ibrahim dibakar, tetapi tidak diizinkan oleh Allah api itu membakar dia. Dan Ibrahim pun keturunan dari Nuh. Di dalam Al-Qur'an surah Nuuh sampai di-terangkan nama-nama berhala yang dipuja orang di zaman Nuh, yaitu Wadd, Suwaa', Yaghuuts, Ya'uuq dan Nasran, yang membawa manusia jadi sesat. (Lihat surah tersebut ayat 23 dan 24),
Mengapa Sulaiman menyuruh membuat patung-patung?
Teranglah bahwa pada masa itu sudah ada seni lukisan, patung-patung binatang, patung orang, patung burung-burung dan pohon-pohon. namun semuanya itu bukan buat di-sembah, melainkan buat perhiasan. Gedung-gedung indah dihiasi dengan lukisan (patung).
Abui Aliyah mengatakan bahwa di zaman itu patung-patung untuk perhiasan itu tidak terlarang dalam syari'at mereka.
Kemajuan seni lukis demikian rupa, sehingga halaman istana dibuat dari kaca, se-hingga dilihat dari jauh disangka air, padahal kaca. Sampai Ratu Balqis terkecoh melihatnya, sehingga ketika akan masuk ke dalam pekarangan istana disingsingkannya roknya sampai tersimbah pahanya keduanya. Lalu ditegur oleh Nabi Sulaiman dengan senyum, “Itu cuma lantai istana yang licin saja, terbuat dari kaca “ (Lihat surah an-Naml, ayat 44).
Dan sampai sekarang di bekas-bekas istana Babylon di Iraq masih kita dapati per-hiasan dinding istana terbuat dari porselin indah merupakan binatang, warna-warni yang amat halus buatannya.
“Dan kancah-kancah besar laksana kolam dan tungku-tungku tertegak." Jin-jin itu pun disuruh membuat kancah-kancah. Dalam bahasa Arab yang tertera dalam ayat disebutnya jifaanin yang artinya tempat makanan yang dapat menyediakan untuk seribu orang, lalu kita artikannya kancah atau kalau banyak menjadi kancah-kancah. Tempat memasak makanan untuk orang banyak itu ada yang dapat memasakkan sekadar untuk seratus orang, bernama kuali. Dan kalau sudah untuk beratus-ratus orang, misalnya seribu orang dengan memasak makanan seekor kerbau, ada kancah yang dapat memasak untuk jamuan seribu orang. Diumpamakan kancah itu aljawaabii kata jamak dari jabiyah, yaitu kolam untuk persediaan air. Maka besar kancah-kancah itu diumpamakan sebagai kolam-kolam persediaan air, karena besarnya. Di samping persediaan alat pemasak makanan untuk orang banyak itu disediakan pula dan dibikinkan pula tungku-tungku besar yang sesuai dengan kancah-kancah itu. Yaitu tungku yang telah ditanamkan dengan teguh, sehingga tidak bergoyang jika kancah-kancah tadi dijerangkan di atasnya. Tampaklah dari kedua keterangan ini bahwa jin-jin itu diperintahkan juga membuatkan kancah-kancah tempat memasak makanan orang banyak bersama tungkunya yang kuat yang tidak dapat dibongkar begitu saja. Ialah jadi bukti bahwa Nabi Sulaiman menyediakan alat-alat memasak makanan buat beribu orang. Dan ini dapat kita pahamkan karena Nabi Sulaiman seperti ayahnya juga mempunyai tentara yang besar, untuk menjaga keamanan negara yang begitu luas. Menjaga keamanan dari serangan musuh yang dapat menyerbu dari luar atau pemberontakan yang timbul dari dalam negeri.
“Bekerjalah keluarga Dawud dalam keadaan bersyukur." Artinya ialah bahwa setelah Allah menguraikan berapa banyak karunia-Nya kepada kedua hamba-Nya dua beranak itu, Dawud dan Sulaiman; nikmat Kerasulan, nikmat kenabian, nikmat kerajaan, nikmat keahlian, nikmat kesenian, nikmat dapat menaklukkan burung yang sedang terbang hanya dengan kemerduan suara bagi Dawud dari nikmat dapat memerintah jin dengan izin Allah ﷻ untuk Sulaiman, sehingga luaslah kerajaan mereka dan besarlah pengaruh mereka, dan mendapat pula kelimpahan karunia itu keluarga yang lain-lain, datanglah perintah Allah ﷻ kepada seluruh keluarga Dawud, baik diri Dawud atau anak cucunya atau kaum keluarganya dekat dan jauh agar menerima seluruh karunia Allah itu dengan syukur yang setinggi-tingginya dan bukti syukur itu hendaklah dengan bekerja. Bersyukur tidaklah ada artinya kalau hanya mengucapkan syukur dengan mulut, tidak dibuktikan dengan perbuatan.
Ayat ini memberi ingat seluruh orang yang beriman, bahwa bekerja, beramal yang saleh itu adalah hakikat kesyukuran sejati. Kalau misalnya Allah memberi kita nikmat dan karunia harta benda itu dengan jalan yang baik. Kalau mendapat rezeki hendaklah syukuri dengan membelanjakannya untuk perbuatan yang halal. Kalau Allah memberi kita karunia ilmu pengetahuan, hendaklah syukuri ilmu pengetahuan itu dengan mengajarkannya pula kepada orang lain, agar diambil akan faedahnya. Kalau mempunyai setumpuh tanah, hendaklah tanami dengan baik dan keluarkan hasilnya.
Di ujung ayat Allah ﷻ berfirman,
‘Tetapi sedikitlah dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur “
Sedikit hamba Allah yang bersyukur; dilimpahi Allah dia rezeki, tidak diingatnya orang yang patut ditolong. Dilimpahi Allah dia kebun yang luas, sawah berjenjang sebagai pusaka dari nenek moyangnya, tidak diusahakannya dengan baik. Dilimpahi Allah dia umur yang panjang, tidak disyukurinya dengan beribadah kepada Allah. Sebab itu Allah ﷻ ber-firman bahwa yang sebenar-benar bersyukur menerima nikmat Allah itu hanya sedikit.
Ayat 14
“Maka tatkala telah Kami tetapkan atas dirinya almaut."
Artinya setelah datang ajal beliau, Nabi Sulaiman a.s. bercerailah nyawanya dengan badannya. “Tidaklah ada bagi mereka tanda-tanda kematiannya," tidaklah seorang jua pun dari jin yang bekerja keras membangun rumah ibadah, gedung-gedung dan lain-lain itu yang tahu bahwa beliau telah meninggal karena tanda-tanda bahwa beliau telah meninggal tidak kelihatan. Beliau ketika itu sedang menjaga jin-jin itu sedang bekerja keras siang malam. Beliau memanduri. Namun karena hebat dan besar pengaruh Nabi Sulaiman itu tidak seorang jua pun jin yang menengadah melihat wajah beliau. Selama beliau masih hidup dan sehat, beliau perhatikan sendiri mereka bekerja. Kalau ada keperluan yang lain beliau tinggalkan mereka, namun mereka terus bekerja karena tidak menyangka bahwa Nabi Sulaiman sedang tidak berada di tempat itu. Demikianlah, mereka selalu bekerja dan bekerja dengan tidak menoleh-noleh karena takutakan kebesaran Nabi Sulaiman. Karena itu tidaklah mereka ketahui bahwa Nabi Sulaiman telah meninggal sedang menghadapi mereka bekerja. Karena tanda-tanda kematian tidak mereka lihat atau tidak mereka perhatikan, “Kecuali setelah rayap bumi memakan tongkatnya." Yaitu sebangsa semut anai-anai yang disebut juga rayap, yang suka memakan kayu. Rupanya Nabi Sulaiman meninggal dunia sedang beliau bertelakan kepada tongkatnya. Maka tetaplah beliau tertegak ditahan oleh tongkat itu, walaupun beliau telah mati. Lama-lama rayap-rayap itu pun menjalari tongkat dan memakannya dari dalam sehingga tidak dapat bertahan lagi dan hancurlah tongkat itu,
“Setelah dia tensungkun jatuh jelaslah kepada jin, yang kalau mereka mengetahui akan yang gaib tidaklah mereka akan begitu lama dalam adzab yang hina."
Artinya ialah kalau jin-jin itu benar tahu akan yang gaib, sudah patut tahulah mereka bahwa Nabi Sulaiman sudah meninggal dunia, lama sebelum tongkat beliau patah dimakan rayap. Ini pun menunjukkan bahwa di hadapan manusia yang tinggi martabat imannya jin-jin itu akan kucur ketakutan karena tidak tertantang oleh cahaya iman yang bersinar dari pribadi yang besar dan dekat kepada Allah itu.
Tidaklah dijelaskan di dalam Al-Qur'an berapa lama mayat Nabi Sulaiman tegak ter-diri ditahan tongkat. Ada yang mengatakan satu tahun. Tetapi keterangan ini tidak ada hadits Rasulullah yang menguatkannya. Dan mayat yang berdiri itu tidaklah rusak sampai tersungkur sebab tongkatnya telah remuk. Barangkali tidak rusaknya tubuh Nabi Sulaiman sekian lama ditahan tongkatnya, tidak membusuk dan tidak mengalir darah dan mala yang hanyir ialah sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ,
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi memakan daging nabi-nabi." (HR Abu Dawud dan lain-lain)
Di zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab ada bertemu di negeri Irak satu tubuh manusia yang tergali dari suatu kuburan. Padahal kuburan itu sudah sangat tua. Penduduk mengatakan bahwa kuburan itu ialah kuburan Nabi Daniel, Nabi Bani Israil yang tersebut namanya dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Maka keraslah persangkaan, orang banyak bahwa tubuh itu adalah tubuh Nabi Dariel tersebut, yang telah beratus tahun meninggal dunia, lalu dipuja-puja orang laksana berhala. Maka diperintahkanlah oleh Sayyidina Umar menggali beberapa buah kuburan, beliau suruh kuburkan tubuh tersebut di salah satu kuburan yang telah digali itu pada tengah malam, lalu ditimbun semuanya sehingga kesannya tidak ada lagi dan tidak ada seorang pun yang tahu di kuburan yang mana tubuh itu telah dimakamkan.
Di Museum Thop Kapu di Istanbul disimpan beberapa barang bersejarah, sebagai-mana tongkat Nabi ﷺ, burdah beliau pedang Sayyidina Ali, dan lain-lain sebagainya. Satu di antara barang bersejarah ialah lengan manusia yang telah dibalut dengan emas dan perak. Lalu diberi keterangan bahwa lengan itu ialah lengan Nabi Yahya, yang sebagaimana kita kaum Muslimin tahu, beliau mati dibunuh oleh Raja Herodotus atas permintaan anak tirinya Salome, karena Nabi Yahya sangat mencela perhubungan yang tidak sah di antara raja itu dengan anak tirinya tersebut. Leher Nabi Yahya dipotong dan kepalanya dihidangkan di dalam talam emas ke hadapan raja sedang dia bersenda gurau dengan anak tirinya tersebut.
Benar atau tidaknya lengan itu adalah lengan Nabi Yahya, tidak kita tahu benar. Kalau itu benar, jelaslah sudah dua ribu tahun lengan itu tidak dimakan tanah, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi kita Muhammad sawr. tersebut itu.
Sabda Nabi bahwa tanah diharamkan Allah memakan daging nabi-nabi ini ialah se-ketika beliau memberi peringatan tentang dirinya sendiri, supaya kuburannya jangan diambil jadi masjid, sehingga setelah masjid beliau di Madinah diperlebar dan diperlebar lagi, sampai berpuluh kali dari masjid yang asli, orang takut memindahkan ke tempat lain, karena takut akan kelihatan tubuh beliau yang amat sangat dihormati tetapi bukan dipuja. Di zaman Perang Salib beberapa spion kaum Kristen dari Palestina telah dikirim ke Madinah menyamar, hendak mencuri batang tubuh beliau, dan memang pernah orang melihat ketika terjadi satu kerusakan pada kubur, terbuka paha beliau. Adapun usaha kaum Kristen yang sangat jahat itu dapat diketahui dan spion-spion itu dapat ditangkap dan dibunuh setelah terlebih dahulu dia memberikan pengakuan tentang maksudnya dan siapa yang mengutusnya.
Maka tidaklah mustahil jika demikian keadaan tubuh nabi-nabi. Sedangkan dengan obat-obat, semacam balsem, orang Mesir dan orang Indian dapat membuat tahan tubuh manusia beribu-ribu tahun, apatah lagi cinta kasih Allah kepada makhluk-makhluk yang Dia pilih jadi utusan-Nya.