Ayat
Terjemahan Per Kata
تِلۡكَ
inilah
ءَايَٰتُ
ayat-ayat
ٱلۡكِتَٰبِ
Al kitab
ٱلۡحَكِيمِ
mengandung hikmah
تِلۡكَ
inilah
ءَايَٰتُ
ayat-ayat
ٱلۡكِتَٰبِ
Al kitab
ٱلۡحَكِيمِ
mengandung hikmah
Terjemahan
Itulah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur’an) yang penuh hikmah,
Tafsir
(Inilah) yakni ayat-ayat ini (ayat-ayat Alkitab) yakni Al-Qur'an (yang mengandung hikmah) idhafah lafal aayatu kepada lafal al-kitaabi mengandung makna min, maksudnya sebagian dari Al-Qur'an.
Tafsir Surat Luqman: 1-5
Ayat 1
Alif Lam Mim. (Luqman: 1)
Ayat 2
Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah (Luqman: 2)
Ayat 3
Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (Luqman: 3)
Ayat 4
(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. (Luqman: 4)
Ayat 5
Dalam tafsir surat Al-Baqarah telah diterangkan semua yang berkaitan dengan permulaan surat seperti ini. Yang singkatnya menyebutkan bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk, penawar, dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat baik. Mereka adalah orang-orang yang mengerjakan kebaikan, yaitu mengikuti petunjuk syariat, mengerjakan salat fardu dengan memelihara batasan-batasan serta waktu-waktunya, berikut mengerjakan salat sunat yang mengiringinya baik yang ratib maupun yang tidak ratib. Mereka juga membayar zakat yang fardu kepada orang-orang yang berhak menerimanya, menghubungkan silaturahmi, serta beriman kepada hari pembalasan di akhirat nanti.
Karena itulah mereka berharap akan pahala Allah dalam mengerjakan semua amal perbuatannya, mereka tidak pamer dalam mengerjakannya, dan tidak menghendaki balasan dari manusia, serta tidak pula terima kasih dari mereka.
Barang siapa yang mengerjakan semuanya itu dengan cara demikian, maka dia termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa melalui firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya. (Luqman: 5) Yakni beroleh petunjuk yang jelas dan berada pada jalan yang lurus lagi terang. dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Luqman: 5) Yaitu di dunia dan di akhiratnya.
1-3. Alif L'm M'm. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang meski tersusun dari huruf-huruf yang dikenal oleh masyarakat Arab namun mereka tidak mampu membuat tandingannya. Inilah ayat-ayat yang mengandung hikmah dan pelajaran yang tidak bertentangan antara satu ayat dengan lainnya. Kami turunkan Al-Qur'an ini sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang senantiasa beramal saleh dengan ikhlas. 1-3. Alif L'm M'm. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang meski tersusun dari huruf-huruf yang dikenal oleh masyarakat Arab namun mereka tidak mampu membuat tandingannya. Inilah ayat-ayat yang mengandung hikmah dan pelajaran yang tidak bertentangan antara satu ayat dengan lainnya. Kami turunkan Al-Qur'an ini sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang senantiasa beramal saleh dengan ikhlas.
Ayat ini menerangkan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an itu disusun dengan rapi dan teliti, dengan gaya bahasa yang tinggi nilai sastranya, dan dengan tujuan yang agung dan mulia bagi manusia yang mengikuti petunjuk-petunjuknya. Tidak terdapat di dalamnya cacat, cela, dan kekurangan walaupun sedikit. Juga tidak ada satu pun dari ayat-ayatnya yang bertentangan satu sama lain. Perintah-perintahnya mudah dilaksanakan oleh siapa pun, dalam keadaan bagaimanapun dan di mana pun ia berada.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surah Luqmaan
(LU Q M AN)
SURAH KE-31
34 AYAT
DITURUNKAN DI MEKAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Alif Laam Miim."
Telah banyak ditafsirkan pada surah-surah yang lain terlebih dahulu dari ini. Sebab itu tidaklah akan kita ulangi lagi. Dia adalah laksana pintu gerbang untuk memasuki masalah-masalah yang akan dibicarakan pada tiap-tiap ayat yang terkandung di dalamnya.
Ayat 2
“Ini adalah ayat-ayat al-Kitab al-Hakim."
Al-Qur'an disebut juga al-Kitab al-Hakim, yang berarti sebuah kitab yang seluruh kandungannya adalah hikmah belaka. Yaitu rahasia dari kebesaran Allah ﷻ Cocoklah bilamana di permulaan ayat disebutkan al-Hakim karena selanjutnya kelak akan diuraikan juga kata-kata hikmah yang akan keluar dari wasiat Luqman kepada putranya. Ahli-ahli hikmah mengambilkan kesimpulan bahwa puncak dan puncak dari seluruh hikmah, atau hikmah sejati yang dapat dicapai oleh manusia ialah mengenal Allah ﷻ
“Puncak sekalian hikmah ialah takut akan Allah."
Sebabnya ialah karena Al-Qur'an itu,
Ayat 3
“Petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan."
Petunjuk sama juga dengan pimpinan atau bimbingan. Di dalam perjalanan hidup yang jauh ini, yang baru sekali ini kita tempuh, karena dahulu dari ini kita belum pernah datang ke bumi ini, kita memerlukan petunjuk. Laksana orang yang mengendarai mobil di jalan raya yang belum pernah ditempuhnya, dia memerlukan petunjuk dari angka-angka kilometer yang dipancangkan di tepi jalan. Dia memerlukan melihat di persimpangan-persimpangan jalan, ke mana tujuan jalan itu dan beberapa kilometer dari persimpangan itu ke negeri yang tertulis namanya di papan petunjuk yang dipancangkan di pertengahan simpang jalan. Begitulah pula kita menempuh kehidupan ini. Karena hidup itu adalah terlalu mahal harganya. Usia kita yang telah habis tidak dapat diganti dengan yang baru. Sebab itu pemakaiannya mesti hati-hati daripada dia terbuang percuma. Maka di dalam al-Kitab al-Hakim itulah diuraikan petunjuk jalan tersebut. Di sana disuruhkan berbuat yang ma'ruf dan dicegahkan berbuat yang mungkar, berbuat mana yang manfaat, meninggalkan mana yang merugikan.
Dan dia pun adalah rahmat, yaitu pertanda dari kasih' sayang Allah ﷻ kepada seluruh manusia, bahkan seluruh isi alam.
Sesungguhnya Allah ﷻ telah menjelaskan sendiri, bahwa memberikan rahmat itu telah Dia wajibkan ke atas diri-Nya. Hal itu dua kali berturut-turut difirmankan Allah ﷻ kepada Rasul-Nya, yaitu pada ayat 12 dan ayat 54 dari surah al-An'aam. Bahwa Dia telah memastikan, menetapkan, mewajibkan kepada diri-Nya sendiri agar melimpahkan rahmat kepada seluruh ciptaan-Nya. Di dalam hadits disabdakan, bahwa rahmat itu seratusbanyaknya. Baru satu yang disebarkan di dunia sekarang. Yang 99 lagi akan diberikan di akhirat kelak.
Ayat 4
“Orang-orang yang mendirikan sholat."
Karena mendirikan shalat ialah hubungan utama dengan Allah SWT, sebagai bukti keimanan kepada Allah ﷻ Meskipun orang mengakui percaya adanya Allah SWT, padahal tidak mengerjakan shalat sebagaimana yang diajarkan oleh agama, belumlah lengkap orang itu mengerjakan kebaikan. Sebab tidaklah cukup kalau mengakui adanya Allah ﷻ hanya menurut akal saja. Setelah diakui ada Allah SWT, hendaklah latih jiwa mendekatkan diri kepada-Nya. Kalau tidak disertai dengan shalat, pengakuan adanya Allah ﷻ hanya akan melayang-layang saja, tidak mendalam ke urat jiwa. “Dan memberikan zakat mereka." Karena maksud zakat adalah pembersihan.
“Dan dengan hari akhirat mereka adalah yakin."
Keyakinan akan adanya hari akhirat, hari pembalasan adalah penguat paling penting dalam menegakkan amal. Karena kadang-kadang meskipun manusia telah berbuat berbagai macam kebaikan di dunia ini, tidaklah semua orang menghargai perbuatannya yang baik itu. Pasti akan ada saja yang dengki, yang benci, dan yang melupakan atau memandang tidak berarti apa-apa. Kalau kita berbuat baik di dunia ini karena mengharapkan pujian manusia, niscaya kita akan kecewa. Karena tidak semua orang menyukai apa yang kita kerjakan. Pendeknya asal masih di dunia ini saja, tidaklah akan mendapat penghargaan selengkapnya dari manusia. Keyakinan bahwa hari akhirat akan datang. Di balik hidup yang sekarang akan ada lagi hidup yang lebih berbahagia bagi yang berjasa, dan hidup sengsara dan siksa bagi yang berdosa adalah penarik utama untuk berbuat baik. Karena balasan jasa hanya diharapkan dari Allah ﷻ yang diri telah dilatih mengenangkan dia dengan mengerjakan shalat.
Ayat 5
“Mereka itulah orang-orang yang “berjalan" di atas petunjuk dari Tuhan mereka
Yaitu petunjuk yang telah disebutkan di dalam al-Kitab al-Hakim, dituntunkan oleh Rasul utusan Allah SWT, sebagaimana yang tersebut di ayat 2 dan 3 di atas tadi. Sebab cara mengerjakan dan mendirikan shalat dan cara peraturan memberikan zakat, sudahlah di-sebutkan dalam al-Kitab al-Hakim, diuraikan secara terperinci oleh rasul,
“Dan mereka itulah orang-orang yang berbahagia."
Apabila petunjuk Allah ﷻ dituruti, pastilah bahagia yang akan diterima. Rasa bahagia atau keberuntungan ialah kepuasan yang dirasakan oleh manusia apabila dia telah melaksanakan tugasnya sebagai orang hidup. Rasa bahagia akan dirasakan seketika diri masih hidup dan sudah tua, dapat menyaksikan amal yang telah dikerjakan di waktu yang lampau. Rasa bahagia akan dirasakan misalnya oleh seorang profesor melihat bekas-bekas mahasiswa yang pernah menerima kuliah dari dia, sekarang semua sudah jadi orang, Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang ayah melihat anaknya yang “jadi" disertai kehidupan beragama. Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang pengarang yang mengutarakan cita-citanya dalam buku-buku yang dia karang, lalu dilihatnya bahwa isi buku itu telah dilaksanakan orang. Rasa bahagia akan dirasakan oleh seorang penganjur bangsa yang berjuang di waktu muda, sampai cita-cita tercapai, dan dilihatnya sendiri dengan matanya setelah dia tua. Rasa bahagia akan dirasakan oleh orang yang merasakan bahwa umurnya tidaklah dibuang-buangnya pada perbuatan yang tidak berfaedah. Dan rasa bahagia yang sejati akan diterima kelak di dalam surga jannatun Naim.
Ayat 6
“Dan setengah dari manusia adalah orang yang membeli permainan kata-kata untuk menyesatkan dari jalan Allah, tidak dengan ilmu."
Hasan al-Bishri berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan permainan kata-kata itu ialah nyanyi-nyanyian dan peralatan panca-ragam, yang akan membawa orang lalai dari agama. Tetapi penafsiran dari Qatadah berbeda dari itu. Beliau berkata, “Membeli permainan kata-kata bukanlah semata-mata dengan mengeluarkan uang saja. Maksud membeli di sini ialah orang yang lebih menyukai barang yang sesat. Dia lebih suka kata-kata percuma, slogan yang tidak berisi daripada memegang kata yang benar. Dia lebih suka yang mudharat daripada yang manfaat."
Kedua-dua penafsiran itu dapatlah kita pakai. Sebagai Muslim yang taat, kita akan dapat merasakan bagaimana besar bahaya nyanyi-nyanyian dan alat pancaragam (musik) yang benar-benar melalaikan orang dari agama. Lagu-lagu yang disebut orang lagu pop (dari potongan kata populer) yang selalu didendangkan di radio, di televisi, dan di tempat-tempat keramaian umum, di pesta orang kawin. Kadang-kadang isi nyanyian itu tidak lagi mengenal sopan santun. Apakah lagi nyanyian seperti itu tidaklah akan meriah kalau tidak disertai dengan minuman keras yang membuat mabuk.
Semata-mata nyanyian pada pokoknya tidaklah haram. Baru jadi haram kalau dia telah menjadi permainan kata-kata yang menimbulkan syahwat. Majelis Tarjih Muhammadiyah pada Kongres Muhammadiyah kedua puluh di Yogyakarta tahun 1931 telah mengambil kesimpulan, bahwa alat-alat musik itu pada pokoknya tidaklah apa-apa. Dia akan menjadi terpuji kalau nyanyian yang dinyanyikan atau di-musikkan dapat menambah gairah agama. Sebaliknya dia menjadi haram hukumnya jika dia akan menimbulkan kelalaian kita beragama.
Tafsir dari Qatadah itu pun cocok jika disesuaikan dengan semboyan-semboyan atau slogan-slogan yang jadi permainan kata-kata sebagaimana kerap terjadi dalam perjuangan politik. Kerapkali isinya kosong tidak masuk akal, tetapi dia dijadikan slogan. Orang kadang-kadang dipaksa dengan kekuatan kekuasaan diri pemerintahan buat menerimanya. Seumpama slogan yang dikeluarkan pada satu ketika dalam negara kita, yaitu NASAKOM. Yang berarti NASional Agama dan KOMunis. Ketiganya mesti bersatu. Di waktu itu barangsiapa yang tidak mau menerimanya, penjaralah yang akan jadi tempat tinggalnya. Padahal itu hanyalah permainan kata-kata untuk menyesatkan orang dari jalan Allah ﷻ Karena tidaklah mungkin masuk ke dalam akal yang sehat, bahwa agama dapat dipersatukan dengan Komunis, padahal Komunis itu sudah terang menentang segala agama. Bahkan Lenin sendiri pernah mengatakan bahwa agama itu adalah opium (candu) yang meracun rakyat. Sampai dibuat propaganda, bahwa Komunis di Indonesia lain dari Komunis di seluruh dunia. Sebab Komunis di sini adalah beragama.
Tetapi apakah yang kejadian? Lain tidak ialah huru-hara, perebutan kekuasaan dan pembunuhan yang keji dan ngeri. Sampai akhirnya umat yang beragama mengambil tindakan sendiri menyapu bersih kaum Komunis yang telah jelas jadi anti dan benci terhadap segala agama itu.
Begitulah pula yang terjadi dengan Kaisar Jalaluddin Akbar dari Anak Benua India di zaman kebesaran Kerajaan Mongol-Islam di India. Beliau mempunyai cita-cita hendak mempersatukan seluruh rakyat baginda yang berbilang agama, berbilang kaum itu. Ada Hindu, ada Buddha, ada Islam, dan yang lain-lain, bahkan Kristen waktu itu pun telah masuk ke India. Lalu beliau mencipta-kan suatu penyatuan agama. Dalam istana baginda dihidupkan api 1.000 tahun sebagai lambang agama Persia, Zarasustra. Di istana pun diadakan kuil pemujaan agama Hindu dan ada juga patung Buddha, demikian juga masjid. Semuanya mesti bersatu dalam satu kepercayaan yang beliau sendiri jadi pemimpinnya, diberi nama Din Ilahi yang berarti agama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Wazir besar baginda, Abui Fadhl Allamiy, jadi pembantu baginda menyebarkan doktrin ini. Penuhlah India dengan propaganda Din Ilahi.
Seorang orang tua yang saya ziarah dan menjadi penunjuk jalan saya ketika ziarah ke bekas istana indah Kaisar Akbar, Faithpoor Sikri di tahun 1968, bercerita bahwa ketika masuk menghadap Baginda di istana, orang menyembah merundukkan badan dan separuh menyebut “Allah “ sedang yang separuh lagi menyebut “Akbar", yang dapat diartikan bahwa Allah menjelma dalam diri Kaisar Akbar.
Adakah pengaruh agama itu di India? Akhirnya dia hanya termasuk sebagian kecil dari sejarah Kaisar Akbar sendiri, bukan sejarah India. Sebagaimana ditulis oleh Will Durant, penulis Sejarah Kebudayaan, ketika baginda wafat tidaklah lebih dari delapan orang yang mengantarkan baginda ketika dihantar ke peristirahatannya yang terakhir. Setelah naik putra baginda. Syah jihan, jadi kaisar, Din Ilahi hapus dengan sendirinya karena dia tidak pernah masuk ke dalam jiwa rakyat, walaupun berapa besar perbelanjaan yang dihamburkan untuk mempropagandakannya di kala Kaisar Akbar masih hidup. Dan walaupun kata-kata indah telah disusun, Din Ilahi sebagai permainan kata, namun maksudnya tidak lain hanyalah karena hendak menyesatkan manusia dari jalan Allah ﷻ “Dan mereka ambil jadi olok-olok". Selain dari semua perbuatan itu tidak dengan ilmu, hanya meraba-raba di dalam kelam terdapat pula maksud buruk yang lain, yaitu mengambil agama jadi olok-olok. Tidak ada yang bersungguh-sungguh. Karena hati sanubari mereka sendiri pun pada hakikatnya tidaklah mengerti apa yang mereka kerjakan.
“Mereka itu, untuk mereka adalah adab yang menghinakan."
Di kala hidup di dunia mereka telah mem-perolok-olokkan ayat-ayat Allah ﷻ Kadang-kadang agama mereka cemoohkan. Kadang-kadang karena kekuasaan yang ada pada tangan mereka, mereka anggap agama itu hanyalah barang murah yang dapat disebut-sebut di bibir, tetapi mereka pandang menghalangi segala keinginan mereka. Mereka pada hakikatnya membenci agama. Sebab banyak benar kesukaan mereka yang terhambat dan dihalangi oleh agama. Sebab itu maka pemuka-pemuka agama mereka pandang hina-dina belaka. Lantaran itu maka adzab yang membuat mereka jadi hinalah yang akan mereka derita di akhirat. Di atas dunia mereka berbangga, menyombong, merasa diri sangat tinggi dan mulia. Namun, di akhirat keadaan sudah terbalik. Mereka jadi hina lantaran adzab siksaan itu. Itulah balasan yang setimpal dan adil.
Ayat 7
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka pun benpaling dalam keadaan menyombong."
Karena merasa diri lebih pintar. Tidak perlu diajar orang. Bahkan ada yang sampai marah, mengapa mereka ditegur dengan ayat Allah ﷻ Rakyat jelata tidaklah berhak me-negur orang-orang besar kerajaan. Itu adalah penghinaan. Itu adalah mengurangi wibawa beliau. “Seakan-akan dia tidak mendengarnya. Seakan-akan pada kedua belah telinganya ada sumbat." Sehingga apa yang dia dengar bukan tertuju kepada dirinya, melainkan kepada orang lain.
“Maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzgb yang pedih."
Pemakaian kata-kata “Beri kabar gembiralah “ mereka terhadap adzab siksaan yang pedih adalah sambutan yang sepadan atas kesombongan, berpaling muka, berolok-olok dan bersikap menyumbat telinga mendengar seruan Allah ﷻ itu. Karena dalam hidup di dunia mereka merasakan bahwa mereka selalu di pihak benar, tidak pernah salah dan tidak boleh disalahkan.
Ayat 8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh, untuk mereka adalah surga-surga yang bernikmat."
Beginilah selalu imbalan dan orang yang melaksanakan petunjuk dan seruan yang di-sampaikan rasul. Sebab hidup mereka telah berisi, pertama dengan kepercayaan kepada Allah SWT, kedua pembuktian iman dengan amal perbuatan. Dan perbuatan itu ialah yang baik-baik, yang berfaedah. Baik untuk dirinya dunia dan akhirat atau untuk sesama umat manusia. Surga-surga yang luas dan lapangan, yang penuh dengan berbagai nikmat, itulah yang akan menyambut mereka di akhirat.
Ayat 9
“Kekal mereka di dalamnya."
Kekal tidak akan mati lagi. Sebab mati telah dilampaui. “Janji Allah yang benar." Yang pasti akan ditepati; hidup dalam surga merasakan keenakan makan, kepuasan minum, tempat tinggal indah semerbak, kesuburan, keindahan warna, kecantikan perempuan. Dan Allah ﷻ akan mempertemukan mereka dengan itu semua. Karena Allah ﷻ tidak pemungkir janji. Allah ﷻ muliawan, dermawan.
“Dan Dia adalah Mahaperkasa, “pasti berlaku apa yang Dia kehendaki, “Mahabijaksana."
Diberinya tahu lebih dahulu dari jauh hari bahaya yang akan menimpa kepada yang menempuh jalan salah dan dari jauh hari itu menjanjikan kebahagiaan bagi yang taat.
Ayat 10
“Dia telah menciptakan semua langit dengan tidak bertiang, yang kamu lihat sendiri akan dia."
Arsitektur dari Yang Mahatinggi Maha-agung yang tidak dapat ditiru diteladan oleh siapa pun."Dan Dia pun meletakkan pada bumi itu gunung-gunung untuk mengukuhkan bagi kamu. “Karena dengan adanya gunung kamu tidak akan bergoyang atau rebah jatuh lagi oleh keras embusan angin." Dan Dia kembang biakkan padanya, “yaitu pada bumi itu." dari tiap-tiap macam binatang. “Di sana terdapat kalimat dan batin, yang arti asalnya ialah merangkak atau menjalar. Maka termasuklah binatang berkaki empat atau kaki enam, berkaki dua atau berkaki empat puluh, bahkan ada yang berkaki sampai seratus, semacam ulat menjalar yang di negeri saya disebut ulat sipisan.
“Dan telah Kami turunkan air dari langit, maka tumbuhlah padanya dari tiap-tiap tumbuh-tumbuhan yang serba indah."
Indah dengan berbagai warnanya, dengan kembang-kembangnya, dengan pohon di hutan, rumput merata, akar menjuntai, yang semuanya itu penuh dengan keindahan dan kekayaan Ilahi.
Ayat 11
“Inilah ciptaan Allah."
Tidak tepermanai banyaknya, kayanya, indahnya, dengan warna-warninya dan kesu-burannya dan keganjilannya, yang satu melebihi yang lain."Maka perlihatkanlah kepadaku, apakah yang telah diciptakan oleh yang selain Dia itu?" Adakah berhala yang kamu sembah itu sanggup berbuat demikian? Adakah barang yang kamu puja dan kamu sembah itu turut menciptakan langit agak selapis atau bintang agak sebuah, atau kayu agak sebatang atau lalat agak seekor?
“Namun orang-orang yang aniaya itu tetaplah dalam kesesalan yang nyata."
Mereka menganiaya diri sendiri karena tidak mempergunakan pikiran untuk berpikir, hanya beramal turut-turutan, tidak berpendirian yang teguh; sehingga kesengsaraan jualah yang akan mereka tanggungkan kelak.