Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Musa) berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
إِنِّي
sesungguhnya aku
قَتَلۡتُ
aku telah membunuh
مِنۡهُمۡ
dari mereka
نَفۡسٗا
seorang
فَأَخَافُ
maka aku takut
أَن
bahwa
يَقۡتُلُونِ
mereka akan membunuhku
قَالَ
(Musa) berkata
رَبِّ
ya Tuhanku
إِنِّي
sesungguhnya aku
قَتَلۡتُ
aku telah membunuh
مِنۡهُمۡ
dari mereka
نَفۡسٗا
seorang
فَأَخَافُ
maka aku takut
أَن
bahwa
يَقۡتُلُونِ
mereka akan membunuhku
Terjemahan
(Musa) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari mereka sehingga aku takut mereka akan membunuhku.
Tafsir
(Musa berkata, "Ya Rabbku! Sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka) yaitu, orang Mesir yang telah dibunuhnya tadi (maka aku takut mereka akan membunuhku) disebabkan perbuatan itu.
Tafsir Surat Al-Qasas: 33-35
Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku, sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku. Allah berfirman, "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua, dan orang yang mengikutimulah yang menang.
Tatkala Allah memerintahkan kepada Musa untuk berangkat menemui Fir'aun, yang sesungguhnya ia keluar dari negeri Mesir karena melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan takut terhadap pembalasannya, Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka. (Al-Qashash: 33) Yakni seorang Egypt yang telah diceritakan tadi pada ayat sebelumnya. maka aku takut mereka akan membunuhku. (Al-Qashash: 33) jika mereka melihat diriku. Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. (Al-Qashash: 34 Demikian itu karena Musa a.s.
mengalami kekakuan pada lisannya karena memakan bara api semasa kecilnya ketika ia disuruh memilih antara bara api dan buah kurma. Lalu ia memungut bara api dan memakannya sehingga lisannya terbakar dan tidak dapat bertutur kata dengan fasih. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku; teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku. (Taha: 27-32) yang meringankan tugas berat yang telah Engkau embankan kepada diriku, yaitu mengemban tugas kenabian dan menyampaikan risalah kepada raja yang sombong, sewenang-wenang, lagi pengingkar kebenaran (Fir'aun).
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku. (Al-Qashash: 34) Yakni sebagai wakil, pembantu, dan memperkuat tugasku. Dia akan menjelaskan apa yang aku sampaikan dari Allah ﷻ Karena berita dari dua orang itu lebih mendalam kesahannya dalam jiwa daripada berita yang disampaikan hanya oleh satu orang. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: "sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku. (Al-Qashash: 34) Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku. (Al-Qashash: 34) Yakni yang menjelaskan kepada mereka apa yang aku katakan kepada mereka, karena sesungguhnya saudaraku memahami diriku apa yang tidak dapat mereka pahami.
Tatkala Musa mengajukan permintaannya itu, maka Allah ﷻ berfirman: Kami akan membantumu dengan saudaramu. (Al-Qashash: 35) Maksudnya, Kami akan memperkuat urusanmu dan membantumu dengan saudaramu sesuai dengan apa yang kamu minta buatnya hendaknya dia diangkat menjadi nabi pula bersamamu. Hal ini dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Taha: 36) Dan firman Allah ﷻ: Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa tiada seorang pun yang sangat berutang budi kepada saudaranya selain dari Harun kepada Musa.
Karena sesungguhnya Musa mendoakan baginya hingga ia diangkat menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah bersama Musa untuk menyampaikan risalah Allah kepada Fir'aun dan pembesar pembesar kerajaannya. Karena itulah Allah ﷻ menyebutkan perihal kedudukan Musa melalui salah satu firman-Nya yang mengatakan: Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab: 69) Adapun firman Allah ﷻ: dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar. (Al-Qashash: 35) Yakni hujah dan bukti yang mengalahkan. maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami. (Al-Qashash: 35) Yaitu tiada jalan bagi mereka untuk menyakiti kamu berdua bila kamu berdua menyampaikan ayat-ayat Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67) sampai dengan firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Dan firman Allah ﷻ: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah.
dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Ahzab: 39) Artinya, cukuplah Allah sebagai Penolong, Pembantu, dan Pendukung. Karena itulah diberitakan oleh Allah kepada keduanya bahwa akibat yang terpuji hanyalah bagi mereka berdua dan orang-orang yang mengikuti mereka di dunia dan akhirat. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya: kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35) Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.
Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Al-Mu-min: 51), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir memberikan pengarahannya bahwa makna firman Allah ﷻ: dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu. (Al-Qashash: 35) Kemudian firman berikutnya dianggap sebagai kalimat baru, yaitu: (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami, kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35) Makna yang dimaksud ialah bahwa kamu berdua dan orang-orang yang mengikutimulah yang beroleh kemenangan berkat ayat-ayat (mukjizat-mukjizat) Kami.
Tidak diragukan lagi bahwa makna ini sahih, namun makna yang sama terkandung pula dalam pengarahan pertama (makna pertama), untuk itu tidak diperlukan lagi adanya pengarahan ini."
Masih dalam keadaan takut dan sambil memohon pertolongan Allah, Dia Musa berkata mengingat kesalahan yang pernah dilaku-kannya, 'Ya Tuhan Pemelihara-ku, sungguh aku ketika berada di Mesir sekian tahun yang lalu telah membunuh tanpa sengaja seorang dari golongan mereka, yakni penduduk negeri Mesir, sehingga aku takut mereka akan membunuhku sebagai tindak balasan. Kalau mereka membunuhku maka aku tidak bisa menyampaikan risalah-Mu. 34. Karena itu, lindungilah aku dan mantapkanlah hatiku karena tiada perlindungan kecuali dari-Mu, dan sebagaimana Engkau ketahui ada ikatan yang membelenggu lidahku, sedangkan saudaraku, Harun, dia lebih fasih lidahnya dan lebih lancar bicaranya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataan-ku dalam menyampaikan pesan-pesan suci dari-Mu; sungguh, aku takut mereka, Fir`aun dan kaumnya, akan mendustakanku. '.
Musa mengadukan kepada Tuhannya bahwa dulu dia pernah membunuh seorang anak muda. Hal itu telah tersiar luas di kalangan orang Mesir, dan Fir'aun telah menetapkan untuk membunuhnya. Hal itu sangat mengkhawatirkan Musa, siapa tahu setibanya di sana, Fir'aun dan kaumnya telah bersiap-siap untuk membunuhnya. Dengan demikian risalah yang telah dibebankan kepadanya menjadi terlantar.
Musa juga mengadukan bahwa ia mempunyai seorang saudara bernama Harun yang lebih fasih perkataannya daripadanya, lebih pandai berdebat dan memberikan keterangan. Dengan kefasihannya, Harun akan dapat membelanya, bila Fir'aun dan kaumnya membuat tuduhan-tuduhan yang mungkin memberatkannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pada ayat 32 di atas tadi telah dijelaskan kepada Musa bahwa kedua mu'jizat besar itu diberikan kepada Musa ialah karena dengan dia Musa akan menghadapi Fir'aun dengan orang besar-besar yang berdiri di sekeliling Fir'aun, Dengan demikian maka Tuhan telah menyatakan kepada Musa tugas yang dipikulkan ke atas pundaknya. Mulai waktu itu dia telah diangkat jadi Rasul Allah.
Tetapi Musa merasa ada satu kelemahan pada dirinya yang akan sulit baginya menghadapi Fir'aun, yaitu perkara pembunuhan yang pernah dia lakukan.
Ayat 33
“Dia berkata: “Tuhanku! Sesungguhnya aku telah membunuh seseorang dari kalangan mereka." (pangkal ayat 33). Pembunuhan adalah suatu perkara besar. Musa merasakan bahwa kedatangannya membawa da'wah Ilahi ke Mesir tidaklah akan dihargai orang, karena orang tahu siapa dia; seorang pembunuh: “Maka takutlah aku bahwa mereka akan membunuhku." (ujung ayat 33). Maka mula saja diketahui orang di Mesir itu bahwa Musa telah kembali, dia segera akan dicari dan segera akan ditangkap, lalu dihadapkan ke muka Fir'aun untuk menjalani hukumannya, yaitu dibunuh. Sebab dia dahulu membunuh orang. Dengan demikian maka tugas yang begitu mulia, menjadi Utusan Allah ke negeri Mesir tidaklah akan berhasil. Itulah yang ditakutkan Musa.
Ayat 34
“Dan saudaraku Harun! Dia adalah lebih fasih lidahnya, maka utuslah dia bersama daku sebagai pembantu untuk membenarkan daku." (pangkal ayat 34).
Dengan lanjutan ayat 34 ini, jelaslah bahwa Musa bukan takut akan ditangkap, takut dihukum bunuh dan takut mati, semata-mata karena takut sebagai seorang yang pengecut, sekali-kali tidak. Yang ditakutkannya kalau-kalau apa yang ditugaskan Tuhan kepada dirinya tidak akan berhasil. Karena sebelum bertindak dia sudah ditangkap akan menjalani hukuman bunuh. Musa percaya bahwa Allah akan mudah saja menyelesaikan persoalan itu. Kesimpulan begini ialah setelah dia mengemukakan permohonan yang kedua, yaitu agar dia diangkat Tuhan menjadi Rasul disertai pula dengan saudaranya Harun. Sebab Musa tahu benar akan kelemahan dirinya selama ini. Dia seorang yang kurang cakap berkata-kata yang halus-halus, yang dapat menawan hati orang. Lidahnya agak gugup bercakap. Saudaranya Harun itu lebih fasih bercakap dari dia. Musa memohon agar Harun turut diutus bersama dia. Supaya Harun dapat membantunya atau memperkuat dirinya dari segi yang lemah. Di dalam ayat ini terdapat kata-kata rid-an yang berarti penumpang atau pengganjal. Misalnya suatu dinding yang hendak ditegakkan, hendaklah lebih dahulu ditupang dengan sebuah tonggak, supaya dia jangan miring atau-jatuh, Dan lagi amat penting Harun itu, karena dia dapat membenarkan Musa. Dan kata Musa selanjutnya: “Sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan daku." (ujung ayat 34).
Musa tahu akan kelemahan dirinya. Memang dia seorang yang kuat dan gagah perkasa. Sampai dikatakan orang bahwa bulu dadanya saja dapat menembus bajunya. Ditinjunya seseorang bisa mati sebentar itu juga karena keras pukulannya. Tetapi ada kekurangannya, yaitu bahwa dia tidak pandai bermulut manis kepada orang lain, baik pengikutnya sendiri atau lawannya. Dia merasai kekurangan itu. Sedang abangnya Harun dalam kefasihan berkata-kata memang diakui keahliannya. Cuma kekurangan Harun, ialah bahwa dia tidak mempunyai jiwa kepemimpinan sebagai Musa! Dia tidak sanggup mengambil keputusan cepat dalam suatu hai. Kadang-kadang ada juga faedahnya sikap hidup sebagai Harun itu. Dia kalau sangat berbahaya dapat menahan kemurkaan Musa yang nyaris meletus. Dia pun dapat memberi keterangan kepada orang yang belum faham, dengan kata-kata yang teratur apa yang dimaksud oleh Musa dengan sikapnya yang belum difahami orang. Dan yang penting sekali adalah hubungannya dengan istana adalah baik.
Ada pula riwayat bahwa lidah Musa itu kaku dan gugup karena nyaris termakan api, ketika tangannya ditepuk oleh Jibril akan mengambil korma, seketika isteri Fir'aun Asiah mempertahankan Musa di waktu kecilnya, di hadapan Fir'aun, bahwa Musa itu masih kanak-kanak yang belum berakal.
Ayat 35
“Bersabda Allah: “Kami akan menyokong engkau dengan saudara engkau." (pangkal ayat 35). Artinya bahwa permohonan Musa itu dikabulkan Tuhan; Harun pun diangkat menjadi Rasul mendampingi Musa: “Dan akan Kami jadikan untuk kamu berdua sesuatu pengaruh, maka tidaklah mereka akan sampai kepada kalian." Yang ditimbulkan Ailah pada kedua RasulNya itu pengaruh, atau tuah, atau wibawa, sehingga meskipun mereka berdua bukan memeyang kekuasaan pemerintahan, namun baik Fir'aun ataupun orang besar-besarnya timbul saja takut akan bertindak leluasa kepada mereka berdua.
Ini pun terdapat pada Nabi kita Muhammad s.a.w. Kita teringat hikayat Nabi kita s.a.w. seketika Abu Jahal yang sangat membenci Nabi pada suatu hari didatangi oleh Nabi ke rumahnya, menyuruhnya membayar hutangnya kepada seorang yang datang dari desa membawa temak untanya akan dijual di Makkah. Unta-unta itu diambil oleh Abu Jahal dan dia berjanji akan membayar besok harinya. Tetapi setelah berlalu satu hari, Abu Jahal tidak juga datang membawakan harga unta-unta itu. Dan setelah berlalu dua tiga hari, tidak ada juga berita bahwa Abu Jahal hendak membayar hutangnya. Lalu orang dari desa itu datang kepada beberapa pemuka Quraisy meminta nasihat, bagaimana orang desa itu ingin hendak segera pulang ke desanya. Maka ada beberapa orang pemuka Quraisy yang merasa benci juga kepada Nabi Muhammad s.a.w, memberi orang itu nasihat supaya dia datang kepada Muhammad. Muhammad akan sanggup membawanya menagih piutang itu kepada Abu Jahal. Oleh karena,orang desa itu tidak tahu keadaan yang sebenarnya, dia pun langsung menemui Nabi Muhammad s.a.w. meminta pertolongannya menagih piutang itu. Nabi kita s.a.w. bersedia menolong orang itu. Lalu bersama-sama mereka pergi ke rumah Abu Jahal. Setelah sampai di sana, Nabi kita s.a.w. lalu memanggil-manggil Abu Jahal dari muka rumah. Lalu pintu dibukanya. Setelah berhadapan berkata Nabi, “Orang ini telah menunggu-nunggu beberapa hari di sini karena janji engkau hutangmu akan segera engkau bayar. Sekarang bayarlah! Karena dia hendak segera pulang ke desanya."
Abu Jahal tidak dapat berkata sepatah juga. Dia segera mengambil uang bayaran itu dari dalam simpanannya, lalu diserahkannya kepada orang desa itu. Dan setelah selesai diterimanya. Nabi s.a.w. bersama orang desa itu kembali ke mesjid. Di tangan orang desa itu telah terpeyang pundi-pundi tempat uang. Orang-orang yang menyuruhnya meminta pertolongan Muhammad tadi tercenyang-cenyang, seakan-akan tidak percaya kepada mata mereka sendiri bahwa piutang itu menerima dan orang itu kembali dengan selamat, bahkan Muhammad pun datang dengan selamat.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Abu Jahal ke tempat itu. Maka datanglah orang-orang yang sengaja memberi nasihat orang desa itu meminta tolong kepada Muhammad, supaya terjadi hal yang mereka tunggu-tunggu, yaitu Muhammad tidak akan berani bertentangan dari Abu Jahal. Rupanya sebaliknyalah yang terjadi. Yaitu Abu Jahallah yang tidak berani membantah perintah Muhammad membayar hutang. Ketika orang-orang itu bertanya apa yang terjadi, Abu Jahal menjawab: “Mulai dia datang memerintahkan daku membayar hutangku kepada orang desa itu, aku lihat di belakang kepala Muhammad itu ada seekor unta besar dan tinggi. Matanya menantang aku seakan-akan hendak melulur dan mengunyah diriku! Aku menjadi sangat takut!"
Dan kita teringat ceritera Da'tsur yang datang sedang Nabi s.a.w. tidur di bawah pohon kayu, lalu Da'tsur itu hendak memancung Nabi dengan pedang. Terlebih dahulu dia bertanya: “Siapa yang akan menghambatku jika engkau kubunuh, ya Muhammad!" Nabi menjawab: “ALLAH!" Mendengar Nabi s.a.w. menyebut nama AHah itu, badan Da'tsur gemetar dan pedang itu terlepas dari tangannya.
Itulah Sulthan yang diberikan Allah kepada Nabi-nabi. Diberikan Allah kepada Muhammad dan di sini diberikan Allah pula kepada Musa dan Harun. Lantaran SULTHAN itu, yang kita artikan pengaruh, maka bagaimanapun hebat kekuasaan Fir'aun, namun tangannya yang kotor dan jahat tidaklah sampai dapat menyentuh Musa dan Harun. Dan sabda Tuhan selanjutnya: “Dengan ayat-ayat Kamilah kalian berdua dan orang-orang yong mengikuti kalian akan menang." (ujung ayat 35).
Bukan Musa dan Harun saja yang terpelihara dari aniaya jahat Fir'aun dan orang besar-besarnya, bahkan pengikut mereka yang setia pun akan turut menang.
Di sini menjadi pertanyaan setengah orang tentang ahli sihir Fir'aun, yang kalah bertanding dengan Musa, sebab mereka datang dengan sihir, tali-tali dan tongkat-tongkat terkhayai di penglihatan orang serupa ular-ular yang menjalar. Berlawanan dengan tongkat Musa yang bukan sihir tetapi mu'jizat. Ternyata tukang sihir Fir'aun kalah dan mu'jizat Musa menang. Melihat dan membuktikan bahwa sihir mereka tidak dapat melawan mu'jizat Musa, maka seluruh ahli sihir iiu masuk Islam. Menyatakan percaya akan Agama Musa. Lantaran itu Fir'aun marah sangat, lalu mereka dihukum dengan hukuman kejam; dipotongi kaki dan tangan sebelah-menyebelah, lalu disalibkan sampai mati. Orang bertanya: “Bukankah ini tidak memenuhi bunyi ayat, bahwa pengikut Musa pun akan diberi kemenangan juga?"
Jawab: “Perhatikanlah dengan seksama. Bahkan itulah kemenangan sejati! Kemenangan gilang-gemilang!"
Bukankah sejak semula kepada tukang-tukang sihir iiu telah dijanjikan akan ditinggikan martabatnya, menjadi orang yang terdekat ke istana jika mereka menang melawan Musa! Tetapi setelah mereka buktikan sendiri bahwa yang mereka hadapi ini bukan sihir kepandaian manusia, melainkan betirt-betul mu'jizat Maha Kuasa Allah, mereka pun serentak di waktu itu juga menyatakan beriman kepada Allah, Tuhan yang diajarkan Musa. Tidak perduii murka Fir'aun. atau tidak, di hadapan majlis yang begitu besar mereka bersujud kepada Allah (lihat Thaha: 70). Meskipun mereka dihukum mati semuanya, tetapi Musa menang. Harun menang dan seluruh pengikut Musa pun menang. Fir'aun hanya sanggup membunuh mati tukang-tukang sihir itu, namun Fir'aun tidak sanggup menaklukkan jiwa mereka. Itulah kemenangan sejati!
Ayat 36
“Maka tatkala Musa telah datang kepada mereka dengan ayat-ayat Kami yang nyata." (pangkal ayat 36). Ayat-ayat Allah yang nyata; sebagai tongkat jadi ular, negeri dipenuhi belalang, negeri dipenuhi katak, negeri dipenuhi kutu, tangan Musa memancarkan sinar dan lain-lain; “Mereka itu telah berkata: “Tidak ada ini selain sihir yang dibuat-buat." Artinya mereka tidak mau percaya. Mu'jizat kekuasaan Tuhan mereka samakan saja dengan sihir buatan manusia; “Dan tidaklah kita pernah mendengar ini sejak bapa-bapa kita yang terdahulu." (ujung ayat 36).
Yang menolak ini tentu saja kaum Qubthi, yaitu kaum Fir'aun sendiri, yang tidak mau percaya itu, Terutama seruan Nabi Musa agar percaya bahwa yang menciptakan seluruh Alam ini adalah Tuhan Yang Maha Satu, yang berdiri sendirinya, dan bukanlah Dia manusia. Fir'aun pun bukanlah Tuhan. Kata mereka pengajian Musa itu baru bagi mereka. Sejak dari nenek-moyang dahulukala mereka belum pernah mendengar pengajian serupa itu. Selama ini yang Tuhan itu ialah Raja. Yang Tuhan itu ialah Fir'aun.
Ayat 37
“Dan berkata Musa: “Tuhanku lebih mengetahui siapa orang yang membawa petunjuk dari sisiNya." (pangkal ayat 37). Al-Muhayami menafsirkan demikian: “Tuhanlah yang lebih tahu tentang kebenaran orang yang telah dipilihnya dan diutusnya. Yang dibawa oleh utusan ini bukanlah sihir, tetapi ayat-ayat atau mu'jizat kekuasaan ilahi, yang tidak dapat ditandingi oleh tukang sihir yang mana jua pun. Mu'jizat berbeda sangat dengan sihir. Sebab mu'jizat adalah keganjilan yang dipertunjukkan atas izin Ilahi untuk membangunkan perhatian dan iman seseorang tentang Kebesaran Allah, sedang sihir adalah buatan manusia yang dapat dilaksanakan oleh barangsiapa yang mempelajari rahasianya dan dicukupkan ramuannya. Maka kalau kamu tidak mau mengakui bahwa itu adalah dari Tuhan, namun akibat kemudiannya dapatlah dilihat kelak kemudian hari, mana di antara mu'jizat dan sihir itu yang benar. “Dan siapa yang akan mendapat kesudahan yang baik di dunia: “ Yaitu bahwa masa akan beredar terus di dunia ini sebelum akhirat. Kebenaran yang dibawa oleh Utusan Allah itu pasti kemudiannya mendapat tempat yang baik juga dalam dunia ini. Sebab kebenaran itu jauh lebih kokoh daripada pendirian salah, yang hanya dipertahankan dengan kekuatan senjata dan kekuasaan pemerintahan."Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang zalim." (ujung ayat 37).
Artinya, meskipun di dunia ini juga, orang yang tegak di atas aniaya tidak-lah akan mendapat kemenangan. Mungkin mereka menang sementara waktu sebagai isridra;, yaitu menang fajar kadzib (fajar dustal, menang sementara waktu pada kulit, sehingga mereka merasa bahwa mereka benar-benar telah menang sebab mereka tengah berkuasa, padahal mereka tidak tahu bahwa hati orang banyak telah lama jauh daripada mereka, bahkan menyumpah dalam hati karena tidak tahan akan kezalimannya. Maka suatu pemerintahan yang zalim sebagai pemerintahan Fir'aun itu tidaklah akan menang dengan akibat yang baik dan terpuji, melainkan mereka akan jatuh dengan tidak mereka sangka-sangka. Mereka tidak tahu bahwa gedung kekuasaan yang mereka dirikan itu adalah tegak di atas pasir yang tidak kuat letaknya di atas bumi. Dia mesti runtuh, bekasnya akan hilang, sebutan “bagus" karena kekuatan propaganda akan habis sirna dan yang tinggal di mulut orang ialah kenang-kenangan yang buruk belaka atas kekuasaan yang telah hilang itu.
Janji ini telah dibuktikan oleh Tuhan. Akhirnya Musa dengan kaumnya yang lemahlah yang naik ke puncak kemuliaan. Adapun akhir kesudahan dari musuh-musuhnya ialah hilang tenggelam ke dalam laut untuk tidak timbul lagi, kecuali untuk jadi hiasan musium yang didirikan beribu tahun kemudian.