Ayat

Terjemahan Per Kata
ٱرۡجِعۡ
kembalilah
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
فَلَنَأۡتِيَنَّهُم
maka sungguh kami akan mendatangi mereka
بِجُنُودٖ
dengan bala tentara
لَّا
tidak kuasa
قِبَلَ
menghadapi/melawan
لَهُم
bagi mereka
بِهَا
dengannya
وَلَنُخۡرِجَنَّهُم
dan sungguh akan kami usir mereka
مِّنۡهَآ
dari padanya (negeri itu)
أَذِلَّةٗ
terhina
وَهُمۡ
dan mereka
صَٰغِرُونَ
mereka kecil/tidak berharga
ٱرۡجِعۡ
kembalilah
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
فَلَنَأۡتِيَنَّهُم
maka sungguh kami akan mendatangi mereka
بِجُنُودٖ
dengan bala tentara
لَّا
tidak kuasa
قِبَلَ
menghadapi/melawan
لَهُم
bagi mereka
بِهَا
dengannya
وَلَنُخۡرِجَنَّهُم
dan sungguh akan kami usir mereka
مِّنۡهَآ
dari padanya (negeri itu)
أَذِلَّةٗ
terhina
وَهُمۡ
dan mereka
صَٰغِرُونَ
mereka kecil/tidak berharga
Terjemahan

Pulanglah kepada mereka (dengan membawa kembali hadiahmu)! Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang tidak mungkin dikalahkan. Kami pasti akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dalam keadaan terhina lagi tunduk.”
Tafsir

(Kembalilah kepada mereka) dengan hadiah yang kamu bawa itu (sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mempunyai kekuatan) tidak berdaya lagi (untuk melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu) dari negeri tempat tinggal mereka, yaitu negeri Saba'. Negeri ini dinamai dengan nama kakek moyang mereka (dengan terhina dan mereka menjadi tawanan") jika mereka tidak mau datang kepadaku dengan berserah diri. Ketika utusan itu kembali kepada ratu Balqis berikut dengan hadiah yang mereka bawa sebelumnya, ratu Balqis menempatkan singgasananya di dalam keratonnya yang berpintu tujuh, sedangkan keraton ratu Balqis berada di dalam tujuh keraton yang besar-besar. Kemudian semua pintu-pintunya dikunci dengan rapat dan menugaskan sebagian bala tentaranya untuk menjaga keraton dan singgasananya. Setelah itu ia bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menghadap Nabi Sulaiman, untuk melihat apa yang bakal diperintahkan oleh Nabi Sulaiman kepada dirinya. Berangkatlah ratu Balqis dengan membawa dua belas ribu pasukannya; menurut pendapat yang lain disebutkan bahwa jumlah tentara yang dibawanya pada saat itu sangat banyak, sehingga dari jarak satu farsakh dapat terdengar suara gemuruhnya.
Tafsir Surat An-Naml: 36-37
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, "Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian berikan; tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.
Ulama tafsir Salaf dan lain-lainnya telah menceritakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah yang sangat besar jumlahnya kepada Nabi Sulaiman, berupa sejumlah emas, permata, mutiara, dan lain-lainnya. Sebagian dari ulama tafsir mengatakan bahwa ia mengirimkan hadiah berupa emas-emas batangan. Pendapat yang benar mengatakan bahwa Ratu Balqis mengirimkan hadiah berupa wadah-wadah yang semuanya terbuat dari emas. Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta selain keduanya mengatakan bahwa Balqis mengirimkan pelayan-pelayan wanita yang berpakaian pelayan-pelayan pria, serta pelayan-pelayan pria yang berpakaian wanita.
Lalu Ratu Balqis berkata, "Jika Sulaiman mengetahui bahwa yang berpakaian pria adalah pelayan wanita, dan yang berpakaian wanita adalah pelayan pria, berarti dia adalah seorang nabi." Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan kepada mereka untuk melakukan wudu. Maka pelayan yang wanita menuangkan air ke tangannya, sedangkan pelayan yang pria mencedokkan tangannya ke air. Melalui hal inilah Nabi Sulaiman dapat membedakan mereka.
Menurut pendapat lain, bahkan pelayan yang asalnya wanita terlebih dahulu mencuci bagian dalam tangannya sebelum bagian luarnya, dan dengan pelayan yang asalnya pria sebaliknya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, pelayan yang wanita mencuci tangannya dari telapak tangan sampai ke sikunya, sedangkan pelayan yang pria mencuci tangannya dari siku ke telapak tangannya. Pada kesimpulannya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Sebagian ulama menceritakan bahwa Balqis mengirimkan kepada Nabi Sulaiman sebuah wadah air agar dipenuhi oleh Nabi Sulaiman dengan air yang bukan berasal dari langit, bukan pula dari bumi. Maka Nabi Sulaiman melarikan kudanya; dan manakala kuda itu berkeringat, lalu dia menampungnya dan memenuhi wadah tersebut dengan keringat kudanya. Balqis pun mengirimkan mutiara serta talinya agar mutiara-mutiara itu diuntaikan dengan tali tersebut, dan semua permintaannya itu dipenuhi oleh Nabi Sulaiman a.s.
Hanya Allah-lah yang mengetahui, apakah hal itu benar ataukah tidak, yang jelas kisah-kisah seperti ini bersumber dari kisah Israiliyat. Pada kesimpulannya Nabi Sulaiman a.s. tidak melirik sedikit pun terhadap hadiah yang mereka bawa dan tidak memperhatikannya, bahkan berpaling darinya. Lalu Nabi Sulaiman a.s. berkata dengan nada yang menyanggah: Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? (An-Naml: 36) Yakni apakah kamu membujuk diriku dengan harta ini agar aku membiarkan kalian tetap dalam kemusyrikan kalian dan agar kerajaan kalian tetap lestari? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang kalian bawa. (An-Naml: 36) Yaitu kerajaan, harta, dan bala tentara yang diberikan oleh Allah kepadaku jauh lebih baik daripada apa yang ada pada kalian.
tetapi kalian merasa bangga dengan hadiah kalian. (An-Naml: 36) Maksudnya, kalianlah orang-orang yang memburu hadiah dan cindera mata, tetapi aku tidak mau menerima kecuali kamu masuk Islam atau perang. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Sulaiman memerintahkan kepada setan-setan untuk menyulap seribu istananya menjadi istana emas dan perak. Ketika utusan-utusan Ratu Balqis tiba dan melihat hal tersebut, mereka berkata, "Apakah artinya hadiah kita ini baginya?" Dalam hal ini terkandung dalil yang menunjukkan boleh menghias istana dan kerajaan untuk menyambut kedatangan para delegasi dan para pengunjung.
Kembalilah kepada mereka. (An-Naml: 37) dengan membawa kembali hadiah kalian ini. sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya. (An-Nam 1:37) Artinya, mereka tidak mempunyai kekuatan yang seimbang untuk melawannya. dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina. (An-Naml: 37) Yakni Kami akan mengeluarkan mereka sebenar-benarnya dari negeri mereka dalam keadaan hina. dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina. (An-Naml: 37) Yaitu dalam keadaan hina dan terkalahkan. Setelah utusan-utusan itu kembali kepada ratu mereka dengan membawa kembali hadiahnya dan pesan-pesan dari Nabi Sulaiman, maka ratu mereka juga kaumnya tunduk dan patuh.
Lalu ia berangkat bersama bala tentaranya menuju ke negeri Nabi Sulaiman dengan rasa tunduk, menyerah dan menghormati Nabi Sulaiman serta berniat akan mengikuti agama Islam. Ketika Nabi Sulaiman mengetahui kedatangan mereka, gembiralah ia dan sangat senang."
Nabi Sulaiman memerintahkan utusan itu untuk kembali dan berkata, "Kembalilah kamu sekalian kepada mereka, yakni Ratu Balqis dan pengikutnya! Lalu katakanlah kepada mereka, Sungguh, kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan tidak mungkin tertandingi! karena, bala tentara Nabi Sulaiman bukan saja dari kalangan manusia, tapi juga dari kalangan Jin. Dan dengan pasti, sungguh akan kami usir mereka dari negeri itu Saba' secara terhina dan mereka akan menjadi tawanan yang hina dina. ' Itulah balasan dari orang yang membangkang terhadapku. "38. Melihat kesungguhan Nabi Sulaiman yang akan menyerang kerajaannya, akhirnya Ratu Balqis menuruti apa yang diperintahkan oleh Sulaiman. Berangkatlah sang ratu dan pengikutnya dari Yaman menuju Palestina. Namun sebelum Ratu Balqis sampai di Palestina, Nabi Sulaiman, mengadakan sayembara terlebih dahulu. Dia Sulaiman berkata, 'Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri'' Nabi Sulaiman mendengar akan kemewahan singgasana Ratu Balqis. Dan Balqis sangat bangga dengan singgasananya itu. Dia ingin melakukan kejutan terhadap Ratu Balqis, sebagai bagian dari taktik pamer kekuatan sebagai bukti akan kekuasaannya yang jauh lebih besar dari kekuasaan Ratu Balqis.
Maka berangkatlah rombongan utusan Ratu Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka ia berkata kepada mereka, "Hai para utusan Ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi. Aku hanya menginginkan kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku dam menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa, tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikit pun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh."
Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan Ratu Balqis, "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang kamu tidak akan sanggup melawannya. Kami akan mengusir setiap orang yang menghalangi tentaraku dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka akan dijadikan orang-orang yang hina, sebagai tawanan atau dijadikan budak.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ratu Balqis Menerima Surat Nabi Sulaiman
Rupanya setelah surat Nabi Sulaiman itu dibacakan kepada Ratu, di-panggilnyalah orang besar-besarnya dan diajaknya musyawarah dalam menghadapi perkara yang sulit dan politik yang tinggi itu. Isi surat menunjukkan kekuasaan yang besar dari seorang Raja besar pula. Ini surat nampaknya tidak mau tahu bahwa Ratu itu pun seorang Ratu yang besar. Isinya melarang menyombong atau meninggikan diri terhadapnya dan meminta supaya mereka semua Muslimin, yaitu tunduk.
Ibnu Abbas mentafsirkan Muslimin itu menurut maksudnya yang asal, yaitu mengakui bahwa Tuhan hanya Satu. Itulah Islam.
Sufyan bin Uyainah mentafsirkan: Taat setia atau tunduk!
Yang lain mentafsirkan: Ikhlas!
Ayat 29
Oleh sebab itu Ratu mempertimbangkan bahwa surat penting ini mesti dimusyawaratkan baik-baik. Lalu: “Dia berkata: “Wahai Pembesar-pembesar!" (pangkal ayat 29). Atau Menteri-menteri dan Orang Besar-besar Kerajaan: “Sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sepucuk surat yang mulia." (ujung ayat 29).
Sebelum Ratu menyebut siapa yang mengirimkan, beliau telah memberi isyarat terlebih dahulu bahwa surat itu adalah surat yang mulia, yaitu surat yang mesti dihargai tinggi, bukan sembarang surat. Supaya perhatian orang besar-besar itu lebih tertumpah untuk membicarakannya dan Ratu pun tidak memandang entengnya.
Kemudian itu barulah beliau sebutkan dari siapa surat itu:
Ayat 30
“Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman." (pangkal ayat 30). Dengan menyebutkan siapa yang mengirimkannya, perhatian orang besar-besar pun tentu lebih tertumpah. Niscaya sudah sampai juga kepada mereka berita tentang Raja Besar yang merangkap menjadi Nabi yang namanya Sulaiman dan nama ayahnya Daud, memerintah negeri-negeri di sebelah Utara itu. Setelah fikiran orang besar-besar mengetahui bahwa surat yang mulia itu datang dari Raja Sulaiman, dilanjutkan lagi oleh Ratu tentang sifat surat: “Dan sesungguhnya dia." Yaitu surat yang diterimanya itu; “Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang." (ujung ayat 30).
Dalam cara Ratu menerangkan terlebih dahulu.dari hal surat yang Baginda terima itu:
1. Surat yang mulia.
2. Dari Raja Sulaiman yang besar.
3. Memakai nama Allah Yang Maha Besar, Maha Penyayang.
Kita pun dapat memahamkan bagaimana cerdik, cendekianya Ratu tersebut. Maksudnya tentulah agar orang besar-besarnya di dalam masyarakat mempertimbangkan hendak membalas surat itu jangan ceroboh. Kemudian Baginda menerangkan isi surat:
Ayat 31
“Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku." (pangkal ayat 31). Atau menurut ahli harfiahnya: “Janganlah kamu meninggi di atasku!" Janganlah aku dipandang enteng: “Dan datanglah kamu sekalian kepadaku dalam keadaan menyerah." (ujung ayat 31).
Isi surat ini memang hebat. Kalau selama ini Ratu merasa bahwa dia seorang Ratu yang besar dan banyak raja-raja kecil di bawahnya, sekarang dia menerima surat yang menyatakan bahwa yang mengirim surat itu melarang dia merasa diri lebih tinggi atau kerajaan lebih besar. Dalam cara menguraikan isi surat sekali lagi kita melihat bahwa perempuan ini memang pantas jadi Ratu karena bijaksananya. Disebutnya terlebih dahulu kemuliaan surat itu dan siapa yang mengirim dan dimulai dengan nama Allah. Kemudian itu baru disebutnya isi surat.
Dengan cara demikian Ratu telah mengatur siasat agar jangan sampai orang besar-besar terburu marah atau ceroboh mengambil keputusan. Selelah sifat surat, siapa yang mengirim surat, bagaimana aturan surat dan apa isi surat diterangkan secara terperinci barulah Ratu menyatakan maksudnya, mengapa mereka beliau panggil berkumpul di hari itu.
Ayat 32
“Dia berkata: Wahai Pembesar sekalian! Berilah aku fatwa pada perkaraku ini." (pangkal ayat 32). Pangkal kata itu pun sudah menunjukkan sikap dan wibawa seorang Raja. Beliau hanya meminta fatwa atau nasihat. Baginda Ratu selalu sadar bahwa masalah ini adalah perkaranya sendiri Keputusan terakhir tetap di dalam tangannya. “Tidaklah aku memutuskan suatu pekerjaan sebelum kamu menyaksikan." (ujung ayat 32). Artinya, tidaklah aku memutuskan suatu keputusan melainkan dengan kehadiran kamu sekalian dan hasil musya-warat dengan kamu sekalian. Saya tidak pernah bertindak sesuka sendiri.
Ayat 33
“Mereka berkata: Kita semua adalah mempunyai kekuatan dan mempunyai persiapan perang yang tangkas." (pangkal ayat 33).
Di sini terdapat kalimat NAHNU yang di dalam bahasa Indonesia (Melayu) mempunyai dua arti. Pertama KAMI, kedua KITA. Kalau NAHNU diartikan KAMI, maka orang yang diajak bercakap (Mukhathab) tidak termasuk dalam lingkungan KAMI itu. Tetapi kalau dipakai arti KITA, maka orang yang diajak bercakap pun termasuklah dalam lingkungan pembicaraan. Padahal NAHNU dalam bahasa Arab tidak mempunyai arti pemisahan yang sejelas itu.
Di sini kita pakai kata KITA. Orang besar-besar melaporkan kepada Ratu bahwa kita, atau Negara kita ada mempunyai kekuatan dan persiapan yang tangkas, atau dipakai juga kata-kata lain, yaitu tangguh! Tegasnya ialah bahwa persiapan kita buat berperang cukup, kita waspada dan tidak usah Ratu khuatir. Dan sembah mereka lagi: “Dan pekerjaan ini terserah kepada engkau." Kami semuanya akan patuh melaksanakan perintah Jika diperintah berperang, kami bersedia berperang."Pertimbangkanlah apakah yang akan engkau perintahkan." (ujung ayat 33).
Susunan kata seperti ini pun menunjukkan kebijaksanaan orang besar-besar kerajaan Saba' itu terhadap ratu mereka. Mereka menginsafi bahwa Ratu mempunyai hak mutlak. Mereka tidak hendak menghasut ataupun menghalangi apa pun yang dimaksud oleh Ratu, asal saja keputusan yang kelak akan dikeluarkan Ratu timbul daripada pertimbangan yang sudah masak!
Maka keluarlah peritmbangan Ratu:
Ayat 34
“Dia berkata: Sesungguhnya raja-raja apabila mereka masuk ke dalam suatu negeri." (pangkal ayat 34) Yaitu masuk secara menaklukkan, jika pertahanan negeri yang ditaklukkan itu telah patah atau tidak melawan sejak semula: “Akan dirusakkannyalah negeri itu." Suatu negeri aman tenteram ialah karena susunan pemerintahannya teratur. Tetapi kalau kekuasaan lain telah masuk dengan secara kegagahan, aturan itu akan diubahnya, maka timbullah kerusakan."Dan akan dijadikannya penduduknya yang mulia menjadi hina." Inilah ilmu kenegaraan yang tepat sekali diajarkan oleh Ratu Baiqis dan diturunkan oleh Tuhan sebagai Wahyu kepada Nabi Muhammad s. a.w. dan jadi penunjuk jalan bagi kita ummat Muhammad sampai selama-lamanya. Yaitu apabila satu kekuasaan asing telah masuk menaklukkan suatu negeri, maka orang yang mulia dalam negeri itu akan dibuatnya jadi hina.
Kalau negeri itu melawan, mempertahankan kemerdekaannya dengan gagah perkasa, tetapi kalah, maka pemimpin-pemimpin perlawanan itu akan jadi tawanan. Tawanan adalah hina.
Mungkin kekuasaan akan dikembalikan kepada mereka kembali, tetapi bukanlah kekuasaan yang seperti dahulu lagi, melainkan tinggal “gelar" saja. Sama dengan raja-raja dan sultan-sultan di tanahair kita yang dfperlindungi" oleh penjajah asing, Belanda atau Inggeris. Raja-raja dan sultan-sultan itu masih “merdeka" memakai pakaian-pakaian kebesaran, merdeka memakai gelar-gelaran yang panjang-panjang, namun yang mereka peringatkan tidak boleh bertentangan dengan apa yang ditentukan oleh bangsa yang menjajahnya dan meminjaminya kebesaran itu.
Yang lebih hina lagi ialah cecunguk-cecunguk, orang-orang hina-dina yang tidak pernah merasakan kemegahan, lalu diberi sedikit kekuasaan oleh bangsa penakluk itu. Mereka ini pun lebih hina dan menjadi kebencian orang banyak. Karena mereka inilah yang lebih kejam dari musuh itu sendiri, menjual bangsanya dan memberitahukan rahasia negerinya kepada musuh.
Penulis Tafsir ini dapat menyaksikan kehinaan itu ketika tentara Jepang masuk ke Medan di tahun 1942."Tuan-tuan Besar" Belanda dan serdadu-serdadunya menjadi orang yang hina dalam tawanan, dibawa dengan truck-truck gerobak ke tempat-tempat kerja paksa. Lalu muncul orang orang yang patut disebut “kutu balai" (kutu pasar) disuruh-suruh oleh Jepang melaksanakan perintahnya mencari simpanan Belanda, di lengannya diikatkan kain putih memakai letter “F"; yang berarti “Fuyiwara Kikan".
Lalu Ratu Balqis bertitah selanjutnya: “Dan demikian pulalah yang akan mereka lakukan." (ujung ayat 34).
Tegasnya, kalau Raja Sulaiman itu masuk ke negeri kita dengan kekerasan, sebagaimana dibayangkannya dalam suratnya itu, dia pun sudah nyata akan berbuat begitu pula.
Ayat 35
Sebelum orang besar-besar menunjukkan tanggapan atas kesan Ratu yang “seram" itu, baik yang berani berperang ataupun yang ragu-ragu, Ratu telah meneruskan titahnya: “Dan sesungguhnya aku hendak mengirimkan kepada mereka suatu hadiah." (pangkal ayat 35). Artinya, akan segera aku kirim kepadanya suatu tanda mata yang layak untuk seorang Raja Besar. Nanti akan saya lihat bagaimana kesan penerimaannya atas hadiah itu. Karena sudah kebiasaan bagi manusia yang berbudi jika dia menerima hadiah yang layak, hadiah itu akan mempengaruhi sikapnya. Kalau tadinya ada rasa permusuhan, mungkin akan bertukar jadi persahabatan atau penghargaan yang baik. Mungkin setelah menerima hadiah itu berubah fikirannya. tidak jadi kita ditaklukkannya dan tidak jadi kita berperang dengan dia. Atau ditukarnya sikap; yaitu karena disangkanya bahwa kita ini lemah, dikirimnya saja utusan buat menentukan berapa kita membayar upeti kepadanya setiap tahun. Dengan demikian maka peperangan pun terhindar dan kita hidup di dalam damai.
Dan titahnya lagi: “Dan akan menunggu dengan apakah akan kembali orang-orang yang diutus." (ujung ayat 35).
Menurut Tafsir Ibnu Abbas: “Ratu Balqis berkata kepada orang besar-besarnya itu: “Kalau hadiahku itu diterimanya, tandanya dia hanya seorang Raja; kita perangi dia. Tetapi kalau hadiah itu ditoiaknya, tandanya dia seorang Nabi; kita ikuti dia!"
Hasil itulah yang ditunggu oleh Ratu dari kembalinya utusan kelak.
Ayat 36
“Maka tatkala datang (utusan itu) kepada Sulaiman." (pangkal ayat 36). Membawa hadiah yang dikirimkan dengan serba kebesaran oleh Ratu Balqis itu."Berkatalah dia: “Apakah kamu hendak membantu aku dengan harta?" Pertanyaan itu menunjukkan bahwa Sulaiman tidaklah menerima suka hadiah itu. Tentulah hadiah tersebut barang-barang yang mahal, yang layak dari seorang Ratu kepada seorang Raja. Dan macam-macamlah ceritera dongeng Israiliyat tentang ragam hadiah itu, yang tidak ada faedahnya kita salin dalam tafsir kita ini. Karena bagaimanapun besarnya hadiah, bagaimanapun mahal atau ganjilnya, semuanya tidaklah menarik hati Sulaiman. Sulaiman tidak memerlukan hadiah itu. Sulaiman tidak akan merasa terbujuk dengan hadiah itu. Dia berkata seterusnya: “Maka apa yang telah diberikan kepadaku oleh Allah lebih baik daripada apa yang telah Dia berikan kepadamu." Hadiah yang kamu bawakan kepadaku itu tidak ada artinya bagiku. Aku lebih kaya daripada kamu dari pemberian Allah. Pemberian Allah yang diberikan kepadaku, jauh lebih mulia daripada yang diberikan Allah kepadamu."Tetapi kamu dengan hadiahmu itu merasa bangga." (ujung ayat 36). Karena kamu menyangka bahwa harta yang kamu hadiahkan kepadaku itu sudah sangat bagus, lalu kamu membangga. Padahal aku mempunyai lebih bagus daripada itu.
Ayat 37
Lalu Sulaiman menyampaikan titahnya kepada utusan Balqis tersebut: “Kembalilah kepada mereka." (pangkal ayat 37). Yaitu kepada Balqis dan orang besar-besar yang telah mengutus kamu kepadaku ke mari! Pulanglah! Dan bawalah hadiah ini kembali. Katakan kepada mereka: “Sungguh kami akan datang kepada mereka dengan bala tentara yang tidak tertangkis oleh mereka." Karena rupanya belum juga jelas bagi mereka selama ini apa yang kami maksud! Yaitu menyeru mereka supaya meninggalkan'penyembahan kepada matahari dan hanya kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa. Kami akan datang!
“Dan sungguh kami akan mengeluarkan mereka dari negeri itu." Artinya, bahwa mereka pasti akan dikalahkan, karena tentara kami kuat. Setelah kalah mereka akan dihalau keluar dari negeri Saba' dan digiring sebagai tawanan ke negeri kami, sebagai alamat kemenangan kami. Mereka akan dihalau “Dalam keadaan hina." Tidak lagi sebagai Ratu ataupun orang besar. Tidak lagi sebagai Menteri atau Kepala Perang: “Dan mereka pun menjadi kecil." (ujung ayat 37). Menjadi orang hina dan kecil tidak berharga lagi. Itulah ancaman yang disampaikan Sulaiman dengan perantaraan utusan yang disuruhnya membawa barang hadiah-hadiah itu pulang kembali. Ancaman berisi kata dua: “Atau datang menyerah menyatakan tunduk, atau negerinya dimasuki dan mereka semua ditawan dan dihinakan!"