Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kita
لَجَمِيعٌ
benar-benar semua
حَٰذِرُونَ
berjaga-jaga
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kita
لَجَمِيعٌ
benar-benar semua
حَٰذِرُونَ
berjaga-jaga
Terjemahan
Sesungguhnya kita semua benar-benar harus selalu waspada.”
Tafsir
(Dan sesungghnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga") Kaum yang selalu bersiap-siap. Menurut Suatu qiraat Haadziruuna dibaca Hadziruuna artinya selalu waspada.
Tafsir Surat Ash-Shu'ara': 52-59
Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa, "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Firaun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir'aun berkata), "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga. Maka Kami keluarkan. Firaun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. Setelah Musa tinggal cukup lama di negeri Mesir dan telah menegakkan hujah-hujah Allah dan bukti-bukti dari-Nya terhadap Fir'aun dan bala tentaranya, sekalipun mereka tetap bersikap angkuh dan ingkar,' sehingga tiada yang tersisa bagi mereka selain azab dan pembalasan Allah.
Maka Allah memerintahkan kepada Musa a.s. agar keluar di malam hari membawa Bani Israil keluar dari negeri Mesir, lalu membawa mereka menuju ke tempat yang telah diperintahkan agar Musa membawa mereka ke tempat itu. Musa a.s. melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Musa keluar membawa mereka setelah meminjam banyak perhiasan dari kaum Fir'aun. Menurut keterangan yang diperoleh dari sejumlah ahli tafsir, Musa membawa mereka keluar dari negeri Mesir di malam purnama saat rembulan terbit.
Mujahid rahimahullah mengatakan bahwa pada malam itu terjadi gerhana bulan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui kebenarannya. Disebutkan pula bahwa Musa a.s. menanyakan tentang kuburan Yusuf a.s., lalu ia ditunjukkan oleh seorang nenek-nenek dari kalangan Bani Israil. Maka Musa membawa peti jenazah Nabi Yusuf pergi bersama mereka. Menurut suatu pendapat, Musa sendirilah yang memanggul peti itu.
Disebutkan pula Nabi Yusuf a.s. pernah berwasiat bahwa apabila Bani Israil keluar (dari Mesir), hendaknya mereka membawanya pergi bersama mereka. Kisah mengenai hal ini disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim rahimahullah. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umar ibnu Aban ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, dari Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Ibnu Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah singgah di rumah seorang Badui, lalu orang Badui itu menghormatinya.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Engkau telah menghormati kami." Kemudian orang Badui itu datang kepada Rasulullah ﷺ Lalu Rasul ﷺ bertanya, "Apa keperluanmu ?" Orang Badui itu menjawab, "Unta lengkap dengan pelananya dan kambing betina yang akan menjadi kambing perahan keluargaku." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Apakah kamu tidak mampu berbuat seperti apa yang dilakukan oleh seorang wanita tua Bani Israil?" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan wanita tua Bani Israil?" Rasulullah ﷺ menjawab, bahwa sesungguhnya Musa a.s. ketika hendak membawa pergi Bani Israil di malam hari sesat jalan. Maka ia bertanya kepada kaum Bani Israil, "Mengapa demikian?" Salah seorang ulama Bani Israil menjawab, "Kami akan bercerita kepadamu bahwa sesungguhnya Yusuf a.s. ketika menjelang kewafatannya telah mengambil suatu janji atas diri kami dengan nama Allah, bahwa kami tidak boleh keluar meninggalkan negeri Mesir sebelum membawa peti jenazahnya bersama-sama kami." Maka Musa berkata kepada mereka, "Siapakah di antara kalian yang mengetahui kuburan Yusuf?" Mereka menjawab, "Tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali seorang nenek Bani Israil." Kemudian Musa memanggil nenek itu dan berkata kepadanya, "Tunjukkanlah kepadaku tempat kuburan Yusuf." Si nenek menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan menunjukkannya sebelum kamu memberikan upahnya kepadaku." Musa bertanya, "Lalu apakah upah yang kau minta?" Si nenek berkata, "Upahku ialah hendaknya aku dapat bersamamu di dalam surga." Musa merasa keberatan dengan permintaannya itu, lalu dikatakan kepada Musa, "Berilah saja upahnya itu." Kemudian si nenek pergi bersama mereka ke sebuah danau (rawa), lalu ia berkata kepada mereka, "Keringkanlah air rawa ini." Setelah mereka mengeringkannya, si nenek berkata, "Galilah tempat ini." Maka mereka menggalinya dan mengeluarkan peti jenazah Yusuf.
Setelah mereka membawanya, tiba-tiba jalan menjadi terang seperti cahaya siang hari bagi mereka. Hadis ini garib sekali, yang lebih mendekati kebenaran predikat hadis ini mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Pada pagi harinya ternyata di tempat perkumpulan orang-orang Bani Israil tidak terdapat seorang manusia pun. Keadaan ini membuat Fir'aun murka dan bertambah kebenciannya terhadap Bani Israil.
Hal tersebut merupakan takdir Allah yang menghendaki kebinasaannya. Maka Fir'aun memerintahkan kepada utusan kilatnya untuk pergi ke berbagai kota guna memanggil semua bala tentara seraya menyerukan: -: Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil. (Asy-Syu'ara': 54) Maksudnya, kaum Bani Israil itu kecil jumlahnya bila dibandingkan dengan kekuatan kita. dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita. (Asy-Syu'ara': 55) Yaitu setiap waktu sampai kepada kita dari mereka hal-hal yang membuat kita marah.
dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga. (Asy-Syu'ara': 56) Yaitu kita setiap waktu bersikap waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh musuh. Dan segolongan ulama salaf membacanya Haziruna. Artinya selalu siap dengan senjata kita, dan sesungguhnya aku hendak membasmi mereka sampai ke akar-akarnya. Ternyata kejadiannya justru sebaliknya, dia dan bala tentaranyalah yang binasa. Firman Allah ﷻ: Maka Kami keluarkan Firaun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia. (Asy-Syu'ara': 57-58) Artinya, mereka keluar dari kehidupan yang senang itu menuju kepada kebinasaan; dan mereka meninggalkan tempat-tempat tinggal yang tinggi-tinggi, kebun-kebun, sungai-sungai, harta benda, rezeki-rezeki yang berlimpah, dan kerajaan serta kedudukan yang berlimpah di dunia ini.
demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. (Asy-Syu'ara': 59) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. (Al-A'raf: 137), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ lainnya, yaitu: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (Al-Qasas: 5), hingga akhir ayat berikutnya."
Dan sesungguhnya kita semua, tanpa kecuali, harus selalu waspada, mawas diri terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi yang diperbuat oleh Musa dan Bani Israil. " Kemudian Fir'aun bergerak mengejar Nabi Musa dan meninggalkan Mesir. 57-58. Kemudian, Kami keluarkan mereka, yaitu Fir'aun dan kaumnya, dari taman-taman dan mata air, yang sangat indah yang mereka punyai demi untuk sesuatu tujuan yang batil. Dan Kami keluarkan mereka juga dari harta kekayaan dan kedudukan yang mulia yang mereka dapatkan.
Fir'aun mencari alasan memusuhi Bani Israil dengan mengatakan bahwa mereka adalah musuh yang selalu mengacau sehingga keamanan tidak terjamin. Bani Israil juga dikatakan senantiasa membangkitkan amarah, menganut agama baru, dan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Mereka berani meninggalkan Mesir tanpa lebih dahulu minta izin, membawa kabur harta benda yang mereka pinjam dari Fir'aun dan rakyatnya. Fir'aun mengatakan kepada kaumnya untuk selalu hati-hati dan waspada menjaga agar jangan sampai perbuatan mereka berakibat jauh. Mereka mempunyai persenjataan yang cukup dan lengkap untuk mengalahkan Bani Israil.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pengungisan Besar-besaran
Maksud risalat yang diterima Musa daripada Tuhan ialah membawa Bani Isratl keluar dari dalam negeri Mesir, agar kembal, ke tanah yang telah dijanjikan buat mereka. Di zaman itu, Bani Israil sebagai keturunan Nabi Ibrahim adalah ditentukan Tuhan sebagai penerima wans ajaran Nabi Ibrahim tentano Tauhid: “Tiada Tuhan selain Allah".
Waris pusaka ajaran itu telah diterima dan dipelihara turun-temurun oleh anak cucu Nabi Ibrahim, sejak Ishak dan Ismail, sampai kepada Ya'kub dan Yusuf.
Dan seketika Yusuf telah mencapai kedudukan yang tinggi menjadi “Raja Muda" atau “Perdana Menteri" Kerajaan Fir'aun di Mesir, karena kesanggupannya memperbaiki ekonomi negeri itu, dibawanyalah ayah dan kesebelas saudaranya berpindah ke Mesir. Seketika Yusuf masih menjadi orang besar dalam negeri Mesir, kehidupan saudara-saudaranya masih terjamin baik. Dan bila Yusuf dan saudara-saudaranya tidak ada lagi, tinggallah keturunan-keturunan mereka dari duabelas suku. Nasib mereka kian lama kian menurun, sebab tidak ada lagi orang-orang besar Bani Israil yang naik menjabat jabatan yang tinggi-tinggi. Setinggi-tinggi jabatan mereka hanyalah menjadi pengawal istana atau pemikul beban-beban yang berat. Kian lama mereka menjadi kaum kelas dua dalam masyarakat Mesir, menjadi kuli, menjadi seperti budak Namun mereka tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan yang mereka terima dari nenek-moyangnya. Sudah beratus tahun tinggal dalam negeri itu, turunan demi turunan, namun pada umumnya tidak ada di antara mereka yang mau menukar agamanya, untuk memandang bahwa Fir'aun adalah Tuhan pula di samping Allah. Pemeluk agama yang taat, akan tetap bangga dengan agama yang dipeluknya, walaupun dia dipandang hina atau bangsa kelas dua. Hal itu kita alami sendiri seketika kita diperintah oleh bangsa Belanda atau bangsa Jepang di negeri kita ini. Kecuali orang-orang yang telah mendapat didikan oleh penjajah, tidak ada orang Islam yang terjajah itu yang merasa bahwa agama bangsa yang menjajah itu lebih baik daripada agama Islam. Si penjajah itu terus disebutkan “kafir", walaupun kita di waktu itu diinjak dan ditindas oleh Belanda, dan oleh Jepang. Demikianlah halnya di Mesir pada waktu itu.
Bani Israil yang diperbudak dan dipandang hina, lagi menumpang dalam negeri orang lain, telah ditindas dengan berbagai ragam tindasan, namun mereka tidaklah ada niatan hendak merubah agamanya dengan agama bangsa-bangsa tempat dia menumpang. Dalam hidup yang melarat mereka masih tetap merasa mulia.
Tetapi karena kedudukan yang lemah, baik dalam hal Iqtishad (ekonomi), atau dalam hal kemasyarakatan, apatah lagi dalam hal politik, penderitaan batin yang mereka tanggungkan beratus tahun tidak mendapat jalan keluar. Mereka menginginkan agar Tuhan, yang mereka sebut Yehovah (Allah) mem-bangkitkan seorang pemimpin, atau seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membawa mereka keluar dari negeri itu, berpindah ke suatu tempat yang di sana mereka bebas melakukan keyakinan agama yang mereka anut.
Dan Musa pun datanglah. Dialah pemimpin besar yang mereka tunggu-tunggu itu. Ketika berhadapan dengan Fir'aun tegas-tegas dia menyatakan kehendaknya agar kaumnya diizinkan keluar dari. Mesir, berpindah ke tanah yang telah dijanjikan buat mereka, di bumi Kanaan.
Itulah yang diperjuangkan oleh Musa di hadapan Fir'aun. Dia tidak mengadakan Da'wah kepada Fir'aun sendiri supaya memeluk agama Tauhid yang dia bawa dan dia pusakai dari nenek-moyangnya. Dia hanya minta kaumnya dibebaskan pindah atau pulang ke negeri asal mereka, di seberang laut Qu)zum.
Di zaman moden ini gerakan pindah karena agama itu terdapat perumpamaannya pada cita-cita Pujangga Islam !qbal mendirikan Pakistan.
Timbulnya seorang pemimpin dari golongan rakyat yang diperbudak selama ini, sungguhlah suatu tantangan besar bagi Fir'aun. Niscaya Fir'aun memandang Musa hanya seorang kecil, seorang yang dia besarkan dalam istananya sendiri.
Seorang yang dahulu lari sebab takut ditangkap karena bersalah membunuh seorang dari kaum keluarga Fir'aun. Lantaran itulah maka penerimaan yang pertama dari Fir'aun terhadap Musa memandang enteng saja. Tetapi seorang Rasul Allah yang bertugas maha berat itu tidaklah dapat dijauhkan dengan cara yang demikian, lalu Musa mempertunjukkan Kebesarannya dengan Mu'jizat yang diberikan Tuhan kepadanya. Setelah Musa mengalahkan sihir tukang-tukang sihir yang amat dahsyat itu, yakinlah sudah Fir'aun bahwa Musa bukanlah sembarang orang. Bani Israil yang selama ini diperbudak sudah mempunyai pemimpin. Dan dia mempunyai rencana tegas, yaitu meminta kepada Fir'aun supaya Bani lsrai) dibebaskan dari perbudakannya dan dibiarkan betangkat meninggalkan Mesir, untuk pergi ke tempat yang di sana mereka bebas melakukan ibadat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kalau kita fikir sepintas lalu, apatah salahnya kalau Fir'aun mengabulkan permintaan itu. Bukankah tuntutan Musa ttu adil adanya?
Difikirkan dari sudut tempat berdiri Fir'aun. tidaklah mungkin Bani Israil diizinkan keluar dari Mesir. Kekuasaan, kemegahan dan kebesaran Fir'aun dengan kliek dan regimnya tidak dapat berdiri kalau di bawahnya tidak ada masyarakat yang diperbudak. Bani Israil adalah kaum yang dipandang hina, sebab mereka bukan asli orang Mesir, tetapi orang yang dipandang hina itu tidak boleh keluar dari Mesir. Sebab “tenaga" mereka amat diperlukan. Kalau mereka keluar, niscaya tidak ada budak lagi. Kerja-kerja besar terhenti. Siapa memikul yang berat, menyangkat batu, untuk membangun Istana dan Pyramid?
Berbagai ayat kebesaran Tuhan telah dipertunjukkan oleh Musa selain dari tongkat dan tangan bercahaya itu guna menguatkan tuntutannya. Namun Fir'aun tidak bisa dan tidak mau melepas mereka pergi. Jalan satu-satunya hanyalah dengan bertindak sendiri. Keluar dari Mesir!
Ayat 52
“Maka Kami wahyukan kepada Musa, berjalan malamlah engkau dengan hamba-hambaKu. Sesungguhnya kamu akan diikuti dari belakang." (ayat 52).
Memang, Fir'aun tidak akan memberikan keizinan mereka keluar meninggalkan Mesir, hal itu akan buntu terus, walaupun akan berpuluh lagi Musa memperlihatkan Mu'jizatnya Maka dimulailah menggembleng semangat Bani Israil. Di suatu malam yang ditentukan, mereka akan keluar dari Mesir. Akan pindah dengan Wahyu Tuhan. Resiko dari kepindahan itu telah dijelaskan oleh Tuhan, yaitu bahwa mereka akan diikuti dari belakang, dan akan dihalau kembali ke Mesir apabila mereka telah tertumbuk dengan lautan. Mereka tidak mempunyai kapal-kapal buat menyeberang, sebab itu kalau mereka dapat dikejar, mereka akan kembali ke Mesir untuk memikul penghinaan yang lebih hebat.
Ayat 53
Khabar berita bahwa Bani Israil akan meninggalkan Mesir sudah diketahui. Tetapi Fir'aun menaksir bahwa perpindahan itu tidak akan berlangsung. Tidak ada jalan lain yang dapat mereka tempuh, kecuali dengan menyeberangi Lautan Qulzum, dan kapal tidak ada. Oleh sebab itu setelah santer berita Bani Israil terdengar di mana-mana, Fir'aun pun mengutus utusan-utusannya ke kota-kota, untuk mengumpulkan balatentara yang bersedia mengejar orang-orang itu apabila keluar dari kota, dan menghalau mereka, laksana menghalau kambing-kambing kembali ke kandangnya, (ayat 53).
Ayat 54
Dan dibuatlah propaganda di dalam mengumpulkan tentara yang akan mencegat itu, bahwa tidaklah seluruh Bani Israil akan keluar, hanyalah segelintir kecil saja, satu golongan pengacau yang telah dihasut oleh dua pengacau besar, Musa dan Harun, (ayat 54).
Ayat 55
Golongan pengacau ketenteraman umum ini telah membuat kita menjadi marah, (ayat 55).
Ayat 56
Dan kita semuanya sudah cukup waspada menghadapi segala kemungkinan, (ayat 56).
Maka pada suatu malam di waktu penduduk negeri Mesir lena dalam kemegahannya dan orang besar-besar tenggelam dalam kenikmatan yang tidak mengenal hari esok, di bawah pimpinan Musa dan Harun, Bani Israil telah meninggalkan Mesir, menuju tepi laut Qulzum, menyangkut segala barang yang dapat diangkut. Padahal, apalah yang akan dapat diangkut, selain dari keyakinan akan hidup, di bawah pimpinan seorang pemimpin keras hati, Musa. Dibantu oleh saudaranya Harun.
Benarlah pimpinan tertinggi kerajaan Fir'aun sudah waspada. Orang-orang melarat itu telah berangkat, dasarnya hanya berjalan kaki. Kendaraan hanya keledai dan unta, tetapi tidak semua mempunyainya. Oleh sebab itu perjalanan itu amat lambat. Fir'aun dan kaumnya menaksir sekira-kira mereka telah sampai di tepi laut dan tidak dapat melanjutkan perjalanan lagi, waktu itulah kelak tentara berkuda Fir'aun, di bawah pimpinan Fir'aun sendiri datang menyambut kemurkaannya kepada “budak-budak" yang tidak tahu diri itu.
Setelah mereka rasa tepat taksiran itu, mereka pun keluarlah laksana ombak dan gelombang layaknya mengejar Bani Israil.
Ayat 57
Mereka tinggalkan segenap kemegahan, taman-taman indah dan mata-mata air yang jernih. (ayat 57)
Ayat 58
Mereka tinggalkan kekayaan dan kedudukan yang mulia, (ayat 58).
Mereka merasa bahwa penghalauan kembali Bani Israil itu pasti berhasil. Mereka tidak insaf bahwa keadaan tidaklah sebagaimana yang mereka taksir itu. Keadaan kelak akan berbalik dan kegedangan serta kebesaran akan bergilir.
Ayat 59
Kemegahan itu kelak akan diwariskan Tuhan kepada Bani Israil. (ayat 59).
Ayat 60
Lalu Fir'aun dan kaumnya mengikuti mereka dari belakang di kala matahari mulai terbit, (ayat 60).
Niscaya tidaklah akan sukar mengejar orang-orang yang berjalan beribu-ribu beriring-iring dengan membawa beban berat-berat, jika yang mengejar itu mengendarai kuda yang kencang larinya. Meskipun mereka telah berjalan sejak permulaan malam. Akhirnya terkejarlah mereka, sehingga ketika para pengungsi itu telah dekat ke tepi laut, pengejar-pengejar itu telah dekat sekali kepada mereka, dan sudah kelihatan rupa mereka dengan pakaian kebesaran mereka yang berkilauan karena cahaya matahari pagi, sebagai tersebut dalam ayat 61.
Ayat 61
Niscaya ribut dan cemaslah para pengikut Musa, banyak di antara mereka yang telah kehilangan akal dan berkata kepada Musa; “Sesungguhnya kita ini akan dapat mereka kejar." (ayat 61)
Ayat 62
Tetapi seorang Utusan Tuhan adalah bekerja dengan tuntunan Wahyu. Mereka merasa bahwa diri mereka hanya alat belaka dari Kekuasaan Tuhan Yang Maha Tinggi. Di saat yang sangat gawat itulah Musa menyatakan keyakinan kepada pengikut-pengikutnya itu, jangan khuatir. Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengepung, menawan atau menghalau kita kembali ke Mesir. Karena bersama aku ini adalah Tuhanku. Dia pasti menunjuki aku jalan, (ayat 62).
Ayat 63
Itulah penegasan dari satu penegasan Iman yang kamil. Ini seorang Nabi, Utusan Tuhan dan pemimpin. Keyakinannya itu terbukti, karena tidak berapa saat kemudian, di saat Fir'aun dan tentaranya telah sangat dekat, dan Bani Israil sudah sangat cemas, Wahyu Tuhan pun turun, supaya Musa memukulkan tongkatrtya kepada laut. Maka laut pun belah dualah, dan masing-masing belahan itu berdiri laksana gunung yang tinggi layaknya, (ayat 63).
Ayat 64
Ada berita lain dalam Kitab Perjanjian Lama, bahwa seketika itu juga datanglah angin samun mengandung api yang amat panas, mendinding di antara Fir'aun dan tentaranya dengan Bani Israil yang telah dekat itu, sehingga kuda-kuda yang sedang dihalau kencang itu tidak dapat maju setapak juga, me-lainkan mundur ke belakang. Walaupun sudah sangat berdekatan, (ayat 64).
Ayat 65
Sedang jalan itu terbuka, Musa segera mengerahkan kaumnya yang beribu-ribu itu lalu di atas Lautan Qulzum yang telah mempunyai jalan raya lebar itu, meskipun kiri-kanannya laut telah membeku merupakan gunung yang menakutkan. Samasekali dengan langkah yang tidak ada keraguan sedikit jua pun dapatlah mereka mencapai pantai seberang. Benua Asia yang mereka tuju dengan selamat, (ayat 65). Setelah mereka sampai semuanya dengan selamat di seberang, angin samun yang panas, yang tadinya menghambat Fir'aun dan kaumnya buat mengejar, reda dan berhenti. Dengan komando yang garang Fir'aun mengerahkan kaumnya menghalau mencambuk kuda-kuda mereka untuk mengejar Bani Israil, dan mengejar kedua Utusan Tuhan itu, Musa dan Harun, dengan melalui “jalan" laut yang telah disediakan Tuhan buat hambaNya yang telah diizinkannya itu, Fir'aun tidak merasa ragu mengejarnya, karena dia memikirkan bahwa jalan itu telah terbuka dengan wajar buat dia dan kaumnya pula, sebab itu hanyalah pasang surut saja, tidak ada hubungannya dengan kekuasaan ‘Tuhannya si Musa dan Harun".
Ayat 66
Tiba-tiba sesampai di tengah lautan, air lautan yang telah menggunung tadi mencair kembali. Amatlah hebatnya pertautan kembali dari dua unggunan air membeku, sehingga kecillah manusia-manusia gagah perkasa yang tidak tahu diri itu di dalam gulungan air. Alangkah dahsyatnya! Mereka berpakaian lengkap, bersenjata, berbaju zirah, berkuda berpelana, beribu-ribu pula banyaknya di bawah pimpinan Fir'aun sendiri tenggelam karam ke dasar laut. Dan laut pun tenang kembali, seperti tak terjadi apa-apa. (ayat 66).
Sejarah yang ngeri dan dahsyat, tentang tenggelamnya seorang Raja besar yang selama ini sombong dan angkuh dengan kebesarannya, dan tidak mau tahu bahwa ada lagi kekuasaan Maha Tinggi yang mengatasi segala kekuasaan, terlukislah sudah dalam sejarah turun-temurun, dibawakan oleh Bani Israil, oleh ummat-ummat Nabi-nabi yang datang sesudah itu, terlukis di dalam Kitab Taurat dan Kitab Injil, terlukis pula selanjutnya dalam Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Ayat 67
Di dalam ayat 67 Tuhan menegaskan: “Sesungguhnya demikian itulah Itmda Kebesaran Kami (Ayat Kami), tetapi banyaklah di antara mereka yang tidak mau percaya."
Siapakah yang tidak mau percaya itu? Ialah manusia-manusia yang hidupnya tidak mempunyai dasar kepercayaan akan adanya kuasa ghaib, manusia-manusia yang memandang segala sesuatu hanya dari segi kebendaan. Yang tidak mau percaya bahwa alam ini mempunyai peraturan tertinggi, undang-undang tertentu yang tidak boleh dilanggar. Maka selalulah akan terjadi, sampai hari kiamat, pertentangan atau berhadap-hadapan, berkonfrontasi, di antara yang hak dengan yang batil, di antara kepercayaan di antara yang ghaib dengan hanya semata-mata bergantung kepada benda Selalulah kelihatan seakan-akan pada mulanya menang teruslah yang batil. Bertambah dia menang, bertambah dia sombong. Demi apabila dia telah sampai di puncak, atau (klimaks) kesombongan itu, di saat itulah kejatuhannya yang kadang-kadang tidak disangka-sangka oleh manusia.
Ayat 68
Maka berkatalah Tuhan di ayat 68: “Dan sesungguhnya Tuhan engkau itu adalah Maha Kuasa dan Maha Penyayang." “Maha Perkasa" dan “Maha Pemurah". Artinya siapa yang melanggar garis yang ditentukan Tuhan, dia mesti ditelan oleh disiplin Keperkasaan Tuhan, akan tetapi barangsiapa yang insaf, lalu dia memilih jalan yang benar, jangan hendak mencoba mendabik dada menyangkat kepala merasa diri pun berkuasa, niscaya dia akan mendapat anugerah kerahiman dan kemurahan Tuhan.
Belah laut sebagai Mu'jizat Musa sudah jelas dalam al-Qur'an dan Kitab Suci Tuhan yang lain. Dan hal ini tidaklah mustahil dalam pertimbangan akal. Ada beberapa kemungkinan. Misalnya di waktu itu pasang sangat surut, sehingga lautan itu dapat dilalui, dan tidak beberapa saat kemudian pasang pun naik. Namun dia adalah alamat yang nyata dari kekuasaan Tuhan, bagi membantu seorang Nabi-Nya.