Ayat
Terjemahan Per Kata
أَمۡ
atau
يَقُولُونَ
mereka berkata
بِهِۦ
padanya
جِنَّةُۢۚ
penyakit gila
بَلۡ
bahkan
جَآءَهُم
dia datang mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَأَكۡثَرُهُمۡ
dan kebanyakan mereka
لِلۡحَقِّ
kepada kebenaran
كَٰرِهُونَ
mereka benci
أَمۡ
atau
يَقُولُونَ
mereka berkata
بِهِۦ
padanya
جِنَّةُۢۚ
penyakit gila
بَلۡ
bahkan
جَآءَهُم
dia datang mereka
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَأَكۡثَرُهُمۡ
dan kebanyakan mereka
لِلۡحَقِّ
kepada kebenaran
كَٰرِهُونَ
mereka benci
Terjemahan
Atau, mereka berkata, “Orang itu (Nabi Muhammad) gila.” Padahal, dia telah datang membawa kebenaran kepada mereka, tetapi kebanyakan mereka membenci kebenaran itu.
Tafsir
(Atau apakah patut mereka berkata, "Padanya ada penyakit gila") Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir atau menetapkan perkara yang hak, yaitu membenarkan Nabi dan membenarkan bahwa Rasul-rasul telah datang kepada umat-umat terdahulu, serta mereka mengetahui bahwa Rasul mereka adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, dan bahwasanya Rasul mereka itu tidak gila. (Sebenarnya) lafal Bal menunjukkan makna Intiqal (dia telah membawa kebenaran kepada mereka) yakni Al-Qur'an yang di dalamnya terkandung ajaran Tauhid dan hukum-hukum Islam (dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu).
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 68-75
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila. Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Qur'an) mereka, tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Atau kamu meminta upah kepada mereka? Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki yang paling baik. Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus-menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka.
Allah ﷻ ingkar terhadap sikap orang-orang musyrik karena mereka tidak mau memahami Al-Qur'an dan merenunginya, bahkan mereka menentangnya. Padahal Al-Qur'an itu diturunkan dengan bahasa mereka, tiada suatu kitab pun yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya lebih sempurna dan lebih mulia daripada Al-Qur'an. Terlebih lagi para pendahulu (nenek moyang) mereka yang telah mati di masa Jahiliah tidak pernah terjangkau oleh suatu kitab pun dan tidak pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan pun. Maka sudah sepantasnyalah mereka menerima nikmat yang dianugerahkan oleh Allah ini, yaitu dengan menerima Al-Qur'an dan mensyukurinya serta memahami dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya sepanjang siang dan malam hari.
Seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang cendekiawan dari kalangan mereka yang telah masuk Islam dan mengikuti Rasulullah ﷺ serta beliau merasa rela kepada mereka. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami). (Al Muminun: 68) Kalau begitu, demi Allah, mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang mereka dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ternyata mereka hanya mengambil hal-hal yang syubhat sehingga pada akhirnya mereka binasa.
Kemudian Allah berfirman mengingkari sikap orang-orang kafir dari kalangan Quraisy: Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (Al Muminun: 69) Yakni apakah mereka tidak mengenal Muhammad dan kejujuran, amanah dan kepribadiannya yang terbaca oleh mereka. Dengan kata lain, apakah mereka mampu mengingkari kenyataan tersebut dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Karena itulah Ja'far ibnu Abu Talib r.a. berkata kepada Raja Najasyi (raja negeri Habsyah), "Hai Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang telah kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya." Hal yang senada telah dikatakan pula oleh Al-Mugirah ibnu Syu'bah kepada wakil Kisra Persia saat dia menantang mereka untuk perang tanding.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sufyan Sakhr ibnu Harb kepada Raja Romawi Heraklius, saat kaisar Romawi menanyakan kepadanya dan kepada teman-temannya tentang sifat-sifat Nabi ﷺ, nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya. Padahal saat itu ia dan kawan-kawannya masih kafir dan belum masuk Islam, tetapi ia tidak mengatakan kecuali hanya kebenaran belaka; hal ini menunjukkan bahwa mereka mengakui beliau mempunyai sifat-sifat yang terpuji itu.
Firman Allah ﷻ: Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila. (Al Muminun: 70) Ayat ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad ﷺ bahwa ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri; atau ia berpenyakit gila yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya, padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah yang datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat menandinginya. Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka tidak akan mampu untuk selama-lamanya.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. (Al Muminun-70) Dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan, yang artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'. Dapat pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!" Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu perkara yang tidak aku sukai." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Sekalipun kamu tidak menyukainya." Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi ﷺ bersua dengan lelaki lainnya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu", maka temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi ﷺ bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan yang jelek dan banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu ketahui nasabnya.
Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang luas lagi mudah ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi ﷺ bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada di jalan yang lebih buruk daripada jalan itu seandainya kamu berada padanya. Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke jalan yang lebih mudah dari itu sekiranya kamu mau menurutiku." Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi ﷺ bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka lelaki itu menjadi sombong, kemudian Nabi ﷺ bersabda kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah seorangnya bila berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu; dan jika kamu beri dia amanat, maka dia menunaikannya kepadamu; apakah dia kamu sukai? Ataukah pelayan lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu; dan apabila kamu percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab, "Tidak.
Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara kepadaku, maka ia menepatinya; dan apabila aku beri dia amanat, maka ia menunaikannya kepadaku." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Demikian pula keadaan kalian di sisi Tuhan Kalian." Firman Allah ﷻ: Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. (Al Muminun: 71) Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haq ialah Allah ﷻ Dan makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka.
pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya (Al-Muminun: 71) Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda, seperti yang diceritakan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya menyitir kata-kata mereka: Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az-Zukhruf: 31) Kemudian dijawab oleh Allah ﷻ melalui firman selanjutnya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32) Dan firman Allah ﷻ: Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya. (Al-Isra: 100), hingga akhir ayat. Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (Kebajikan) kepada manusia. (An-Nisa: 53) Dalam hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang ketidakmampuan manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka.
Dan bahwa hanya Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan, perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka. (Al Muminun: 71) Yang dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an. tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Al Muminun: 71) Adapun firman Allah ﷻ: Atau kamu meminta upah kepada mereka? (Al Muminun: 72) Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan kharjan ialah upah.
Sedangkan menurut Qatadah yaitu imbalan. maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik. (Al Muminun: 72) Yakni kamu tidak meminta suatu upah pun dari mereka, tidak pula suatu imbalan pun atau sesuatu yang lain sebagai balasan dari dakwahmu kepada mereka yang menyeru mereka kepada petunjuk. Bahkan engkau-hanya mengharapkan imbalan dari Allah semata atas hal tersebut, yaitu pahala yang berlimpah dari-Nya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Katakanlah, "Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian.
Upahku hanyalah dari Allah. (Saba: 47) Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Shad: 86) Katakanlah, "Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. (Asy-Syura: 23) Dan firman Allah ﷻ: Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An-Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kalian. (Yasin: 20-21) Adapun firman Allah ﷻ: .
Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Muminun: 73-74) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ dalam mimpinya kedatangan dua malaikat. Salah seorangnya duduk di sebelah kedua kakinya, sedangkan yang lain duduk di dekat kepalanya.
Berkatalah malaikat yang ada di dekat kedua kakinya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Buatlah perumpamaan bagi orang ini dan umatnya." Maka ia menjawab, "Sesungguhnya perumpamaan orang ini dan umatnya sama dengan suatu kaum yang sedang melakukan perjalanan. Mereka sampai di sebuah padang pasir yang luas, sementara itu tiada bekal lagi yang tersisa pada mereka untuk menempuh padang pasir tersebut, tidak ada pula bekal untuk pulangnya.
Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang lelaki yang berpakaian hibarah. Lalu lelaki itu berkata, 'Bagaimanakah menurut kalian seandainya aku bawa kalian ke sebuah taman yang berumput subur penuh dengan tanam-tanaman dan telaga-telaga yang jernih airnya lagi menyegarkan, maukah kalian mengikutiku?' Mereka menjawab, 'Ya'." Ia melanjutkan kisahnya, bahwa lalu lelaki itu membawa mereka pergi menuju taman yang subur dan mempunyai mata air yang banyak lagi jernih.
Maka mereka makan dan minum darinya sehingga tubuh mereka menjadi segar dan gemuk. Kemudian lelaki itu berkata kepada mereka, "Bukankah aku telah menepati janjiku dan kalian telah berjanji kepadaku bahwa jika aku menuntun kalian ke sebuah taman yang subur lagi mempunyai banyak mata air, maka kalian akan mengikutiku?" Mereka menjawab, "Benar." Lelaki itu berkata, "Maka sesungguhnya di depan kalian terdapat banyak taman yang lebih subur daripada ini dan memiliki banyak telaga yang lebih berlimpah airnya daripada telaga ini, maka ikutilah aku." Ia melanjutkan kisahnya, "Maka segolongan dari umatnya mengatakan, 'Dia benar, demi Allah, kita harus mengikutinya.' Dan segolongan lainnya mengatakan, 'Kami rela dengan ini dan kami akan menetapinya'." .
: (1) Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Humaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Umar ibnu Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya aku memegang kendali kalian agar menjauh dari neraka, tetapi kalian mengalahkan aku; kalian menyerbu neraka sebagaimana laron dan kupu-kupu (menyerbu cahaya lampu), sehingga hampir saja aku melepaskan kendali kalian. Dan aku adalah pendahulu kalian berada di pinggir telaga-(ku), lalu kalian datang kepadaku secara berbarengan dan berpencar-pencar.
Aku mengenal kalian berikut dengan tanda-tanda dan nama-nama kalian, sebagaimana seseorang mengenali ternak unta sesat yang bergabung ke dalam kumpulan ternaknya. Akan tetapi, kalian tidak terkendali lagi ada yang pergi ke arah kanan dan ada yang pergi ke arah kiri. Maka aku memohon kepada Tuhan semesta alam untuk kalian, "Wahai Tuhanku, kaumku, wahai Tuhanku, (selamatkanlah) umatku!" Maka dikatakan, "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sesudahmu.
Sesungguhnya mereka sesudah kamu tiada berjalan mundur ke belakang tumit mereka. Sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian datang pada hari kiamat dengan membawa seekor kambing yang mengembik seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku). Maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku). Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa unta yang mengeluarkan suara lenguhannya seraya berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).
Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku). Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik, lalu ia berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku). Maka kukatakan.Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun 'di hadapan Allah (untuk menolongmu), sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku)." Dan sesungguhnya aku benar benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa dirigen air minum terbuat dari kulit seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).
Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku). Ali ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini tiada lain karena Hafs ibnu Humaid adalah seorang yang majhul (tidak dikenal), saya tidak mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi. Menurut saya, hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Asy'as ibni Ishaq dari dia (Hafs ibnu Humaid). Yahya ibnu Mu'in mengatakan sehubungan dengannya, bahwa dia adalah seorang saleh dan dinilai siqah oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Hibban.
Firman Allah ﷻ: Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Muminun: 74) Yakni benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari jalan yang lurus. Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq (si Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang darinya menuju ke jalur lain. Firman Allah ﷻ: Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al Muminun: 75) Allah ﷻ menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluan mereka.
Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23) Dan firman Allah ﷻ: Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan. (Al-An'am: 27-29) Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-lamanya."
68-70. Maka keberpalingan dan perlakukan para pendurhaka itu kepada ayat-ayat Kami sungguh keterlaluan. Tidakkah mereka menggunakan akalnya sehingga dapat menghayati firman Kami, ataukah me-reka mendustakan rasul dengan alasan telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu, yaitu risalah kenabian yang tidak dikenal oleh leluhur mereka' Jelas bukan itu alasannya! Risalah Nabi Muhamamd sama dengan risalah nabi-nabi terdahulu (Lihat juga: Surah al-Anbiy'/21: 25). Ataukah mereka ingkar dengan dalih bahwa mereka tidak mengenal Rasul mereka, yaitu Nabi Muhammad, karena itu mereka mengingkarinya' Ini pun bukanlah alasan yang dapat diterima karena mereka mengenal dengan baik Nabi Muhammad, bahkan mereka mengakui integritasnya dengan menggelarinya 'al-Amin'' Atau mereka menolak dakwah Nabi Muhamamd dengan berkata, 'Orang itu gila!'' Sungguh, tuduhan itu tidak masuk akal karena mereka tahu pasti Nabi Muhammad adalah orang yang paling lurus akalnya. Sebenarnya, pangkal penolakan adalah karena dia telah datang membawa kebenaran, yaitu Al-Qur'an, kepada mereka, tetapi kebanyakan mereka membenci kebenaran karena bertentangan dengan hawa nafsu dan syahwat mereka. 71. Ayat sebelumnya mengisyaratkan bahwa kaum kafir ingin hawa nafsu mereka dituruti. Dengan tegas Allah menolak keinginan itu, 'Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka yang penuh kebatilan dan mengabaikan kebenaran, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. Rusaklah keteraturan sistemnya karena kejahatan akan merajalela, penindasan orang yang kuat kepada yang lemah, dan sebagainya. Bahkan, sebenarnya Kami telah memberikan Al-Qur'an yang berisi peringatan, kebanggaan, dan kemuliaan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.
Penjelasan selanjutnya mengatakan bahwa mereka menganggap Muhammad ﷺ sebagai orang gila yang tidak menyadari semua ucapannya. Sebetulnya, mereka tahu benar bahwa Muhammad tidak gila, dan mengakui bahwa dia adalah seorang yang paling cerdas di antara mereka, seorang cendekiawan yang bijaksana. Mereka sendiri pernah mengangkatnya sebagai hakim yang memutuskan perkara di antara mereka, ketika berselisih tentang siapa yang akan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula setelah bangunan Kabah dirombak dan diperbaiki.
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Muhammad adalah pembawa kebenaran dari Tuhannya, bukan seperti yang mereka tuduhkan. Dia mengajak mereka supaya meninggalkan berbagai sembahan dan berhala serta kembali kepada agama tauhid yang murni, agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Dia adalah pembawa agama yang mempunyai syariat dan peraturan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Tetapi kebanyakan mereka benci kepada kebenaran yang dia serukan, karena hati mereka telah tertutup oleh syirik, dosa, dan kedurhakaan. Oleh sebab itu, mereka berpaling dari jalan yang benar, selalu menempuh jalan yang sesat, dan tak dapat lagi memahami kebenaran, bahkan mereka membencinya. Memang ada di antara mereka yang sadar dan insaf, mengakui dalam hatinya bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah agama yang benar dan baik, tetapi karena takut dicemooh kaumnya yang kafir mereka tidak mau beriman seperti halnya paman Nabi sendiri yaitu Abu Talib. Ia pernah mengatakan, "Kalau tidak karena takut akan dicerca oleh pemimpin-pemimpin kabilah kami, tentulah kami benar-benar telah menjadi pengikutnya dalam segala hal.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 70
“Bahkan Rasul itu telah datang kepada mereka dengan kebenaran, cuma lebih banyak di antara mereka yang tidak suka kepada kebenaran itu." (ayat 70).
Nyatalah sekarang dari ujung ayat itu bahwa soalnya sekarang bukanlah bahwa yang dibawa oleh Rasul itu ajaran yang tidak benar. Mereka dalam hati sanubarinya mengakui kebenaran itu, sebab jibiilah manusia, dasar fikiran yang sadar tidaklah dapat menolak kebenaran. Soalnya sekarang bukan lagi benar atau tidak benar seruan Nabi. Tetapi yang jadi soal ialah bahwa mereka tidak mau menerimanya, mereka tidak mau tunduk kepadanya. Karena kalau mereka tunduk kepadanya, niscaya mereka wajib melepaskan kebiasaan yang lama, mengubah samasekali kebiasaan hidup yang buruk, tetapi telah dirasa enaknya. Itu adalah berat!
Mereka rupanya hanya mau tunduk dan mengakui Muhammad sebagai Rasul, mereka hanya mau mencabut rasa bericinya kepada Nabi kalau soal-soal yang mengenai hawanafsu mereka itu jangan disinggung-singgung, bahkan dibiarkan saja. Biarkan mereka terus menyembah berhala, biarkan mereka terus memakan riba, biarkan mereka terus berbuat zina. Bahkan kalau sekiranya Muhammad suka menutup mulut, tidak lagi membongkar-bongkar kebiasaan mereka yang buruk itu, mereka akan hormat kepada Muhammad dan memberikan dia kedudukan yang layak. Karena dalam hati, sudah terasa bahwa Muhammad memang seorang yang layak dibenarkan. Oleh karena itu pernahlah mereka tawarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. pangkat yang tinggi, yaitu menjadi raja bagi mereka semua atau kalau Muhammad suka, mereka pun sudi memilihkan gadia-gadia Quraisy yang jelita buat menjadi kekasihnya, atau kalau dia ingin bemiaga, mereka pun suka memberi modal besar, asal pekerjaan mencela-cela adat kebiasaan lama ini, mencela penyembahan berhala itu, dihentikannya.
Tetapi Nabi Muhammad telah menjawab kepada pamannya Abu Thatib seketika beliau menjadi perantara menyampaikan tawaran itu dari orang Quraisy:
“Wahai Paman, walaupun akan diletakkan matahari sebelah kananku dan bulan sebelah kiriku, supaya aku berhenti daii seruanku ini, tidaklah dia akan aku hentikan, sebelum Tuhan Allah sendiri memberikan keputusan siapa di antara kami yang akan menang."
Alangkah jauhnya jalan fikiran mereka daripada cita yang ditegakkan Nabi. Mereka mengukur seorang Nabi dengan ukuran mereka sendiri. DIsangkanya Nabi akan sudi menerima diangkat menjadi raja, tetapi jadi raja yang mempertahankan penyembahan berhala. Mereka telah menjanjikan ganti uang kekayaan, dIsangkanya bahwa Nubuwwat dan Wahyu dapat diriilai dengan
Alangkah jauh perbedaan pangkalan tempat bertolak fikiran di antara Iman dengan Kufur.
Perbedaan yang sekali-kali tidak dapat dinamaikan.