Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada
ذَٰلِكَ
yang demikian
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
وَإِن
dan sesungguhnya
كُنَّا
Kami adalah
لَمُبۡتَلِينَ
sungguh menguji/menimpakan azab
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
pada
ذَٰلِكَ
yang demikian
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
وَإِن
dan sesungguhnya
كُنَّا
Kami adalah
لَمُبۡتَلِينَ
sungguh menguji/menimpakan azab
Terjemahan
Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah). Sesungguhnya Kami benar-benar menimpakan cobaan (kepada kaum Nuh itu).
Tafsir
(Sesungguhnya pada kejadian itu) kisah Nabi Nuh dan bahteranya serta dibinasakan-Nya orang-orang kafir (benar-benar terdapat beberapa tanda) yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah ﷻ (dan sesungguhnya) huruf In di sini adalah bentuk Takhfif daripada Inna, sedangkan isimnya adalah Dhamir Sya'an, bentuk asalnya adalah Innahu yakni sesungguhnya hal itu (Kamilah yang mencoba mereka) menguji kaum Nuh dengan mengutus Nuh kepada mereka supaya Nuh memberi nasihat dan pelajaran kepada mereka.
Tafsir Surat Al-Mu'minun: 26-30
Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. Lalu Kami wahyukan kepadanya, "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis) dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim. Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat. Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu). Allah ﷻ menceritakan tentang Nabi Nuh a.s., bahwa dia berdoa kepada Tuhannya untuk meminta tolong kepada-Nya terhadap kaumnya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya: Maka dia mengadu kepada Tuhannya, bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan.
Oleh sebab itu, menangkanlah (aku). (Al-Qamar: 10) Dan dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. (Al Muminun: 26) Maka pada saat itu juga Allah memerintahkan kepada Nuh untuk membuat perahu besar dengan pembuatan yang kuat dan kokoh atas bimbingan Allah, dan hendaknyalah Nuh memuatkan ke dalam bahteranya itu sepasang dari tiap-tiap jenis, baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya yang berpasangan. Hendaknya pula Nuh membawa keluarganya (yang beriman) ke dalam bahteranya itu.
kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka (Al Muminun: 27) Yakni orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Allah akan binasa. Mereka adalah dari kalangan keluarga Nuh yang tidak beriman kepadanya, seperti anak dan istrinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah ﷻ: Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (Al Muminun: 27) Yaitu di saat kamu menyaksikan turunnya hujan yang lebat, janganlah sekali-kali kamu merasa kasihan terhadap kaummu, jangan pula kamu merasa sayang kepada mereka, lalu kamu mengharapkan agar azab itu ditangguhkan dari mereka barangkali saja mereka beriman.
Karena sesungguhnya Aku telah menetapkan bahwa mereka adalah orang-orang yang ditenggelamkan disebabkan kezaliman dan kekafiran mereka. Kisah mengenai hal ini secara panjang lebar telah dikemukakan dalam tafsir surat Hud. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini. Firman Allah ﷻ: Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim. (Al Muminun: 28) Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
dan menjadikan untuk kalian kapal dan binatang ternak yang kalian tunggangi. Supaya kalian duduk di atas punggungnya, kemudian kalian ingat nikmat Tuhan kalian apabila kalian telah duduk di atasnya; dan supaya kalian mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (Az-Zukhruf: 12-14) Nabi Nuh a.s.
melaksanakan perintah ini, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya: Dan Nuh berkata, "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya " (Hud: 41) Adapun firman Allah ﷻ: Dan berdoalah, "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.(Al Muminun: 29) Dan firman Allah ﷻ: Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah). (Al Muminun: 30) Artinya, sesungguhnya pada kejadian itu yakni diselamatkan-Nya kaum mukmin dan dibinasakan-Nya orang-orang kafir benar-benar terdapat tanda-tanda dan bukti-bukti yang jelas yang menunjukkan kebenaran para nabi tentang apa yang mereka sampaikan dari Allah ﷻ Yang Maha Berbuat terhadap segala sesuatu yang dikehendaki-Nya lagi Maha Mengetahui segala sesuatu.
Firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu). (Al Muminun: 30) Yakni benar-benar mencoba hamba-hamba-Nya dengan mengutus para rasul kepada mereka."
Sungguh, pada kisah Nabi Nuh itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya; dan sesungguhnya Kami benar-benar menguji hamba-hamba Kami dengan menimpakan siksaan kepada yang ingkar, di antaranya kaum Nabi Nuh yang mendustakan risalahnya. 31-32. Azab atas orang-orang yang membangkang terhadap dakwah Nabi Nuh bukanlah suatu kebetulan, melainkan ketetapan dari Allah. Allah berfirman, 'Kemudian setelah mereka binasa, Kami ciptakan umat yang lain, yaitu kaum 'Ad. Lalu Kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yaitu Nabi Hud. Dia menyeru kaumnya, 'Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya, yakni menjauhkan diri dari siksa-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya'''.
Sesungguhnya dalam peristiwa topan besar yang membinasakan kaum Nuh yang mendustakan Rasul-Nya, dengan mengingkari keesaan Allah dan menyembah berhala-berhala, terdapat pelajaran bagi kaum Quraisy yang mendustakan kerasulan Muhammad saw, bahwa peristiwa yang menimpa kaum Nuh itu dapat pula menimpa kaum Quraisy yang berani mendustakan Rasulullah dan memusuhinya. Pada kejadian itu benar-benar terdapat beberapa azab yang sangat besar kepada kaum Nuh itu, supaya orang-orang yang datang kemudian mengambil pelajaran daripadanya, sesuai dengan firman Allah:
Dan sungguh, kapal itu telah Kami jadikan sebagai tanda (pelajaran). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (al-Qamar/54: 15).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 23
“Dan Sesungguhnya telah Kami utus Nuh kepada kaumnya. Maka dia pun berkata: Hai kaumku, berbaktiiah kamu semuanya kepada Allah. Sebab tidak ada bagimu Tuhan yang lain, selain Dia." (pangkal ayat 23).
Perhatikanlah dengan seksama urutan datangnya Wahyu. Mula-mula diceritakan dari hal air, kebun buah-buahan, tanam-tanaman, binatang temak. Kehidupan dan kesuburan, semuanya bergantung sangat kepada turunnya hujan. Binatang temak sebagai kuda dan unta dapat dijadikan kendaraan pengangkut manusia, sama juga halnya dengan kapal yang belayar pula mengangkut manusia di lautan. Maka setelah terbayang dalam fikiran keadaan laut dan kapal, barulah diceritakan perjuangan Nabi Muhammad. Dan memang, perjuangan Nabi Nuh kelaknya akan menerangkan lagi tentang air hujan dan menerangkan lagi tentang kapal.
Maka pokok pertama dari ajaran yang beliau bawa kepada kaumnya ialah memberi ingat bahwa Tuhan yang lain tidak ada, yang Tuhan hanyalah Allah. Hujan tidak turun, makanan tidak terjamin, binatang temak tak berkembang biak dan angkutan yang menghubungkan di antara dserah dengan dserah tidak akan lancar, kalau bukan kurnia dari Tuhan Allah Yang Esa. Manusia haruslah menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menginsafi itu. Kalau dia telah sadar akan keesaan Ilahi, fikirannya tidak pecah lagi di dalam menghadapi tugas hidup. Pengakuan akan Kesatuan Tuhan, niscaya menimbulkan kesatuan bakti, yaitu kesatuan ibadat. Karena memang tidak sesuatu pun yang patut disembah dan dibakti, kecuali Tuhan Allah.
“Apakah kamu tidak juga mau takwa?" (ujung ayat 23). Apakah kamu tidak sadar, bahwasanya keadaan bIsa berubah-ubah, dalam sekejap mata? Tidakkah kamu tidak sadar bahwasanya nikmat yang telah diberikan Tuhan hari ini dapat dicabutnya kembali besok? Adakah sesuatu dalam dunia ini yang tetap? “Takwa" artinya memelihara dan menyadari, kadang-kadang timbul takut, sehingga kerapkali dengan bergegas saja orang mengartikan takwa dengan takut, padahal dia lebih meliputi daripada semata-mata “takut".
Kalau takwa bertali dengan “wiqayah", yaitu memelihara hubungan baik dengan Tuhan. Karena apabila telah ada hubungan yang baik dengan Tuhan, apa pun yang akan datang menimpa diri, namun kita tidak akan merasa cemas lagi.
itu, tidaklah segera dapat sambutan yang baik. Penyeru kebenaran di dalam dynia ini tidaklah mudah mencapai maksudnya. Sebab kebenaran itu tidaklah selalu mania. Kadang-kadang betapa pun besar seruan yang dibawa, ditawar orang terlebih dahulu, siapa yang mengatakan, siapa yang membawa dan bagaimana kedudukannya (posisiNya) dalam masyarakat. Oleh sebab itu datanglah terusan ayat:
Ayat 24
“Maka berkatalah satu golongan yang kafir dari kaumnya: Orang ini hanyalah manusia serupa kamu juga, yang ingin hendak melebihkan dirinya di atas kamu. Kalau betul-betul Allah yang menghendaki, tentu malaikatlah yang dlturunkanNya. Tidaklah pernah kita mendengar ucapan-ucapan semacam ini sejak nenek-moyang kita yang dahulu(ayat 24).
Coba perhatikan ayat ini: Mereka tidak membicarakan isi seruan. Mereka tidak mengaji apa yang diaerukan oleh Nabi Nuh, kebenaran atau kesalahan-, nya. Yang mereka kaji hanyalah bahwa seorang yang bernama Nuh hendak melebihi mereka, hendak mengatasi mereka, “hendak mencari nama". Padahal mereka adalah orang-orang bangsawan, kedudukan yang menentukan di dalam negeri. Sekarang datang saja seorang yang belum mempunyai “sejarah", membawa-bawa pula soal Ketuhanan. Bukanlah isi seruannya yang salah, tetapi orang yang membawa seruan, itulah yang kurang pantas. Kalau benar seman ini memang atas kehendak Allah, alangkah baik dan tepatnya kalau yang diutus itu Malaikat dari langit, supaya kami bIsa segan dan hormat kepadanya. Adapun kalau utusan itu masih manusia juga, walaupun dari mana datangnya, tidak seorang juga yang dapat kami segani, sebab kedudukan (posisi) mereka dalam masyarakat tidak ada yang melebihi kami. Dan lagi sejak nenek-moyang kami dulu-dulu, belum ada orang yang berani membuka-buka soal yang seperti ini. Ini adalah satu kelancangan. Siapakah orangnya Nuh itu, yang begitu berani melintasi orang tua-tua dan orang-orang yang berkedudukan tinggi di kalangan masyarakat?
Ayat 25
“Dia itu, tidak lain hanyalah seorang yang ditimpa gila. Maka tunggulah hingga datang waktunya.(ayat 25).
Begitulah mereka menilai Nabi Nuh. Dia membawa suara baru, kata mereka yang begitu besar dan pongah, dan tidak diukunya terlebih dahulu dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang berani mengeluarkan kata-kata begini, kalau orang tahu akan dirinya. Orang yang tidak tahu dirilah yang bermulut lancang. Dan kelancangan adalah alamat gila. Lebih baik kita tunggu perkembangan selanjutnya.
Ayat ini memberi kita pelajaran yang mendalam tentang dasar-dasar ilmu masyarakat. Suatu masyarakat yang telah membeku dengan susunannya yang lama dan bobrok akan dipertahankan dengan keras dan berici menerima perubahan.
Ayat 26
“Berkata dia: Tuhan, tolong kiranya akan daku, karena mereka telah mendustakan daku." (ayat 26).
Dia sendiri sebagai manusia, tidaklah mempunyai daya apa-apa. Dia pun insaf betapa besar yang dihartapinya. Kekuatannya sebagai manusia tidaklah ada. Dia tidak mempunyai daya sendiri. Tunjukkanlah kepadanya kelanjutan langkah yang harus ditempuh. Kalau petunjuk itu datang, sebagai seorang Utusan Ilahi, sebagai seorang yang beriman, sekali-kali dia tidak akan mengelak., Ketentuan Tuhan pun datanglah.