Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
مَن
siapa
فَعَلَ
melakukan
هَٰذَا
ini
بِـَٔالِهَتِنَآ
dengan/terhadap tuhan-tuhan kita
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَمِنَ
sungguh termasuk
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
قَالُواْ
mereka berkata
مَن
siapa
فَعَلَ
melakukan
هَٰذَا
ini
بِـَٔالِهَتِنَآ
dengan/terhadap tuhan-tuhan kita
إِنَّهُۥ
sesungguhnya dia
لَمِنَ
sungguh termasuk
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
Terjemahan
Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.”
Tafsir
(Mereka berkata) setelah kembali dan melihat apa yang telah diperbuat terhadap berhala-berhala mereka, ("Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim") di dalam perbuatannya ini.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 57-63
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.
Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak agar mereka menyaksikan. Mereka bertanya, "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara. Kemudian Ibrahim a.s. bersumpah yang sumpahnya dapat didengar oleh sebagian kaumnya bahwa sesungguhnya dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala mereka, yakni dia benar-benar akan menyakiti hati mereka dengan memecahkan berhala-berhala mereka sesudah mereka pergi menuju ke tempat perayaan mereka.
Menurut kisahnya, mereka (kaum Nabi Ibrahim) mempunyai hari pasaran tertentu yang mereka rayakan di suatu tempat. As-Saddi mengatakan bahwa ketika hari raya itu sudah dekat masanya, ayah Ibrahim berkata, "Hai anakku, seandainya kamu keluar bersama kami menuju ke tempat perayaan kami, niscaya kamu akan kagum kepada agama kami." Maka Ibrahim keluar (berangkat) bersama mereka. Ketika di tengah jalan, Ibrahim menjatuhkan dirinya ke tanah dan berkata, "Sesungguhnya aku sakit." Ketika kaumnya melaluinya, sedangkan dia dalam keadaan tergeletak, mereka bertanya, "Mengapa kamu?" Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya saya sakit." Setelah sebagian besar dari kaumnya telah berlalu dan yang tertinggal hanyalah orang-orang yang lemah dari kalangan mereka, Ibrahim berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian. (Al-Anbiya: 57) Maka ucapannya itu didengar oleh mereka.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ahwas dari Abdullah yang telah mengatakan, bahwa ketika kaum Nabi Ibrahim ke luar menuju ke tempat perayaan mereka, mereka melalui Ibrahim, lalu berkata kepadanya, "Hai Ibrahim, tidakkah engkau keluar bersama kami?" Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya aku sedang sakit." Dan adalah sebelumnya, yakni kematian. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. (Al-Anbiya: 57) Maka ucapannya itu didengar oleh sebagian orang dari kalangan kaumnya.
Firman Allah ﷻ: Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong. (Al-Anbiya: 58) Yakni hancur berkeping-keping dipecahkan oleh Nabi Ibrahim, kecuali berhala yang paling besar. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulinya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (Ash-Shaffat: 93) Adapun firman Allah ﷻ: agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Al-Anbiya: 58) Menurut suatu kisah, Ibrahim a.s. meletakkan kapak di tangan berhala yang terbesar, untuk memberikan gambaran kepada mereka bahwa berhala yang terbesarlah yang memecahkan berhala-berhala lainnya.
Karena mereka tidak mau menyembahnya, maka ia memecahkan semua berhala kecil yang membangkang kepadanya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 59) Yakni setelah mereka kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim terhadap berhala-berhala mereka, sebagai suatu penghinaan dan ejekan yang menunjukkan bahwa berhala-berhala itu bukanlah tuhan dan para penyembahnya hanyalah orang-orang yang kurang waras akalnya.
Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 59) Maksudnya, orang yang berbuat ini adalah orang yang zalim. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (Al-Anbiya: 60) Orang yang melaporkan demikian adalah seseorang yang mendengar Ibrahim mengucapkan sumpahnya, bahwa dia akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala mereka.
Ia melaporkan kepada kaumnya: Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (Al-Anbiya: 60) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa tidak sekali kali Allah mengutus seorang nabi melainkan masih berusia muda, dan tidaklah seseorang dianugerahi ilmu melainkan selagi ia masih berusia muda.
Lalu Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim. (Al-Anbiya: 60) Allah ﷻ berfirman, menceritakan ucapan mereka: Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak. (Al-Anbiya: 61) Yakni di mata orang banyak, yang saat itu semua orang hadir. Ternyata apa yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim mencapai sasarannya dengan tepat. Dalam pertemuan yang besar ini Ibrahim a.s. bermaksud menjelaskan kepada mereka akan kebodohan dan kekurangan akal mereka karena menyembah berhala-berhala tersebut yang tidak dapat menolak suatu mudarat pun dari dirinya, tidak pula dapat membela dirinya.
Maka mengapa berhala-berhala itu dimintai sesuatu dari hal tersebut? Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63) Yakni berhala yang dibiarkannya dan tidak dipecahkannya itu. maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara. (Al-Anbiya: 63) Sesungguhnya Ibrahim a.s. melontarkan jawaban ini tiada lain agar mereka menyadari bahwa berhala itu tidak dapat bicara karena berhala itu berupa patung yang terbuat dari benda mati (lalu mengapa mereka menyembahnya).
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu Hissan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: [] Sesungguhnya Ibrahim as. tidak berdusta selain dalam tiga hal. Dua di antaranya terhadap Zat Allah, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya" (Al-Anbiya: 63). Dan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya aku sakit" (Ash-Shaffat: 89). Dan ketika Ibrahim sedang berjalan di suatu negeri yang berada di bawah kekuasaan seorang raja yang angkara murka, saat itu ia membawa Sarah istrinyalalu ia turun istirahat di suatu tempat.
Maka ada seseorang melaporkan kepada raja yang angkara murka itu, bahwa sesungguhnya telah singgah di negerimu ini seorang lelaki dengan membawa seorang wanita yang sangat cantik. Maka si raja lalim itu mengirimkan utusannya memanggil Ibrahim, kemudian Ibrahim datang menghadap, dan si raja lalim bertanya, "Siapakah wanita yang kamu bawa itu? Ibrahim Menjawab, "Saudara perempuanku. Si raja berkata, "Pergilah kamu dan bawalah dia menghadap kepadaku.
Maka Ibrahim pergi menuju ke tempat Sarah, lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya si raja lalim ini telah bertanya kepadaku tentang kamu, saya jawab bahwa engkau adalah saudara perempuanku, maka janganlah kamu mendustakan aku di hadapannya. Karena sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku menurut Kitabullah. Dan sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang muslim pun selain aku dan kamu.
Ibrahim membawa Sarah pergi, lalu Ibrahim melakukan salat. Setelah Sarah masuk ke dalam istana raja dan si raja melihatnya. Maka si raja menubruknya dengan maksud akan memeluknya, tetapi si raja mendadak menjadi sangat kaku sekujur tubuhnya. Lalu ia berkata, "Doakanlah kepada Allah untuk kesembuhanku, maka aku tidak akan mengganggumu. Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja.
Akhirnya si raja sembuh, tetapi si raja kembali menubruknya dengan maksud memeluknya. Tiba-tiba ia mendadak mengalami peristiwa yang pertama tadi, bahkan kali ini lebih parah. Raja melakukan hal itu sebanyak tiga kali; setiap kali ia melakukannya, ia ditimpa musibah itu seperti kejadian yang pertama dan yang kedua. Akhirnya si raja berkata, "Doakanlah kepada Allah, maka aku tidak akan mengganggumu lagi.
Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja, dan si raja sembuh seketika itu juga. Sesudah itu si raja memanggil penjaga (pengawal)nya yang terdekat dan berkata, "Sesungguhnya yang kamu datangkan kepadaku bukanlah manusia melainkan setan. Keluarkanlah dia dan berikanlah Hajar kepadanya. Maka Sarah dikeluarkan (dibebaskan) dan diberi hadiah seorang budak wanita bernama Hajar, lalu pulang (ke tempat suaminya). Setelah Ibrahim merasakan kedatangan istrinya, ia berhenti dari salatnya, lalu bertanya, "Bagaimanakah beritanya? Sarah menjawab, "Allah telah melindungiku dari tipu daya si kafir yang durhaka itu dan memberiku seorang pelayan bernama Hajar. Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa Abu Hurairah apabila usai menceritakan kisah ini mengatakan, "Itulah cerita ibu kalian, hai orang-orang nomaden.""
Melihat patung-patung mereka hancur berkeping-keping, maka mereka pun berkata dengan mengajukan pertanyaan, 'Siapakah yang berani melakukan penghancuran terhadap tuhan-tuhan kami ini' Sungguh, dia termasuk orang yang zalim, karena telah menghancurkan simbol kesucian agama. '60. Tindakan Ibrahim menghancurkan patung-patung itu dilihat dan didengar oleh mereka. Oleh karena itu, di antara mereka ada yang berkata, 'Kami mendengar dari beberapa sumber yang meyakinkan, ada seorang pemuda nekat yang mencela dan menghancurkan berhala-berhala ini, namanya Ibrahim. '.
Ayat ini menjelaskan bahwa apa yang diharapkan oleh Ibrahim, benar-benar terjadi. Setelah mendengar berita bahwa patung-patung mereka telah rusak, mereka datang kembali ke tempat itu dan bertanya kepada Ibrahim, siapakah yang telah melakukan perbuatan jahat ini terhadap tuhan-tuhan mereka? Sungguh dia benar-benar termasuk orang yang zalim."
Dari ucapan ini dapat kita pahami bahwa sampai saat itu mereka masih belum menerima sepenuhnya apa yang disampaikan Ibrahim kepada mereka, dan mereka masih menyembah dan mengagungkan berhala-berhala itu, dan masih menyebutnya sebagai tuhan-tuhan mereka. Hal ini menimbulkan kemarahan terhadap orang yang membinasakannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ibrahim Menghancurkan Berhala
Ayat 57
“Dan demi Allah."
Nabi Ibrahim telah mulai perkataannya dengan sumpah. Tandanya beliau berkata bersungguh-sungguh, bukan bermain-main. "Akan aku lakukan suatu tipudaya terhadap berhala-berhala kamu itu, sesudah kamu berpaling."
Artinya, kalau kamu telah berpaling, atau telah meninggalkan rumah tempat kamu mengumpulkan berhala itu, saya akan melakukan perbuatan yang berupa tipudaya terhadapnya. Tetapi apa macamnya tipudaya yang akan dilakukannya itu tidaklah diberitahukannya.
Ayat 58
“Lalu dia jadikan mereka berkeping-keping."
Artinya, pada suatu ketika kaumnya penyembah berhala-berhala sedang tidak berkumpul menyembahnya di sana, karena sedang menghadapi urusan masing-masing atau sedang berada di rumah, Ibrahim masuk ke tempat pemujaan itu membawa alat untuk menghancurkan berhala-berhala itu; mungkin semacam kapak. Dicincangnya satu demi satu sehingga berkeping-keping. "Kecuali berhala mereka yang besar." Hanya satu saja, yaitu berhala yang paling besar yang tidak diapa-apakannya.
“Supaya mereka kembali kepadanya."
Artinya, kalau semua berhala dicincang dan dikeping-keping dan satu saja yang tinggal, yaitu yang paling besar tentulah sesudah keliling melihat yang hancur mereka akan kembali kepada yang tinggal satu itu. Ada tersebut di dalam riwayat yang disampatkan oleh as-Suddi dan Mujahid. bahwa berhala yang besar itu tidak dirusakkan oleh Ibrahim, tetapi kapak yang digunakannya buat menghancurkan berhala-berhala yang kecil-kecil itu digantungkannya dt leher berhala besar yang tidak dirusakkannya itu.
Ayat 59
“Mereka bertanya: “Siapakah yang berbuat begini terhadap tuhan-tuhan kita',"
Artinya, setelah mereka melihat berhala-berhala yang mereka pertuhan itu telah jadi puing, timbullah pertanyaan siapa agaknya yang berbuat pekerjaan kepi ini: “Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang zalim."
Sangatlah murka mereka rupanya kepada orang yang mencincang itu, sehingga telah dijelaskan bahwa pembuat kejahatan ini sangat zalim, tidak bertimbang rasa. Masakan tuhan-tuhan yang dipuja, dipuji dan disembah lalu dicincang dikeping-keping
Ayat 60
“Mereka menjawab:"
Yang menjawab pertanyaan ini ialah orang-orang yang berada di dekat tempat kejadian itu: “Kami mendengar seorang anak muda yang menyebut-nyebut mereka, kata orang namanya Ibrahim."
Orang itu seorang anak muda yang banyak menyebut-nyebut tentang berhala, mencela dan mencaci orang-orang yang memujanya. Dikatakannya bahwa menyembah berhala adalah suatu perbuatan yang bodoh. Dan pernah juga anak muda itu mengatakan bahwa dia bermaksud hendak membuat suatu tipudaya tentang berhala-berhala ini. Kata orang nama anak muda itu ialah Ibrahim!
Ayat 61
“Mereka berkata:"
Yang berkata di sini ialah pihak yang berkuasa datam negeri, yaitu Raja Namrudz, dan orang besar-besanya. “Maka bawalah dia di hadapan mati orang banyak." Artinya carilah pemuda itu sampai dapat dan bawa kemari. Membawanya hendaklah disaksikan oleh orang banyak. Sebab kesalahan ini amat besar, sangat menyinggung kepada perasaan orang banyak. "Supaya mereka saksikan."
Dari kedua ayat ini, ayat 60 dan 61 kita mendapat beberapa pelajaran. Pertama ialah tentang keadaan Nabi Ibrahim waktu menghancurkan berhala itu. Dia masih terhitung anak muda! Yang berani mengerjakan pekerjaan nekat begitu memang hanya anak muda.
Kita melihat di dalam al-Qur'an beberapa kali cerita tentang pekerjaan penting dikerjakan oleh anak muda. Yang menyembunyikan diri ke dalam alKahfi ialah beberapa orang anak muda karena keyakinan terhadap Allah yang berpegang kepada Tauhid amat berlawan dengan kepercayaan kaumnya yang mempersekutukan yang lain dengan Allah. Di dalam Surat 18 al-Kahfi, pemuda-pemuda itu dua kali mendapat pujian. Pertama di ayat 10, kedua di ayat 13. Di ayat 10 dikatakan:
“Seketika melindungkan diri beberapa pemuda ke dalam Kahfr, lalu mereka berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat langsung dari Engkau, dan sediakan kiranya bagi kami dan hal-ihwal kami ini kecerdikan,"
“Sesungguhnya mereka itu adalah beberapa orang anak yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahi untuk mereka petunjuk."
Demikian pentingnya darah muda. Sehingga Ibnu Abbas pernah berkata: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan anak muda. Dan seorang yang alim tidak pula diberi Allah ilmu melainkan di waktu muda." Lalu beliau baca ayat 60 Surat al-Anbiya' ini sebagai alasan.
Inilah yang menimbulkan ilham pada segolongan ahli tashawuf untuk mengadakan gerakan “futtuwwah". Nabi Musa pun membawa anak muda bernama Yusya' menjadi temannya pergi mencari Nabi Khidhir, (al-Kahfi ayat 60), yang disebut fata-hu ( … ) ialah karena dididik akan jadi pengganti beliau nanti.
Di zaman sekarang, dinamai Kader, Pelajaran yang kita ambil dan ayat 61 ialah bahwa di zaman purbakala, zaman raja-raja memerintah betum dibatasi dengan berbagai undang-undang itu, rasa keadilan pun telah dijaga. Meskipun tuduhan telah berat kepada Ibrahim karena ada orang-orang yang menyaksikan dia ada menyebut-nyebut berhala itu, ketika diauruh memanggil atau menangkap dia, raja memerintahkan agar dilakukan pemeriksaan di muka orang banyak. Supaya pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan jika patut dihukum, supaya hukum pun diketahui orang banyak. Dan Ibrahim pun tidak merasa gentar melakukan itu, karena percaya bahwa dia akan diperiksa dengan seksama.
Berkata Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat ini: “Memang Inilah yang dikehendaki Ibrahim a.s., yaitu supaya mereka di hadapan pertemuan besar itu, bagaimana banyaknya kebodohan mereka dan sedikitnya akal mereka, karena menyembah berhala yang tidak dapat menangkis mudharat, dan tidak dapat menolong apa-apa."
Dan di dalam ayat kita dapat pula mengambil kesimpulan bahwa pada zaman itu orang pun telah mulai mempunyai hukum yang teratur, tidak segera menjatuhkan hukum semena-mena sebelum mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan.
Nabi Ibrahim dicari sampai dapat, lalu dihadapkan ke hadapan penguasa dan mulailah ditanya:
Ayat 62
“Mereka berkata: “Apakah benar engkau yang berbuat begini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"
Berbuat begini, sampai berkeping-keping hancur? Padahal semuanya adalah tuhan-tuhan dan dewa-dewa yang kami puja dan kami besarkan?
Ayat 63
“Dia menjawab: “Bahkan yang telah berbuat begini ialah yang terbesar di antara mereka ini,"
Inilah penjawaban yang telah dia sediakan sejak semula, Itu sebabnya maka yang paling besar tidak dia rusakkan dan kapak perusak itu digantungkannya pada ieher berhala besar itu.
Dengan jawaban seperti ini Ibrahim hendak mengambil perhatian mereka bahwa berhala yang paling besar marah, mengapa di samping dia mereka itu membuat lagi berhala-berhala kecil dan menyembah pula ke sana. Selanjutnya Ibrahim berkata: “Maka tanyakanlah kepada mereka itu, jika mereka pandai bercakap-cakap."
Inilah suatu tantangan yang benar-benar membuat pihak kaumnya pasti terdesak. Jika mereka mengatakan bahwa berhala yang mereka sembah itu memang tuhan, tentu menurut akal yang sihal berhala itu pandai bercakap, baik yang telah hancur berkeping-keping, atau berhala yang terlebih besar yang tidak turut dihancurkan oleh Ibrahim itu.
Mendengar jawaban Ibrahim yang demikian, mulailah dengan serta-merta tergerak fikiran mereka yang ash, yang belum kacau, karena kebiasaan pusaka nenek-moyang:
Ayat 64
“Maka kembalilah mereka kepada diri mereka masing-masing."
Artinya, mulailah timbut fikiran dalam diri mereka masing-masing, bahwa itu tidak mungkin. Jika ditanyai berhala-berhala itu sudah terang tidak ada satu juga yang akan menjawab, sebab semua hanya benda yang tidak bernyawa. "Lalu mereka pun berkata: Sesungguhnya kamulah orang-orang yang zalim."
Inilah, kelanjutan dari kata-kata mereka setelah mereka kembali kepada diri mereka masing-masing. Tegasnya bahwa mereka semua, yaitu orang-orang yang berkuasa telah sampai kepada fikiran yang benar, bahwa tidak mungkin berhala-berhala dapat menjawab jika ditanyai siapa yang mencincang mereka, dan tidak mungkin pula berhala yang paling besar mengakui dialah yang menghancurkan kawan-kawannya yang kecil-kecil itu dengan kapak yang dIsandangnya. Akhinya pun sampailah mereka kepada keinsafan bahwa perbuatan mereka bertuhan kepada berhala itu adalah perbuatan orang yang zalim. Perbuatan orang yang berjalan di tempat gelap, tidak diterangi oleh akal sihal. Mereka mengaku, masing-masing menyatahkan kawan. "Kamulah orang-orang yang zalim."
Tetapi meskipun semua sudah mengerti bahwa perbuatan mereka menyembah berhala itu adalah perbuatan zalim, gelap dan bodoh, namun Ibrahim juga yang salah! Sebab yang berkuasa ialah mereka.
Ayat 65
“Kemudian itu ditundukkanlah kepada mereka."
Artinya, . sebagaimana ditafsirkan oleh al-Qurthubi, mereka kembali lagi kepada kebodohan dan keras kepala mereka sehingga tidak mereka sadari, kepala mereka dibuat Tuhan jadi tunduk.
Qatadah menafsirkan bahwa kaum itu telah mulai faham kesaiahan kepercayaan mereka, tetapi mereka masih hendak menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Oleh sebab itu meskipun hendak memperlihatkan kuasa, namun muka dengan tidak dIsadari tertunduk juga.
Arti yang terkandung di dalam ayat yang pendek ini dapat kita rasakan di mana saja tentang sikap suatu pemerintahan yang telah salah. tetapi tidak mau mengaku salah. Latu mereka hendak menimpakan kesalahan kepada orang yang menegur kesaiahan mereka. Begitulah dilakukan penguasa-penguasa itu kepada Ibrahim dengan perkataan mereka: “Sesungguhnya engkau sendiri sudah tahu bahwa tidaklah berhala-berhala itu dapat bercakap-cakap."
Dengan cara yang demikian, mereka tetap memberatkan kesalahan kepada Ibrahim. Tidak masuk akal berhala yang besar yang mencincang berhala-berhala yang kecil. tni bukan perbuatan berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ini adalah pasti perbuatan manusia. Berhala itu biau, tidak bergerak, usahkan mencincang! Dan manusia yang mencincang itu ialah engkau sendiri Ibrahim!