Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱتَّخَذُواْ
dan mereka mengambil/menyembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
ءَالِهَةٗ
tuhan-tuhan/sesembahan
لِّيَكُونُواْ
supaya sesembahan itu adalah
لَهُمۡ
bagi mereka
عِزّٗا
kemuliaan/pelindung
وَٱتَّخَذُواْ
dan mereka mengambil/menyembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
ءَالِهَةٗ
tuhan-tuhan/sesembahan
لِّيَكُونُواْ
supaya sesembahan itu adalah
لَهُمۡ
bagi mereka
عِزّٗا
kemuliaan/pelindung
Terjemahan
Mereka telah menjadikan selain Allah sebagai tuhan-tuhan agar menjadi pembela mereka.
Tafsir
(Dan mereka telah mengambil) orang-orang kafir Mekah (selain dari Allah) yakni berhala-berhala (sebagai tuhan-tuhan) yang mereka sembah (agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka) maksudnya memberikan syafaat kepada mereka di hadapan Allah supaya mereka jangan diazab oleh-Nya.
Tafsir Surat Maryam: 81-84
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirimkan setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mengasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. Allah ﷻ menceritakan perihal orang-orang kafir yang musyrik terhadap Tuhan mereka, bahwa mereka menjadikan sembahan-sembahan selain dari Allah sebagai tuhan-tuhan mereka.
Yang dengan tuhan-tuhan itu mereka membanggakan dirinya dan meminta pertolongan kepadanya. Kemudian Allah ﷻ menceritakan bahwa duduk perkaranya tidaklah seperti apa yang mereka duga, bahkan apa yang mereka harapkan itu tidak ada sama sekali dan kosong belaka. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni kelak di hari kiamat akan terjadi pengingkaran itu. dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang didugakan oleh mereka terhadap sembahan-sembahannya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 5-6) Abu Nuhaik membaca ayat ini dengan bacaan berikut: artinya: Masing-masing dari sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya. (Maryam: 82) Yakni berhala-berhala sembahan mereka akan mengingkari penyembahan mereka. Firman Allah ﷻ: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Yaitu bersikap berbeda dengan apa yang diharap-harapkan oleh mereka dari sembahan-sembahannya. Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa makna diddan ialah a'wanan, yakni menjadi teman-teman mereka. Mujahid mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi lawan mereka yang mendebat dan mendustakan pemujaan-pemujaan mereka terhadapnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa yang dimaksud dengan diddan ialah teman-teman, Qatadah mengatakan bahwa sembahan-sembahan itu akan menjadi teman-teman mereka di dalam neraka; sebagian dari mereka melaknat dan mengingkari sebagian yang lainnya. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak di hari kiamat akan menjadi musuh-musuh mereka yang sangat sengit.
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 82) Bahwa sembahan-sembahan itu kelak akan menjadi musuh mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa ad-diddu artinya malapetaka. Ikrimah mengatakan bahwa ad-diddu artinya penyesalan. Firman Allah ﷻ: Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk mengasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh? (Maryam: 83) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu menyesatkan mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setan-setan itu mengobarkan semangat mereka untuk memusuhi Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Mujahid mengatakan, setan-setan itu mengasung mereka dengan sungguh-sungguh. Menurut Qatadah, setan-setan itu dengan sungguh-sungguh memberikan semangat kepada mereka untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan durhaka terhadap Allah ﷻ Sedangkan Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa setan-setan itu membujuk mereka dengan godaan yang menggiurkan dan mengobarkan semangat mereka. Dan menurut As-Saddi, setan-setan itu menyesatkan mereka dengan sebenar-benarnya.
Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya: Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan); maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Az-Zukhruf: 36) Adapun firman Allah ﷻ: maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Maksudnya, janganlah kamu terburu-buru hai Muhammadmeminta kepada Allah agar azab-Nya segera ditimpakan kepada mereka.
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni sesungguhnya Kami sengaja menangguhkan mereka hanya sampai waktu yang tertentu lagi dipastikan, dan mereka pasti akan mendapat azab Allah dan pembalasan-Nya. Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat yang lain: Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. (Ibrahim: 42), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ: Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17) Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178) Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Serta firman Allah ﷻ: Katakanlah, "'Bersenang-senanglah kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian ialah neraka. (Ibrahim: 30) As-Saddi mengatakan, sesungguhnya Allah menangguhkan mereka dengan perhitungan yang teliti, yakni hanya beberapa tahun, beberapa bulan, beberapa hari, dan beberapa saat.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti. (Maryam: 84) Yakni Kami beri tangguh mereka selama mereka hidup di dunia saja."
Orang kafir akan dibangkitkan dalam keadaan hina dan sendiri. Mereka kecewa pada sesembahannya. Dan mereka telah memilih tuhantuhan selain Allah sebagai sesembahan. Mereka berharap agar tuhantuhan itu menjadi pelindung dan penolong bagi mereka kelak di akhirat dari azab Allah. 82. Apa yang orang kafir yakini sama sekali tidak benar! Harapan mereka akan sia-sia. Kelak berhala sesembahan mereka itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan sesembahan itu akan menjadi musuh bagi mereka dan justru memohon agar orang kafir itu disiksa karena perilakunya.
Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa maksud dan tujuan dari orang-orang musyrik menyembah berhala dan sembahan-sembahan lainnya, ialah agar berhala-berhala dan sembahansembahan itu dapat menolong mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Mereka mempersembahkan berbagai macam barang dan uang kepada berhala-berhala itu dengan harapan agar berhala-berhala itu dapat mengabulkan permintaan mereka, diberi restu dan diberkahi dalam kehidupan, usaha dan pekerjaan, dan agar mereka tetap berbahagia mulia dan terhormat. Di kalangan mereka seakan-akan berhala itulah yang paling berkuasa, berhak melimpahkan rahmat dan nikmat, berhak menimpakan siksa dan kesengsaraan. Di akhirat nanti (menurut paham mereka) berhala-berhala itu akan dapat memintakan syafaat bagi mereka dan akan menolong mereka bila mereka menghadapi kesulitan atau mengalami penderitaan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SUATU KESALAHAN BERPIKIR
Ayat 81
“Dan mereka ambil laun dari Allah beberapa Tuhan."
Dalam ayat dikatakan mereka ambil, artinya datang dari kehendak mereka sendiri, karena berpikir yang kacau. Betapa tidak? Bukankah mereka sendiri pun mengakui sejak semula bahwa yang sebenar Tuhan itu hanya Allah saja, tiada yang lain. Mengapa mereka ambil lagi beberapa tuhan? Apakah mereka merasa tidak cukup kekuasaan itu mutlak pada Allah saja? “Supaya mereka semuanya yaitu tuhan-tuhan yang banyak itu.
“Menjadi pelindung mereka."
Tempat mereka minta tolong, tempat mereka minta bantu. Padahal diri mereka sendiri, yang mengambil atau “membuat" tuhan-tuhan yang lain itu jauh lebih kuat dari tuhan-tuhan yang mereka ambil itu.
Apakah alam-alam lain, benda-benda lain, atau manusia-manusia lain yang mereka pertuhan itu suka akan yang demikian? Ayat selanjutnya menegaskan,
Ayat 82
“Kattaa! Sekati-kati tidak!"
Artinya sekali-kali tidaklah betul perbuatan mereka itu."Bahkan tuhan-tuhan itu akan menolak peribadahan mereka."
Artinya tidaklah mereka suka diri mereka di pertuhan.
“Dan mereka semuanya akan menantang perbuatan mereka."
Orang-orang atau barang-barang yang mereka pertuhan itu akan menolak dan akan menantang. Karena mereka insaf semuanya bahwa mereka adalah makhluk yang dijadikan Tuhan belaka, sama keadaannya dengan orang-orang yang mempertuhan mereka itu. Niscaya takutlah mereka akan diberikan pertanggunganjawab tentang perbuatan orang-orang yang mempersekutukan mereka dengan Allah itu.
Ayat 83
“Tidakkah engkau lihat, sesungguhnya Kami telah mengirim setan-setan kepada orang-orang yang kafir itu, untuk mengganggu mereka dengan berbagai gangguan."
Di dalam ayat ini Nabi kita ﷺ disuruh Allah memerhatikan dengan seksama, cobalah lihat, akan nyata kelak bahwa setan-setan telah memengaruhi orang-orang yang mem-persekutukan yang lain dengan Allah itu. Memang sejak semula manusia datang ke dunia ini, setan telah didatangkan bersama-sama. Setan akan memperdayakan manusia mana yang lemah imannya yang tidak teguh pendiriannya. Pengaruh setan-setan itu akan kelihatan nyata sekali dalam cara mereka memperhambakan diri kepada setan, atau menyembah kepada yang lain. Macam-macam saja peraturan yang mereka perbuat, yang satu berbeda dengan yang lain. Serupa juga dengan apa yang kita lihat sekarang dengan adanya berbagai gerakan yang menyeleweng dari Islam, lalu mendakwakan diri mereka percaya kepada Allah dan membuat peribadahan sendiri-sendiri.
Sebagai gerakan kaum kebatinan di Indonesia; satu dukun satu pula peribadah-annya. Satu kiyahi, satu pula pemujaannya, sehingga Kantor Penyelidik Kepercayaan-kepercayaan yang berbagai macam itu mencatat tidak kurang dari dua ratus macam kepercayaan, baru di Tanah Jawa saja. Ada yang bermenung pagi-pagi buta menantang cahaya matahari yang baru terbit. Ada yang duduk bersila mengiringkan matahari terbenam. Ada yang bangun tengah malam lalu bersemadi, atau seorang murid dimandikan oleh gurunya. Sebentar-bentar sang dukun atau sang guru mengatakan bahwa dia telah mendengar suara atau telah mendapat mimpi, atau telah, mendapat wahyu cakraningrat, dan sebagai-nya."Tidakkah engkau lihat!" Demikian bunyi pangkal ayat. Karena memang, di belakang kebenaran yang hanya satu adalah jalan dhalal (sesat) yang bersimpang-siur.
Ayat 84
“Maka janganlah engkau hendak tergesa menghadapi mereka."
Peringatan Allah kepada Nabi kita ﷺ. Jangan engkau gelisah! Jangan engkau me-rasakan dalam hatimu, mengapa tidak dihancurkan Allah saja kemungkaran ini sekarang juga. Az-Zamakhsyari memberinya tafsir dalam al-Kasysyaf nya demikian, “Janganlah engkau mau bergegas atau tergesa-gesa segera juga hendaknya engkau dan orang-orang Islam yang mengikut engkau terlepas dan kejahatan mereka dan bersih bumi ini, terkikis habis sisa-sisa mereka. Karena tidak ada di antara engkau dan di antara yang engkau inginkan itu kecuali hanya menunggu hari, atau beberapa napas yang dapat dihitung.
“Sesungguhnya lain tidak, Kami telah memperhitungkan untuk mereka dengan sebenar-benar perhitungan."
Artinya, bahwasanya perhitungan itu sudah ada di tangan Allah. Kalau dua sudah dua kali, pastilah jumlahnya empat. Itu adalah pasti. Tidak akan ada jalan lain lagi. Segala yang mereka lakukan itu tidak lepas daripada perhitungan. Mereka tidak menghitung, namun Allah menghitung. Kalau Nabi dan orang yang beriman merasa seakan-akan ke-putusan itu lama baru datang, dan mereka hendak bergegas terburu-buru saja, karena mereka tidak memerhatikan perhitungan itu.
Meskipun ayat ini mengenai orang yang kafir, namun orang yang beriman bila membaca ayat-ayat yang berisi melarang tergesa-gesa ini, mereka tafakkur juga. Ibnu Abbas sendiri setelah sampai kepada ayat 84 ini, yang mengatakan bahwa langkah manusia tidak lepas daripada perhitungan Allah, menangislah beliau dengan tidak disadari. Orang bertanya mengapa beliau menangis. Beliau menjawab, “Akhir perhitungan ialah keluarnya napasmu yang terakhir dari tubuhmu. Akhir perhitungan ialah berpisahnya engkau dengan keluargamu. Akhir perhitungan ialah engkau dimasukkan ke dalam liang lahat kuburmu."
Ketika ahli pengajar raja-raja yang terkenal, Ibnus Sammak membacakan ayat ini di hadapan Khalifah al-Ma'mun, termenung baginda. Di akhir menungnya baginda berkata: “Kalau napas yang turun naik itu selalu dihitung, sedang tambahan atau bantuan yang baru tidak ada, akhirnya tentu habis."
LEGA DADA ORANG YANG TAKWA
Ayat 85
“(Yaitu) pada hari akan Kami kumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Pengasih, sebagai sekumpulan penutusan."
Ujung ayat ialah “Wafdan" yang kita artikan perutusan. Dalam bahasa kaum diplomat disebut delegasi.
Apabila terjadi perayaan-perayaan besar hari pelantikan raja-raja, atau Tuanku naik naubat, maka datanglah utusan-utusan yang diundang dengan berbagai kebesaran untuk menghadiri hari yang bersejarah itu. Kerajaan sahabat mengirimkan delegasi atau wafd, atau perutusan dengan segala kebesarannya, memakai kendaraan-kendaraan yang layak bagi utusan suatu negara, melengkapi dan menghiasi dada mereka dengan bintang-bintang kehormatan.
Di zaman hidup Nabi kita ﷺ sendiri, setelah bangsa-bangsa Arab di sekeliling jazirah Arabia itu mengakui Kedaulatan Islam di bawah pimpinan Nabi ﷺ, maka berdatanganlah utusan-utusan (Wufud) dari seluruh Jazirah itu. Bahkan datang juga Perutusan dari Najran, Pusat kegiatan agama Nasrani di sebelah selatan Tanah Arab. Pendeta-pendeta dan orang besar-besar yang datang itu lengkap dengan pakaian-pakaian kebesarannya, sehingga pendeta-pendeta pun memakai pakaian kependetaan. Demikian lapang dada Nabi ﷺ, setelah beliau lihat mereka itu terlalu kaku dengan pakaian resmi itu hendak berunding dengan beliau, beliau suruh tanggalkan saja pakaian-pakaian yang berat itu, agar lebih leluasa.
Inilah keterangan yang terlebih dahulu harus dijelaskan tentang arti wafdan atau perutusan atau delegasi. Sudah menjadi tradisi sejak zaman purbakala bahwa wafdan itu adalah utusan mulia, utusan istimewa.
Maka tersebutlah di dalam ayat 85 ini bahwasanya orang-orang yang bertakwa akan datang kepada Allah Yang Maha Pengasih, sebagai sekumpulan perutusan.
Ibnu Katsir menafsirkan bahwasanya wali-wali-Nya, orang-orang yang terdekat kepada-Nya, yaitu orang-orang yang muttaqin, yang takut bercampur harap dia akan Tuhannya di dunia ini, yang mengikut segala ajaran yang dibawakan oleh rasul-rasul, diterimanya lagi diakuinya, ditaatinya apa yang mereka perintahkan, dihentikannya apa yang mereka larang; mereka itu akan berkumpul menghadap Allah dalam keadaan sebagai perutusan. Ibnu Katsir menjelaskan lagi dalam tafsirnya, Bahwa utusan-utusan itu akan datang dengan memakai kendaraan. Mereka mengendarai kendaraan-kendaraan yang terdiri dari cahaya. Kedatangan mereka adalah dalam keadaan sebaik-baik perutusan di negeri yang penuh karamah (kemuliaan) dan ridha dari Allah.
SEBALIKNYA BAGI YANG DURHAKA
Ayat 86
“Dan akan Kami halaukan orang-orang yang durhaka ke dalam nenaka jahannam dalam keadaan dahaga."
Dengan ayat ini diterangkan kebalikan dari apa yang dilakukan atas hamba Allah yang bertakwa. Yaitu terhadap hamba Allah yang durhaka. Mereka bukan disambutsebagaimana menyambut kedatangan utusan yang mulia, melainkan dihalaukan laksana menghalau binatang ternak, ke dalam neraka Jahannam, yaitu tempat yang mereka pilih sendiri tatkala mereka masih hidup di dunia ini. Tak ada yang menolong, tak ada yang memberikan perlindungan dan syafaat.
Ayat 87
“Mereka tidak mempunyai (hak) syafa'at., kecuali orang-orang yang telah mengadakan di sisi Allah Pengasih, suatu penjanjian."
Susunan ayat yang tiga berturut-turut ini sudah jelas. Yaitu hamba Allah yang muttaqin akan datang menghadap Allah laksana kedatangan utusan raja-raja layaknya, dengan serba kebesaran, berkendaraan angkatan. Sedang orang yang hidupnya dalam durhaka dan durjana akan dihalau ke neraka Jahannam dengan serba kehinaan. Tidak ada yang akan menolong, tidak akan ada yang memberikan syafaat, kecuali kalau di kala hidupnya telah dibuatnya janji dengan Allah.
Ayat ini memberikan ketegasan jalan yang lapang bagi tiap orang akan bertobat dari kesalahan. Berikanlah didikan kepada anak sejak dia masih kecil, agar dia ingat janjinya dengan Allah. Umur 7 tahun ajarlah dan didiklah dia shalat. Ajar mengaji, lancarkan lidahnya membaca ayat-ayat Allah. Malahan seketika dia mulai lahir ke dunia, ucapkanlah kalimat adzan (bang) pada telinganya. Karena memang ada sebuah hadits, baik yang dirawikan oleh Abu Dawud atau yang dirawi-kan oleh an-Nasa'i, anjuran Nabi menyambut kelahiran putra dengan adzan pada telinganya. Karena di dalam ucapan adzan itu telah terdapat janji itu.
Ibnu Abbas berkata, “janji itu ialah Laa llaha Illallah" tidak ada Tuhan melainkan Allah.
Dan menurut riwayat daripada Muqatil dan lbnu Abbas pula: “Tidaklah akan diberi syafaat kecuali orang yang mengucapkan Asyhadu Alia llaha Illallah! Dan berlepas diri dari segala daya upaya dan kekuatan, kecuali dengan Allah dan tidak mengharap dari siapa-siapa, kecuali dari Allah."
Menurut sebuah riwayat pula daripada lbnu Mas'ud, ketika beliau menafsirkan ayat, dia berkata: “Pernah aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
“Apakah tidak sanggup seseorang kamu mengambil janji tiap pagi dan tiap petang hari dengan Allah?" Lalu ada yang bertanya: “Ya Rasul Aliah, janji apakah agaknya itu?" Beliau jawab: “Hendaklah baca tiap pagi dan petang: “Ya Allah Penapta sekalian langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui akan yang gaib dan yang mata. Sesungguhmu aku berjanji kepada Engkau pada waktu hidup di dunia ini, bahwasanya aku naik saksi bahwa tidak ada Tuhan, melainkan Engkau, Engkau sendiri saja, tidak ada sekutu bagi Engkau, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Engkau dan Utusan Engkau; maka janganlah dipercayakan aku ini kepada diriku sendiri. Karena jika Engkau biarkan saja diriku terserah kepada diriku sendiri, akan bertambah jauhlah aku dari kebaikan dan bertambah dekatlah aku dari kejahatan. Sedang aku tidaklah berpegang teguh melainkan kepada Rahmat'Mu saja. Maka jadikanlah untukku sesuatu janji di sisi Engkau yang akan Engkau penuhi untukku di han Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidaklah pernah menyalahi janji." Kata Nabi selanjutnya: “Apabila ini dibacanya, akan dicapkan Allahdah untuknya janji itu dan diletakkannya di bawah. Arsy. Dan apabila Kiamat nanti datang, akan menyerulah Penyeru: “siapa dia yang telah ada janjinya di sisi Allah?" Orang itu pun berdiri lalu masuklah dia ke dalam surga." (HR Tirmidzi dan lain-lain)
Maka karena janji itu telah diikat sejak semula dan kedua ibu bapak pun mendidik anak-anaknya, bahkan sejak dia lahir ke dunia agar mengikatkan diri dengan janji itu, meskipun dalam pergolakan hidup kadang-kadang terseleweng juga kepada yang buruk, namun syafa'at akan tetap didapat juga di akhirat, karena diri telah dibentuk dengan itu sejak lagi kecil.
Maka kita dapatilah dalam ayat-ayat ini tiga macam penyelenggaraan yang akan diterima kelak di akhirat itu.
Ada orang yang kedatangannya akan diterima sebagai layaknya kedatangan Utusan dari negara yang jauh, karena hidupnya bertakwa. Dan ada lagi yang akan diterima dengan serba kehinaan, akan dihalaukan ke dalam neraka Jahannam, karena hidupnya yang durjana. Dan ada lagi macam yang ketiga, yaitu meskipun tidak diterima sebagai kedatangan utusan, namun baginya ada juga keringanan sebab belum pernah selama hidupnya di dunia dia melupakan hubungannya janjinya dengan Allah, meskipun terlanjur berdosa.
Amer bin Qais al-Mulia'i berkata, “Seorang yang beriman apabila keluar dari dalam kuburnya akan diterima oleh amalannya sendiri dalam rupa yang paling bagus dan suara yang paling merdu. Lalu amalnya itu bertanya kepadanya, “Apakah engkau kenal siapa aku?" Dia men-jawab, “Tidak kenal! Cuma hatiku senang melihat indah wajahmu dan merdu suaramu." Lalu si amal itu menjawab, “Begitulah aku ini selama di dunia dahulu. Aku ini adalah amalanmu yang saleh seketika engkau berada di dunia. Oleh karena selama di dunia dahulu seakan-akan engkau aku perkuda ke mana pergi, sekarang engkau perkuda pulalah aku, tungganglah aku! Karena pada hari inilah akan dikumpulkan orang-orang yang bertakwa menghadap Allah Maha Pengasih sebagai perutusan." Dan adapun orang yang kafir akan diterimalah dia oleh amalannya dalam rupa yang sangat jelek dan bau yang sangat busuk. Lalu dia pun bertanya, “Kenalkah engkau siapa aku?" Dia menjawab, “Aku tak kenal! Cuma aku lihat wajahmu sangat jelek, baumu sangat busuk." Si amal menjawab, “Demikian pulalah aku di dunia dahulu. Aku ini adalah amalanmu yang jahat. Ketika di dunia dahulu engkau perkuda aku ke mana pergi. Sekarang engkau akan aku tunggangi pula."
Banyaklah riwayat hadits-hadits yang di-rawikan tentang sambutan terhadap orang-orang yang bertakwa itu pada hari Kiamat. Ada hadits yang shahih atau hasan dan ada juga yang kurang kuat, namun sambutan sebagai menyambut utusan itu banyaklah bertemu di dalam kitab-kitab tafsir. Sebagai suatu riwayat dari lbnu Abbas juga, bahwa mereka akan disambut dengan kendaraan apa yang mereka sukai seketika hidup di dunia. Suka berkuda diterima dengan kuda, suka berunta diterima dengan unta. Suka berkapal akan diterima dengan kapal. Tetapi pelananya kuda atau unta itu bersalutkan emas, bertatahkan permata ratna mutu manikam.
Yang durhaka dihalau dan digiring kendaraan dalam keadaan haus dan dahaga.
Kita berdoa kepada Allah, moga-moga kita diberi selamat dunia dan akhirat Amin.