Ayat
Terjemahan Per Kata
وَأَتَيۡنَٰكَ
dan kami datang kepadamu
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kami
لَصَٰدِقُونَ
sungguh orang-orang yang benar
وَأَتَيۡنَٰكَ
dan kami datang kepadamu
بِٱلۡحَقِّ
dengan kebenaran
وَإِنَّا
dan sesungguhnya kami
لَصَٰدِقُونَ
sungguh orang-orang yang benar
Terjemahan
Kami datang kepadamu membawa kebenaran. Sesungguhnya kami orang-orang yang benar.
Tafsir
("Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang yang benar.") di dalam pengakuan kami ini.
Tafsir Surat Al-Hijr: 61-64
Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Lut, beserta pengikut-pengikutnya, ia berkata, "Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang tidak dikenal. Para utusan menjawab, "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu dengan membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar. Allah ﷻ menceritakan perihal Nabi Lut ketika kedatangan para malaikat yang berupa para pemuda yang berwajah tampan-tampan, lalu mereka masuk ke tempat Lut.
Maka Nabi Lut berkata: "Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang tidak dikenal. Para utusan menjawab, "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. (Al-Hijr: 62-63) Mereka bermaksud bahwa mereka akan menimpakan azab kepada kaumnya, membinasakan dan menghancurkannya, karena sebelumnya kaum Lut selalu mendustakan dan meragukan akan terjadinya azab ini atas mereka; juga membinasakan kampung halaman mereka. Dan Kami datang kepadamu dengan membawa kebenaran. (Al-Hijr: 64) Ayat ini semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab). (Al-Hijr: 8) Adapun firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang yang benar. (Al-Hijr: 64) Maksudnya, benar dalam pemberitaan yang mereka sampaikan kepadanya, yaitu bahwa mereka akan menyelamatkan dia (Lut) dan membinasakan kaumnya.
Ungkapan ayat ini mengukuhkan makna ayat sebelumnya."
Dan jangalah engkau ragukan maksud kedatangan kami. Kami datang kepadamu dengan membawa kebenaran yang membuktikan kebenaran yang engkau sampaikan kepada mereka dan kesalahan mereka
menolak ajakanmu untuk beriman kepada Allah. Dan sungguh, Kami
adalah orang yang benar dalam ucapan dan perbuatan kami. Pernyataan para malaikat itu mampu menenangkan hati Nabi Lut
sehingga tidak lagi meragukan maksud kedatangan mereka. Dalam
keadaan demikian, mereka berpesan, Maka tinggalkanlah kaummu
yang kafir, wahai Nabi Lut, dan pergilah kamu pada akhir malam, yakni
menjelang Subuh, beserta keluargamu, dan ikuti serta awasi-lah mereka
dengan sungguh-sungguh dari belakang, dan jangan ada di antara kamu
yang menoleh ke belakang agar perjalanan kamu lancar. Dan teruskanlah
perjalanan hingga kamu semua sampai ke tempat yang diperintahkan kepadamu. (Lihat: Surah Hud/11: 81).
Para malaikat menerangkan maksud kedatangan mereka kepada Lut a.s. Mereka datang untuk menyampaikan kabar buruk yaitu azab yang akan ditimpakan kepada kaumnya yang telah mengingkari dan men-dustakannya.
Dalam ayat ini disebutkan jawaban para malaikat, "Sesungguhnya kami datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan." Bahkan dengan perkataan, "Kami datang untuk mengazab mereka." Maksud jawaban para malaikat dengan perkataan yang demikian itu ialah untuk menyatakan kebenaran ancaman yang biasa disampaikan Lut kepada kaumnya selama ini. Nabi Lut a.s. selalu memperingatkan kaumnya agar mengikuti dan memeluk agama yang telah disampaikannya serta mengakui kerasulannya. Jika mereka tetap ingkar, mereka akan ditimpa azab Allah. Seruan dan pernyataan Lut ini mereka sambut dengan ejekan. Mereka tidak mempercayai keesaan dan kekuasaan Allah yang dapat mengazab orang-orang yang ingkar. Bahkan mereka menantang Lut agar segera menurunkan azab yang dijanjikan itu.
Kemudian para malaikat menegaskan kepada Lut bahwa maksud kedatangan mereka ialah untuk melaksanakan tugas yang telah dibebankan Allah ﷻ kepada mereka untuk menyampaikan azab kepada kaumnya. Tugas ini pasti terlaksana dan segala yang mereka ucapkan itu adalah benar, karena mereka sendiri adalah para malaikat yang tidak pernah menyalahi perintah Allah.
Setelah itu, para malaikat memberikan perintah kepada Lut a.s. tentang cara-cara yang harus dilaksanakannya beserta pengikut-pengikutnya untuk menghindarkan diri dari azab Allah yang akan datang. Lut beserta keluarga dan kaumnya yang telah beriman diperintahkan untuk segera meninggalkan negeri itu pada akhir malam. Lut a.s. diminta berjalan di belakang pengikut-pengikutnya, agar dia dapat mengatur dan mempertahankan diri dari serangan kaumnya yang mengejar dari belakang. Ini juga bertujuan agar Lut a.s. dapat mendorong para pengikutnya berjalan secepatnya, karena azab yang akan ditimpakan hampir datang, dan ia dapat memperhatikan kaumnya yang tidak mau meneruskan perjalanan. Selanjutnya para malaikat memerintahkan agar tidak seorang pun dari pengikut Lut yang menoleh ke belakang pada waktu mendengar halilintar yang menghancurkan. Dengan demikian, mereka tidak dapat melihat peristiwa yang mengerikan yang dapat merusak dan menggoncangkan jiwa mereka, sehingga mereka selamat dan iman mereka bertambah kuat sampai ke tempat yang aman yang sedang dituju itu.
Pada ayat ini, disebutkan agar Lut berangkat beserta keluarga dan kaumnya yang setia. Kemudian para malaikat menguatkan perintah dan larangannya dengan mengatakan, "Teruskanlah perjalananmu ke tempat yang telah diperintahkan kepadamu." Menurut suatu riwayat yang dimaksud dengan tempat yang diperintahkan dalam ayat ini ialah negeri Syam (Syria).
Pada Surah Hud, kisah Lut dikisahkan menurut urutan peristiwa yang pernah terjadi, sedang pada surah ini dikisahkan secara melompat-lompat, tidak menurut urutan kejadian yang sebenarnya. Perbedaan cara dalam mengutarakan kisah ini adalah karena tujuan Allah menyampaikan kisah ini pada kedua surah tersebut juga berbeda. Jika dihubungkan dengan ayat-ayat sebelumnya, maka tujuan mengutarakan kisah Lut dalam Surah Hud ialah untuk menguatkan hati Nabi Muhammad ﷺ beserta sahabat-sahabatnya, dalam menyampaikan agama Allah dan menyatakan keesaan dan kekuasaan Allah ﷻ yang wajib disembah. Rasul-rasul yang diutus Allah sejak dahulu selalu mendapat tantangan dan ancaman dari kaumnya, tetapi mereka tetap tabah dan sabar melaksanakan tugas yang dibebankan Allah kepada mereka. Sedang tujuan kisah Lut dengan kaumnya pada Surah Al-hijr ini adalah untuk menjelaskan kepada orang-orang yang beriman akan rahmat dan nikmat Allah yang telah mereka terima. Juga nikmat yang telah diterima oleh orang-orang yang beriman dahulu kala kepada rasul-rasul yang diutus Allah kepada mereka. Di antaranya adalah nikmat yang telah dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. berupa putra-putra yang selalu diidam-idamkannya, dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada Nabi Lut beserta pengikutnya. Juga untuk menerangkan azab Allah yang telah ditimpakan kepada orang-orang kafir dan ingkar kepada dakwah rasul yang diutus kepada mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
UMAT NABI LUTH A.S.
Setelah hilang rasa takut Nabi Ibrahim dan ditambah lagi dengan gembira menerima berita bahwa dia akan diberi putra lagi, barulah Nabi Ibrahim bertanya kepada malaikat-malaikat utusan Allah itu kalau-ka-lau ada lagi kewajiban mereka yang lain yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Ayat 57
“Dia bertanya, “Apakah urusan kamu, wahai utusan-utusan?"
Ayat 58
“Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami ini diutus kepada suatu kaum yang berdosa."
Yaitu kaum penduduk negeri Sodom yang berdosa dan sangat cabul, yaitu orang laki-laki berzina dengan orang laki-laki, yang kemudian disebut berliwath (homoseks). Maka semua kaum yang berdosa itu menurut keterangan mereka kepada Nabi Ibrahim, akan dibinasakan.
Ayat 59
“Kecuali keluanga Luth. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka sekalian
Mulai ayat ini adalah lanjutan wahyu dari Allah langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ. Tegasnya malaikat-malaikat utusan itu telah menjawab secara pendek tentang kewajiban mereka yang lain kepada Nabi Ibrahim, yaitu hendak membinasakan kaum yang berdosa itu. Kemudian Allah menerangkan kepada rasul-Nya bahwa yang tidak turut dibinasakan ialah Luth saja dengan keluarganya, sebab keluarga-keluarga Luth itu tidak ada yang turut dalam dosa yang amat nista itu. Dan sebagaimana juga pada Nabi Nuh niscaya segala orang yang beriman kepadanya turut diselamatkan, sebab mereka juga sudah dihitung keluarga. Tetapi sebagaimana tersebut di dalam surah adz-Dzaariyaat ayat 36 bahwa pengikut itu tidak banyak, hanya sebuah saja rumah orang Muslimin.
Ayat 60
“Kecuali istrinya, sudah Kami tentukan; sesungguhnya dia dari golongan orang-orang yang ketinggalan."
Oleh karena Al-Qur'an benar-benar wahyu, tidak bercampur kata lain, walaupun dari pikiran Nabi Muhammad ﷺ sendiri, maka kerapkali bertemu di dalam Al-Qur'an bahwa istri Nabi Luth itu termasuk orangyang tinggal, yang tidak turut diselamatkan. Melainkan tinggal bersama kena adzab dengan kaum itu. Tetapi tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an yang membuka rahasia perempuan itu, apa sebab maka dia — padahal istri seorang rasul — yang menyebutkan kesalahannya secara jelas; Apakah dia berzina? Apakah dia turut pula dalam perbuatan keji itu? Hanya disebut saja di akhir surah at-Tahriim ayat 10 bahwa dia mengkhianati suaminya. Apa kekhianatan itu pun tidak disebut maka nyatalah bahwa hukum seberat itu yang ditimpakan kepada diri istri Nabi Luth itu niscaya sepadan dengan dosanya.
Ayat 61
“Maka tatkala utusan-utusan itu telah datang kepada kaum Luth."
Ayat 62
“Dia berkata,—yaitu Nabi Luth—Sesungguhnya kamu ini adalah suatu kaum yang tidak dikenal."
Rupanya tidaklah pula Nabi Luth kenal kepada mereka, seperti Nabi Ibrahim tadi pula. Dan teguran Nabi Luth tentang orang-orang baru, yang masuk ke dalam negerinya, padahal mereka tidak dikenal, dan mereka tampaknya masih muda-muda pula adalah berarti sebagai hendak memberi peringatan kepada mereka tentang kekejian perangai kaumnya terhadap sesama laki-laki. Padahal mereka tetamunya.
Ayat 63
"Mereka berkata, “Bahkan kami ini datang membawa apa yang mereka ragukan padanya."
Sudah berkali-kali Nabi Luth memberi ingat kepada mereka supaya perangai yang amat hina itu dihentikan, dan kalau tidak mau menghentikannya, maka adzab Allah pasti datang, namun mereka tidak mau percaya, bahkan mereka hinakan Nabi Luth. Sekarang te-tamu-tetamu itu telah langsung menyatakan maksud kedatangan mereka kepada Nabi Luth, yaitu apa yang mereka ragukan kebenarannya selama ini. Membawa adzab Allah atas mereka. Dan mereka sambung lagi penegasan mereka kepada Nabi Luth.
Ayat 64
“Dan kami datang kepada engkau dengan kebenaran, dan sesungguhnya kami ini adalah orang-orang yang benar."
Artinya, bahwa kaum itu akan dijatuhi adzab adalah hal yang sebenarnya pasti terjadi, sebab sudah diputuskan oleh Allah. Dan mereka adalah malaikat-malaikat yang benar dan taat kepada Allah, yang dititahkan Ilahi melaksanakan keputusan Allah itu.
Setelah itu mereka sampaikanlah kepada Nabi Luth apa tindakan yang perlu diambilnya apabila keputusan Allah terhadap kaum itu telah hendak dijalankan.
Ayat 65
“Lantaran itu benjolanlah engkau dengan keluargamu malam hari."
Maksudnya supaya jangan ketahuan dan jangan diganggu oleh kaum itu."Dan iring-kanlah di belakang mereka." Yaitu supaya Nabi Luth jangan berjalan terlebih dahulu, melainkan mengiring di belakang supaya tidak ada di antara mereka yang ketinggalan seorang jua pun."Dan jangan berpaling seorang pun dari kamu." Mereka dilarang keras berpaling melihat ke belakang, supaya jangan kelihatan oleh mereka betapa ngerinya siksa dan adzab yang dijatuhkan kepada kaum itu.
“Dan pergilah ke mana kamu diperintah."
Itulah tindakan yang perlu diambil oleh mereka nanti tengah malam, dan Nabi Luth pun telah menyampaikan perintah-perintah itu kepada para keluarganya yang akan ikut pindah bersama beliau ke tempat yang diperintahkan itu.
Dan Allah berfirman seterusnya kepada rasul Allah,
Ayat 66
“Dan Kami selesaikanlah soal itu kepadanya, bahwa akar-akar mereka itu akan diputuskan di waktu pagi."
Malaikat-malaikat itu dengan perintah Allah telah menyelesaikan pemberian perintah berangkat malam kepada Nabi Luth, dan menjelaskan pula bahwasanya pada waktu pagi besok akan dibongkarlah urat akar kaum yang durhaka itu dari muka bumi.
Itulah rahasia yang telah disampaikan oleh malaikat-malaikat itu sesampainya di rumah Nabi Luth, Kemudian mereka pun telah duduk dengan tenangnya. Maka berita ada beberapa laki-laki muda menjadi tetamu Nabi Luth, tersiarlah segera dalam kalangan kaum itu.
Ayat 67
“Dan datanglah penduduk negeri itu dengan riang gembira."
Berduyun-duyun, berkerumun-kerumun ke rumah Nabi Luth hendak melihat wajah orang-orang laki-laki baru, lagi muda-muda itu. Demikian runtuh budi mereka.
Ayat 68
“Dia berkata, “Sesungguhnya mereka ini adalah tetamuku, maka janganlah kamu beri malu aku."
Namun permintaan Nabi Luth yang demikian, tidaklah mereka acuhkan, bahkan mereka bertambah mendesak juga. Nabi Luth berkata lagi,
Ayat 69
“Dan takutlah kepada Allah dan janganlah kamu hinakan daku."
Dengan penuh nafsu,
Ayat 70
“Mereka berkata, Bukankah kami telah melarang kamu dari (menerima) orang-orang."
Dengan pertanyaan demikian, merekalah yang menyalahkan Nabi Luth. Karena rupanya sudah ada peraturan mereka perbuat, tidak boleh orang menerima tetamu laki-laki dengan diam-diam. Kalau ada tamu laki-laki mesti laporkan kepada isi negeri! Sekarang Luth sudah ada tetamu, tidak dilaporkan. Suatu kesalahan besar. Orang-orang ini mesti diserahkan kepada mereka. Dan bagi Nabi Luth sendiri adalah suatu kehinaan besar kalau tetamunya hendak ditangkap di hadapan matanya. Dibujuknya lagi orang-orang itu,
Ayat 71
“Dia berkata, Itulah anak-anak perempuanku, jika kamu hendak melakukan juga."
Jika kamu hendak melakukan juga per-setubuhan melepaskan syahwatmu tidak ada halangan. Ini anak perempuanku, kawinilah dia secara sah. Inilah jalan yang benar.
Namun tawaran yang begitu mulia dari Nabi Luth tidak mereka dengarkan dan tidak mereka pedulikan. Mereka bertambah mendesak. Allah berfirman menjelaskan keadaan orang itu kepada nabi kita Muhammad saw,.
Ayat 72
“Demi umurmu! Sesungguhnya mereka di dalam kemabukan, mereka telah sangat sesat."
“Demi umurmu! Ya Utusan-Ku Muhammad! Sumpah kemuliaan tentang hidup yang amat berharga dari Nabi kita Muhammad ﷺ yang tidak diberikan Allah kepada seorang pun dari nabi-nabi" Demikianlah kesan dari Mufassir yang besar Abu Bakar Ibnul Arab dan dikuatkan pula oleh ahli-ahli tafsir yang lain.
“Demi umurmu yang bernilai demikian tinggi, ya Rasul-Ku, sesungguhnya pembicaraan tulus ikhlas dan seruan dari hati yang telah disampaikan oleh Nabi Luth kepada kaum itu tidak ada lagi yang mempan. Sebab mereka telah sangat dimabukkan oleh hawa nafsu mereka melihat ada wajah laki-laki baru datang di rumah Nabi Luth. Sampai demikian kejatuhan akhlak mereka."
Dalam ribut-ribut berkerumun itu, sedang Nabi Luth tegak di muka pintu rumahnya, maka kedua malaikat utusan itu muncul menarik tangan Nabi Luth supaya masuk ke dalam rumah. Dan pintu dikunci. Segala macam usaha dicoba mereka buat masuk. Tetapi tidak berhasil, mata mereka dibutakan Allah pada saat itu sehingga tidak tentu ke mana mereka hendak masuk (lihat surah al-Qamar, ayat 37).
Lantaran itu maka satu demi satu mereka pun mengundurkan diri. Waktu sudah lengang di halaman, kedua malaikat itu menyu-ruhkanlah kepada Nabi Luth supaya mempersiapkan keluarganya buat berangkat meninggalkan negeri itu lepas tengah malam, menurut peraturan yang diterangkan oleh malaikat itu siang harinya. Yaitu keluarga disuruh berjalan terlebih dahulu, Nabi Luth di belakang dan tidak seorang jua pun yang boleh melengong ke belakang. Istrinya yang telah tua itu ikut juga berangkat. Tetapi di tengah jalan dilanggarnya larangan menoleh ke bela-kang itu. Dicobanya juga hendak melihat apa yang telah terjadi di negeri yang telah diting-galkannya itu. Rupanya adzab itu telah turun.
Ayat 73
“Maka diambillah mereka oleh adzab pekikan di waktu fajar."
Yakni di waktu matahari akan mulai terbit di ufuk timur.
Ayat 74
“Maka Kami jadikanlah yang di atasnya menjadi bawahnya."
Negeri itu ditunggangbalikkan, dibongkar urat akarnya, laksana pohon kayu besar di-tumbangkan angin layaknya.
“Dan Kami hujani ke atas mereka dengan batu tanah kertas."
Itulah batu kerikil tajam yang telah bercampur dengan belerang dan mengandung api. Boleh jadi dari letusan gunung berapi dekat di sana atau bagaimana. Di waktu telah menghujan batu-batu itu jauh, dan terang udara oleh cahaya apinya, di saat itu pula istri Nabi Luth itu tertegun dan melihat dengan tercengang-cengang, padahal tidak boleh dilihat (surah Huud ayat 81). Tiba-tiba jatuhlah sebuah dari hujan batu berapi itu tepat di atas kepalanya, maka hancur terbakarlah seluruh badannya sampai hangus menjadi abu. Nabi Luth beserta anak-anaknya meneruskan perjalanan.
Ayat 75
“Sesungguhnya pada yang demikian itu, menjadi tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikinan dalam."
Atau orang yang mempunyai firasat, yang dapat melihat gerak-gerik suasana zaman. Bah-wa suatu kaum yang kedurhakaannya sudah melampaui batas, kemaksiatan sudah sampai di puncak, akan ada saja bahaya menimpa, sehingga negerinya akan dibongkar urat akarnya.
Yang di atas dibanting ke bawah, yang di bawah dibalikkan ke atas, sehingga rusak binasa, porak-poranda.
AI-Mutawassimiin, kita artikan orang-orang yang berpikiran dalam. Di dalam beberapa penafsiran yang besar-besar terdapat bahwa yang dimaksud dengan al-Muta-wassimiin ialah orang yang mendalam firasatnya. Artinya, dengan melihat keadaan yang disebut situasi dan kondisi, orang yang beriman dan berpikiran dalam itu telah dapat mengira-ngirakan apa yang akan terjadi di belakangnya. Maka dibawa kepada ayat ini, apabila kita lihat kemungkaran telah sampai ke puncaknya, satu waktu mesti sampai kepada kematangan buat jatuh. Umat Nabi Luth telah demikian durhaka kepada Allah maka orang yang beriman dari jauh hari telah dapat mengirakan apa kecelakaan yang akan menimpa. Oleh sebab itu maka orang yang beriman dan berpikiran dalam tidaklah bisa terjatuh ke dalam cengkeraman situasi, dia akan tetap waspada.
Qatadah menafsirkan Lil-Mutawassimiin ialah Ui-Mu'tabirnn, artinya orang yang pandai mengambil banding dan ibarat dari satu kejadian.
Ibnu Abbas mengartikan Lin-Nazhiriin, artinya, orang yang berpandangan jauh.
Imam Malik bin Anas mengartikan Lil-Muta-ammiliin, orang yang merenungkan secara mendalam.
Ibnu Jarir dalam tafsirnya membawakan hadits Rasulullah ﷺ yang diterimanya dari Abu Said, bersabda Rasulullah ﷺ,
“Awaslah, kamu kena firasat orang yang beriman, karena orang Mukmin memandang sesuatu adalah dengan nur Adah." (HR Ibnu Jarir)
Dan sebuah lagi hadits Anas, demikian sabda Rasulullah ﷺ,
“Sesungguhnya bagi Allah ada beberapa hamba yang dapat mengetahui manusia dengan merenung dalam."
Ayat 76
“Dan sesungguhnya negeri itu adalah di jalan yang tetap dilalui."
Artinya kafilah-kafilah yang keluar masuk ke negeri Mekah dapat melewati bekas run-tuhan itu, sehingga selalu dapat mereka melihatnya.
Ayat 77
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda bagi orang-orang yang beriman."
Maka orang-orang yang mempunyai kepercayaan kepada Allah, apabila dia lalu dekat runtuhan negeri yang telah terbalik itu, dapatlah dia bermenung dan insaf akan kekuasaan Allah dan bertambahlah imannya lantaran itu, bahwa bagi Allah meruntuhkan sebuah negeri karena dosanya, adalah perkara yang gampang saja. Menurunkan hujan batu berapi dan berbelerang pun mudah bagi-Nya. Sebuah negeri yang tadinya subur dan ramai, mungkin dalam sebentar waktu saja terbalik dan tenggelam.
Negeri itu terletak di pinggir jalan kafilah dari Madinah ke Syam, yang di zaman Rasulullah ﷺ sangat ramai dilalui oleh kafilah-kafilah perniagaan. Penafsir belum tahu apakah bekas negeri itu masih ada juga sekarang, sebab sudah empat belas abad berlalu sesudah zaman Rasulullah. Belum ada pengetahuan penulis apakah jalan kereta api yang didirikan di zaman Kerajaan Turki Usmani dan Syam ke Madinah, yaitu atas kehendak Sultan Abduihamid (meninggal tahun 1909 M — 1327 H). Sekarang dasar jalan kereta api itu masih ada dan kerajaan-kerajaan Arab hendak membangunnya kembali.