Ayat
Terjemahan Per Kata
يُثَبِّتُ
meneguhkan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱلۡقَوۡلِ
dengan ucapan
ٱلثَّابِتِ
tetap teguh
فِي
dalam
ٱلۡحَيَوٰةِ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَفِي
dan di
ٱلۡأٓخِرَةِۖ
akhirat
وَيُضِلُّ
dan menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلظَّـٰلِمِينَۚ
orang-orang yang zalim
وَيَفۡعَلُ
dan berbuat
ٱللَّهُ
Allah
مَا
apa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
يُثَبِّتُ
meneguhkan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱلۡقَوۡلِ
dengan ucapan
ٱلثَّابِتِ
tetap teguh
فِي
dalam
ٱلۡحَيَوٰةِ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
وَفِي
dan di
ٱلۡأٓخِرَةِۖ
akhirat
وَيُضِلُّ
dan menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلظَّـٰلِمِينَۚ
orang-orang yang zalim
وَيَفۡعَلُ
dan berbuat
ٱللَّهُ
Allah
مَا
apa
يَشَآءُ
Dia kehendaki
Terjemahan
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
Tafsir
(Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu) yaitu kalimat tauhid itu (di dunia dan di akhirat) yaitu di alam kubur, ketika dua orang malaikat menanyakan kepadanya tentang Rabb mereka, agama mereka dan nabi mereka. Maka orang-orang yang beriman dapat menjawabnya dengan benar; demikianlah menurut keterangan yang disebutkan di dalam hadis Imam Bukhari dan Imam Muslim (dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang kafir; oleh sebab itu mereka tidak mendapat petunjuk untuk memberikan jawaban yang benar. Bahkan mereka hanya mengatakan, "Kami tidak tahu," demikian menurut keterangan dalam hadis (dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.).
Tafsir Surat Ibrahim: 27
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Alqamah ibnu Marsad; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Ubaidah menceritakan hadis dari Al-Barra ibnu Azib r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Orang muslim apabila ditanya di dalam kuburnya, ia mengemukakan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Yang demikian itu adalah firman-Nya, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’." (Ibrahim: 27).
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, demikian juga jamaah lainnya yang semuanya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk melayat jenazah seorang Ansar.
Setelah kami sampai di kuburnya, si jenazah masih belum dimasukkan ke liang lahadnya. Maka Rasulullah ﷺ duduk, dan kami duduk di sekitarnya, saat itu di atas kepala kami seakan-akan ada burung. Pada waktu itu tangan Rasulullah ﷺ memegang setangkai kayu yang beliau ketuk-ketukkan ke tanah, lalu beliau mengangkat kepala dan bersabda, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur,' sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya seorang hamba yang beriman apabila habis masa hidupnya di dunia ini dan akan berpulang ke alam akhirat, turunlah kepadanya malaikat dari langit yang berwajah putih, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa kain kafan dari kafan surga dan wewangian dari wewangian surga, lalu mereka duduk di dekatnya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya, lalu ia berkata, 'Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju kepada ampunan dan rida dari Allah.' Maka keluarlah rohnya dengan mudah seperti setetes air yang keluar dari mulut wadah minuman, lalu malaikat maut mengambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka dia tidak membiarkannya berada di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat itu mengambilnya dengan segera, lalu mereka masukkan ke dalam kain kafan dan wewangian yang mereka bawa itu.
Maka keluarlah darinya bau minyak kesturi yang paling harum di muka bumi ini. Mereka membawanya naik (ke langit). Maka tidak sekali-kali mereka melewati sejumlah malaikat, melainkan malaikat-malaikat itu bertanya, 'Siapakah pemilik roh yang wangi ini?' Para malaikat yang membawanya menjawab, 'Fulan bin Fulan,' dengan menyebutkan nama terbaiknya yang menjadi sebutan namanya ketika di dunia. Hingga sampailah mereka ke langit pertama, lalu mereka mengetuk pintunya dan dibukakanlah pintu langit untuknya.
Maka ikut mengiringinya semua malaikat yang menghuni langit pertama itu sampai ke langit berikutnya, hingga sampailah ia ke langit yang ketujuh. Maka Allah berfirman, 'Catatlah bagi hamba-Ku ini catatan orang-orang yang masuk surga Illiyyin, dan kembalikanlah jasadnya ke bumi, karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari tanah, maka Aku kembalikan mereka ke tanah, dan Aku akan hidupkan mereka dari tanah kali yang lain.' Maka rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan datanglah dua malaikat kepadanya, lalu kedua malaikat itu mendudukkannya dan bertanya kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Tuhanku Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Agamaku Islam.' Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus kepada kalian?' Ia menjawab, 'Dia adalah utusan Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah ilmumu?' Ia menjawab, 'Saya telah membaca Kitabullah, maka saya beriman kepadanya dan membenarkannya.' Maka berserulah suara dari langit yang mengatakan, 'Benarlah apa yang dikatakan hamba-Ku. Maka hamparkanlah untuknya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju surga.' Maka kenikmatan dan wewangian surgawi datang kepadanya, dan diluaskanlah kuburnya sejauh mata memandang baginya. Lalu datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah, dan baunya sangat wangi. Lelaki itu berkata, 'Bergembiralah kamu dengan keadaan yang menggembirakanmu ini. Hari ini adalah hari kamu yang pernah dijanjikan kepadamu.' Maka ia bertanya kepada lelaki itu, 'Siapakah kamu ini, melihat rupamu kamu adalah orang yang datang dengan membawa kebaikan.' Maka lelaki itu menjawab, 'Aku adalah amalmu yang saleh.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta bendaku.'
Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila telah terputus dari dunianya dan akan menghadap ke alam akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat dari langit yang semuanya berwajah hitam dengan karung yang kasar. Lalu para malaikat itu duduk di dekatnya sejauh mata memandang: Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya. Maka malaikat maut berkata, 'Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kepada murka dan benci Allah!' Maka rohnya berpencar ke seluruh tubuhnya (yakni menolak), hingga malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut tusuk sate dari kain bulu yang basah; malaikat maut mencabutnya dengan paksa.
Ketika ia telah mencabutnya, ia tidak membiarkannya di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat memasukkannya ke dalam karung itu. Dan keluarlah darinya bau bangkai yang terbusuk yang ada di muka bumi. Para malaikat membawanya naik, dan tidak sekali-kali mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan bertanya, 'Siapakah yang memiliki ruh yang buruk ini?' Para malaikat yang membawanya berkata bahwa dia adalah si Anu bin Anu, dengan menyebut nama terburuknya yang biasa disebutkan untuknya di dunia.
Hingga sampailah mereka di langit pertama, lalu pintunya diketuk, tetapi tidak dibukakan untuknya. Lalu Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: 'Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum' (Al-A'raf: 40). Kemudian Allah berfirman, 'Catatkanlah ketetapannya di dalam Sijjin di lapisan bumi yang terbawah,' lalu rohnya dicampakkan dengan kasar. ‘Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seakan-akan jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin di tempat yang jauh.’ (Al-Hajj: 31)
Kemudian rohnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu ia didatangi oleh dua malaikat, dan kedua malaikat itu mendudukkannya serta bertanya kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Keduanya bertanya lagi, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?' Ia menjawab, 'Ha, ha, saya tidak tahu.' Lalu terdengarlah suara dari langit yang mengatakan, 'Hamba-Ku berdusta, maka gelarkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakanlah baginya suatu pintu dari neraka!' Maka panasnya neraka dan asapnya sampai kepadanya, lalu kuburannya menggencetnya sehingga tulang-tulang iganya berantakan.
Kemudian datanglah kepadanya seorang lelaki yang buruk wajahnya dan pakaiannya serta busuk baunya, lalu lelaki itu berkata, 'Bersenang-senanglah kamu dengan hal yang menyiksamu, inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.' Ia bertanya, 'Siapakah kamu, wajahmu menandakan wajah orang yang datang membawa keburukan?' Maka lelaki itu menjawab, 'Akulah amal perbuatanmu yang buruk.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, janganlah Engkau jadikan hari kiamat'."
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui hadis Al-A'masy, sedangkan Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yunus ibnu Habib, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib r.a. yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ melayat jenazah," kemudian disebutkan hadis yang serupa. Di dalam riwayat ini disebutkan: "Ketika rohnya telah keluar (dari jasad orang mukmin), maka memohonkan ampunan dan rahmat buatnya semua malaikat yang ada di antara langit dan bumi, demikian pula semua malaikat yang ada di langit. Dan semua pintu langit dibuka, tiada penduduk suatu pintu langit pun melainkan mereka berdoa kepada Allah ﷻ agar rohnya dinaikkan oleh mereka….. Di akhir hadis ini disebutkan, "Lalu ia diserahkan kepada malaikat yang bengis, kejam, dan dingin serta tidak bicara; tangannya memegang gada, seandainya gada itu dipukulkan ke sebuah gunung, tentulah gunung itu hancur menjadi debu dengan sekali pukul. Lalu malaikat itu memukulnya sekali pukul, maka ia jadi debu, kemudian Allah mengembalikannya seperti semula; dan malaikat itu kembali memukulnya dengan pukulan yang lain, maka menjeritlah ia dengan jeritan yang sangat keras, suara jeritannya terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia dan jin." Al-Barra mengatakan, "Lalu dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju neraka dan dihamparkan baginya hamparan dari neraka."
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Khaisamah, dari Al-Barra sehubungan dengan makna firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27) Bahwa makna yang dimaksud ialah azab kubur.
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Mukhariq, dari ayahnya, dari Abdullah yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang mukmin itu apabila mati, ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanyai, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabimu?" Maka Allah meneguhkannya, dan ia menjawab, "Tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad ﷺ." Lalu Abdullah membacakan firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Imam Abdu ibnu Humaid telah meriwayatkan di dalam kitab Musnad-nya: Telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah; telah menceritakan kepada kami Anas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya seorang hamba itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, sesungguhnya dia benar-benar mendengar suara terompah mereka, lalu ia didatangi oleh dua malaikat. Kedua malaikat itu mendudukkannya dan menanyainya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini (maksudnya Nabi ﷺ)?" Adapun orang mukmin, ia akan menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah." Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat dudukmu di neraka itu, kini Allah telah menggantinya untukmu dengan tempat duduk di surga." Nabi ﷺ bersabda, "Maka dia melihat keduanya itu." Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa sesungguhnya diluaskan baginya tempat kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan yang hijau segar sampai hari kiamat.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Abd ibnu Humaid. Imam Nasai mengetengahkannya melalui hadis Yunus ibnu Muhammad Al-Mu-addib dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Ibnu Juraij; telah menceritakan kepadaku Abu Zubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah tentang fitnah kubur. Maka Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila seorang mukmin dimasukkan ke dalam kuburnya dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, datanglah kepadanya malaikat yang sangat bengis. Lalu malaikat bertanya kepadanya, "Apakah yang kamu katakan sehubungan dengan lelaki ini (maksudnya Nabi ﷺ)?" Seorang mukmin akan menjawab bahwa sesungguhnya dia adalah utusan dan hamba Allah. Maka malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah tempat tinggalmu yang telah disediakan untukmu di dalam neraka, kini Allah telah menyelamatkan kamu darinya dan menggantikannya dengan tempat tinggal di surga seperti yang kamu lihat sekarang.” Dia melihat kedua-duanya. Maka orang mukmin akan berkata, "Biarkanlah aku menyampaikan berita gembira ini kepada keluargaku.” Maka dikatakan kepadanya, "Tinggallah kamu di sini!" Adapun orang munafik, maka ia didudukkan; dan apabila semua keluarganya telah pergi meninggalkannya, dikatakan kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini? Ia menjawab, "Tidak tahu, saya hanya mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh orang lain.” Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu, sekarang inilah tempat tinggalmu yang telah disediakan di surga untukmu, kini telah diganti dengan tempat tinggal di dalam neraka buatmu.”
Jabir mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap hamba di dalam kuburnya dibangkitkan sesuai dengan iman yang dibawanya mati. Orang mukmin berada dalam keimanannya, dan orang munafik berada dalam kemunafikannya.” Sanad hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Rasyid, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan, Kami melayat jenazah seseorang bersama Rasulullah ﷺ, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: Hai manusia, sesungguhnya umat ini akan diuji di dalam kuburnya. Apabila seseorang telah dikuburkan dan teman-temannya bubar meninggalkannya, datanglah kepadanya seorang malaikat yang ditangannya memegang sebuah palu besi, lalu malaikat itu mendudukkannya, dan berkata kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini?” Jika dia seorang mukmin, maka ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka malaikat berkata kepadanya, "Kamu benar.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu menuju neraka, dan malaikat itu berkata, "Inilah tempatmu jika kamu kafir kepada Tuhanmu. Tetapi sekarang karena kamu beriman, maka inilah tempatmu,"Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu yang menuju surga, ketika ia hendak bangkit menuju kepadanya, dikatakan kepadanya, "Diamlah kamu di sini!" Dan diluaskan baginya tempat tinggal dalam kuburnya.
Jika dia seorang kafir atau seorang munafik, ketika ditanyakan kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu tentang lelaki ini (Nabi Saw)?” Maka ia menjawab, "Saya tidak tahu, saya hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya.” Maka berkatalah malaikat itu, "Kamu tidak tahu, tidak pernah membaca, tidak pernah pula mencari petunjuk.” Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga, dan malaikat itu berkata kepadanya, "Inilah tempatmu jika kamu beriman. Tetapi karena sekarang ternyata kamu kafir, maka sesungguhnya Allah ﷻ telah menggantikannya untukmu dengan ini.” Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu menuju neraka, kemudian malaikat itu memukulnya dengan palu sekali pukul, maka ia menjerit dengan jeritan yang keras, suara jeritannya terdengar oleh semua makhluk Allah ﷻ kecuali jin dan manusia. Salah seorang di antara mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun yang berdiri di hadapannya seorang malaikat dengan membawa palu melainkan dia pasti ketakutan saat itu?" Rasulullah ﷺ membacakan firmanya-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu.” (Ibrahim: 27)
Sanad hadis ini tidak ada masalah, karena sesungguhnya Abbad ibnu Rasyid At-Tamimi adalah seorang yang pernah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara maqrun (bersamaan), tetapi sebagian ulama menilainya daif (lemah).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: Sesungguhnya mayat (orang yang sedang menjelang ajalnya) dihadiri oleh para malaikat. Apabila dia adalah seorang yang saleh, maka malaikat-malaikat itu berkata, "Hai jiwa yang baik yang berada di dalam jasad yang baik, keluarlah. Keluarlah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah kamu dengan ketenteraman, nikmat, dan Tuhan yang tidak murka." Kalimat itu terus-menerus diucapkan sehingga rohnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit dan dimintakan izin baginya untuk naik.
Maka ditanyakan, "Siapakah yang mau masuk ini?" Maka dijawab, "Orang ini adalah si Fulan." Para penjaga pintu langit berkata, "Selamat datang kepada roh yang baik yang berada di dalam jasad yang baik, masuklah kamu dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah dengan ketenteraman dan nikmat, serta Tuhan yang tidak murka." Kalimat ini terus-menerus diucapkan kepadanya hingga sampailah ia ke langit yang tertinggi untuk dihadapkan kepada Allah ﷻ. Jika dia adalah seorang yang buruk, maka malaikat-malaikat itu berkata, "Hai jiwa yang buruk yang berada di dalam tubuh yang buruk keluarlah kamu dalam keadaan tercela dan bergembiralah kamu dengan air yang sangat panas dan air yang sangat dingin serta berbagai azab lain yang serupa itu." Kalimat ini terus-menerus dikatakan kepadanya hingga ia keluar dari jasadnya.
Kemudian rohnya dibawa naik ke langit. Lalu pintu langit diketuk untuknya, maka dijawab dengan pertanyaan, "Siapakah orang ini?" Dijawab bahwa dia adalah si Fulan, dan dikatakan kepadanya, "Tiada selamat datang bagi jiwa yang buruk yang tadinya berada di dalam jasad yang buruk. Kembalilah kamu dalam keadaan tercela, karena sesungguhnya pintu-pintu langit tidak akan dibuka untukmu!" Maka rohnya dilemparkan dari langit, dan akhirnya kembali ke kuburnya.
Orang yang saleh didudukkan, dan ditanyakan kepadanya pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama. Sedangkan orang yang buruk (jahat) didudukkan pula, lalu ditanyakan kepadanya pertanyaan-pertanyaan seperti yang disebutkan pada hadis pertama.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui jalur Ibnu Abu Zi-b dengan lafaz yang serupa, begitu pula Imam Ibnu Majah. Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, "Apabila roh seorang hamba mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia disambut oleh dua malaikat yang langsung membawanya naik (ke langit)." Hammad mengatakan bahwa di dalam riwayat ini disebutkan perihal baunya yang sangat harum, disebutkan pula perihal minyak kesturi.
Dilanjutkan bahwa para malaikat penghuni langit berkata, "Ini adalah roh yang baik yang datang dari bumi, semoga Allah merahmatimu, juga merahmati jasadmu yang dahulu kamu pakai." Maka dibawalah ia menghadap kepada Allah ﷻ Allah ﷻ berfirman, "Bawalah ia pergi sampai akhir masa (kebangkitannya)!"
Sesungguhnya orang yang kafir itu apabila rohnya keluar, Hammad menyebutkan perihal baunya yang sangat busuk, disebutkan pula dosanya. Maka penduduk langit berkata, "Ini adalah roh yang buruk yang datang dari bumi." Maka dikatakan, "Bawalah dia pergi sampai akhir masanya." Abu Hurairah mengatakan seraya memperagakan bahwa lalu Rasulullah ﷺ menutupkan kembali kain kafan yang tadinya menutupi hidung (si jenazah).
Ibnu Hibban mengatakan di dalam kitab Shahih-nya: Telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Muhammad Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Akhram, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Hisyam, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Qisam ibnu Zuhair, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ, bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila akan dicabut nyawanya, maka didatangi oleh malaikat rahmat dengan membawa kain sutra putih.
Kemudian malaikat berkata kepadanya, "Keluarlah engkau menuju kepada nikmat Allah!" Maka keluarlah rohnya dengan menyebarkan bau yang paling harum dari minyak misk (kesturi), sehingga sebagian dari malaikat dengan sebagian yang lainnya saling menerimanya seraya menciuminya. Mereka membawanya sampai di pintu langit, lalu mereka (para malaikat) yang ada di langit itu berkata, "Bau harum apakah yang datang dari arah bumi ini?" Tidak sekali-kali mereka mendatangi suatu langit, melainkan para malaikat yang menghuninya mengatakan hal yang sama.
Kemudian mereka membawanya kepada roh-roh kaum mukmin, dan mereka (arwah kaum mukmin) benar-benar sangat gembira menyambut kedatangannya, lebih gembira dari sambutan mereka kepada salah seorang dari mereka yang pergi, lalu berkumpul dengan mereka kembali. Arwah orang-orang mukmin itu bertanya kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan?" Sebagian dari mereka berkata, "Biarkanlah dia beristirahat, sesungguhnya dia dahulu dalam keadaan susah." Maka dikatakan, "Dia telah mati, bukankah dia telah datang kepada kalian?" Sebagian lagi berkata, "Kesusahannya telah dibuang jauh di dasar bumi."
Adapun kalau orang kafir mati, maka ia didatangi oleh malaikat-malaikat azab dengan membawa karung, lalu mereka berkata, "Keluarlah kamu menuju kepada murka Allah!" Maka keluarlah rohnya dengan menyebarkan bau bangkai yang sangat busuk, kemudian ia dibawa ke pintu bumi (dasar bumi).
Ibnu Hibban telah meriwayatkan pula melalui jalur Hammam ibnu Yahya, dari Abul Jauza, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ hadis yang serupa; di dalamnya disebutkan: Lalu ia ditanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan, si Anu, dan si Fulanah?" Adapun orang kafir, apabila nyawanya telah dicabut, maka rohnya dibawa ke dasar bumi. Dan para malaikat penjaga bumi berkata, "Kami belum pernah mencium bau yang lebih busuk daripada ini," hingga sampailah rohnya ke dasar bumi yang paling bawah.
Qatadah mengatakan, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa arwah orang-orang mukmin dikumpulkan di Al-Jabiyin, sedangkan arwah orang-orang kafir dikumpulkan di Barhut, yaitu suatu rawa yang ada di Hadramaut, kemudian kuburannya dipersempit (yakni menjepitnya).
Al-Hafiz Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Khalaf, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal, dari Abdur Rahman, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan, "Rasulullah ﷺ telah bersabda bahwa apabila mayat telah dikuburkan, atau seseorang di antara kalian dikuburkan, maka didatangi oleh dua malaikat yang hitam lagi biru; salah satunya disebut Munkar, dan yang lainnya Nakir.
Keduanya bertanya, 'Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?' Maka ia menjawab, 'Dia adalah hamba dan utusan Allah. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.' Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kamu pasti akan mengatakan itu.' Kemudian diluaskan baginya kuburan tempat tinggalnya seluas tujuh puluh hasta, dan diberi cahaya di dalamnya, lalu dikatakan kepadanya, 'Tidurlah kamu.' Tetapi ia menjawab, 'Saya mau kembali kepada keluarga saya untuk memberitahukan kepada mereka.' Keduanya berkata, 'Tidurlah kamu seperti tidurnya pengantin, yang tiada orang yang membangunkannya melainkan hanya istri yang dicintainya,' hingga Allah membangunkannya hidup kembali dari tempat tidurnya itu.
Jika dia adalah orang munafik, maka jawaban yang dikatakannya adalah, 'Saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, maka saya mengatakan seperti apa yang dikatakan mereka, tetapi saya tidak tahu.' Keduanya berkata, 'Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kamu pasti akan mengatakan demikian.' Maka dikatakan kepada bumi, 'Jepitlah dia!' Lalu bumi menjepitnya sehingga tulang-tulang iganya berantakan. Dia terus-menerus dalam keadaan tersiksa di dalam kuburnya hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu." Sesudah mengetengahkan hadis ini Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan garib.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27) Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Demikian itu apabila ditanyakan kepadanya di dalam kuburnya, "Siapakah Tuhanmu, apa agamamu, dan siapakah Nabi (panutanmu)?" Maka ia (orang mukmin) akan menjawab, "Allah adalah Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi (panutanku) adalah Muhammad; dia telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti dari sisi Allah, lalu saya beriman kepadanya dan membenarkannya.” Maka dikatakan kepadanya, "Kamu benar. Memang kamu hidup, mati, dan dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada hal tersebut.”
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mujahid ibnu Musa dan Al-Hasan ibnu Muhammad, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, sesungguhnya mayat benar-benar mendengar suara terompah kalian saat kalian pulang meninggalkannya. Jika dia seorang mukmin, maka shalat berada di kepalanya, zakat di sebelah kanannya, puasa di sebelah kirinya, dan amal kebajikan seperti sedekah, silaturahmi, amal makruf dan berbuat kebajikan kepada orang lain berada di kakinya.
Maka ia didatangi (disiksa) dari arah kepalanya, tetapi shalat berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kanannya, maka zakat berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kirinya, maka puasa berkata, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.” Ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka amal-amal kebaikannya mengatakan, "Dari arahku tidak ada jalan masuk.”
Maka dikatakan kepadanya, "Duduklah!" Maka duduklah ia, sedangkan matahari ditampakkan kepadanya dalam keadaan mendekati terbenam. Kemudian dikatakan kepadanya, "Jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami tanyakan kepadamu!" Maka ia menjawab, "Biarkanlah aku shalat dahulu.” Dan dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya kamu pasti akan melakukannya, tetapi jawablah terlebih dahulu apa yang akan kami tanyakan kepadamu.” Ia balik bertanya, "Apakah yang akan kalian tanyakan kepadaku?” Dikatakan kepadanya, "Kamu tentu mengenal lelaki yang ada di antara kalian ini (yakni Nabi ﷺ). Bagaimanakah pendapatmu tentang dia dan apakah yang kamu persaksikan terhadapnya?" Maka ia berkata, "Apakah Muhammad?” Dikatakan kepadanya, "Benar.” Maka ia berkata, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, dan sesungguhnya dia telah datang kepada kami dengan membawa bukti-bukti dari sisi Allah, maka kami membenarkannya.” Dan dikatakan kepadanya, "Itulah peganganmu selama hidupmu, dan itulah yang kamu pegang saat kamu mati, dan dengan itu pula kamu akan dibangkitkan, insya Allah.”
Kemudian diluaskan baginya tempat di kuburnya seluas tujuh puluh hasta, dan diberikan cahaya buatnya di dalam kuburnya, serta dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju ke surga. Lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah apa yang telah disediakan oleh Allah buatmu di dalam surga itu.” Maka makin bertambahlah kebahagiaan dan kegembiraannya, kemudian rohnya diletakkan di dalam perut burung surga yang bergantung di pepohonan surga, sedangkan jasadnya dikembalikan ke dalam bentuk semula, yaitu tanah. Yang demikian itulah yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27) Ibnu Hibban meriwayatkan hadis ini melalui jalur Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Umar; dan di dalam riwayatnya disebutkan jawaban orang kafir dan azab yang diterimanya.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Bahr Al-Qaratisi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Kaisan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah. Al-Bazzar menduga bahwa Abu Hurairah me-rafa'-kan hadis ini. Disebutkan: Sesungguhnya orang mukmin itu akan ditimpa kematian dan akan menyaksikan apa yang akan disaksikannya, maka ia menginginkan seandainya rohnya keluar (dengan segera) dan Allah suka berjumpa dengannya. Sesungguhnya orang mukmin itu dinaikkan rohnya ke langit, lalu ia didatangi oleh arwah orang-orang mukmin (lainnya), dan mereka menanyainya tentang kenalan-kenalan mereka dari kalangan penduduk bumi. Apabila ia menjawab bahwa ia meninggalkan si Fulan di bumi, maka berita itu membuat mereka kagum.
Tetapi apabila ia menjawab bahwa si Fulan telah mati, maka mereka bertanya, "Mengapa dia tidak didatangkan kepada kita?" Dan sesungguhnya orang mukmin itu didudukkan di dalam kuburnya, lalu ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Allah adalah Tuhanku." Ditanyakan pula, "Siapakah Nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad adalah Nabi (panutan)ku." Lalu ditanyakan, "Apakah agamamu?" Ia menjawab, "Islam adalah agamaku." Maka dibukakan baginya sebuah pintu di dalam kuburnya atau dikatakan, “Lihatlah tempat dudukmu.” Kemudian dia melihat kuburnya seakan-akan merupakan tempat tidur.
Kalau dia adalah musuh Allah dan kematian menimpanya, lalu ia menyaksikan apa yang disaksikannya, maka sesungguhnya dia membenci rohnya sendiri dan Allah tidak suka berjumpa dengannya. Apabila ia duduk atau didudukkan di dalam kuburnya, ia ditanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tidak tahu." Dikatakan, "Kamu tidak tahu." Lalu dibukakan untuknya sebuah pintu yang menuju neraka Jahannam, kemudian ia dipukul dengan pukulan yang keras yang suara (jeritan)nya terdengar oleh semua makhluk hidup kecuali manusia dan jin.
Kemudian dikatakan kepadanya, "Tidurlah kamu sebagaimana tidurnya orang yang digigiti." Saya bertanya kepada Abu Hurairah, "Apakah yang dimaksud dengan orang yang digigiti?" Abu Hurairah menjawab, "Orang yang digigiti oleh hewan buas dan ular." Lalu ia dijepit oleh kuburannya. Kemudian perawi mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan hadis ini kecuali Al-Walid ibnu Muslim."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hujain ibnul Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Abu Salamah Al-Majisyun, dari Muhammad ibnul Munkadir yang mengatakan bahwa Asma binti Abu Bakar As-Siddiq r.a. pernah menceritakan hadis dari Nabi ﷺ. Nabi ﷺ pernah bersabda bahwa apabila seorang manusia dimasukkan ke dalam kuburnya, dan jika dia adalah seorang mukmin, maka ia dikelilingi oleh amalnya, yaitu shalat dan puasanya. Maka datanglah malaikat kepadanya dari arah amal shalatnya, tetapi amal shalat mengusirnya, dan malaikat datang dari arah amal puasanya, tetapi amal puasa mengusirnya. Lalu malaikat menyerunya, "Duduklah!" Maka duduklah ia. Malaikat berkata kepadanya, "Apakah pendapatmu tentang lelaki ini, maksudnya Nabi ﷺ?" Ia balik bertanya, "Siapa?" Malaikat menjawab, "Muhammad." ia berkata, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah." Malaikat bertanya, "Apakah yang membuatmu tahu, apakah kamu pernah menjumpainya?" Ia menjawab, "Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah." Malaikat berkata, "Engkau memang menjadikannya sebagai pegangan hidupmu, dan kamu mati dalam keadaan memegang prinsip ini, serta kelak engkau akan dibangkitkan dalam keadaan berpegangan kepada keyakinan ini." Jika yang bersangkutan adalah seorang pendurhaka atau orang kafir, maka datanglah kepadanya malaikat tanpa ada sesuatu pun antara dia dan orang itu yang dapat mengusirnya.
Lalu malaikat itu menyuruhnya duduk dan bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang lelaki ini?" Ia balik bertanya, "Lelaki yang mana?" Malaikat menjawab, "Muhammad." Ia berkata, "Demi Allah, saya tidak mengetahui, saya hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu (tentang dia), maka saya ikut mengatakannya." Malaikat berkata, "Itulah pegangan hidupmu, dan itulah yang kamu bawa mati, serta kelak engkau akan dibangkitkan dalam keadaan berpegang kepada hal itu." Kemudian di dalam kuburnya ia diserahkan kepada seekor monster yang membawa sebuah cambuk yang ujungnya adalah bara api, sedangkan besarnya sama dengan punuk unta.
Monster itu memukulnya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah, monster itu tidak dapat mendengar suara jeritannya agar dia jangan belas kasihan terhadapnya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila menjelang ajalnya dihadiri oleh para malaikat, lalu mereka mengucapkan salam penghormatan kepadanya dan menyampaikan berita gembira surga kepadanya.
Apabila dia telah mati, para malaikat itu turut mengiringi jenazahnya dan ikut menyalatkannya bersama orang-orang yang hadir. Apabila telah dikubur, maka ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?" Maka ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah." Dikatakan kepadanya, "Siapakah rasul (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad." Dikatakan kepadanya, "Apakah syahadatmu?" Maka ia menjawab, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."Maka tempat kuburnya diluaskan buatnya sejauh mata memandang.
Adapun jika orang kafir mati, maka para malaikat turun kepadanya, lalu mereka memukulinya, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: seraya memukul muka mereka dan punggung mereka. (Muhammad: 27) Yakni di saat ia mati. Apabila ia telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka ia didudukkan dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanku?" Ia tidak dapat menjawab sepatah kata pun kepada malaikat-malaikat itu, dan Allah membuatnya lupa akan apa yang harus dikatakannya.
Apabila dikatakan kepadanya, "Siapakah rasul yang diutus kepadamu?" Maka ia tidak mengetahuinya dan tidak dapat menjawab mereka barang sepatah kata pun. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang aniaya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Usman, dari Hakim Al-Audi., telah menceritakan kepada kami Syuraih Ibnu Muslimah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yusuf, dari ayahnya, dari Abu Ishaq, dari Amir ibnu Sa'd Al-Bajali, dari Abu Qatadah Al-Ansari sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) hingga akhir ayat.
Bahwa sesungguhnya orang mukmin itu apabila telah mati (dan telah dimakamkan), maka ia didudukkan di dalam kuburnya dan dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu?" Ia menjawab, "Allah." Dikatakan lagi kepadanya, "Siapakah nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Muhammad ibnu Abdullah." Pertanyaan tersebut diajukan kepadanya berkali-kali, kemudian dibukakan baginya sebuah pintu yang menuju ke neraka, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu di neraka itu seandainya kamu salah dalam jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat tinggalmu di surga, karena kamu benar dalam jawabanmu." Apabila orang kafir mati, maka ia didudukkan di dalam kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, "Siapakah Tuhanmu? Siapakah nabimu?" Ia menjawab, "Saya tidak tahu, hanya saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu tentangnya." Dikatakan kepadanya, "Kamu tidak tahu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu jika kamu benar dalam jawabanmu." Kemudian dibukakan baginya sebuah pintu ke neraka, dan dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempatmu sekarang, karena kamu salah dalam jawabanmu." Yang demikian itu adalah yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Ibrahim: 27) hingga akhir ayat. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia. (Ibrahim: 27) Yakni kalimah "Tiada Tuhan selain Allah". dan di akhirat. (Ibrahim: 27) Yaitu pertanyaan dalam kubur. Qatadah mengatakan, "Adapun dalam kehidupan di dunia, maka Allah meneguhkan mereka dengan kebaikan dan amal saleh, sedangkan dalam kehidupan di akhirat maksudnya diteguhkan dalam kuburnya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh kalangan ulama salaf.
Abu Abdullah Al-Hakim At-Turmuzi di dalam kitabnya yang berjudul Nawadirul Usul mengatakan bahwa: [] [] telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Nafi' dari Ibnu Abu Fudaik, dari Abdur Rahman Ibnu Abdullah, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abdur Rahman Ibnu Samurah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ketika kami berada di dalam masjid Madinah,Rasulullah saw, keluar menemui kami, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya tadi malam aku melihat dalam mimpiku suatu peristiwa yang menakjubkan.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya, maka datanglah kepada lelaki itu amal Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua)nya, dan mengusir malaikat maut darinya. Dan aku melihat lelaki lain dari kalangan umatku, sedangkan azab kubur telah digelarkan untuknya, tetapi datanglah kepadanya amal wudunya dan menyelamatkan lelaki itu dari siksaan tersebut. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku dalam keadaan dikerumuni oleh setan-setan, tetapi datanglah kepadanya amal zikrullah-nya,maka amalnya itu menyelamatkannya dari setan-setan tersebut.
Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku yang telah dikerumuni oleh malaikat-malaikat juru siksa, tetapi datanglah kepadanya amal shalatnya, lalu amal shalatnya itu menyelamatkan dia dari tangan meraka. Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku, yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan, setiap kali ia mendatangi suatu telaga, dilarang; kemudian datanglah kepadanya amal puasanya, maka amal puasa itu memberinya minum hingga ia segar.
Aku melihat seorang lelaki lain dari kalangan umatku, saat itu para nabi sedang duduk-duduk membentuk lingkaran-lingkaran, setiap kali ia mendekati salah satu dari lingkaran (halqah) meraka, maka mereka mengusirnya. Kemudian datanglah kepadanya amal mandi jinabahnya, lalu amalnya itu membawanya duduk di sebelahku. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang di depannya terdapat kegelapan, di belakangnya terdapat kegelapan, di sebelah kanannya terdapat kegelapan, di sebelah kirinya terdapat kegelapan, di atasnya terdapat kegelapan, dan di bawahnya terdapat kegelapan, sedangkan dia dalam keadaan bingung di dalam kegelapannya itu.
Kemudian datanglah kepadanya amal haji dan umrahnyajalu keduanya menyelamatkan dia dari kegelapan itu dan memasukkannya ke dalam cahaya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang mengajak bicara dengan orang-orang mukmin, tetapi mereka tidak mau berbicara dengannya. Maka datanglah kepadanya amal silaturahminya, lalu amalnya berkata, "Hai golongan orang-orang mukmin, berbicaralah kalian kepadanya!" Maka mereka mau berbicara dengannya.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang melindungi mukanya dari tamparan panas neraka dan percikan apinya dengan tangannya, kemudian datanglah kepadanya amal sedekahnya, maka amal sedekahnya itu menjadi pelindung dirinya dan menjadi naungan di atas kepalanya. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah dikepung oleh malaikat-malaikat Zabaniyah (juru siksa), Kemudian datanglah kepadanya amal amar makruf nahi munkar-nya, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari tangan mereka dan memasukkannya ke dalam lindungan malaikat-malaikat rahmat.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku dalam keadaan bersideku di atas kedua lututnya, antara dia dan Allah terdapat hijab penghalang. Maka datanglah kepadanya kebaikan akhlaknya, lalu amal kebaikan akhlaknya itu membimbingnya dan memasukkannya ke dalam haribaan Allah ﷻ Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang buku catatan amalnya diberikan dari sebelah kirinya, kemudian datanglah kepadanya amal takutnya kepada Allah, lalu amalnya itu mengambil buku catatan amalnya dan menjadikannya berada di sebelah kanannya.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang neraca amalnya diringankan, kemudian datanglah anak-anaknya, yang mati sebelum balig maka menjadi beratlah timbangan amalnya berkat mereka.Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatkuyang sedang berdiri di tepi neraka Jahannam, kemudian datanglah kepadanya amal malunya kepada Allah, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari tempat itu dan membawanya pergi jauh darinya.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian datanglah kepadanya amal tangisannya karena takut kepada Allah di dunia, lalu amalnya itu menyelamatkan dia dari neraka. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku sedang berdiri di atas sirat dalam keadaan menggigil (ketakutan) seperti anak domba, maka datanglah kepadanya amal baik prasangka kepada Allah, lalu menenangkan ketakutannya dan membawanya berlalu.
Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku berada di atas sirat, terkadang merangkak dan terkadang mengesot, kemudian datanglah kepadanya amal membaca salawat buatku, lalu amalnya membimbingnya dan menegakkannya, lalu membawanya berlalu di atas sirat. Aku melihat seorang lelaki dari kalangan umatku yang telah sampai di pintu surga, tetapi pintu surga semuanya ditutup untuknya, kemudian datanglah kepadanya bacaan syahadatnya yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Maka dibukalah untuknya semua pintu surga, lalu amalnya memasukkannya ke dalam surga. Setelah mengetengahkan hadis ini dari jalur yang telah disebutkan di atas, Al-Qurtubi mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang agung, di dalamnya disebutkan amalan-amalan khusus yang dapat menyelamatkan pelakunya dari siksa-siksa tertentu. Demikianlah pula bunyi lafaz hadis yang diketengahkan oleh Al-Qurtubi di dalam kitab Tazkirah-nya.
Sehubungan dengan hal ini Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkan sebuah hadis garib yang cukup panjang. Dia mengatakan: [] ". ". ". ". ". [: 32] [: 88 89] ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". ": ". ": ".
". ". ". ". ". ": ". ". ". ". ". ". ". "" ". ". [: ". "] ". ". ". ". ". ". ". ". ". ". [] ". ": ". ". ". ". [] telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Ahmad ibnu Ibrahim An-Nakri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakr Al-Barsani Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Abu Asim Al-Habti (seorang ulama Basrah yang terpandang, murid Hazm) dan Salam ibnu Abu Muti', telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Hubaisy, dari Darrar ibnu Amr, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik, dari Tamim Ad-Dari, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda bahwa: Allah ﷻ berfirman kepada malaikat maut, "Pergilah kamu menemui kekasih-Ku, lalu bawalah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah mengujinya dengan kesukaan dan kedukaan, dan Aku menjumpainya bersikap seperti apa yang Aku sukai.
Bawalah dia kepada-Ku, sesungguhnya Aku akan membuatnya senang." Maka berangkatlah malaikat maut bersama lima ratus malaikat yang membawa kain kafan dan wewangian dari surga kepada orang yang dimaksud. Mereka juga membawa beberapa ikat kayu cendana yang batangannya sama, tetapi setiap ikatan terdiri atas dua puluh batang yang pada ujungnya memepunyai warna yang berbeda-beda; setiap warna mempunyai bau harum yang berbeda dengan yang lainnya, mereka membawa pula kain sutra putih yang diberi wewangian minyak misk aifar (minyak kesturi yang paling harum).
Kemudian malaikat maut duduk di dekat kepalanya, sedangkan malaikat-malaikat lainnya mengelilinginya, setiap malaikat memegangkan tangannya ke bagian tubuhnya. Lalu sutra putih dan minyak kesturi azfar itu diletakkan di bawah dagunya, dan dibukakan untuknya sebuah pintu menuju surga. Sesungguhnya pada saat itu rohnya benar-benar merindukan surga yang dilihatnya, adakalanya kepada bidadari-bidadari calon istrinya, adakalanya kepada pakaiannya yang gemerlapan, dan adakalanya merindukan buah-buahannya, sebagaimana seorang anak kecil merengek-rengek kepada orang tuanya bila menangis (meminta sesuatu).
Dan sesungguhnya para bidadari calon istrinya saat itu benar-benar sangat gembira; Perawi mengatakan bahwa roh orang tersebut meloncat, yakni ingin segera keluar dari tubuhnya menuju kepada apa yang didambakannya. Kemudian malaikat maut berkata, "Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang bersusun- susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, serta air yang tercurah".
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya malaikat maut bersikap jauh lebih lemah lembut terhadapnya daripada lemah lembutnya seorang ibu kepada anaknya. Malaikat mengetahui bahwa roh itu adalah kekasih Tuhannya, maka dia bersikap lemah lembut untuk memuaskannya karena Tuhan telah rida kepadanya. Maka malaikat maut mencabut nyawanya sebagaimana seutas rambut dicabut dari adonan roti (yakni dengan lemah lembut). Perawi mengatakan bahwa Allah ﷻ telah berfirman: orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat. (An-Nahl: 32) Dan firman Allah ﷻ: Adapun jika dia (orang-orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88- 89) Yang dimaksud dengan rauhun adalah ketenteraman dalam menghadapi kematiannya, sedangkan raihan maksudnya rezeki yang menyambutnya, dan surga kenikmatan yang ada dihadapannya.
Apabila malaikat maut telah mencabut nyawanya, maka rohnya berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah memberikan balasan yang baik kepadamu atas jasamu kepadaku. Sesungguhnya kamu dahulu sangat cepat membawaku kepada ketaatan kepada Allah, lamban membawaku kepada perbuatan maksiat. Sekarang aku selamat, begitu pula kamu". Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa jasad pun berkata demikian kepada rohnya. Maka semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat ketaatan kepada Allah ditempat itu menangisi kematiannya, demikian pula semua malaikat yang menjaga pintu setiap langit yang menjadi jalan naik amalnya serta tempat turun rezekinya selama empat puluh hari.
Setelah malaikat maut mencabut nyawanya, maka lima ratus malaikat berdiri mengurus jenazahnya, sehingga tidak sekali-kali anak Adam membolak-balikkannya. Melainkan para malaikat telah melakukan hal yang sama sebelumnya. Para malaikat itu memandikan dan mengafaninya sebelum manusia melakukannya serta memberinya kapur barus dan wewangian sebelum manusia melakukannya. Dari pintu rumahnya hingga sampai ke kuburnya berdiri dua saf malaikat yang mengiringinya seraya membaca istigfar (memohon ampun kepada Allah buat si mayat yang mukmin).
Maka pada saat itu juga iblis menjerit dengan jeritan yang meretakkan tulang-tulang jasadnya, lalu iblis berkata kepada bala tentaranya, "Celakalah kalian, mengapa hamba ini lolos dari kalian", Bala tentara iblis menjawab, "Sesungguhnya hamba ini adalah seorang hamba yang di ma'sum (dipelihara Allah dari dosa-dosa)". Bilamana malaikat maut naik membawa rohnya, ia disambut oleh Malaikat Jibril bersama tujuh puluh ribu malaikat.
Tiap-tiap malaikat menyampaikan berita gembira kepada roh itu dengan berita gembira yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh teman-temannya. Apabila malaikat maut telah sampai di 'Arasy membawanya, maka roh itu terjungkal bersujud (kepada Allah). Dan Allah berfirman kepada malaikat maut, "Bawalah roh hambaku ini dan letakkanlah ia di dekat pohon bidara yang tak berduri, pdhon pisang yang bersusun-susun (buahnya), naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah".
Setelah jasadnya dimasukkan ke dalam kuburnya, maka ia kedatangan amal shalatnya, Jalu mengambil tempat di sebelah kanannya, dan datang pula amal puasanya, lalu mengambil tempat di sebelah kirinya. Amalan membaca Al-Qur'an datang kepadanya dan mengambil tempat di dekat kepalanya. Amal berjalan menuju ke tempat shalat datang kepadanya dan mengambil tempat di dekat kedua kakinya. Dan amal sabar datang kepadanya dan mengambil tempat di dalam kuburnya.
Kemudian Allah mengirimkan sebagian dari azab-Nya. Lalu azab itu datang dari arah kanannya, maka shalat berkata kepadanya, "Pergilah ke arah belakangmu (yakni menyingkirlah kamu)! Demi Allah, dia masih terus-menerus menunaikan amalnya sepanjang usianya, dan sesungguhnya sekarang dia sedang istirahat setelah diletakkan di dalam kuburnya."
Azab datang kepadanya dari sebelah kirinya, maka amal puasanya mengatakan hal yang sama kepada malaikat azab itu. Kemudian azab datang dari arah kepalanya, maka Al-Qur'an dan zikir mengatakan hal yang sama. Lalu azab datang dari arah kedua kakinya, maka amal berjalannya menuju ke shalat mengatakan hal yang sama. Tidak sekali-kali azab datang dari suatu arah dengan maksud untuk mencari jalan masuk kepada si mayat melainkan ia menemukan kekasih Allah itu telah dijaga ketat oleh benteng amalnya.
Maka azab pun tidak berdaya terhadapnya, lalu ia keluar meninggalkannya. Setelah itu amal sabarnya berkata kepada amal lainnya, "Ingatlah, sesungguhnya saya tidak turun tangan tiada lain karena saya hendak melihat terlebih dahulu apa yang akan dilakukan oleh kalian. Jika kalian tidak mampu mencegahnya, maka akulah yang akan mencegahnya. Tetapi sekarang kalian ternyata sudah cukup untuk mencegahnya, dan sekarang aku akan menjadi tabungan baginya kelak di sirat dan mizan (neraca amal).”
Kemudian Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya bagaikan kilat yang menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, gigi taringnya bagaikan benteng, dan napasnya bagaikan semburan api. Rambut keduanya panjang sampai ke bahu masing-masing yang lebarnya sama dengan perjalanan sejauh anu, sedangkan rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari kedua malaikat tersebut. Kedua malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir, di tangan masing-masing tergenggam sebuah palu (gada); seandainya kabilah Rabi'ah dan Mudar bergabung menjadi satu untuk mengangkatnya, tentulah mereka masih belum dapat mengangkatnya.
Kedua malaikat itu berkata kepadanya, "Duduklah!" Maka bangkitlah orang mukmin itu, lalu duduk dengan tegak, dan kain kafannya jatuh sampai pinggangnya. Keduanya bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang akan mampu berbicara dalam keadaan seperti itu, sedangkan engkau telah menggambarkan kedua malaikat tersebut dengan rupa yang amat mengerikan?" Rasulullah ﷺ menjawab dengan membaca firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27) Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan agamaku adalah Islam yang dianut juga oleh para malaikat; serta nabi (panutan)ku adalah Muhammad, penutup para nabi." Kedua malaikat itu berkata, "Kamu benar." Lalu dikembalikanlah ia ke dalam kuburnya dan di luaskan kuburnya sejauh empat puluh hasta ke sebelah depannya, ke sebelah kanan dan kirinya diluaskan pula masing-masing empat puluh hasta, dari arah belakangnya diluaskan empat puluh hasta, dari arah kepalanya empat puluh hasta, dan dari arah kedua kakinya empat puluh hasta. Maka diluaskan baginya sebanyak dua ratus hasta. Al-Bursani mengatakan bahwa ia menduga si perawi bermaksud empat puluh hasta sekelilingnya. Kemudian kedua malaikat itu berkata kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!" Tiba-tiba ia melihat sebuah pintu yang menuju surga dibuka. Lalu keduanya berkata pula, "Hai kekasih Allah, inilah tempat tinggalmu karena kamu telah taat kepada Allah." Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya pada saat itu juga hatinya kemasukan rasa gembira yang tidak pernah lenyap selama-lamanya." Kemudian dikatakan kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu." Maka ia melihat ke arah bawahnya, tiba-tiba terlihat sebuah pintu yang menuju neraka dibuka.
Kedua malaikat itu berkata, "Hai kekasih Allah, engkau telah selamat pada akhirnya." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya pada saat itu hatinya kemasukan rasa gembira yang tidak pernah pudar selama-lamanya." Perawi mengatakan bahwa Siti Aisyah berkata, "Dibukakan baginya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju surga, sehingga sampai kepadanya angin surga yang menyejukkan, hingga Allah membangkitkannya kelak (di hari kiamat)."
Dengan sanad yang sama sampai kepada Nabi ﷺ disebutkan bahwa Allah ﷻ berfirman kepada malaikat maut, "Pergilah kamu kepada musuhKu, dan datangkanlah ia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah meluaskan rezekinya dan memudahkan nikmat-Ku baginya, tetapi ia membangkang, tidak mau taat kepada-Ku, melainkan hanya mau durhaka kepada-Ku. Datangkanlah dia kepada-Ku, Aku akan membalasnya."
Malaikat maut berangkat untuk menjemput orang yang dimaksud dalam rupa yang paling mengerikan yang belum pernah dilihat oleh seorang manusia pun. Dia mempunyai dua belas mata, dan membawa tusukan dari api yang banyak durinya. Dia datang bersama lima ratus malaikat yang membawa tembaga dan bara dari api neraka jahannam, dan mereka membawa cemeti dari api yang lenturannya sama dengan cemeti, tetapi berupa api yang menyala-nyala.
Malaikat maut memukulnya dengan tusuk besi itu dengan tusukan yang keras sehingga semua duri yang ada padanya masuk ke dalam akar tiap rambut yang ada pada tubuhnya, pori-pori keringatnya, dan kuku-kukunya. Kemudian malaikat maut memutar-mutarkannya dengan putaran yang keras. Malaikat maut mencabut rohnya dari bawah kuku jari-jari kedua telapak kakinya, lalu menghentikannya sampai ke mata kakinya.
Disebutkan bahwa orang yang menjadi musuh Allah itu tidak sadarkan diri karena sakit yang tak terperikan, maka malaikat maut memelankan cabutannya. Sedangkan malaikat-malaikat lainnya memukuli bagian muka dan bagian belakang tubuh orang itu dengan cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menariknya kembali dengan kuat dan mencabut rohnya dari kedua mata kakinya sampai kepada kedua lututnya, lalu musuh Allah itu tidak sadarkan diri, dan malaikat maut memelankan cabutannya.
Para malaikat lainnya terus memukuli bagian depan dan belakang tubuhnya dengan cemeti-cemetinya. Kemudian malaikat maut menarik rohnya dengan tarikan yang kuat dari kedua lututnya sampai kepada pinggangnya, dan musuh Allah itu merasakan sakit yang tak terperikan; lalu malaikat maut memelankan cabutannya, sedangkan malaikat-malaikat lainnya memukulinya, dengan cemeti-cemetinya pada bagian depan dan belakang tubuhnya. Demikianlah seterusnya dilakukan hal yang sama sampai ke dadanya, lalu ke tenggorokannya, Kemudian para malaikat menggelarkan tembaga dan bara api neraka Jahannam itu di bawah dagunya.
Lalu malaikat maut berkata, "Keluarlah, hai roh yang terkutuk, menuju kepada siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih, dalam naungan asap hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan." Apabila malaikat maut telah mencabut rohnya, maka roh berkata kepada jasadnya, "Semoga Allah membalasmu dengan balasan yang buruk karena perbuatanmu kepadaku. Sesungguhnya dahulu kamu membawaku dengan cepat kepada kemaksiatan terhadap Allah. Lamban dalam membawaku kepada ketaatan terhadap Allah. Sesungguhnya aku sekarang telah binasa, dan kamu pun binasa pula." Jasad pun mengatakan hal yang sama kepada rohnya. Dan semua tempat di bumi yang dia pernah berbuat durhaka padanya melaknatinya.
Lalu bala tentara iblis berangkat menghadap kepada iblis menyampaikan berita gembira kepadanya bahwa mereka telah berhasil memasukkan seorang hamba dari Bani Adam ke dalam neraka.
Apabila ia telah diletakkan di dalam kuburnya. Maka kuburannya menjepitnya hingga tulang-tulang iganya berantakkan; yang sebelah kanan masuk ke sebelah kiri, sedangkan yang sebelah kiri masuk ke sebelah kanan. Kemudian Allah mengirimkan kepadanya ular-ular hitam yang besarnya seperti leher unta yang menggerogotinya dari kedua telinganya dan dari jari jempol kedua telapak kakinya hingga bertemu di bagian tengah tubuhnya.
Lalu Allah mengirimkan dua malaikat yang mata keduanya seperti kilat menyambar, suaranya bagaikan guntur yang menyambar, dan gigi taringnya seperti benteng, nafasnya seperti semburan api, rambutnya panjang sampai ke pundaknya yang lebar salah satu sisinya sama dengan jarak perjalanan seanu, rasa belas kasihan dan rahmat telah dicabut dari hati keduanya. Kedua malaikat itu yang satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakir.
Pada tangan masing-masing terdapat sebuah gada, seandainya kabilah Rabi'ah dan Mudar bersatu untuk mengangkatnya, mereka tidak dapat mengangkatnya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Duduklah!" Maka ia duduk tegak dan kain kafannya jatuh sampai batas pinggangnya. Kedua malaikat berkata kepadanya, "Siapakah Tuhanmu, apakah agamamu, dan siapakah nabi (panutan)mu?" Ia menjawab, "Tidak tahu." keduanya berkata, "Kamu tidak tahu dan tidak pula pernah membaca (mengenainya)." Maka keduanya memukulnya dengan pukulan yang percikannya berhamburan menerangi kuburnya, kemudian kembali memukulinya.
Kedua malaikat berkata kepadanya, "Lihatlah ke atasmu!" Tiba-tiba sebuah pintu dari surga dibuka, lalu keduanya berkata, "Hai musuh Allah, inilah tempatmu seandainya kamu taat kepada Allah." Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya dia dalam hatinya kemasukan rasa menyesal yang tidak pernah kunjung pudar selama-lamanya." Dan keduanya berkata kepadanya, "Lihatlah ke bawahmu!" Maka ia melihat ke arah bawahnya, Tiba-tiba sebilah pintu menuju neraka dibuka, lalu keduanya berkata, "Hai musuh Allah, inilah tempat tinggalmu, karena kamu durhaka kepada Allah." Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya hatinya kemasukan rasa menyesal yang tidak pudar selama-lamanya." Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa Siti Aisyah r.a. telah mengatakan, "Lalu dibukakan untuknya tujuh puluh tujuh pintu yang menuju neraka, sehingga panasnya neraka dan asapnya sampai kepadanya, hingga Allah membangkitkannya dari kuburnya." Hadis ini sangat garib (asing) dan teksnya mengandung keanehan.
Ar-Raqqasy (salah seorang perawinya) menambahkan riwayat lain dari Anas, isinya banyak mengandung hal yang garib dan munkar, sedangkan dia sendiri orangnya daif (lemah) dalam periwayatan hadis, menurut pendapat para imam ahli hadis.
Abu Daud mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, dari Abdullah ibnu Bujair, dari Hani' maula Usman, dari Usman r.a. yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ apabila ia telah selesai dari mengebumikan jenazah seseorang, beliau berdiri di dekat kuburnya, lalu bersabda: “Mohonlah ampunan buat saudara kalian dan mintakanlah keteguhan buatnya (kepada Allah), karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanyai.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara munfarid.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih telah mengetengahkan sebuah hadis sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya.” (Al-An'am: 93), hingga akhir ayat. Hadisnya sangat panjang, diriwayatkan melalui jalur-jalur yang garib, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu, di dalamnya terdapat banyak hal yang garib pula.
Firman Allah: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Alqamah ibnu Marsad; ia pernah mendengar Sa'd ibnu Ubaidah menceritakan hadis dari Al-Barra ibnu Azib r.a., bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang muslim apabila ditanya di dalam kuburnya, ia mengemukakan persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Yang demikian itu adalah firman-Nya, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat" (Ibrahim: 27).
Imam Muslim telah meriwayatkannya pula, demikian juga jamaah lainnya yang semuanya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zadzan, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan, "Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk melayat jenazah seorang Ansar.
Setelah kami sampai di kuburnya, si jenazah masih belum dimasukkan ke liang lahadnya. Maka Rasulullah ﷺ duduk, dan kami duduk di sekitarnya, saat itu di atas kepala kami seakan-akan ada burung. Pada waktu itu tangan Rasulullah ﷺ memegang setangkai kayu yang beliau ketuk-ketukkan ke tanah, lalu beliau mengangkat kepala dan bersabda, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur,' sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya seorang hamba yang beriman apabila habis masa hidupnya di dunia ini dan akan berpulang ke alam akhirat, turunlah kepadanya malaikat dari langit yang berwajah putih, seakan-akan wajah mereka adalah matahari. Mereka membawa kain kafan dari kafan surga dan wewangian dari wewangian surga, lalu mereka duduk di dekatnya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya, lalu ia berkata, 'Hai jiwa yang baik, keluarlah kamu menuju kepada ampunan dan rida dari Allah.' Maka keluarlah rohnya dengan mudah seperti setetes air yang keluar dari mulut wadah minuman, lalu malaikat maut mengambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka dia tidak membiarkannya berada di tangannya barang sekejap pun melainkan para malaikat itu mengambilnya dengan segera, lalu mereka masukkan ke dalam kain kafan dan wewangian yang mereka bawa itu.
Maka keluarlah darinya bau minyak kesturi yang paling harum di muka bumi ini. Mereka membawanya naik (ke langit). Maka tidak sekali-kali mereka melewati sejumlah malaikat, melainkan malaikat-malaikat itu bertanya, 'Siapakah pemilik roh yang wangi ini?' Para malaikat yang membawanya menjawab, 'Fulan bin Fulan,' dengan menyebutkan nama terbaiknya yang menjadi sebutan namanya ketika di dunia. Hingga sampailah mereka ke langit pertama, lalu mereka mengetuk pintunya dan dibukakanlah pintu langit untuknya.
Maka ikut mengiringinya semua malaikat yang menghuni langit pertama itu sampai ke langit berikutnya, hingga sampailah ia ke langit yang ketujuh. Maka Allah berfirman, 'Catatlah bagi hamba-Ku ini catatan orang-orang yang masuk surga Illiyyin, dan kembalikanlah jasadnya ke bumi, karena sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari tanah, maka Aku kembalikan mereka ke tanah, dan Aku akan hidupkan mereka dari tanah kali yang lain.' Maka rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan datanglah dua malaikat kepadanya, lalu kedua malaikat itu mendudukkannya dan bertanya kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Ia menjawab, 'Tuhanku Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah agamamu?' Ia menjawab, 'Agamaku Islam.' Keduanya bertanya, 'Siapakah lelaki ini yang diutus kepada kalian?' Ia menjawab, 'Dia adalah utusan Allah.' Keduanya bertanya, 'Apakah ilmumu?' Ia menjawab, 'Saya telah membaca Kitabullah, maka saya beriman kepadanya dan membenarkannya.' Maka berserulah suara dari langit yang mengatakan, 'Benarlah apa yang dikatakan hamba-Ku. Maka hamparkanlah untuknya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu yang menuju surga.' Maka kenikmatan dan wewangian surgawi datang kepadanya, dan diluaskanlah kuburnya sejauh mata memandang baginya. Lalu datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah, dan baunya sangat wangi. Lelaki itu berkata, 'Bergembiralah kamu dengan keadaan yang menggembirakanmu ini. Hari ini adalah hari kamu yang pernah dijanjikan kepadamu.' Maka ia bertanya kepada lelaki itu, 'Siapakah kamu ini, melihat rupamu kamu adalah orang yang datang dengan membawa kebaikan.' Maka lelaki itu menjawab, 'Aku adalah amalmu yang saleh.' Maka ia berkata, 'Wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, wahai Tuhanku, jadikanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta bendaku.'
Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila telah terputus dari dunianya dan akan menghadap ke alam akhiratnya, turunlah kepadanya malaikat-malaikat dari langit yang semuanya berwajah hitam dengan karung yang kasar. Lalu para malaikat itu duduk di dekatnya sejauh mata memandang: Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya. Maka malaikat maut berkata, 'Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kepada murka dan benci Allah!' Maka rohnya berpencar ke seluruh tubuhnya (yakni menolak), hingga malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut tusuk sate dari kain bulu yang basah; malaikat maut mencabutnya dengan paksa.
Allah meneguhkan hati orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, dalam kehidupan mereka di dunia dan
di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dari jalan kebenaran, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, seperti memberi
hidayah kepada orang mukmin dan membiarkan sesat orang yang ingkar. Allah membiarkan sesat orang yang ingkar, namun bukan berarti
Allah berbuat sewenang-wenang. Apa yang mereka alami merupakan
akibat dari perbuatan buruk mereka sendiri. Wahai manusia, tidakkah
kamu memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang kafir yang telah
menukar nikmat yang telah Allah turunkan kepada mereka, seperti nikmat kesejahteraan dan pengutusan para rasul kepada mereka, dengan
ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan dengan mengajak mereka memusuhi Allah dan utusan-Nya'.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh, baik dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dalam ayat ini selanjutnya, Allah ﷻ menegaskan bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri, tanpa mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan sebagainya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sekarang Allah mengemukakan suatu perumpamaan lagi,
Ayat 24
“Apakah tidak engkau lihat betapa Allah mengadakan perumpamaan; suatu kalimat yang baik, adalah laksana suatu pohon yang baik, uratnya kokoh dan cabangnya ke langit."
Kalimat yang baik adalah laksana pohon kayu yang baik: berurat tunggang yang teguh terhunjam ke petala bumi dan bercabang, ber-dahan yang kuat menengadah langit. Apakah kalimat yang baik itu? Itulah dia kalimat Islam. Dari sana dimulai Islam, dari sana pokok dan sumbernya, yaitu Kalimat La Ilaha lllallah dil ‘ll all.
“Tidak ada Tuhan, melainkan Allah."
Kalimat inilah yang diumpamakan dengan pohon yang baik, berurat teguh ke bumi, berdahan kuat ke langit. Oleh karena subur tumbuhnya dan teguh uratnya mengambil dari tanah dengan sendirinya pohonnya pun subur. Dan apabila pohon subur, dahan berjerampah dan daun pun rindang maka dahan-dahan daun-daun pun dapat pulalah menghisap cahaya matahari dan itulah yang menambah subur seluruhnya. Karena kesuburan suatu pohon sangat bertali di antara penghisapan sari bumi dari urat dan penghisapan sari udara dari cahaya matahari dan daun-daun. Kalau kalimat syahadat ini sudah tertanam dalam jiwa, berarti bahwa kita telah menahankan Syajaratul Hayah, atau Pohon Hidup, atau Pohon Terang. Maka seluruh gerak-gerik kehidupan Muslim dimulai dengan kalimat ini dan disudahi dengan kalimat ini juga. Mulai dia bertumbuh, lalu dipupuk baik-baik, disiram, dikenakan udara dan cahaya matahari, dengan demikian berjerampahlah cabang, dahan dan rantingnya dan daun-daunnya. Itulah hidup yang subur, atau itulah yang sebenarnya hidup. Kalau tidak ada itu, berarti sama dengan mati.
Apabila diselidiki secara mendalam, maka pada jiwa setiap orang yang berakal sudah ada bibit kalimat itu. Tetapi bisa mati sebelum berkembang, atau merana karena kurang dipupuk atau ditanamkan pula tanaman lain di sampingnya, atau tidak disiangi rumput yang mengelilinginya, sehingga dia kerdil dan kurus, sebab lebih tinggi rumput yang mengelilingi itu daripada pohon asli yang mesti dipelihara itu sendiri. Karena sari tanah yang sedianya akan dihisapnya sendiri telah disekutui pula menghisapnya oleh tanaman atau rumput yang lain itu.
Kalimat yang baik itu berarti juga iman; maka pupuknya ialah ibadah dan dzikir (ingat) yang tidak berhenti-henti kepada Allah dan buahnya ialah amal.
Ayat 25
“Dia hasilkan buahnya tiap-tiap masa dengan izin Tuhannya."
Maka oleh karena baik pupuknya, baik pemeliharaannya, subur tanah tempatnya tumbuh dan selalu dapat menghisap udara dan tidak ada yang menghambat buat mengambil cahaya matahari, dengan sendirinya dia terus menghasilkan buah, tidak menghitung musim; di musim papas, di musim hujan, di musim rontok atau di musim semi, dia tetap menghasilkan buah. Allahu Akbar.
Itulah yang dinamai kalimat tauhid/ Sebab hanya satu Dia, tidak dua. Itulah yang dinamai kalimat ikhlas/ Yakni jujur hati, jujur jiwa, hanya dihadapkan kepada-Nya saja. Itulah yang dinamai kalimat islam! Menyerah sepenuh hati dengan ridha, hanya kepada-Nya saja, tidak kepada yang lain.
Maka dengan sendirinya inilah yang menghasilkan buah yang lebat, selalu berbuah, dengan tiada mengenal musim. Betapa pun hebatnya angin ribut, taufan halimbubu, yang tadi telah menghembuskan segala debu dan menumbangkan sekalian bangunan yang tidak berdasar, namun pohon yang baik ini tetap
tegak dengan jayanya. Dan walaupun datang kemarau panjang, sehingga banyak tumbuh-tumbuhan yang mati karena tidak mendapat siraman air hujan apatah lagi sumur-sumur pun telah kering, namun pohon ini tetap tegak dengan daunnya yang menghijau, dan berbuah, sebab uratnya jauh terhunjam ke petala bumi, tempat yang ada air.
“Dan Allah mengadakan perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, supaya mereka ingat."
Diberi perumpamaan yang indah ini supaya manusia tetap ingat, agar bibit pohon itu yang telah ada dalam jiwa dan akal kita sejak kita dilahirkan ke dunia, jangan sampai layu. Biar dia tumbuh dengan suburnya. Kewajiban suatu rumah tangga memelihara pohon al-Hayah ini pada seisi rumah tangga, kewajiban ayah bunda memupuknya pada anak. Dia mesti dipelihara terus. Pemeliharaan itulah yang di dalam bahasa Arab disebut takwa, berasal dari kalimat Wiqayah; pemeliharaan. Jangan ada yang menghambatnya dari cahaya matahari. Cahaya matahari itu diambil dengan mengerjakan shalat, sehingga sampailah dahan dan cabang kayu itu ke langit. Segala amal yang saleh, budi yang mulia, cinta dan kasih kepada sesama manusia, tangan yang murah memberi, dan lain-lain, itulah buahnya. Dan ini tidaklah dapat ditumbangkan: In syaa Allah!
Kemudian Allah melanjutkan perumpama-an-Nya pula tentang hal bandingan dan ban-dingan dari kalimat yang baik itu, yaitu kalimat yang buruk.
Ayat 26
“Dan perumpamaan kalimat yang buruk, adalah laksana pohon yang buruk, ditumbangkan dari atas bumi, tidak ada baginya keteguhan."
Kalimat yang buruk ialah kalimat yang syirik, memperserikatkan yang lain dengan Allah, adalah sama perumpamaannya dengan pohon yang buruk. Entah pohon jelatang yang gatal, entah pohon duri yang menyangkut baju dan melampus kaki, entah pohon beracun sebagai bia-bia dan ipuh dan upas yang mengandung racun. Meskipun pohon itu ada, dan tumbuh, akan lekas jualah tumbangnya, sebab uratnya tidak teguh terhunjam ke bumi, tidak ada ketetapan baginya. Kadang-kadang lekaslah dia ditebang orang, karena dipandang berbahaya, atau tumbang dengan sendirinya karena rapuh tempat tumbuhnya, atau terpencillah dia di tempat jauh, karena tidak ada orang yang mempergunakan. Atau tidak menjadi sebutan orang, karena tidak akan ada faedahnya.
Setelah itu Allah melanjutkan lagi betapa pengaruh kalimat yang baik itu bagi jiwa orang yang beriman.
Ayat 27
“Allah akan menetapkan orang-orang yang beriman, dengan kata-kata yang tetap, pada kehidupan dunia ini dan pada akhirat."
Inilah jaminan Allah bagi orang yang beriman yang telah memupuk kalimat itu dalam jiwanya. Dalam kehidupan dunia, orang yang berpegang pada kalimat itu akan diberi ketetapan hati, tidak bergoyang, tidak berubah pendiriannya pada tauhid, karena kalimat itu telah dipupuknya. Dalam kehidupan dunia dia telah menjadi tiang (rukun) pertama dari Islamnya.
Laa Ilaha, Illallah: dua kata: Tidak ada Tuhan, melainkan Allah.
Ahli dzikir menamainya dzikir nafi dan itsbat.
Pertama nafi. Artinya meniadakan per-tuhanan yang lain.
Kedua itsbat. Artinya menetapkan bahwa Tuhan itu hanya satu, yaitu Allah. Dalam kata biasa disebut betina dan jantan. Menurut ilmu alam disebut negatif dan positif Pertemuan di antara negatif dan positif itulah yang menghasilkan atom, yang menimbulkan tenaga elekstrisitet. Pertemuan negatif positif itulah yang menimbulkan Quwwah. Sekeras menafikan, sekeras itu pula mengitsbatkan. Yang lain tidak ada yang Tuhan. Hanya satu Tuhan yaitu Allah. Pengaruhnya amat besar atas jiwa, sehingga jiwa menjadi Quwwah (kuat), teguh dan tetap. Keteguhan dan ketetapan itulah yang amat diperlukan dalam melalui hidup ini. Siapa yang goyah, tumbanglah hidupnya. Maka Allah menjanjikan bahwa barangsiapa yang berpegang dengan itu, dengan Nafi—Itsbat “La Ilaha Illallah" itu, akan dianugerahi-Nya kekuatan. Bukan saja di dunia, bahkan lanjut sampai kepada kehidupan akhirat. Sebab jiwa itu sudah mempunyai keteguhan satu pen-dirian di waktu hidup, maka pendirian ini tidak akan berubah lagi sampai ke akhirat. Maka agar ucapan lidah menguatkan pula bagi ucapan hati, Rasulullah ﷺ menyuruhkan, bila seseorang akan mati; hendaklah orang-orang yang hadir di dekatnya dalam sakaratul maut itu mengajarkan kalimat syahadah itu pada telinganya. Sebab maut adalah pintu gerbang daripada hidup baqa sesudah hidup yang fana. Lantaran itu dapatlah dipahamkan bahwa orang yang beriman dan yang telah subur “Pohon Yang Baik" itu dalam jiwanya, baginya tidaklah ada ketakutan menghadapi maut dan tidak ada rasa duka cita. Sebab maut itu dipandangnya hanya perpindahan saja dari hidup yang sempit ini kepada hidup yang lebih lapang, yaitu hidup Liqaai Rabbihi. Akan bertemu dengan Allah. Allah yang telah diakuinya dengan segenap jiwa raganya dan pengurbanannya.
Kelanjutan dan ayat itu berbunyi, “Dia akan disesatkan oleh Allah orang-orang yang zalim." Yaitu orang-orang yang tidak memupuk kalimah thayyibah itu dalam dirinya, sehingga merana dan tumbang yang membawa celaka bagi dirinya sendiri.
“Dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki."
Dan meskipun Aliah berbuat apa yang Dia kehendaki, namun sekali-kali tidaklah keluar dari garis adil dan patut, sekali-kali tidak Dia melakukan kehendak-Nya dengan aniaya, cuma insan jualah yang selalu zalim (aniaya) akan dirinya.
Setelah kita menilik dengan seksama rangkaian ayat, dapatlah kita memahamkan betapa letak di antara kalimah thayyibah (kata yang baik) dengan syajarah thayyibah (pohon yang baik), sebagai lawan dari kalimah khabitsah (kata yang buruk) dengan syajarah khabitsah (pohon yang buruk) dalam ayat-ayat ini.
Kita telah melihat betapa hebatnya perjuangan rasul-rasul Allah menegakkan kebenaran, sejak dari Nabi Muhammad yang disuruh oleh Allah mengeluarkan manusia dari gelap gulita jahiliyah kepada nur, atau terang-benderangnya tauhid dan makrifat kepada Ilahi, kita pun telah diberi perumpamaan dengan perjuangan Nabi Musa menentang per-tuhanan Fir'aun, yang sampai mengakui dirinya yang maha kuasa. Dan kepada kita pun telah dijelaskan dalam surah ini perjuangan nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain, mengajak kaum mereka kepada jalan yang benar. Lalu dijelaskan pula soal-jawab atau dialog di antara rasul itu dengan mereka. Sampai di antara mereka itu ada yang berani mengatakan bahwa kalau rasul itu tidak mau berhenti dari dakwah itu, akan diusir dari kampung halaman.
Akhirnya kepada kita diterangkan kekecewaan di hari akhirat kelak bagi orang yang beragama hanya karena turut-turutan kepada orang yang dipandang berpengaruh. Bahkan diterangkan juga betapa setan berlepas diri setelah dalam dunia mereka membujuk merayu supaya manusia menjauhi jalan Allah dan menuruti bimbingannya. Dan Allah pun membuat perumpamaan orang yang beramal tidak mempunyai tujuan baik laksana orang yang melihat debu dihembus angin di padang belantara, tidak mendapat hasil sama sekali, bahkan kosong.
Dari segala rentetan ayat ini dapatlah kita pahamkan bahwasanya di dunia ini terjadi perjuangan di antara dua kalimat, yaitu kalimat yang baik, kalimah thayyibah dengan kalimah khabitsah, atau kalimat yang buruk.
Kalimat yang baik adalah laksana pohon rindang yang baik, yang subur, uratnya masuk terhunjam ke petala bumi dan pucuknya me-lepai sampai mencapai langit dan buahnya selalu diambil. Bagaimanapun besarnya angin yang mencoba hendak meruntuhkannya, namun dia bertambah kena angin, bertambah teguh dan kukuh. Maka kedatangan rasul-rasul sejak zaman Adam atau Nuh, sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ dan sampai kepada hari kiamat, ialah memperjuangkan kalimah thayyibah itu. Ulama-ulama tafsir, sejak dari ulama sahabat sebagai Ibnu Abbas telah menjelaskan bahwasanya kalimah thayyibah itu ialah La Haha Illallah — Tidak ada Tuhan selain Allah!
Bagaimanapun hebatnya perjuangan kaum jahiliyyah di dunia ini, kaum kufur dan munafik hendak menumbangkan kalimah thayyibah itu, tidaklah akan berhasil maksud mereka, sebab urat pohon itu telah terhunjam dalam petala bumi. Adapun kayu yang lain ialah kalimah khabitsah, kayu yang buruk, yang mumuk, yang tidak terhunjam uratnya ke bumi, sebab dia tumbuh pada tanah yang gersang, tidak dipupuk dengan air iman oleh orang-orang yang berlindung di bawah pohon kayu itu. Berkali-kali pohon yang buruk itu telah tumbang, namun pohon yang baik pusaka nabi-nabi masih tetap tegak.
Maka orang-orang yang bernaung di bawah pohon kayu yang baik lagi rindang itu, pemegang kalimat yang baik, akan teguhlah pendiriannya sejak dari dunia sampai ke akhirat. Tidak dia dapat digeserkan atau digoyahkan. Dan kayu yang buruk tumbanglah dia dari muka bumi, tidaklah dapat dia bertahan lama; dan orang yang zalim akan disesatkan terus oleh Allah.
Maka teringatlah kita akan sebuah hadits Anas yang disalinkan oleh al-Qurthubi di dalam tafsirnya,
“Perumpamaan iman itu ialah laksana pohon kayu yang tumbuh dengan teguh tegap. Iman adalah akar-akarnya, shalat adalah urat-uratnya dan zakat adalah ranting-rantingnya, puasa adalah dahan-dahannya, bersakit-sakit menegakkan agama Allah adalah tumbuh-tumbuhannya, budi pekerti yang luhur sebagai daun-daunnya, dan menahan diri dari segala yang diharamkan Allah adalah buahnya."
Dan sabda Nabi untuk pedoman sesudah kita meninggal,
“Seorang Muslim apabila disoal dalam kubur, dia mengucapkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, itulah yang dimaksud dengan ayat ditetapkan Allah orang yang beriman dengan kata yang tetap ketika hidup di dunia dan akhirat." (HR Bukhari, Muslim dan Ashhabus Sunan)