Ayat
Terjemahan Per Kata
فَقَالُواْ
maka mereka berkata
عَلَى
atas/kepada
ٱللَّهِ
Allah
تَوَكَّلۡنَا
kami bertawakkal
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لَا
jangan
تَجۡعَلۡنَا
Engkau jadikan kami
فِتۡنَةٗ
fitnah
لِّلۡقَوۡمِ
bagi kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
فَقَالُواْ
maka mereka berkata
عَلَى
atas/kepada
ٱللَّهِ
Allah
تَوَكَّلۡنَا
kami bertawakkal
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لَا
jangan
تَجۡعَلۡنَا
Engkau jadikan kami
فِتۡنَةٗ
fitnah
لِّلۡقَوۡمِ
bagi kaum
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
Terjemahan
Mereka pun berkata, “Kepada Allahlah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi kaum yang zalim.
Tafsir
(Lalu mereka berkata, "Kepada Allahlah kami bertawakal. Ya Rabb kami! Janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim) artinya janganlah Engkau membuat mereka menang atas diri kami sehingga mereka menduga bahwa mereka berada dalam jalan yang benar lalu mereka berani menyiksa kami.
Tafsir Surat Yunus: 84-86
Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang muslim (berserah diri).
Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim,
Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.
Ayat 84
Allah ﷻ berfirman menceritakan tentang Musa, bahwa ia berkata kepada kaum Bani Israil: “Hai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kalian benar-benar orang muslim (berserah diri).” (Yunus: 84) Maka sesungguhnya Allah akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya, seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.” (Az-Zumar: 36)
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (At-Talaq: 3)
Allah ﷻ sering kali menyebutkan ibadah dan bertawakal secara beriringan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” (Hud: 123)
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
“(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (Al-Muzzammil: 9)
Allah ﷻ pun telah memerintahkan orang-orang mukmin untuk mengucapkan ayat berikut ini secara berkali-kali dalam salat mereka: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
Kaum Bani Israil telah melakukan hal tersebut.
Ayat 85
“Mereka berkata: ‘Kepada Allah-lah kami bertawakal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim’.” (Yunus: 85)
Maksudnya, janganlah Engkau memberikan kemenangan kepada mereka atas kami dan menjadikan mereka berkuasa atas kami sehingga mereka mengira bahwa semata-mata mereka berkuasa karena berada dipihak yang benar sedangkan kita berada dipihak yang batil, ini menyebabkan mereka berada di atas angin.
Hal yang sama telah diriwayatkan yang bersumber dari Abu Mijlaz dan Abud-Duha. Sedangkan Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Mujahid, “Janganlah Engkau mengazab kami melalui kekuatan Fir'aun dan pasukannya, dan jangan pula melalui tangan kekuasaan (malaikat) dari sisi Engkau yang pada akhirnya kaum Fir'aun akan mengatakan, 'Seandainya mereka berada di pihak yang benar, tentulah mereka tidak disiksa dan kita pun tidak dapat berkuasa atas mereka. Terlebih lagi menindas kita’."
Abdur-Razzak telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyainah dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid mengenai firman-Nya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.” (Yunus: 85) Maksudnya, janganlah Engkau membiarkan mereka dapat menguasai kami karena mereka pasti akan memfitnah kami.
Ayat 86
Firman Allah ﷻ: “Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau.” (Yunus: 86)
Yakni bebaskanlah kami berkat rahmat dan kebaikan dari-Mu.
“Dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” (Yunus: 86)
Yaitu dari orang-orang yang kafir terhadap kebenaran dan yang berusaha membungkamnya. Kami telah beriman kepada Engkau dan bertawakal kepada Engkau.
Setelah mendengar nasehat Nabi Musa lalu mereka berkata, Kepada Allah-lah kami bertawakal, menyerahkan segala urusan kami. Mereka berdoa: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah, yakni siksaan dan gangguan bagi kaum yang zalim, Setelah mendengar nasehat Nabi Musa lalu mereka berkata, Kepada Allah-lah kami bertawakal, menyerahkan segala urusan kami. Mereka berdoa: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah, yakni siksaan dan gangguan bagi kaum yang zalim,
Orang-orang yang beriman lagi taat ketika mendengar seruan Musa, mereka segera menyambutnya dengan penuh ketaatan, bahkan mereka hanya bertawakkal kepada Allah. Mereka menyadari bahwa kemenangan dan kebahagiaan yang dijanjikan Tuhan kepada orang-orang yang beriman tergantung kepada iman, amal, dan tawakal mereka. Kemudian sesudah tawakal, mereka berdoa kepada Allah agar memelihara mereka dari kejahatan orang-orang yang zalim serta melindungi mereka dari upaya orang-orang yang ingin memalingkan mereka dari agama.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 83
“Maka tidaklah ada yang beriman kepada Musa kecuali anak-cucu dari kaumnya."
Anak-cucu dari suatu kaum ialah anak-anak mudanya. Pangkal ayat ini menjelaskan bagi kita sebab-sebabnya maka hanya golongan muda yang menyatakan iman kepada Musa dan orang-orang tuanya tidak banyak yang terang-terang menyatakan iman, ialah “Karena takut dari Fir'aun dan orang besar-besar mereka, bahwa akan mereka fitnahi." Rupanya, sejak kekalahan ahli-ahli sihir itu dalam satu pertemuan umum yang dihadiri oleh beribu-ribu orang, menyebabkan Fir'aun bertambah takut bahwa pengaruh Musa akan bertambah besar. Di dalam surah al-Mu'min ayat 26; Allah menjelaskan bahwa karena takut akan bertambah besarnya pengaruh Musa, Fir'aun bermaksud hendak membunuhnya. Karena kalau dia masih hidup, akhir kelaknya agama rakyatnya akan ditukar Musa, dan akan kacaulah susunan kerajaan. Sebab dengan demikian Fir'aun tidak akan diakui lagi sebagai Allah. Yang menghalang-halangi maksud Fir'aun yang jahat itu adalah seorang keluarga istana sendiri yang telah beriman diam-diam, seperti tersebut di dalam ayat 27 surah al-Mu'min itu. Tetapi, sungguh pun Musa tidak jadi dibunuh, peraturan di dalam negeri bertambah keras, dan pengawasan kepada orang-orang yang tertarik kepada Musa diperhebat. Bahkan dalam kalangan pemuka-pemuka Bani Israil sendiri ditanam mata-mata atau pengambil muka yang akan melaporkan kepada istana dan memfitnahkan anak buah mereka sendiri. Lantaran itu maka orang-orang tua atau yang telah sarat rumah tangganya atau yang kehidupannya bergantung kepada belas kasihan Fir'aun, tidak mau mengaku iman kepada Musa, Yang menyatakan iman, kalangan muda dan anak-anak cucu."Dan sesungguhnya Fir'aun itu amat berkuasa di bumi." Kekuasaan yang dipunyainya sudah tidak terbatas lagi. Dia dapat memenjarakan, menyiksa, membunuh, membuang, memotongi tangan dan kaki. Mata-matanya banyak sehingga dari kalangan ketua-ketua Bani lsrail sendiri pun ada mata-mata, yang di dalam ayat disebut: “Dan orang besar-besar mereka,"yaitu mereka Bani lsrail. Benar-benar Bani lsrail sudah hilang kemerdekaan, sehingga hendak bercakap pun mesti hati-hati seperti apa yang di zaman penjajahan dinamai penjilat sudah berkeliaran di mana-mana:
“Dan sesungguhnya dia adalah …orang-orang yang melampaui Batas."
Artinya, kekuasaan yang sudah terlampau tinggi itu, yang telah terkumpul semuanya ke tangan orang seorang, dipertahankan dengan segala macam cara dan jalan, sehingga sudah sangat musrif, sudah melampaui segala kepu-tusan, tidak lagi berperikemanusiaan. Itulah sebabnya maka orang merasa takut buat menyatakan iman kepada Nabi Musa.
Ayat 84
“Dan berkata Musa: Wahai kaumku! Jika memang kamu telah beriman kepada Allah, maka kepada-Nyalah hendaknya kamu bertawakal, jika memang kamu telah menyerah diri."
Inilah peringatan Nabi Musa kepada orang-orang yang telah mengakui beriman, yang masih takut-takut melihat besarnya fitnah dan bencana yang mengancam mereka. Beliau memberi peringatan bahwasanya mengakui beriman saja belumlah cukup. Seorang yang telah Mukmin, tentulah Muslim. Muslim artinya menyerah diri. Kalau telah mengakui beriman kepada Allah, niscaya dia telah menyerah diri kepada Allah. Sebab iman adalah kepercayaan hati dan islam adalah pelaksanaan perbuatan. Dan kalau iman dan Islam telah ada, niscaya orang yang beriman dan Islam itu bertawakal kepada Allah.
Ketiganya itu, iman. Islam dan tawakal adalah tali berpilin tiga, muncul satu timbul yang lain. Akan sehingga mana benarkah kekuasaan Fir'aun yang ditakuti itu? Padahal kekuasaan Fir'aun tidak ada artinya di hadapan kekuasaan Allah.
Iman, Islam dan tawakal ini jugalah alat Nabi Nuh di dalam menghadapi bahaya yang diancamkan oleh kaumnya, sebagai tersebut pada ayat 71 dan 72 di atas tadi. Tawakal bu-kanlah berarti berdiam diri saja menunggu nasib, dengan tidak melakukan ikhtiar. Tawakal menyebabkan jiwa jadi kuat. Dan kalau jiwa telah kuat, akal dan pikiran pun terbuka buat menghadapi dan mengatasi kesulitan. Sedang kegelisahan dan kecemasan adalah menutup akal.
Mendengar nasihat Nabi Musa yang demikian, hilanglah kegelisahan orang-orang yang telah beriman itu.
Ayat 85
“Maka berkatalah mereka: Kepada Allah-lah kami bertawakal."
Nasihat nabi mereka telah mereka pegang erat, telah mereka genggam teguh, mereka telah bertawakal. Mereka telah menyerahkan diri kepada Allah, meneguhkan kepercayaan kepada Allah, bahwa Allah tidak akan mengecewakan mereka. Bila tawakal telah jadi pen-dirian jiwa, orang tidak cemas dan takut lagi menghadapi segala kemungkinan. Fir'aun ti-dak akan dapat mengawasi hati manusia. Bertawakal menghilangkan rasa takut akan mati. Fir'aun menyangka, kalau orang telah diancam berbagai ancaman dan tekanan, mereka akan mundur, atau patah semangat, sebab mereka takut mati, padahal ahli-ahli sihirnya sendiri telah menunjukkan di muka orang banyak bahwa mereka bersedia menerima kematian, daripada menyerah dan mengubah keyakinan yang telah mereka dapat dengan melihat sihir mereka telah dikalahkan oleh tongkat Musa. Maka di dalam pangkal doa mereka, sesudah mereka benar-benar bertawakal kepada Allah, mereka memohon lagi,
“Ya Allah kami! Janganlah Engkau jadikan kami fitnah bagi kaum yang zalim."
(ujung ayal 85)
Apakah yang akan dijadikan bahan fitnah oleh orang-orang yang zalim itu? Ialah jika mereka kelihatan lemah, penakut, hina dan berjiwa kecil. Kalau kelihatan demikian, nis-caya pihak orang yang zalim akan memfitnah lagi, mengatakan mereka telah lemah. Kalau mereka miskin, melarat, janganlah sampai hendaknya mereka mengemis meminta tolong kepada orang-orang yang zalim itu. Sebab dengan demikian, keadaan mereka itu akan dijadikan fitnah lagi terhadap orang lain yang ragu-ragu. Untuk meresapkan doa mereka ini, ingatlah bahwa seketika Nabi Muhammad ﷺ mengerjakan Umratul Qadha pada tahun ketujuh Hijriyah, beliau telah memerintahkan kepada para Muslimin yang telah mengikut beliau naik umrah supaya berjalan ke tengah, bertali di kala thawaf atau di kala sa'i supaya orang Quraisyyang mengintip dari jauh jangan menyangka bahwa kaum Muslimin itu lemah. Walaupun mereka miskin, melarat, tertindas, janganlah sampai kejatuhan air muka di hadapan musuh. Sebab pendirian tauhid adalah pendirian yang benar. Dan kemegahan Fir'aun dan mala'ihi yang tengah berkuasa itu pasti tumbang.
Kemudian doa itu diiringi lagi,
Ayat 86
“Dan lepaskanlah kami dengan rahmat Engkau, dari kaum yang kafir."
Ayat doa terakhir ini menunjukkan, tawakal sekali-kali tidak menghilangkan peng-harapan. Sesudah bertawakal ialah berikhtiar. Ikhtiar pertama ialah menjaga diri dan golongan Mukmin jangan sampai jadi fitnah orang-orang yang zalim, bahkan teguh pen-dirian, gagah di dalam menghadapi suka dan duka, dan tfdak menjual pendirian. Dan di
samping itu senantiasa mengharap agar rahmat Allah datang kiranya, sehingga terlepas dari penindasan orang-orang yang kafir ini.
Inilah bimbingan yang telah diberikan Musa kepada kaumnya Bani Israil yang tentu saja dalam permulaan perjuangan itu jumlah pengikut baru sedikit, dan hanya terdiri dari kalangan pemuda, anak-anak cucu. Sebab yang tua-tua takut akan ancaman Fir'aun, dan ancaman yang lebih berbahaya lagi, yaitu pengambil-pengambil muka dari kalangan Bani Israil sendiri, kaki tangan inilah yang lebih berbahaya. Sebab memang, penguasa-penguasa tidak berbatas itu selalu menanam pengambil-pengambil muka dan kaki-tangan, mata-mata, buat mengintip dan melaporkan gerak-gerik dari rakyat yang ditindas.
Tetapi ada satu hal pula yang Fir'aun tidak dapat membendungnya. Yaitu bahwa ke dalam istana sendiri telah menyelinap pengaruh Musa. Dalam istana telah ada orang yang menyembunyikan imannya, yang membela Musa ketika Fir'aun hendak membunuhnya. Surah 40 yang bernama surah al-Mu'min itu, yang berarti “Seorang yang beriman" adalah memperingati orang penting itu dan mengisahkan perjuangannya membela Musa dalam istana. (Akan kita temui kelak tafsirnya di dalam Juz 24. In syaa Allah). Ini pun salah satu anugerah rahmat Allah kepada Musa dan kaumnya, mengabulkan permohonan mereka di dalam ujung doa ini. Mukmin keluarga Fir'aun inilah yang bercakap panjang lebar membela Musa di istana.