At-Taubah: 77

Ayat

Terjemahan Per Kata
فَأَعۡقَبَهُمۡ
maka (Allah) menimbulkan mereka
نِفَاقٗا
kemunafikan
فِي
dalam
قُلُوبِهِمۡ
hati mereka
إِلَىٰ
sampai/kepada
يَوۡمِ
hari/waktu
يَلۡقَوۡنَهُۥ
mereka menemuiNya
بِمَآ
dengan apa/sebab
أَخۡلَفُواْ
mereka memungkiri
ٱللَّهَ
Allah
مَا
apa
وَعَدُوهُ
mereka janjikan kepadaNya
وَبِمَا
dan dengan apa /sebab
كَانُواْ
adalah mereka
يَكۡذِبُونَ
mereka berdusta

Terjemahan

Maka, (akibat kekikiran itu) Dia menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada hari mereka menemui-Nya karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.

Tafsir

Tafsir Surat At-Taubah: 75-78 Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memang orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwa Allah amat mengetahui segala yang gaib? Ayat 75 Allah ﷻ menjelaskan bahwa di antara orang-orang munafik itu terdapat seseorang yang telah memberikan janji dan ikrarnya kepada Allah dengan pernyataan, "Jika Allah memberinya kecukupan dari karunia-Nya, niscaya dia benar-benar akan menyedekahkan sebagian dari hartanya, dan niscaya dia benar-benar akan termasuk orang-orang yang saleh." Akan tetapi, dia tidak memenuhi janji yang telah diucapkannya itu, tidak pula menepati apa yang telah diikrarkannya. Maka Allah menimpakan kepada orang-orang seperti itu sebagai akibat dari perbuatannya sifat kemunafikan yang menetap dalam hatinya hingga hari mereka menghadap kepada Allah ﷻ pada hari kiamat nanti, semoga Allah melindungi kita dari hal seperti ini. Kebanyakan ulama tafsir, antara lain Ibnu Abbas dan Al-Hasan Al-Basri, menyebutkan bahwa ayat yang mulia ini diturunkan berkenaan dengan sikap Sa'labah ibnu Hatib Al-Ansari. Sehubungan dengannya telah disebutkan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsir ayat ini, juga oleh Ibnu Abu Hatim, melalui hadits yang diriwayatkan oleh Ma'an ibnu Rifa'ah, dari Ali ibnu Yazid, dari Abu Abdur Rahman Al-Qasim ibnu Abdur Rahman maula Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah, dari Abu Umamah Al-Bahili, dari Sa'labah ibnu Hatib Al-Ansari yang telah berkata kepada Rasulullah, "Doakanlah kepada Allah, semoga Dia memberiku rezeki harta benda." Rasulullah ﷺ bersabda, "Celakalah kamu, wahai Sa'labah. Sedikit rezeki yang engkau syukuri adalah lebih baik daripada rezeki banyak yang kamu tidak mampu mensyukurinya." Kemudian di lain kesempatan Sa'labah memohon lagi. Maka Rasul ﷺ bersabda, "Tidakkah kamu puas bila kamu meniru jejak Nabi Allah? Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya aku menghendaki agar gunung-gunung itu berubah menjadi emas dan perak untukku, niscaya akan berubah menjadi emas dan perak." Sa'labah berkata, “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, jika engkau berdoa kepada Allah dan Allah memberiku rezeki harta yang banyak, sungguh aku akan memberikan kepada orang yang berhak bagiannya masing-masing." Maka Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah, berilah Sa'labah rezeki harta yang banyak." Perawi melanjutkan kisahnya, "Lalu Sa'labah mengambil seekor kambing betina, maka kambing itu berkembang dengan cepat seperti berkembangnya ulat sehingga kota Madinah penuh sesak dengan kambingnya. Lalu Sa'labah ke luar dari kota Madinah dan tinggal di sebuah lembah yang ada di pinggiran kota Madinah, sehingga ia hanya dapat menunaikan shalat berjamaah pada shalat Zuhur dan Asar saja, sedangkan shalat-shalat lainnya tidak. Kemudian ternak kambingnya berkembang terus hingga makin bertambah banyak, lalu ia menjauh lagi dari Madinah, sehingga tidak pernah shalat berjamaah lagi kecuali hanya shalat Jumat. Lama-kelamaan kambingnya terus bertambah banyak dan berkembang dengan cepat sebagaimana ulat berkembang, akhirnya shalat Jumat pun ia tinggalkan. Dan ia hanya dapat menghadang para pengendara di hari Jumat untuk menanyakan kepada mereka tentang berita Madinah. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Apakah yang telah dilakukan oleh Sa'labah?' Mereka menjawab, 'Wahai Rasulullah, dia telah memelihara ternak kambing, hingga kota Madinah penuh dengan ternaknya.' Lalu diceritakan kepada Nabi ﷺ semua yang dialami oleh Sa'labah. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, 'Celakalah Sa'labah, celakalah Sa'labah, celakalah Sa'labah.' Dan Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: 'Ambillah zakat dari sebagian harta mereka.’ (At-Taubah: 103), hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan fardu zakat. Maka Rasulullah ﷺ mengirimkan dua orang lelaki untuk memungut zakat dari kaum muslim; yang seorang dari kalangan Juhainah, sedangkan yang lainnya dari kalangan Salim. Kemudian Rasul ﷺ menyerahkan sepucuk surat kepada keduanya yang di dalamnya tertera bagaimana caranya memungut zakat harta dari kaum muslim. Dan Rasulullah ﷺ berpesan kepada keduanya, 'Mampirlah kalian berdua kepada Sa'labah dan Fulan, seorang lelaki dari kalangan Bani Salim dan ambillah zakat dari keduanya.' Kedua utusan itu berangkat hingga keduanya sampai di rumah Sa'labah, lalu keduanya meminta zakat dari Sa'labah seraya membacakan surat Rasulullah ﷺ kepadanya. Tetapi Sa'labah menjawab, 'Ini tiada lain sama dengan jizyah (upeti), ini tiada lain sejenis dengan jizyah, saya tidak mengerti apa-apaan ini? Sekarang pergilah dahulu kalian berdua hingga selesai dari tugas kalian, lalu kembalilah kalian kepadaku.' Kedua utusan itu pergi melanjutkan tugasnya, dan ketika orang dari Bani Salim yang dituju oleh keduanya mendengar kedatangan keduanya, maka ia memeriksa ternak untanya yang paling unggul, lalu ia pisahkan dari yang lainnya untuk zakat. Setelah itu ia datang menyambut kedatangan keduanya seraya membawa ternak pilihannya itu. Ketika kedua utusan itu melihat ternak unggul itu, mereka berdua berkata, 'Kamu tidak diwajibkan memberikan yang jenis ini, dan kami tidak bermaksud mengambil jenis ini darimu.' Lelaki dari Bani Salim itu menjawab, 'Memang benar, tetapi ambillah ini, karena sesungguhnya saya berikan ini dengan sukarela, dan sesungguhnya saya telah mempersiapkannya untuk zakat." Maka kedua utusan itu terpaksa menerimanya, lalu pergi melanjutkan tugasnya memungut zakat dari kaum muslim. Setelah selesai, keduanya kembali kepada Sa'labah, dan Sa'labah berkata, 'Perlihatkanlah kepadaku surat kalian berdua.’ Lalu Sa'labah membacanya, sesudahnya ia berkata, 'Ini tiada lain sama dengan jizyah, ini adalah sejenis jizyah. Pergilah kalian berdua, nanti aku akan berpikir terlebih dahulu.' Keduanya pergi, kemudian langsung menghadap Nabi ﷺ. Ketika Nabi ﷺ melihat keduanya, maka beliau bersabda, 'Celakalah Sa'labah,' padahal keduanya belum bercerita kepadanya. Lalu Nabi ﷺ mendoakan keberkahan untuk lelaki dari kalangan Bani Salim (yang telah menunaikan zakatnya itu). Kemudian keduanya menceritakan kepada Nabi ﷺ tentang apa yang dilakukan oleh Sa'labah dan apa yang dilakukan oleh lelaki dan Bani Salim. Dan Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunianya kepada kami pastilah kami akan bersedekah’.” (At-Taubah: 75), hingga akhir ayat. Saat itu di hadapan Rasulullah ﷺ terdapat seorang lelaki dari kalangan kerabat Sa'labah dan ia mendengar tentang hal tersebut. Maka ia pergi dan mendatangi Sa'labah, lalu berkata kepadanya, 'Celakalah engkau, wahai Sa'labah, sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu anu dan anu mengenai dirimu.’ Maka dengan serta merta Sa'labah berangkat hingga sampai kepada Nabi ﷺ, lalu meminta kepada Nabi ﷺ agar mau menerima zakatnya. Tetapi Nabi ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya Allah telah melarang aku untuk menerima zakat darimu.’ Maka Sa'labah meraupkan debu ke kepalanya (sebagai ungkapan penyesalannya). Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Ini adalah balasan amal perbuatanmu. Aku telah memerintahkannya kepadamu, tetapi kamu tidak menaatinya.’ Setelah Rasulullah ﷺ menolak zakatnya, maka ia kembali ke rumahnya, dan Rasulullah ﷺ wafat tanpa menerima suatu zakat pun darinya. Kemudian Sa'labah datang kepada Abu Bakar ketika menjadi khalifah, lalu berkata kepadanya, 'Sesungguhnya engkau telah mengetahui kedudukanku di sisi Rasulullah dan kedudukanku di kalangan orang-orang Anshar, maka terimalah zakatku ini.' Abu Bakar berkata, 'Rasulullah ﷺ tidak mau menerimanya darimu (lalu bagaimana aku mau menerimanya darimu).’ Abu Bakar menolak dan tidak mau menerimanya. Dan Abu Bakar wafat tanpa mau menerima zakat darinya. Ketika Umar menjadi khalifah, Sa'labah datang kepadanya dan berkata, 'Wahai Amirul Muminin, terimalah zakatku ini.' Tetapi Umar menjawab, 'Rasulullah ﷺ tidak mau menerimanya, demikian pula Abu Bakar. Lalu bagaimana aku dapat menerimanya?' Khalifah Umar wafat tanpa mau menerimanya. Dan di saat Usman menjabat sebagai khalifah, Sa'labah datang kepadanya dan berkata, 'Terimalah zakatku ini.' Khalifah Usman menjawab, 'Rasulullah ﷺ tidak mau menerimanya, begitu pula Abu Bakar dan Umar, maka mana mungkin aku dapat menerimanya darimu?' Khalifah Usman tidak mau menerima zakatnya pula, dan akhirnya Sa'labah mati di masa pemerintahan Khalifah Usman." Ayat 77 Firman Allah ﷻ: “Karena mereka telah memungkiri janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya.” (At-Taubah: 77), hingga akhir ayat. Artinya, Allah menimbulkan kemunafikan dalam hati mereka karena mereka telah mengingkari janjinya dan berdusta. Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah hadits dari Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Pertanda orang munafik itu ada tiga; apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat.” Hadits ini mempunyai banyak syahid (bukti) yang menguatkannya. Ayat 78 Firman Allah ﷻ: “Tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka.” (At-Taubah: 78), hingga akhir ayat. Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dia mengetahui semua rahasia dan semua yang tersembunyi. Dia pun mengetahui isi hati mereka, sekalipun pada lahiriahnya mereka mengatakan bahwa jika mereka beroleh harta yang banyak, maka mereka akan menyedekahkan sebagiannya dan mensyukurinya. Karena sesungguhnya Allah lebih mengetahui tentang diri mereka daripada diri mereka sendiri. Allah Maha Mengetahui semua yang gaib, yakni mengetahui semua yang gaib dan semua yang lahir serta mengetahui semua rahasia dan semua bisikan hati, dan Allah mengetahui semua yang lahir dan semua yang tersembunyi.

At-Taubah: 77

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat