At-Tur: 45

Ayat

Terjemahan Per Kata
فَذَرۡهُمۡ
maka biarkanlah mereka
حَتَّىٰ
sehingga
يُلَٰقُواْ
mereka menemui
يَوۡمَهُمُ
hari mereka
ٱلَّذِي
yang
فِيهِ
pada hari itu
يُصۡعَقُونَ
mereka dibinasakan

Terjemahan

Biarkanlah mereka (dalam kesesatan) hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan,

Tafsir

Tafsir Surat Ath-Thur: 44-49 Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan, "Itu adalah awan yang bertindih-tindih. Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal orang-orang musyrik yang ingkar dan sombong terhadap hal yang dapat diinderawi. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur. (Ath-Thur: 44) Yakni terjatuh menimpa mereka sebagai azab atas mereka, tentulah mereka tidak mempercayainya dan tidak membenarkannya, bahkan mereka mengatakan bahwa itu adalah awan yang bertumpang tindih. Ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir. (Al-Hijr: 14-15) Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka biarkanlah mereka. (Ath-Thur: 45) Artinya, wahai Muhammad, biarkanlah mereka. hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan. (Ath-Thur: 45) Yakni pada hari kiamat. (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka. (Ath-Thur: 46) Tiada gunanya lagi tipu daya dan makar yang pernah mereka lakukan di dunia, dan tidak pula hal itu dapat membela mereka barang sedikit pun pada hari kiamat. dan mereka tidak ditolong. (Ath-Thur: 46) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain itu. (Ath-Thur: 47) Yakni sebelum itu ketika di dunia. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (As-Sajdah:21) Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini oleh firman-Nya: Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Ath-Thur: 47) Kami azab mereka di dunia dan Kami coba mereka dengan berbagai macam musibah agar mereka kembali ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala dan bertobat. Tetapi mereka tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala terhadap diri mereka. Bahkan apabila dilenyapkan dari mereka sebagian dari musibah dan cobaan itu, mereka kembali melakukan perbuatan yang justru lebih buruk daripada sebelumnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang mengatakan: Sesungguhnya orang munafik itu apabila sakit, lalu disembuhkan, maka perumpamaannya dalam hal tersebut sama dengan unta yang juga tidak mengerti mengapa manusia mencocok hidungnya dan mengapa manusia melepaskannya dengan bebas. Di dalam hadits Qudsi disebutkan bahwa seorang hamba bertanya, "Berapa banyak aku durhaka kepada Engkau, tetapi Engkau tidak menghukumku?" Maka Allah subhanahu wa ta’ala menjawab, "Wahai hamba-Ku, berapa banyak Aku menyehatkanmu, sedangkan kamu tidak mengetahuinya." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami. (Ath-Thur: 48) Yakni bersabarlah terhadap gangguan mereka, janganlah engkau hiraukan mereka, karena sesungguhnya engkau selalu berada pada penglihatan Kami dan berada dalam penjagaan Kami; Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (Ath-Thur: 48) Adh-Dhahhak mengatakan bahwa yang dimaksud ialah bangun berdiri untuk mengerjakan shalat. Kalimat tasbih itu ialah, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dengan memuji kepada Engkau, Mahasuci Asma-Mu dan Mahatinggi Keagungan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau." Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya. Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam kitab sahihnya dari Umar, bahwa ia selalu mengucapkan tasbih ini pada permulaan salatnya. Imam Ahmad dan para pemilik kitab sunan telah meriwayatkannya dari Abu Sa'id dan lain-lainnya, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau ﷺ selalu mengucapkan tasbih tersebut. Abul Jauza telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (Ath-Thur: 48) Yakni dari tidurmu, dari peraduanmu. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, dan pendapat ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Umair ibnu Hani", telah menceritakan kepadaku Junadah ibnu Abu Umayyah, telah menceritakan kepada kami Ubadah ibnus Samit, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa yang bangun di tengah malam, lalu mengucapkan, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah. Dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Allah Mahabesar, dan tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian ia mengucapkan, "Ya Tuhanku berilah ampunan bagiku" atau kemudian ia berdoa niscaya akan diperkenankan baginya. Dan jika dia bangkit membenahi diri, lalu berwudu, kemudian shalat, maka salatnya diterima. Imam Al-Bukhari mengetengahkan hadits ini di dalam kitab sahihnya, juga para pemilik kitab sunan, melalui hadits Al-Walid ibnu Muslim dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (Ath-Thur: 48) Yaitu dari setiap majelis. Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (Ath-Thur: 48) Yakni apabila seseorang hendak berdiri dari majelisnya, dianjurkan mengucapkan doa berikut sebelum meninggalkannya, yaitu: "Mahasuci Engkau, ya Allah dan dengan memuji kepada Engkau." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami AbunNadr Ishaq ibnu Ibrahim Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib, telah menceritakan kepadaku Talhah ibnu Amr Al-Hadrami, dari ‘Atha’ ibnu Abu Rabah, bahwa ia telah menceritakan kepadanya tentang makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri. (Ath-Thur: 48) Yaitu bila engkau berdiri dari setiap majelismu dianjurkan membaca doa ini; dan jika engkau berbuat baik dalam majelismu, maka makin bertambahlah kebaikanmu; dan jika engkau berbuat selain itu, maka doamu itu merupakan penghapus dosanya. Abdur Razzaq telah mengatakan di dalam kitab Jami'-nya, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Abu Usman Al-Faqir, bahwa Malaikat Jibril mengajari Nabi ﷺ doa berikut yang dibaca bila bangkit meninggalkan majelis, yaitu: Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, aku memohon ampun kepada Engkau dan bertobat kepada Engkau. Ma'mar mengatakan bahwa ia pernah mendengar ulama lainnya meriwayatkan bahwa doa ini merupakan kifarat (penghapus dosa) majelis, dan predikatnya adalah mursal. Akan tetapi, ada hadits-hadits yang disandarkan melalui berbagai jalur yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain mengatakan hal yang senada. Antara lain ialah hadits Ibnu Juraij, dari Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa yang duduk di suatu majelis, lalu banyak suara gaduh padanya, kemudian ia mengucapkan doa berikut saat berdiri akan meninggalkan majelisnya, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu, melainkan Allah mengampuni apa yang terjadi dalam majelisnya itu. Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan hadits ini yang lafaznya adalah seperti hadits di atas, juga Imam An-Nasai di dalam kitab Al-Yaum walLailah, melalui hadits Ibnu Juraij. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Imam Hakim mengetengahkan hadits ini di dalam kitab Mustadrak-nya, dan ia mengatakan bahwa sanad hadits ini dengan syarat Muslim, terkecuali Imam Al-Bukhari yang menilainya dha’if (lemah). Menurut hemat kami, yang menilainya alil bukan hanya Imam Al-Bukhari, tetapi juga Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Hatim, Abu Dzar'ah, dan Ad-Daruqutni serta lain-lainnya. Dan mereka menilainya suatu anggapan yang tidak benar bila hanya disandarkan kepada Ibnu Juraij, karena Imam Abu Dawud telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya melalui jalur selain Ibnu Juraij sampai kepada Abu Hurairah , dari Nabi ﷺ dengan lafal yang semisal. Imam Abu Dawud telah meriwayatkan hadits ini, juga Imam An-Nasai serta Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya, tetapi lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Imam Abu Dawud melalui jalur Al-Hajjaj ibnu Dinar, dari Hasyim, dari Abul Aliyah, dari Abu Barzah Al-Aslami yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ di usia senjanya apabila hendak meninggalkan majelisnya mengucapkan doa berikut: Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun kepada Engkau dan bertobat kepada Engkau. Lalu ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar telah mengucapkan suatu doa yang tidak pernah engkau ucapkan sebelumnya di masa lalu." Beliau ﷺ menjawab: Sebagai penghapus (dosa) yang terjadi di dalam majelis itu. Tetapi hal yang semisal telah diriwayatkan pula melalui Abul Aliyah secara mursal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam An-Nasai dan Imam Hakim meriwayatkan hadits yang semisal melalui Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Rafi' ibnu Khadij, dari Nabi ﷺ. tetapi telah diriwayatkan pula hal yang semisal secara mursal: hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Abu Dawud melalui Abdullah ibnu Amr yang telah mengatakan: Ada beberapa kalimat (doa) yang tidak sekali-kali dibaca oleh seseorang dalam majelisnya di saat hendak meninggalkan majelisnya sebanyak tiga kali, melainkan dihapuskan darinya apa yang dilakukannya dalam majelis itu berkat kalimat-kalimat tersebut. Dan tidaklah ia mengucapkannya pada majelis kebaikan dan majelis zikir kecuali dianjurkan ditutup dengannya sebagaimana sepucuk surat yang diakhiri dengan cap, yaitu: "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun kepada Engkau dan bertobat kepada Engkau., Imam Hakim mengetengahkan hadits ini melalui Ummul Muminin Aisyah yang dinilainya shahih melalui riwayat Jubair ibnu Mut'im. Dan Abu Bakar Al-Ismaili telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Amirul Mu-rninin Umar ibnul Khattab, yang semuanya dari Nabi ﷺ Dan kami telah menerangkan hal ini secara terpisah dengan rinci, yaitu dengan menyebutkan jalur-jalurnya, lafal-lafaznya, kelemahan-kelemahannya, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengannya. Segala puji dan karunia adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari. (Ath-Thur: 49) Yakni berzikirlah dan sembahlah Dia melalui bacaan Al-Qur'an dan shalat di tengah malam. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan di waktu terbenamnya bintang-bintang (di waktu fajar). (Ath-Thur: 49) Dalam hadits Ibnu Abbas telah disebutkan bahwa shalat yang dimaksud ada dua rakaat yang dikerjakan sebelum shalat Subuh, karena sesungguhnya kedua rakaat tersebut dianjurkan untuk dilakukan seiring dengan terbenamnya bintang-bintang. Ibnu Sailan telah meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu', "Janganlah kamu meninggalkan kedua rakaat shalat sunat tersebut sekalipun kamu dikejar oleh pasukan berkuda." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. Dan sehubungan dengan hadits ini ada yang diriwayatkan dari sebagian murid Imam Ahmad yang mengatakan bahwa kedua rakaat itu wajib, tetapi riwayat tersebut dha’if, karena ada hadits yang mengatakan: "Salat lima waktu untuk sehari semalamnya. Ditanyakan, "Apakah ada shalat lain yang diwajibkan atas diriku? Nabi ﷺ menjawab, "Tidak ada, terkecuali jika engkau mengerjakan shalat tambahan (sunat)." Telah dibuktikan melalui kitab Shahihain, dari Siti Aisyah suatu hadits yang menyebutkan bahwa Aisyah pernah mengatakan, "Tiada suatu shalat sunat pun yang lebih giat dilakukan oleh Rasulullah ﷺ selain dari shalat sunat subuh." Di dalam hadits Imam Muslim disebutkan: Dua rakaat (sunat subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya."

At-Tur: 45

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat