Al-Ma'idah: 8

Ayat

Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
كُونُواْ
adalah/jadilah kamu
قَوَّـٰمِينَ
orang-orang yang menegakkan
لِلَّهِ
karena Allah
شُهَدَآءَ
saksi-saksi
بِٱلۡقِسۡطِۖ
dengan adil
وَلَا
dan jangan
يَجۡرِمَنَّكُمۡ
membuatmu berdosa
شَنَـَٔانُ
kebencian
قَوۡمٍ
kaum
عَلَىٰٓ
atas
أَلَّا
untuk tidak
تَعۡدِلُواْۚ
kamu berlaku adil
ٱعۡدِلُواْ
berlaku adillah
هُوَ
ia
أَقۡرَبُ
lebih dekat
لِلتَّقۡوَىٰۖ
untuk/kepada takwa
وَٱتَّقُواْ
dan bertakwalah
ٱللَّهَۚ
Allah
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
خَبِيرُۢ
Maha Mengetahui
بِمَا
dengan/terhadap apa
تَعۡمَلُونَ
kamu kerjakan

Terjemahan

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Ma'idah: 7-11 Dan ingatlah karunia Allah kepada kalian dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan-Nya dengan kalian, ketika kalian mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati (kalian). Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka. Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka (untuk berbuat jahat) dari kalian. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal. Ayat 7 Allah ﷻ berfirman mengingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin akan semua nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dalam syariat yang telah ditetapkan-Nya untuk mereka, yaitu berupa agama Islam yang agung ini; dan Dia mengutus kepada mereka rasul yang mulia, serta apa yang telah diambil-Nya dari mereka berupa perjanjian dan kesediaan untuk berbaiat kepada rasul, bersedia mengikutinya, menolong dan mendukungnya, menegakkan agamanya dan menerimanya, serta menyampaikannya (kepada orang lain) dari dia. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Dan ingatlah karunia Allah kepada kalian dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan-Nya dengan kalian, ketika kalian mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat’." (Al-Maidah: 7) Baiat inilah yang dimaksud ketika mereka mengucapkannya kepada Rasulullah ﷺ saat mereka masuk Islam. Saat itu mereka mengatakan, "Kami berjanji setia kepada Rasulullah ﷺ untuk mendengar dan menaatinya dalam keadaan kami sedang bersemangat dan dalam keadaan kami sedang tidak bersemangat. Kami mengesampingkan kepentingan pribadi kami dan tidak akan menentang perintah yang dikeluarkan oleh ahlinya." Dan Allah ﷻ telah berfirman: “Dan mengapa kalian tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul menyeru kalian supaya beriman kepada Tuhan kalian. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjian kalian jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” (Al-Hadid: 8) Menurut suatu pendapat, hal ini merupakan peringatan yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi, karena Allah telah mengambil janji dari mereka bahwa mereka bersedia akan mengikuti Nabi Muhammad ﷺ dan taat kepada syariatnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas. Menurut pendapat yang lain, hal ini merupakan peringatan terhadap anak Adam karena Allah telah mengambil janji dari mereka ketika mereka dikeluarkan oleh Allah dari tulang sulbinya dan mengambil kesaksian dari diri mereka melalui firman-Nya: "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Al-A'raf: 172) Demikianlah menurut pendapat Mujahid dan Muqatil ibnu Hayyan, tetapi pendapat yang pertama lebih jelas, yaitu pendapat yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan As-Suddi, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Firman Allah ﷻ: “Dan bertakwalah kepada Allah.” (Al-Maidah: 7) Hal ini mengukuhkan dan memacu untuk tetap berpegang kepada takwa dalam semua keadaan. Selanjutnya Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang tersimpan di dalam hati mereka berupa rahasia dan bisikan-bisikan hati. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi (hati kalian).” (Al-Maidah: 8) Ayat 8 Firman Allah ﷻ: “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah.” (Al-Maidah: 8) Yakni jadilah kalian orang-orang yang menegakkan kebenaran karena Allah, bukan karena manusia atau karena harga diri. “Menjadi saksi dengan adil.” (Al-Maidah: 8) Maksudnya menegakkan keadilan, bukan kezaliman. Telah disebutkan di dalam kitab Shahihain dari An-Nu'man ibnu Basyir yang menceritakan bahwa ayahnya telah menghadiahkan kepadanya suatu pemberian yang berharga. Ibunya bernama Amrah binti Rawwahah berkata, "Aku tidak rela sebelum kamu mempersaksikan pemberian ini kepada Rasulullah ﷺ." Ayahnya datang menghadap Rasulullah ﷺ untuk meminta kesaksian atas pemberian tersebut. Maka Rasulullah ﷺ bertanya: "Apakah semua anakmu diberi hadiah yang serupa?" Ayahku menjawab, "Tidak." Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Bertakwalah kamu kepada Allah, dan berlaku adillah kepada anak-anakmu." Dan Rasulullah ﷺ bersabda pula, "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas kezaliman." An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ayahnya pulang dan mencabut kembali pemberian tersebut darinya. Firman Allah ﷻ: “Dan jangan sekali-kali kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil.” (Al-Maidah: 8) Artinya, jangan sekali-kali kalian biarkan perasaan benci terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil kepada mereka, tetapi amalkanlah keadilan terhadap setiap orang, baik terhadap teman ataupun musuh. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (Al-Maidah: 8) Yakni sikap adilmu lebih dekat kepada takwa daripada kamu meninggalkannya. Fi'il yang ada dalam ayat ini menunjukkan keberadaan masdar yang dijadikan rujukan oleh damir-nya; perihalnya sama dengan hal-hal yang serupa lainnya dalam Al-Qur'an dan lain-lainnya. Sama halnya dengan pengertian yang ada di dalam firman-Nya: “Dan jika dikatakan kepada kalian, ‘Kembali (saja)lah’ maka hendaklah kalian kembali. Itu lebih bersih bagi kalian.” (An-Nur: 28) Adapun firman Allah ﷻ: “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (Al-Maidah: 8) Ungkapan ini termasuk ke dalam pemakaian af'alut tafdil di tempat yang tidak terdapat pembandingnya sama sekali. Perihalnya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman Allah ﷻ yang lain, yaitu: “Penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.” (Al-Furqan: 24) Yakni seperti pengertian yang terkandung dalam perkataan seorang wanita dari kalangan sahabat Nabi ﷺ kepada Umar , "Kamu lebih kasar dan lebih keras, jauh (bedanya) dengan Rasulullah ﷺ." Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Maidah: 8) Maksudnya, Dia kelak akan membalas kalian atas apa yang telah Dia ketahui dari amal perbuatan yang kalian kerjakan. Jika amal itu baik, maka balasannya baik; dan jika amal itu buruk, maka balasannya akan buruk pula. Untuk itu selaras dengan pengertian ini disebutkan dalam firman selanjutnya: Ayat 9 “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Maidah: 9) Yakni ampunan bagi dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, yaitu surga yang merupakan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya. Surga tidak dapat diperoleh karena amal perbuatan mereka, melainkan hanya semata-mata sebagai rahmat dan kemurahan dari-Nya; sekalipun penyebab sampainya rahmat tersebut kepada mereka adalah karena amal perbuatan mereka, sebab Allah ﷻ sendirilah yang menjadikan penyebab-penyebab untuk memperoleh rahmat, kemurahan, ampunan, dan rida-Nya. Segala sesuatunya dari Allah dan milik Allah, segala puji dan anugerah adalah milik Allah. Ayat 10 Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.” (Al-Maidah: 10) Hal ini merupakan sikap adil dari Allah ﷻ dan hikmah serta keputusan-Nya yang tiada kezaliman padanya, bahkan Dia Pemberi keputusan Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana serta Maha Kuasa. Ayat 11 Firman Allah ﷻ: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu kaum bermaksud memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kalian.” (Al-Maidah: 11) Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri yang menceritakannya dari Abu Salamah, dari Jabir, bahwa Nabi ﷺ turun istirahat di suatu tempat peristirahatan, dan orang-orang (para sahabat) memencar untuk bernaung di bawah pepohonan, lalu Nabi ﷺ menggantungkan senjata (pedang)nya di sebuah pohon. Lalu datanglah seorang Arab Badui ke tempat pedang Rasulullah ﷺ, kemudian ia mengambil pedang itu dan menghunusnya. Sesudah itu ia datang kepada Nabi ﷺ, mengancamnya seraya berkata, "Siapakah yang akan melindungi dirimu dariku?" Nabi ﷺ menjawab, "Allah ﷻ." Orang Arab Badui itu mengucapkan kata-kata berikut, "Siapakah yang melindungimu dariku?" (diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali). Sedangkan Nabi ﷺ menjawabnya dengan kalimat, "Allah." Maka tangan orang Arab Badui itu lumpuh dan pedang terjatuh dari tangannya. Kemudian Nabi ﷺ memanggil para sahabatnya dan menceritakan kepada mereka tentang orang Arab Badui yang duduk di sebelahnya, tetapi Nabi ﷺ tidak menghukumnya. Ma'mar mengatakan bahwa Qatadah menceritakan hal yang serupa, dan ia menyebutkan bahwa ada suatu kaum dari kalangan orang-orang Arab Badui yang bermaksud membunuh Rasulullah ﷺ, lalu mereka mengutus orang Arab Badui itu (salah seorang dari mereka yang pemberani). Ia menakwilkan dengan pengertian tersebut akan firman-Nya: “Ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat).” (Al-Maidah: 11) hingga akhir ayat. Kisah orang Arab Badui yang bernama Gauras ibnul Haris ini disebutkan di dalam kitab shahih. Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah ﷻ: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kalian akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kalian, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepada kalian (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kalian.” (Al-Maidah: 11) Demikian itu karena ada suatu kaum dari kalangan orang-orang Yahudi membuat suatu jamuan makan untuk Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya dengan maksud hendak membunuh mereka semua. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya yang memberitahukan perihal rencana kaum Yahudi itu. Maka Nabi ﷺ tidak datang ke jamuan makan itu dan hanya memerintahkan kepada para sahabat untuk mendatanginya. Maka mereka datang ke jamuan makan tersebut. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Abu Malik mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ka'b ibnul Asyraf (pemimpin Yahudi) dan teman-temannya ketika mereka bermaksud melakukan pengkhianatan terhadap Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya; hal ini mereka rencanakan di rumah Ka'b ibnul Asyraf. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar, Mujahid, dan Ikrimah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Nadir ketika mereka bermaksud menimpakan batu penggilingan gandum ke tubuh Rasulullah ﷺ ketika Rasulullah ﷺ datang kepada mereka meminta bantuan berkenaan dengan diat orang-orang Amiriyin. Mereka menyerahkan tugas ini kepada Amr ibnu Jahsy ibnu Ka'b untuk melakukannya, dan mereka memerintahkan kepadanya apabila Nabi ﷺ telah duduk di bawah tembok dan mereka berkumpul menemuinya, hendaknya Amr menjatuhkan batu penggilingan gandum itu dari atas tembok tersebut. Maka Allah memperlihatkan kepada Nabi ﷺ makar jahat mereka itu. Akhirnya Nabi ﷺ kembali lagi ke Madinah, diikuti oleh para sahabatnya. Berkenaan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: “Dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu bertawakal.” (Al-Maidah: 11) Yaitu barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan menutupi semua kesusahannya dan memeliharanya dari kejahatan manusia serta melindunginya. Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan agar para sahabat berangkat memerangi mereka. Akhirnya pasukan kaum muslim mengepung mereka dan mengalahkan serta mengusir mereka.

Al-Ma'idah: 8

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat