Ash-Shura: 27

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَوۡ
dan jika
بَسَطَ
melapangkan
ٱللَّهُ
Allah
ٱلرِّزۡقَ
rezeki
لِعِبَادِهِۦ
bagi hamba-hamba-Nya
لَبَغَوۡاْ
tentu mereka akan melampaui batas
فِي
di muka
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
وَلَٰكِن
tetapi
يُنَزِّلُ
Dia menurunkan
بِقَدَرٖ
dengan ketentuan/ukuran
مَّا
apa yang
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
إِنَّهُۥ
sesungguhnya
بِعِبَادِهِۦ
terhadap hamba-hamba-Nya
خَبِيرُۢ
Maha Mengetahui
بَصِيرٞ
Maha Melihat

Terjemahan

Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

Tafsir

Tafsir Surat Asy-Syura: 25-28 [[Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan, dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.]] Allah subhanahu wa ta’ala meyebutkan karunia yang telah Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Dia menerima tobat mereka jika mereka bertobat kepada-Nya dan kembali taat kepada-Nya. Sesungguhnya termasuk kemurahan dan sifat penyantun-Nya adalah Dia memaaf, menutupi, dan mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya (yang bertobat kepada-Nya). Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110) Di dalam kitab Shahih Muslim disebutkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabbah dan Zuhair bin Harb. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abu Talhah, telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sungguh Allah lebih gembira dengan tobatnya seseorang hamba saat si hamba bertobat kepada-Nya daripada seseorang di antara kamu yang unta kendaraannya berada di padang pasir, lalu unta kendaraannya itu kabur darinya, sedangkan pada kendaraannya terdapat makanan dan minumannya. Dia putus asa untuk dapat menangkap unta kendaraannya itu. Akhirnya ia mendatangi sebuah pohon dan membaringkan dirinya di bawah naungannya, karena tidak punya harapan lagi untuk dapat menangkap untanya. Ketika ia sedang dalam keadaan istirahat, tiba-tiba unta kendaraannya ia jumpai sedang berdiri di sisinya, lalu ia pegang tali kendalinya. Kemudian ia mengatakan karena kegembiraan yang sangat, "Ya Allah, Engkau adalah abdiku dan aku adalah tuan-Mu dia keliru dalam berbicara karena kegembiraan yang sangat. Di dalam kitab shahih telah disebutkan pula melalui riwayat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu hal yang semisal. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Az-Zuhri sehubungan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (Asy-Syura: 25) Sesungguhnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sungguh Allah lebih gembira dengan tobatnya seorang hamba ketimbang seseorang dari kamu yang menjumpai barangnya di tempat yang dikhawatirkan dia akan mati padanya karena kehausan. Hammam ibnul Haris telah mengatakan bahwa sahabat Abdullah bin Mas'ud pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berbuat mesum dengan seorang wanita, lalu ia mengawininya. Maka Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu menjawab, "Tidak mengapa." kemudian membaca firman-Nya: Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya. (Asy-Syura: 25), hingga akhir ayat. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Syuraih Al-Qadi, dari Ibrahim bin Muhajir, dari Ibrahim An-Nakha'i, dari Hammam, lalu disebutkan hal yang semisal. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (Asy-Syura: 25) Yakni menerima tobat di masa mendatang dan memaafkan kesalahan-kesalahan di masa lampau. dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Asy-Syura: 25) Dia mengetahui semua apa yang kalian kerjakan dan yang kalian katakan. Tetapi sekalipun demikian, Dia menerima tobat orang yang mau bertobat kepada-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh. (Asy-Syura: 26) As-Suddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menerima doa mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Jarir, yakni maknanya ialah Allah subhanahu wa ta’ala memperkenankan doa mereka, baik untuk diri mereka sendiri, untuk teman-teman mereka, ataupun saudara-saudara mereka. Ibnu Jarir meriwayatkan pendapat ini dari sebagian ahli Nahwu yang menjadikannya semakna dengan firman-Nya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya. (Ali-Imran: 195) kemudian Ibnu Jarir dan juga Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Al-A'masy, dari Syaqiq bin Salamah, dari Salamah bin Sabrah yang mengatakan bahwa Mu'az radhiyallahu ‘anhu berkhotbah kepada kami di negeri Syam; antara lain ia mengatakan, "Kalian adalah orang-orang mukmin dan kalian adalah ahli surga. Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah subhanahu wa ta’ala memasukkan ke dalam surga orang-orang yang kalian caci maki dari kalangan bangsa Persia dan bangsa Romawi." Demikian itu karena bilamana seseorang dari kamu beramal karena Allah, yakni seseorang dari mereka mengerjakan suatu amal kebaikan, maka saudaranya mengatakan, "Engkau telah berbuat baik, semoga Allah merahmatimu. Engkau telah berbuat baik, semoga Allah memberkatimu." Kemudian Mu'adz radhiyallahu ‘anhu membaca firman-Nya: dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa Arab yang menganggap firman-Nya: yang mendengarkan perkataan. (Az-Zumar: 18) Yakni mereka adalah orang-orang yang memperkenankan perkara yang hak dan mengikutinya. Semakna dengan firman-Nya: Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya) akan dibangkitkan oleh Allah. (Al-An'am: 36) Akan tetapi, makna yang terdapat pada pendapat yang pertama lebih jelas, karena dalam firman berikutnya disebutkan: dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Yaitu memperkenankan doa mereka lebih dari yang mereka minta. Karena itulah Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abdullah Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) Bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Syafaat itu diberikan kepada orang yang telah ditetapkan baginya neraka dari kalangan orang yang pernah berbuat kebajikan kepada mereka (orang-orang yang beriman dan beramal saleh) ketika di dunia. Qatadah telah meriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha'i sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang. bariman serta mengerjakan amal yang saleh. (Asy-Syura: 26) Yakni dapat memberikan syafaat kepada saudara-saudara mereka. dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. (Asy-Syura: 26) dan mereka dapat memberikan syafaat kepada teman-teman dari saudara-saudara mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras. (Asy-Syura: 26) Setelah menyebutkan perihal orang-orang mukmin dan pahala yang mereka terima, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perihal orang-orang kafir dan azab yang keras, menyakitkan, lagi pedih yang akan diterima oleh mereka di sisi-Nya kelak di hari kiamat saat mereka dikembalikan kepada-Nya dan menjalani hisab. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi. (Asy-Syura: 27) Yakni seandainya Allah memberi mereka lebih dari apa yang diperlukan oleh mereka berupa rezeki, niscaya hal itu akan mendorong mereka untuk bersikap melampaui batas dan berlaku sewenang-wenang; sebagian dari mereka akan berlaku demikian terhadap sebagian yang lainnya dengan penuh keangkuhan dan kejahatan. Qatadah telah mengatakan bahwa ada orang yang mengatakan bahwa sebaik-baik penghidupan ialah yang tidak melalaikan dirimu dan tidak pula membuatmu berlaku sewenang-wenang. Lalu Qatadah menyebutkan sebuah hadis yang mengatakan: Sesungguhnya yang aku khawatirkan terhadap kalian ialah apa yang akan dikeluarkan oleh Allah untuk kalian berupa bunga kehidupan dunia. Dan pertanyaan seseorang yang mengatakan, "Apakah kebaikan (harta) itu dapat mendatangkan keburukan?", hingga akhir hadis. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (Asy-Syura: 27) Yakni tetapi Allah memberi mereka sebagian dari rezeki yang dikehendaki-Nya untuk kebaikan mereka sendiri, Dia Maha Mengetahui tentang hal tersebut. Untuk itu Dia menjadikan kaya orang yang berhak menjadi kaya, dan menjadikan fakir orang yang berhak menjadi fakir, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi ﷺ dari Tuhannya (hadis Qudsi), yaitu: Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak baik baginya kecuali hanya diberi kekayaan; dan seandainya kujadikan dia fakir, niscaya kefakirannya itu akan merusak agamanya. Dan sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku terdapat orang yang tidak baik baginya kecuali hanya diberi kefakiran; seandainya Kujadikan dia kaya, tentulah kekayaan itu akan merusak agamanya. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28) Yaitu sesudah manusia putus harapan dari turunnya hujan, maka hujan diturunkan kepada mereka di saat mereka sangat memerlukannya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Ar-Rum: 49) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan menyebarkan rahmat-Nya. (Asy-Syura: 28) Artinya meluberkan rahmat-Nya kepada semua penduduk negeri yang disiraminya segala sesuatu yang ada di kawasan itu melalui hujan tersebut. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Khalifah Umar ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhuma, "Hai Amirul Muminin, hujan telah lama tidak turun dan manusia berputus asa dari turunnya hujan." Maka Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, "Kalian sebentar lagi akan diberi hujan," lalu ia membaca firman-Nya: Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (Asy-Syura: 28) Dialah Yang Mengatur makhluk-Nya terhadap apa yang bermanfaat bagi mereka untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat mereka, dan Dia Maha Terpuji akibatnya dalam semua apa yang telah ditetapkan dan dilakukan-Nya."

Ash-Shura: 27

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat