Al-Anbiya': 1

Ayat

Terjemahan Per Kata
ٱقۡتَرَبَ
telah dekat
لِلنَّاسِ
bagi/kepada manusia
حِسَابُهُمۡ
perhitungan mereka
وَهُمۡ
dan/sedang mereka
فِي
dalam
غَفۡلَةٖ
kelalaian
مُّعۡرِضُونَ
orang-orang yang berpaling

Terjemahan

Telah makin dekat kepada manusia perhitungan (amal) mereka, sedangkan mereka dalam keadaan lengah lagi berpaling (darinya).

Tafsir

Tafsir Surat Al-Anbiya': 1-6 Telah semakin dekat kepada manusia hari perhitungan (hisab) segala amal mereka, sedangkan mereka berada dalam keadaan lalai dan berpaling (darinya). Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur'an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main, (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kalian, maka apakah kalian menerima sihir itu, padahal kalian menyaksikannya?” Berkatalah Muhammad (kepada mereka), "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Bahkan mereka berkata (pula), "(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kacau, malah diada-adakannya, bahkan ia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus.” Penduduk suatu negeri sebelum mereka yang Kami telah binasakan, mereka tidak beriman (padahal telah kami kirimkan bukti). Maka apakah mereka akan beriman? Ayat 1 Hal ini merupakan suatu peringatan dari Allah ﷻ yang menyatakan tentang semakin dekatnya hari kiamat dan bahwa manusia dalam keadaan lalai terhadap keberadaannya, yakni mereka tidak mau beramal dan tidak mau membuat bekal untuk menyambutnya. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Abdul Malik Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa'id, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: “Telah semakin dekat kepada manusia hari perhitungan (hisab) segala amal mereka, sedangkan mereka berada dalam keadaan lalai dan berpaling (darinya).” (Al-Anbiya: 1) Bahwa mereka di dunia lalai terhadap hari kiamat. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang).” (An-Nahl: 1). “Telah semakin dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling.” (Al-Qamar: 1-2), hingga akhir ayat. Al-Hafiz ibnu Asakir meriwayatkan di dalam biografi Al-Hasan Ibnu Hani' alias Abu Nuwas si penyair, bahwa penyair yang paling hebat ialah Syekh Tahir Abul Atahiyah, karena ia mengatakan dalam bait syairnya: “Manusia tenggelam dalam kelalaiannya, padahal penggilingan maut terus berputar.” Ketika ditanyakan kepadanya, "Dari manakah engkau menyimpulkan kalimat ini?" Abul Atahiyah menjawab bahwa ia menyimpulkannya dari firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Telah semakin dekat kepada manusia hari perhitungan (hisab) segala amal mereka sedangkan mereka berada dalam keadaan lalai dan berpaling (darinya).” (Al-Anbiya: 1) Ibnu Asakir meriwayatkan pula di dalam biografi Amir ibnu Rabi'ah melalui jalur Musa ibnu Ubaid Al-Amadi, dari Abdur Rahman ibnu Zad bin Aslam, dari ayahnya, dari Amir ibnu Rabi'ah, bahwa ia kedatangan seorang tamu dari kalangan orang Badui. Amir memuliakan kedatangannya dan menghormatinya. Sebelumnya Rasulullah ﷺ telah berbincang-bincang di rumah Amir, tidak lama kemudian lelaki Badui, itu datang. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah memperoleh sebuah lembah di daerah pedalaman dari Rasulullah ﷺ. Aku bermaksud memberikan sebagian darinya kepadamu. Kelak lahan itu buat kamu dan keturunanmu sesudah kamu tiada." Maka Amir menjawab, "Saya tidak memerlukan bagian tanahmu itu, karena pada hari ini telah diturunkan sebuah surat yang membuat kami merasa ngeri terhadap duniawi," yaitu firman-Nya: “Telah semakin dekat kepada manusia hari perhitungan (hisab) segala amal mereka, sedangkan mereka berada dalam keadaan lalai dan berpaling (darinya).” (Al-Anbiya: 1). Kemudian Allah ﷻ menyebutkan bahwa mereka tidak mau mendengarkan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang yang kafirnya sama dengan mereka. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Ayat 2 “Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur'an pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka.” (Al-Anbiya: 2) Yakni ayat Tuhan yang baru diturunkan. “Melainkan mereka mendengarnya, sedangkan mereka bermain-main.” (Al-Anbiya: 2). Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, "Mengapa kalian menanyakan kepada Ahli Kitab tentang kitab yang dipegang oleh mereka, padahal mereka telah membakarnya dan menggantikannya serta melakukan penambahan dan pengurangan padanya? Inilah kitab kalian, Kitabullah yang baru diturunkan; kalian membacanya masih dalam keadaan hangat dan murni isinya, tidak ada campurannya." Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang serupa. Ayat 3 Firman Allah ﷻ: “Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka.” (Al-Anbiya: 3) seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi: “Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu.” (Al-Anbiya: 3) Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah ﷺ. Mereka tidak percaya bahwa beliau menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan mereka; mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya: “Maka apakah kalian menerima sihir ini, padahal kalian menyaksikannya?” (Al-Anbiya: 3) Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu adalah ilmu sihir. Ayat 4 Allah ﷻ menjawab mereka yang membuat-buat berita bohong dan kedustaan itu melalui firman-Nya: “Berkatalah Muhammad (kepada mereka), ‘Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi’.” (Al-Anbiya: 4). Yaitu Tuhan yang mengetahui hal tersebut, tiada sesuatu pun yang tersembunyi dan luput dari pengetahuan-Nya. Dialah Yang menurunkan Al-Qur'an ini, yang di dalamnya terkandung kisah orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. Al-Qur'an ini tiada seorang pun yang mampu mendatangkan hal yang serupa dengannya, kecuali hanya Tuhan yang mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi di langit dan di bumi. Firman Allah ﷻ: “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Anbiya: 4). Artinya, Dia Maha Mendengar semua ucapan kalian, lagi Maha Mengetahui semua keadaan kalian. Di dalam kalimat ini terkandung peringatan dan ancaman terhadap mereka. Firman Allah ﷻ: “Bahkan mereka berkata (pula), ‘(Al-Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kacau, malah diada-adakannya’." (Al-Anbiya: 5) Ayat ini menceritakan tentang pembangkangan orang-orang kafir, keingkaran dan penentangan mereka terhadap materi yang dikandung oleh Al-Qur'an, juga tentang kebimbangan dan kesesatan mereka terhadapnya. Kadang kala mereka menganggap Al-Qur'an sebagai perbuatan sihir, adakalanya mereka mengatakannya sebagai syair gubahan, adakalanya menganggapnya sebagai mimpi-mimpi yang kacau, adakalanya pula menganggapnya sebagai buat-buatan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu: “Lihatlah, bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar).” (Al-Isra: 48). Firman Allah ﷻ: “Maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat, sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus.” (Al-Anbiya: 5) Mereka bermaksud bahwa mukjizat itu seperti unta Nabi Saleh, mukjizatnya Musa dan Isa. Allah ﷻ telah berfirman sehubungan dengan hal ini: “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.” (Al-Isra: 59), hingga akhir ayat. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Penduduk suatu negeri sebelum mereka yang Kami telah binasakan, mereka tidak beriman (padahal telah kami kirimkan bukti). Maka apakah mereka akan beriman?” (Al-Anbiya: 6). Tiap kali suatu penduduk negeri yang diutus rasul-rasul kepada mereka dengan membawa mukjizat namun mereka tetap tidak beriman, bahkan mereka mendustakannya maka pasti Kami binasakan mereka. Apakah mereka akan beriman sekiranya melihat mukjizat-mukjizat itu? Tidak, bahkan: “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.” (Yunus: 96-97). Sesungguhnya mereka pun telah menyaksikan ayat-ayat yang jelas dan hujah-hujah yang pasti serta keterangan-keterangan yang jelas dari Rasulullah ﷺ. Padahal apa yang ditampakkan oleh Rasulullah ﷺ adalah jauh lebih jelas, lebih terang, lebih menakjubkan, dan lebih mematahkan argumen mereka ketimbang apa yang ditampakkan oleh nabi-nabi lainnya. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Yazid Al-Hadrami, dari Ali ibnu Rabah Al-Lakhami, telah menceritakan kepadaku seseorang yang pernah menghadiri majelis Ubadah ibnus-Samit, Ubadah mengatakan: Ketika kami (para sahabat) berada di dalam masjid, saat itu Abu Bakar ada bersama kami sedang membaca sebagian dari Al-Qur'an. Kemudian datanglah Abdullah ibnu Ubay ibnu SaluI yang saat itu membawa bantal dan permadani, lalu meletakkan bawaannya dan duduk bersandar padanya. Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang yang berwajah cerah, fasih tutur katanya, tetapi suka berdebat. Ia berkata, “Hai Abu Bakar, katakanlah kepada Muhammad agar dia mendatangkan suatu mukjizat kepada kami (orang-orang Yahudi) sebagaimana yang pernah didatangkan oleh para utusan terdahulu. Musa datang dengan membawa luh-luh, Daud datang dengan membawa kitab Zabur, Saleh datang membawa mukjizat unta betina, Isa datang membawa kitab Injil dan hidangan dari langit.” Abu Bakar r.a. menangis dan Rasulullah ﷺ keluar, lalu Abu Bakar berkata, "Marilah kita bangkit menemui Rasulullah ﷺ untuk meminta pertolongan dalam menghadapi si munafik ini." Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya tidaklah layak aku dihormati dengan sambutan berdiri, melainkan hanya Allah-lah yang pantas mendapat perlakuan seperti itu." Kami berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami mendapat tantangan dari orang munafik ini." Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa sesungguhnya Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Keluarlah kamu, dan ceritakanlah kepada(nya) tentang nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu oleh Allah dan keutamaan-keutamaan yang diberikan kepadamu." Rasulullah ﷺ melanjutkan sabdanya, "Jibril telah menyampaikan berita gembira kepadaku bahwa aku diutus untuk orang yang berkulit merah dan berkulit hitam (semua bangsa), dan Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan peringatan kepada jin. Allah menurunkan Kitab-Nya kepadaku, sedangkan aku dalam keadaan ummi. Dia telah mengampuni semua dosaku yang terdahulu dan yang kemudian, dan namaku disebut di dalam azan. Dia telah memberikan bantuan para malaikat kepadaku, dan kemenangan datang kepadaku, rasa gentar mencekam hati musuh yang berada di hadapanku. Allah telah memberiku Telaga Kautsar, dan menjadikan telagaku adalah telaga yang paling besar di hari kiamat. Allah menjanjikan kepadaku kedudukan yang terpuji, sedangkan manusia saat itu menundukkan kepalanya dalam keadaan terhina. Allah menjadikan diriku termasuk orang-orang yang mula-mula dibangkitkan, dan dimasukkan ke dalam syafaatku sejumlah tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku; semuanya masuk surga tanpa hisab. Allah telah menganugerahkan kepadaku kekuasaan dan kerajaan, dan aku ditempatkan di istana yang paling tinggi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Tiada seorang pun yang ada di atasnya kecuali hanya para malaikat penyangga' Arasy. Dihalalkan bagiku juga bagi umatku ganimah, yang sebelum itu tidak pernah dihalalkan bagi seorang pun." Hadits ini berpredikat garib (asing) sekali.

Al-Anbiya': 1

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat