Al-Kahfi: 69

Ayat

Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Musa) berkata
سَتَجِدُنِيٓ
kamu akan mendapati aku
إِن
jika
شَآءَ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
صَابِرٗا
bersabar
وَلَآ
dan tidak
أَعۡصِي
aku mendurhakai
لَكَ
kepadamu
أَمۡرٗا
urusan

Terjemahan

Dia (Musa) berkata, “Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”

Tafsir

Tafsir Surat Al-Kahfi: 66-70 Musa berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu sanggup sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." Dia berkata, "Jika kamu mau mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang hal apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." Ayat 66 Allah ﷻ menceritakan tentang perkataan Musa a.s. kepada lelaki yang alim itu yakni Khidir yang telah diberikan kekhususan oleh Allah dengan suatu ilmu yang tidak diketahui oleh Musa. Sebagaimana Allah telah memberi kepada Musa suatu ilmu yang tidak diberikan-Nya kepada Khidir. Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu?" (Al-Kahfi: 66) Pertanyaan Musa mengandung nada meminta dengan cara halus, bukan membebani atau memaksa. Memang harus demikianlah etika seorang murid kepada gurunya dalam berbicara. Firman Allah ﷻ: Bolehkah aku mengikutimu? (Al-Kahfi: 66) Maksudnya, bolehkah aku menemanimu dan mendampingimu. "Supaya kamu dapat mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu." (Al-Kahfi: 66) Yakni suatu ilmu yang pernah diajarkan oleh Allah kepadamu agar aku dapat menjadikannya sebagai pelitaku dalam mengerjakan urusanku, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Maka pada saat itu juga Khidir berkata kepada Musa: Ayat 67 "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku." (Al-Kahfi: 67) Artinya, kamu tidak akan kuat menemaniku karena kamu akan melihat dariku berbagai macam perbuatan yang bertentangan dengan syariatmu. Sesungguhnya aku mempunyai suatu ilmu dari ilmu Allah yang tidak diajarkan-Nya kepadamu. Sedangkan kamu pun mempunyai suatu ilmu dari ilmu Allah yang tidak diajarkan-Nya kepadaku. Masing-masing dari kita mendapat tugas menangani perintah-perintah dari Allah secara tersendiri yang berbeda satu sama lainnya. Dan kamu tidak akan kuat mengikutiku. Ayat 68 "Dan bagaimana kamu sanggup sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (Al-Kahfi: 68) Aku tahu bahwa kamu akan mengingkari hal-hal yang kamu dimaafkan untuk tidak mengikutinya, tetapi aku tidak akan menceritakan hikmah dan maslahat hakiki yang telah diperlihatkan kepadaku, sedangkan kamu tidak mengetahuinya. Ayat 69 Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar." (Al-Kahfi: 69) terhadap apa yang aku lihat dari urusan-urusanmu itu. "Dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." (Al-Kahfi: 69) Maksudnya, aku tidak akan memprotesmu dalam urusan apapun; dan pada saat itu Khidir memberikan syarat kepada Musa, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Ayat 70 "Dia berkata, ‘Jika kamu mau mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun’." (Al-Kahfi: 70) Yakni memulai menanyakannya. "Sampai aku sendiri yang menerangkannya kepadamu." (Al-Kahfi: 70) Yaitu aku sendirilah yang akan menjelaskannya kepadamu, sebelum itu kamu tidak boleh mengajukan suatu pertanyaan pun kepadaku. Ibnu Jarir mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Jubair, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, dari Harun, dari Ubaidah, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Musa a.s. bertanya kepada Tuhannya, "Wahai Tuhanku, hamba-hamba-Mu yang manakah yang paling Engkau sukai?" Allah ﷻ menjawab, "Orang yang selalu ingat kepada-Ku dan tidak pernah melupakan Aku." Musa bertanya, "Siapakah di antara hamba-hamba-Mu yang paling adil?" Allah menjawab, "Orang yang memutuskan (perkara) dengan kebenaran dan tidak pernah memperturutkan hawa nafsunya." Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, siapakah di antara hamba-hamba-Mu yang paling alim?" Allah berfirman, "Orang yang rajin menimba ilmu dari orang lain dengan tujuan untuk mencari suatu kalimat yang dapat memberikan petunjuk ke jalan hidayah untuk dirinya, atau menyelamatkan dirinya dari kebinasaan." Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah di bumi-Mu ini ada seseorang yang lebih alim daripada aku?" Allah berfirman, "Ya, ada." Musa bertanya, "Siapakah dia?" Allah berfirman, "Dialah Khidir." Musa bertanya, "Di manakah saya dapat menemuinya?" Allah berfirman, "Di pantai di dekat sebuah batu besar tempat kamu akan kehilangan ikan disitu." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Musa berangkat mencarinya; dan kisah selanjutnya adalah seperti apa yang telah disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam kitab-Nya, hingga akhirnya sampailah Musa di dekat batu besar itu. Ia bertemu dengan Khidir, masing-masing dari keduanya mengucapkan salam kepada yang lainnya. Musa berkata kepadanya, "Sesungguhnya saya suka menemanimu." Khidir menjawab, "Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku." Musa berkata, "Tidak begitu, saya sanggup." Khidir berkata, "Jika kamu mau menemaniku maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang hal apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." (Al-Kahfi: 70) Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Khidir membawa Musa berangkat menempuh jalan laut, hingga sampailah ke tempat bertemunya dua buah laut; tiada suatu tempat pun yang airnya lebih banyak daripada tempat itu. Kemudian Allah mengirimkan seekor burung pipit, lalu burung pipit itu menyambar seteguk air dengan paruhnya. Khidir berkata kepada Musa, "Berapa banyakkah air yang disambar oleh burung pipit ini menurutmu?" Musa menjawab, "Sangat sedikit." Khidir berkata, "Hai Musa, sesungguhnya ilmuku dan ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah, sama dengan apa yang diambil oleh burung pipit itu dari laut ini." Sebelum peristiwa ini pernah terbesit di dalam hati Musa bahwa tiada seorang pun yang lebih alim darinya; atau Musa pernah mengatakan demikian. Karena itulah maka Allah memerintahkan kepadanya untuk menemui Khidir. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya ini tentang pelubangan perahu, pembunuhan terhadap seorang anak muda, dan perbaikan dinding yang akan runtuh, serta takwil dari semua perbuatan tersebut.

Al-Kahfi: 69

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat