Al-Kahfi: 48

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَعُرِضُواْ
dan mereka dipalingkan/dihadapkan
عَلَىٰ
atas/kepada
رَبِّكَ
Tuhanmu
صَفّٗا
berbaris
لَّقَدۡ
sesungguhnya
جِئۡتُمُونَا
kamu datang kepada Kami
كَمَا
sebagaimana
خَلَقۡنَٰكُمۡ
Kami menciptakan kamu
أَوَّلَ
pertama
مَرَّةِۚ
kali
بَلۡ
bahkan
زَعَمۡتُمۡ
kamu menyangka
أَلَّن
bahwa tidak
نَّجۡعَلَ
Kami menjadikan
لَكُم
bagi kalian
مَّوۡعِدٗا
perjanjian

Terjemahan

Mereka (akan) dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman,) “Sungguh, kamu telah datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali. Bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagimu waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian.”

Tafsir

Tafsir Surat Al-Kahfi: 45-46 Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) tentang kehidupan dunia, bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. Ayat 45 Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya: "Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) tentang kehidupan dunia." (Al-Kahfi: 45) tentang kefanaannya, bahwa dunia itu pasti lenyap dan habis masanya. "Bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi." (Al-Kahfi: 45) Maksudnya, biji-bijian yang ditanam padanya menjadi subur dan tumbuh dengan pesat, berbunga, bercahaya serta hijau segar. Sesudah itu disebutkan dalam firman-Nya: "Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin." (Al-Kahfi: 45) Yakni kering kerontang berhamburan tertiup oleh angin ke segala arah. "Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Al-Kahfi: 45) Artinya, Dia mampu menciptakan keadaan seperti itu dan membuat perumpamaan seperti itu. Sering sekali Allah ﷻ membuat perumpamaan seperti itu untuk kehidupan dunia, seperti apa yang disebutkan-Nya dalam surat Yunus melalui firman-Nya: "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya tanam-tanaman bumi karena air itu, di antaranya ada yang di makan manusia dan binatang ternak." (Yunus: 24), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ dalam surat Az-Zumar, yaitu: "Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit. Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya." (Az-Zumar: 21), hingga akhir ayat. Dalam surat Al-Hadid disebutkan oleh firman-Nya: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani." (Al-Hadid 20), hingga akhir ayat. Di dalam sebuah hadis shahih disebutkan: "Dunia itu adalah hijau lagi manis." Ayat 46 Firman Allah ﷻ: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia." (Al-Kahfi: 46) Sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain yang disebutkan dalam firman-Nya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas." (Ali Imran: 14), hingga akhir ayat. "Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan (bagi kalian); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (At-Taghabun: 15) Dengan kata lain, kembali kepada Allah dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya adalah lebih baik bagi kalian daripada menyibukkan diri dengan hal-hal tersebut, menghimpun dunia (harta) serta merasa khawatir yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: "Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Al-Kahfi: 46) Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair, serta lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf yang tidak hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat adalah shalat lima waktu. Ata ibnu Abu Rabah dan Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat adalah ucapan: 'Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar' (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar). Hal yang sama dikatakan pula oleh Amirul Muminin Utsman bin Affan ketika ditanya mengenai makna al-baqiyatus shalihat ini, maka ia menjawab bahwa itu adalah ucapan: 'La ilaha illallah subhanallah alhamdulillah Allahu akbar la haula wala quwwata illa billahil ’aliyyil ’azhim [Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan Allah Maha Besar, dan tidak ada upaya (untuk menghindari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk melakukan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung]. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan: "Telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris (bekas budak Usman r.a.) mengatakan, ‘Pada suatu hari Utsman duduk di suatu majlis, dan kami pun duduk bersamanya. Maka datanglah juru azan kepadanya (memberitahukan masuknya waktu shalat), lalu ia meminta air dalam sebuah wadah, menurutku jumlah air tersebut kurang lebih satu mud banyaknya, kemudian dipakainya untuk wudhu. Sesudah itu ia berkata, 'Saya pernah melihat Rasulullah ﷺ melakukan wudhu seperti wudhuku ini (yang telah kuperagakan kepada kalian),' lalu beliau ﷺ bersabda: 'Barang siapa melakukan wudhu seperti wudhuku ini, kemudian ia berdiri dan shalat zuhur, maka diampuni semua dosanya yang ada, antara shalat zuhur dan shalat subuhnya. Kemudian bila ia shalat ashar, maka diampuni semua dosanya yang ada antara shalat ashar dan shalat zuhurnya. Kemudian bila ia shalat maghrib, maka diampuni semua dosanya yang ada antara shalat maghrib dan shalat asharnya. Kemudian bila ia shalat isya, maka diampuni semua dosanya yang ada antara shalat maghrib dan shalat isyanya. Kemudian barangkali ia tidur di malam harinya, lalu bangun di pagi hari dan melakukan wudhu dan shalat subuh, maka diampuni semua dosanya yang ada antara shalat isya dan shalat subuhnya. Semuanya itu adalah kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan keburukan-keburukan (dosa-dosa).’ Orang-orang bertanya, 'Ini adalah kebaikan-kebaikan. Maka apakah yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat, hai Utsman?' Utsman menjawab bahwa yang dimaksud dengannya adalah kalimat: 'La ilaha illallah subhanallah alhamdulillah Allahu akbar la haula wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzhim' [Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar, tidak ada upaya (untuk menjauhkan diri dari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali hanya dengan (pertolongan) Allah, Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung]." Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri). Malik meriwayatkan dari Imarah ibnu Abdullah ibnu Shayyad, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa al-baqiyatus shalihat adalah kalimat: 'Subhanallah alhamdulillah la ilaha illallah Allahu akbar wala haula wala quwwata illa billah' (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar; dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Muhammad ibnu Ajlan meriwayatkan dari Imarah, "Sa'id bin Musayyab pernah bertanya kepadaku tentang makna al-baqiyatus shalihat, maka aku menjawab, 'Shalat dan shaum.' Sa'id bin Musayyab berkata, 'Jawabanmu tidak tepat.' Aku berkata, 'Zakat dan haji.' Sa'id bin Musayyab berkata, 'Jawabanmu masih kurang tepat juga, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengannya adalah lima buah kalimat,' yaitu: 'La ilaha illallah Allahu akbar subhanallah alhamdulillah la haula wala quwwata illa billah' (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." Ibnu Juraij mengatakan: Telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Usman ibnu Khaisam, dari Nafi' bin Sarjis; ia menceritakan kepadanya bahwa ia bertanya kepada Ibnu Umar tentang apa yang dimaksud dengan istilah al-baqiyatus shalihat. Maka Ibnu Umar r.a. menjawab: 'La ilaha illallah Allahu akbar subhanallah wala haula wala quwwata illa billah' (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, dan tidak ada daya serta tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Ibnu Juraij dan Ata ibnu Abu Rabah mengatakan pula hal yang mirip dengan itu. Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat adalah ucapan: 'Subhanallah alhamdulillah la ilaha illallah wallahu akbar' (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar). Abdur Razzaq mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan firman-Nya: "Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh." (Al-Kahfi: 46) Bahwa yang dimaksud dengannya adalah ucapan: 'La ilaha illallah Allahu akbar alhamdulillah subhanallah' (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah, dan Maha Suci Allah). Ibnu Jarir mengatakan, "Saya menjumpai di dalam kitab saya sebuah hadits dari Al-Hasan ibnus Sabbah Al-Bazzar, dari Abu Nasr At-Tammar, dari Abdul Aziz ibnu Muslim, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Sa'id Al-Maqbali, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: 'Kalimat Subhanallah alhamdulillah la ilaha illallah wallahu akbar' (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar); semuanya itu adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh.’ Telah menceritakan pula kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Darij (yaitu Abus Samah) menceritakan kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Perbanyaklah oleh kalian amalan-amalan yang kekal lagi saleh." Ketika ditanyakan, "Apakah yang dimaksud dengannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, "Al-millah (agama).” Ditanyakan lagi, "Apakah yang dimaksud dengannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Takbir (Allahu Akbar / Allah Maha Besar), tahlil (La ilaha illallah / tidak ada Tuhan selain Allah), tasbih (Subhanallah / Maha Suci Allah), dan Alhamdulillah la haula wala quwwata illa billah (segala puji bagi Allah serta tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits ini melalui riwayat Darij dengan sanad yang sama. Ibnu Wahb mengatakan: Telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Abdullah ibnu Abdur Rahman (pelayan Salim ibnu Abdullah) telah menceritakan kepadanya bahwa Salim pernah mengutusnya kepada Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi untuk suatu keperluan. Salim berpesan, "Sampaikanlah kepadanya, hendaknya dia menemuiku di pinggir kuburan ini, karena aku mempunyai suatu keperluan dengannya." Maka keduanya bertemu dan salah seorang mengucapkan salam kepada yang lain, kemudian Salim berkata kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu makna al-baqiyatus shalihat?” Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi menjawab, "La ilaha illallah Allahu akbar subhanallah la haula wala quwwata illa billah (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, dan tidak ada daya serta tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." Salim berkata kepada Ibnu Ka'b, "Sejak kapan engkau jadikan kalimat 'La haula wala quwwata illa billah' ke dalam al-baqiyatus shalihat’?” Ibnu Ka'b menjawab, "Saya selalu menggabungkannya ke dalamnya." Salim terus menanyainya sebanyak dua atau tiga kali, tetapi Ibnu Ka'b tetap teguh dengan pendiriannya. Akhirnya Ibnu Ka'b berkata, "Kamu memprotes?" Salim menjawab, "Ya, saya memprotes, karena sesungguhnya saya pernah mendengar Abu Ayyub Al-Ansari menceritakan hadits berikut, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Aku dinaikkan ke langit, dan di langit aku melihat Ibrahim a.s. Maka Ibrahim bertanya, 'Hai Jibril, siapakah orang yang bersamamu ini?' Jibril menjawab, 'Muhammad.' Maka Ibrahim menyambut kedatanganku dengan sambutan yang gembira lagi hangat. Kemudian Ibrahim berkata, 'Perintahkanlah kepada umatmu agar mereka memperbanyak tanaman surga, karena sesungguhnya surga itu tanahnya wangi dan buminya luas sekali.' Aku bertanya, 'Apakah tanaman surga itu?' Ibrahim menjawab: 'La haula wala quwwata illa billah' [Tidak ada daya (untuk menghindarkan diri dari kedurhakaan) dan tidak ada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah]." Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid dari Al-Awwam, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan Ansar dari kalangan keluarga An-Nu'man ibnu Basyir yang menceritakan, "Rasulullah ﷺ keluar dari rumah menemui kami saat kami berada di masjid sesudah shalat Isya, maka beliau menengadahkan pandangannya ke arah langit, lalu menundukkannya, sehingga kami menduga bahwa telah terjadi sesuatu di langit. Kemudian beliau bersabda: 'Ingatlah, sesungguhnya kelak sesudahku akan ada para amir (pemimpin) yang gemar berdusta dan zalim; maka barang siapa yang percaya kepada kedustaan mereka dan memihak mereka dalam kezalimannya, dia bukan termasuk golonganku dan aku bukan termasuk golongannya. Dan barang siapa yang tidak mempercayai kedustaan mereka serta tidak membantu kezaliman mereka, dia adalah termasuk golonganku, dan aku termasuk golongannya. Ingatlah, sesungguhnya ucapan 'Subhanallah Alhamdulillah La ilaha illallah Allahu akbar' (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar') adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh (baik)." Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Kasir, dari Zaid, dari Abu Salam, dari seorang maula (bekas budak) Rasulullah ﷺ, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Lima hal yang amat menguntungkan lagi membuat neraca amal perbuatan bertambah sangat berat (dengan amal kebaikan), yaitu ucapan 'La ilaha illallah Allahu akbar Subhanallah walhamdulillah' (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah) serta anak saleh yang meninggal dunia, sedangkan orang tuanya merelakannya karena Allah.” Rasulullah ﷺ bersabda pula: “Lima hal yang amat menguntungkan, yaitu barang siapa yang menghadap kepada Allah dalam keadaan meyakininya, pasti masuk surga; beriman kepada Allah dan hari kemudian, beriman kepada adanya surga dan neraka, serta hari berbangkit sesudah mati dan hari perhitungan (amal perbuatan).” Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, dari Hassan ibnu Atiyyah yang mengatakan, "Syaddad ibnu Aus r.a. berada dalam suatu perjalanan, lalu ia berhenti, turun istirahat di suatu tempat, dan berkata kepada pelayannya, 'Hidangkanlah makanan perbekalan kita, untuk kita sia-siakan.' Maka saya memprotesnya, dan ia berkata, 'Tidak sekali-kali aku mengucapkan suatu kalimat sejak saat masuk Islam melainkan saya kendalikan dan saya pikirkan terlebih dahulu selain dari kata-kataku ini. Maka lupakanlah kata-kataku itu, tetapi saya minta kalian menghafal baik-baik apa yang akan saya katakan kepada kalian ini. Saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila manusia menimbun emas dan perak, maka timbunlah (pahala) membaca kalimat-kalimat berikut oleh kalian, yaitu: ‘Ya Allah, sesungguhnya saya memohon keteguhan dalam urusan ini (agama Islam) dan tekad yang kuat untuk menempuh jalan petunjuk, dan saya memohon kepada-Mu agar bisa mensyukuri nikmat-Mu, dan saya memohon kepada-Mu kebaikan dalam menyembah-Mu, dan saya memohon kepada-Mu hati yang bersih dan memohon kepada-Mu lisan yang benar, dan saya memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui, serta saya berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau ketahui, dan saya memohon ampunan kepada-Mu terhadap semua dosa(ku) yang Engkau ketahui, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui semua yang gaib'.” Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Nasai melalui jalur lain dari Syaddad dengan sanad yang serupa. Imam Tabrani mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Najiyah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Aufi, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Husain, dari Yunus ibnu Nafi' Al-Jadali, dari Sa'd ibnu Junadah r.a. yang mengatakan, "Saya termasuk orang pertama dari kalangan penduduk Thaif yang datang kepada Nabi ﷺ. Saya berangkat menempuh jalan dataran tinggi Thaif, yaitu dari As-Surrah, di pagi hari. Sampai di Mina pada waktu ashar, lalu saya mendaki jalan perbukitan dan kemudian turun, lalu datang menemui Nabi ﷺ dan saya masuk Islam. Nabi ﷺ mengajari saya firman Allah ﷻ: "Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas: 1) Maksudnya surat Al-Ikhlas, juga surat Az-Zalzalah. Nabi ﷺ mengajari saya kalimat-kalimat berikut: 'Subhanallah alhamdulillah la ilaha illallah wallahu akbar' (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar). Kemudian beliau bersabda, 'Itulah amalan-amalan yang kekal lagi saleh'.” Dengan sanad yang sama dalam hadits lain disebutkan seperti berikut: "Barang siapa yang bangun di waktu malam hari, lalu berwudhu dan berkumur (membersihkan) mulutnya, kemudian mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah) sebanyak seratus kali; dan Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) sebanyak seratus kali, Allahu akbar (Allah Maha Besar) sebanyak seratus kali, la ilaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) sebanyak seratus kali, maka diampunilah dosa-dosanya kecuali yang berkaitan dengan masalah darah (dosa membunuh), karena sesungguhnya dosa membunuh itu tidak terhapuskan." Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: "Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh." (Al-Kahfi: 46) Bahwa yang dimaksud dengannya adalah zikrullah (zikir kepada Allah), yaitu ucapan ‘La ilaha illallah Allahu akbar subhanallah alhamdulillah la haula wala quwwata illa billah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), istighfar, dan shalawat untuk Rasulullah, serta shaum (puasa), haji, sedekah, memerdekakan budak, jihad, silaturahim, dan semua amal saleh. Semua itu adalah amalan-amalan yang kekal lagi saleh, yaitu amalan-amalan yang mengekalkan pelakunya di dalam surga selama masih ada bumi dan langit (yakni untuk selama-lamanya). Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat adalah kalam yang baik. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan al-baqiyatus shalihat adalah seluruh amal-amal saleh. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.

Al-Kahfi: 48

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat