Ayat
Terjemahan Per Kata
وَوُضِعَ
dan diletakkan
ٱلۡكِتَٰبُ
kitab
فَتَرَى
lalu kamu melihat
ٱلۡمُجۡرِمِينَ
orang-orang yang berdosa
مُشۡفِقِينَ
mereka ketakutan
مِمَّا
dari apa yang
فِيهِ
didalamnya
وَيَقُولُونَ
dan mereka mengatakan
يَٰوَيۡلَتَنَا
aduh celakalah kami
مَالِ
apakah
هَٰذَا
ini
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
لَا
tidak
يُغَادِرُ
meninggalkan
صَغِيرَةٗ
yang kecil
وَلَا
dan tidak
كَبِيرَةً
yang besar
إِلَّآ
kecuali
أَحۡصَىٰهَاۚ
menghitungnya
وَوَجَدُواْ
dan mereka mendapatkan
مَا
apa yang
عَمِلُواْ
mereka kerjakan
حَاضِرٗاۗ
hadir/ada
وَلَا
dan tidak
يَظۡلِمُ
menganiaya
رَبُّكَ
Tuhanmu
أَحَدٗا
seseorang
وَوُضِعَ
dan diletakkan
ٱلۡكِتَٰبُ
kitab
فَتَرَى
lalu kamu melihat
ٱلۡمُجۡرِمِينَ
orang-orang yang berdosa
مُشۡفِقِينَ
mereka ketakutan
مِمَّا
dari apa yang
فِيهِ
didalamnya
وَيَقُولُونَ
dan mereka mengatakan
يَٰوَيۡلَتَنَا
aduh celakalah kami
مَالِ
apakah
هَٰذَا
ini
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
لَا
tidak
يُغَادِرُ
meninggalkan
صَغِيرَةٗ
yang kecil
وَلَا
dan tidak
كَبِيرَةً
yang besar
إِلَّآ
kecuali
أَحۡصَىٰهَاۚ
menghitungnya
وَوَجَدُواْ
dan mereka mendapatkan
مَا
apa yang
عَمِلُواْ
mereka kerjakan
حَاضِرٗاۗ
hadir/ada
وَلَا
dan tidak
يَظۡلِمُ
menganiaya
رَبُّكَ
Tuhanmu
أَحَدٗا
seseorang
Terjemahan
Diletakkanlah kitab (catatan amal pada setiap orang), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya.” Mereka mendapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.
Tafsir
(Dan diletakkanlah kitab) yaitu kitab catatan amal perbuatan setiap orang; bagi orang-orang Mukmin diterima di sebelah kanannya, dan bagi orang-orang kafir di sebelah kirinya (lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa) orang-orang kafir (ketakutan) merasa takut (terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata) sewaktu mereka melihat kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam kitab catatan amal masing-masing. (Aduhai) ungkapan rasa kecewa (celakalah kami) binasalah kami; lafal Wailata adalah Mashdar yang tidak mempunyai Fi'il dari lafal asalnya (kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar) dari dosa-dosa kami (melainkan ia mencatat semuanya)" semuanya telah tercatat dan terbukti di dalamnya; mereka merasa takjub akan hal tersebut (dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada) tertulis di dalam catatan kitab-kitab mereka. (Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun) Dia tidak akan menghukum seseorang tanpa dosa, dan Dia tidak akan mengurangi pahala orang Mukmin.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 47-49
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada yang pertama kali; bahkan kalian mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kalian waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian. Dan diletakkanlah kitab, lalu kalian akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).
Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. Allah ﷻ menceritakan tentang kengerian pada hari kiamat dan semua peristiwa besar yang terjadi di dalamnya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: "Pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung-gunung benar-benar berjalan." (Ath-Thur: 9-10) Maksudnya, gunung-gunung jebol dan lenyap dari tempatnya masing-masing. Sebagaimana disebutkan dalam ayat lain lagi melalui firman-Nya: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu kira dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan." (An-Naml: 88) "Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan." (Al-Qari'ah: 5) "Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu rata dan datar, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi." (Thaha: 105-107) Allah ﷻ menceritakan bahwa Dia melenyapkan gunung-gunung hingga rata dengan dataran, serta bumi menjadi rata dan datar sama sekali, tidak ada tanah yang rendah menurun dan tidak ada pula tanah yang menonjol; semuanya rata, tiada lembah dan tiada perbukitan.
Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: "Dan kamu akan melihat bumi itu rata." (Al-Kahfi: 47) Yakni rata dan datar, tiada suatu tanda pun milik seseorang dan tiada suatu tempat persembunyian pun bagi seseorang. Bahkan semua makhluk di bawa ke hadapan Tuhannya, tiada sesuatu pun dari mereka yang tersembunyi bagi Allah. Mujahid dan Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: "Dan kamu akan melihat bumi itu rata." (Al-Kahfi: 47) Maksudnya, tiada bebatuan dan tiada liang-liang (lubang-lubang) padanya.
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah tiada bangunan dan tiada pepohonan padanya. Firman Allah ﷻ: "Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka." (Al-Kahfi: 47) Yakni Kami himpunkan mereka semua dari yang terdahulu hingga yang kemudian (yang terakhir). Tiada seorang pun dari mereka yang Kami tinggalkan, baik yang kecil maupun yang besar, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terakhir benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal." (Al-Waqi'ah: 49-50) Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk menghadapinya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh semua malaikat). (Hud: 103) Adapun firman Allah ﷻ: "Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris." (Al-Kahfi: 48) Makna ayat ini dapat ditakwilkan bahwa semua makhluk akan berdiri di hadapan Allah ﷻ dalam keadaan berbaris.
Seperti yang dimaksudkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: "Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan perkataan yang benar." (An-Naba': 38) Dapat pula ditakwilkan bahwa mereka berdiri membentuk saf-saf, bukan hanya satu saf saja. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: "Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat berbaris-baris." (Al-Fajr: 22) Adapun firman Allah ﷻ yang mengatakan: "Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada yang pertama kali." (Al-Kahfi: 48) Di dalam kalimat ayat ini terkandung makna teguran terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada adanya hari berbangkit, sekaligus sebagai celaan buat mereka di hadapan seluruh saksi yang ada pada hari itu.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: "Bahkan kalian mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kalian waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian. (Al-Kahfi: 48) Yakni kalian menyangka bahwa hari ini tidak akan ada dan bahwa peristiwa ini tidak akan terjadi. Firman Allah ﷻ: "Dan diletakkanlah kitab." (Al-Kahfi: 49) Maksudnya, buku catatan amal perbuatan yang di dalamnya tercatat semua amal baik yang besar maupun yang kecil; tiada amal sekecil apa pun yang terlewatkan, terlebih lagi amal yang besar. "Lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya." (Al-Kahfi: 49) Yakni takut terhadap amal-amal perbuatan mereka yang buruk lagi jahat yang tertulis di dalamnya. dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami." (Al-Kahfi: 49) Artinya, betapa kecewa dan celakanya kami atas apa yang kami sia-siakan dalam usia kami (di dunia). "Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya." (Al-Kahfi: 49) Yaitu tiada suatu dosa kecil maupun dosa besar yang terlewatkan, dan tiada suatu amal perbuatan sekecil apa pun yang tidak tercatat. "Melainkan ia mencatat semuanya." (Al-Kahfi: 49) Yakni menulisnya dengan cermat dan memeliharanya.
Imam Tabrani telah meriwayatkan dengan sanad seperti yang telah disebutkan di atas sehubungan dengan ayat ini melalui Sa'd ibnu Junadah yang menceritakan: "Setelah Rasulullah ﷺ selesai dari Perang Hunain, kami berhenti, turun istirahat di sebuah tempat yang kosong, tiada sesuatu pun yang berarti disitu. Maka Nabi ﷺ bersabda, 'Kumpulkanlah oleh kalian; barang siapa yang menjumpai batang kayu, hendaklah ia mengumpulkannya di tempat ini; dan barang siapa yang menjumpai kayu bakar, hendaklah ia mengumpulkannya di tempat ini; atau (bila menemukan) sesuatu lainnya, hendaklah ia mendatangkannya ke tempat ini.' Tidak lama kemudian dan dalam waktu yang singkat semua kayu itu telah terkumpulkan menjadi setumpuk kayu yang cukup banyak. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidakkah kalian lihat tumpukan kayu ini? Demikian pula dosa-dosa terkumpulkan dalam diri seseorang di antara kalian, sebagaimana kalian mengumpulkan kayu-kayuan ini. Karena itu, hendaklah seseorang bertakwa kepada Allah; janganlah ia membuat suatu dosa, yang kecil maupun yang besar, karena sesungguhnya dosa-dosa itu dikumpulkan dalam catatan amalnya." Firman Allah ﷻ: "Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis)." (Al-Kahfi: 49) Yaitu baik berupa kebaikan maupun keburukan. Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: "Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebaikan yang dilakukannya dihadapkan kepadanya." (Ali Imran: 30), hingga akhir ayat.
"Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya." (Al-Qiyamah: 13) Dan firman Allah ﷻ: "Pada hari ditampakkan segala rahasia." (Ath-Thariq: 9) Yakni ditampakkan semua yang tersembunyi di dalam damir (hati). Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sabit, dari Anas, dari Nabi ﷺ yang bersabda: "Setiap orang yang berkhianat mempunyai panjinya tersendiri di hari kiamat kelak, yang dengan panjinya itu ia dikenal." Hadits ini dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihain.
Menurut lafaz yang lain disebutkan seperti berikut: "Dipancangkan sebuah panji bagi setiap orang yang berkhianat pada hari kiamat di pantatnya, sesuai dengan jenis pengkhianatannya, maka disebutkan bahwa ini adalah panji pengkhianatan si Fulan bin Anu." Firman Allah ﷻ: "Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang juapun." (Al-Kahfi: 49) Artinya, Dia kelak akan memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya terhadap semua amal perbuatan mereka dengan adil. Dia tidak akan menzalimi seorang pun dari makhluk-Nya, bahkan Dia pemaaf, mengampuni dan merahmatinya. Dia hanya mengazab orang yang dikehendaki-Nya dengan kekuasaan-Nya, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya. Dan Dia memenuhi neraka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Kemudian orang-orang yang durhaka diselamatkan sesudah itu, tetapi orang-orang kafir kekal di dalam neraka. Dia adalah Hakim yang tidak melampaui batas, tidak pula berbuat zalim. Allah ﷻ berfirman dalam ayat lain: "Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seorang pun walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya." (An-Nisa: 40), hingga akhir ayat. Dan firman Allah ﷻ: "Kami akan memasang neraca yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun." (Al-Anbiya: 47) Sampai dengan firman-Nya: "Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan." (Al-Anbiya: 47) Masih banyak lagi ayat-ayat yang semakna.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hamman ibnu Yahya, dari Al-Qasim ibnu Abdul Wahid Al-Makki, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Uqail; ia mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan, "Telah sampai sebuah hadits kepadaku dari seorang lelaki yang mendengarnya langsung dari Nabi ﷺ Maka aku membeli seekor unta kendaraan, dan saya mempersiapkannya dengan memberinya pelana, lalu berangkat dengan mengendarainya selama satu bulan menuju ke tempat lelaki tersebut. Ketika sampai padanya di negeri Syam, ternyata dia adalah Abdullah ibnu Unais. Maka saya berkata kepada penjaga pintu, 'Beri tahukanlah kepadanya bahwa ada Jabir di pintu.' Abdullah ibnu Unais bertanya, 'Engkau putra Abdullah?' Saya menjawab, 'Ya.' Maka Ibnu Unais keluar seraya menginjak kainnya (saking gembira dan terburu-burunya), lalu ia memeluk saya dan saya pun memeluknya. Saya berkata, 'Ada sebuah hadits yang saya dengar bahwa engkau mendengar langsung dari Rasulullah ﷺ sehubungan dengan masalah qisas, maka saya khawatir bila engkau meninggal dunia atau saya meninggal dunia sebelum saya mendengar hadits tersebut darimu. Ibnu Unais berkata, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah ﷻ menggiring manusia atau hamba-hamba-Nya kelak di hari kiamat (sedangkan mereka dalam keadaan) telanjang lagi tidak bersunat hanya dengan membawa dua hal.
Saya bertanya, ‘Apakah yang dimaksud dengan dua hal?’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Mereka tidak memakai pakaian apa pun.’ Kemudian mereka diseru oleh suara yang terdengar oleh orang yang jauh seperti yang didengar oleh orang yang dekat, 'Akulah Raja, Akulah Pemberi Balasan, tidaklah layak bagi seseorang dari kalangan penghuni neraka masuk neraka, sedangkan dia mempunyai hak atas seseorang dari kalangan ahli surga, sebelum Aku lunaskan hak itu darinya buat penghuni neraka itu. Dan tidaklah layak bagi seseorang dari kalangan penghuni surga masuk surga, sedangkan dia mempunyai hak atas seseorang dari kalangan penghuni neraka, sebelum Aku lunaskan hak itu darinya buat si penghuni surga itu, sampai dalam masalah tamparan pun.’ Kami (para sahabat) bertanya, 'Mana mungkin, sedangkan kita menghadap kepada Allah hanya dalam keadaan telanjang lagi tidak bersunat hanya dengan membawa dua hal?' Nabi ﷺ bersabda: 'Membawa amal-amal kebaikan dan amal-amal keburukan'."
Telah diriwayatkan pula dari Syu'bah, dari Al-Awwam ibnu Muzahim, dari Abu Usman, dari Usman bin Affan r.a., bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya hewan yang tidak bertanduk benar-benar akan dapat membalas hewan-hewan yang bertanduk kelak di hari kiamat." Hadits ini diriwayatkan pula oleh Abdullah putra Imam Ahmad. Hadits ini mempunyai banyak syawahid yang mendukungnya, diriwayatkan melalui berbagai jalur yang akan kami ketengahkan dalam pembahasan tafsir firman Allah ﷻ yang mengatakan: "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun." (Al-Anbiya: 47) Dan dalam tafsir firman Allah ﷻ yang lalu, yaitu: "Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami lewatkan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka, mereka dikumpulkan." (Al-An'am: 38)
Dan diletakkanlah, yakni diberikan kepada semua manusia kitab
yang merinci amal perbuatan mereka di dunia baik yang besar maupun yang kecil, lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan
terhadap apa yang tertulis di dalamnya. Mereka menyesal atas kejahatan
perbuatannya ketika di dunia, dan mereka berkata, Betapa celaka kami,
kitab apakah ini, betapa menakjubkan, karena tidak ada yang tertinggal
di dalamnya, yang kecil dan yang besar dari amal perbuatan manusia
melainkan tercatat semuanya, dan mereka mendapati semua apa yang telah mereka kerjakan di dunia tertulis di dalamnya. Dan Tuhanmu tidak
menzalimi seorang jua pun. Amal perbuatan mereka semuanya tercatat
secara sempurna dan mendapatkan pembalasan yang sesuai. Dan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Kami berfirman kepada
para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud
memberi penghormatan kepada Adam, kecuali Iblis yang enggan bersujud walaupun diperintah oleh Allah. Dia, yakni iblis, adalah dari
golongan jin, yang diciptakan Allah dari api oleh karenanya merasa
lebih mulia dari Adam yang diciptakan Allah dari tanah. Dengan keengganannya bersujud kepada Adam maka dia mendurhakai perintah
Tuhannya. Demikianlah Iblis telah menjadi musuh manusia sejak dahulu, maka pantaskah kamu, wahai manusia, menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal engkau mengetahui mereka
adalah musuhmu' Sangat buruklah Iblis itu sebagai pengganti Allah, yang
dijadikannya panutan dan sesembahan, bagi orang yang zalim.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menambahkan keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat, yaitu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan ada yang diberikan dari sebelah kanan, ada pula yang dari sebelah kiri. Orang-orang mukmin dan beramal saleh menerimanya dari sebelah kanan, lalu ia melihat isinya. Ternyata kebaikannya lebih besar dari kejahatannya, dan kejahatan itu segera diampuni oleh Allah ﷻ Maka dia dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman Allah swt:
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (al-haqqah/69: 19-22)
Kepada orang kafir dan orang yang bersalah, kitab catatan amal mereka di dunia diberikan dari sebelah kiri. Lalu mereka melihat isinya, dan ternyata penuh dengan catatan dari berbagai kejahatan, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hati mereka terhadap hukuman Allah dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikit pun tidak meninggalkan kesalahan kami yang kecil apalagi yang besar, semuanya dicatatnya." Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya:
Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (al-haqqah/69: 25-31)
Mereka mendapatkan segala tindakan mereka yang melanggar aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah swt:
Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12)
Semua perbuatan manusia sengaja ditulis dalam buku catatan amal untuk diperlihatkan kepada mereka pada hari kiamat. Firman Allah swt:
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan.... (ali 'Imran/3: 30)
Tidak ada seorangpun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapapun kecilnya. Allah ﷻ menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. Firman-Nya:
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit ; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya'/21: 47)
Allah ﷻ tidak akan merugikan hamba-hambanya, sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kekufuran. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat, dan menjatuhkan hukuman bagi yang berbuat maksiat.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERUMPAMAAN HIDUP DI DUNIA
Perumpamaan yang terdahulu adalah tentang dua berteman yang seorang kaya berkebun subur dua tumpuan dan yang seorang miskin, dan kekayaannya hanya iman. Sekarang dalam perumpamaan yang lain, yaitu tentang penilaian manusia terhadap kehidupan dunia ini.
Ayat 45
“Dan perbuatlah untuk mereka itu satu perumpamaan tentang kehidupan di dunia ini."
Supaya lebih terang kita ambil dahulu artinya menurut logat dari dunia. Kalimat dun-ya pokok asal dari kalimat dana yang berarti dekat. Hidup di dunia asal artinya ialah hidup yang dekat ini, atau hidup kita yang sekarang. Timbalannya ialah hidup akhirat, dari pokok kata akhir, yang berarti kemudian. Sesudah hidup dunia yang dekat ini, akan ada lagi hidup akhirat, hidup hari nanti. Maka hidup di dunia itu, “Ialah laksana air yang Kami turunkan dari /o'npit."Yaituairhujan.Disebutdari langit, sebab yang dikatakan langit di sini ialah yang di atas kita."Maka bercampurlah dengan dia tumbuh-tumbuhan di bumi." Artinya, bahwa air hujan yang telah jatuh dari atas itu telah bertumpah-ruah ke atas permukaan bumi lalu bercampur baur dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di atas permukaan bumi itu, menyebabkan tumbuhnya dengan subur. Percampur-bauran terjadi karena urat dari tumbuh-tumbuhan itu, baik rumput kecil atau belukar, ataupun pohon yang besar-besar. Semua uratnya mencari tanah, mengisap airnya, sehingga air hujan itu dengan perantaraan urat tadi telah tercampur baur kepada seluruh tumbuh-tumbuhan itu, dari pangkal pokok sampai ke puncak dan ke ujung daun."Lalu jadi keringlah dia ditiup oleh angin."
Yah! Mula-mula suburlah tumbuh-tumbuhan itu karena air hujan cukup turun untuk menghidupinya, rindanglah daunnya, lebatlah buahnya, rimbun boleh tempat berteduh. Tetapi kian lama tumbuh-tumbuhan itu kian lanjut usianya sehingga dia tidak dapat lagi mengisap air dari bumi, malahan menjadi bertambah kurus kering ditiup angin. Lama-lama dia pun mumuk, lalu akhirnya menjadi tunggul tua dan mati.
Begitu hidup tumbuh-tumbuhan dan begitu pulalah hidup manusia sehingga ada ungkapan tua dalam bahasa Melayu, “Sementara tampuk lagi bergetah" mudahlah apa yang diurus. Tetapi kalau tampuk sudah kering, gugurlah daun ke bawah, selara namanya.
Alangkah tepat dan dalam perumpamaan ini. Sesubur-subur tumbuh-tumbuhan dan se-rindang-rindang menghijau daunnya mengisap udara namun satu waktu dia akan layu, daunnya akan gugur dan hasil buahnya tidak akan keluar lagi. Tak ada yang diharap dari, karena waktunya telah habis dan giliran telah jatuh kepada yang lain pula. Lihatlah tumbuhnya padi: sejak dari menanam berih, sampai dia besar dan menghijau sampai airnya dikeringkan dan kemudian dia berangsur berbuah, lalu dari menghijau berangsur menguning, dan buahnya pun menunduk ke bawah. Apabila buahnya itu telah masak, habislah waktunya dan habislah tugasnya. Subur di waktu muda dan menghijau. Lalu beransur kering tenaga dan menguning, kemudian tunduk menjadi jerami yang akan disingkirkan karena orang akan menanam yang baru pula.
Padi setelah tua disabit, lalu hasilnya diambil orang. Kita ini sebagai insan, jika datang waktu kita pergi, apakah yang kita tinggalkan?
Ujung ayat adalah kesimpulan dari kehidupan di dunia itu,
“Dan adalah Allah atas tiap-tiap sesuatu Menentukan."
Dan sifat Allah sebagai Penentu atau muqtadir itu berlaku terus dalam alam yang Dia ciptakan ini. Mulanya tidak ada, kemudian dia adakan, akhirnya semuanya lenyap. Dan yang kekal hanya Dia. Dan semuanya itu hanyalah soal tempo dan ukuran belaka. Padi dalam masa empat bulan. Ada kayu dalam masa empat tahun dan ada lagi yang dalam masa 40 tahun atau 400 tahun, ataupun dalam masa 40 juta tahun; namun asalnya tetap tidak ada, kemudian diadakan, sesudah itu lenyap. Yang kekal hanya Allah saja.
Kemudian tersebutlah dalam ayat selanjutnya tentang kehidupan dunia itu.
Ayat 46
“Harta dan anak itu adalah perhiasan hidup di dunia."
Kita datang ke dunia ini, dan setelah itu kita akan pergi. Sementara kita hidup ini di-perhiasilah hidup kita dengan harta benda. Kita sebagai insan ingin mempunyai harta benda. Tidak ada harta, hidup ini tidak ada perhiasannya. Tidak ada keturunan, hidup ini terasa suram. Ributnya tangis anak-anak dalam rumah, pada hakikatnya adalah perhiasan rumah juga. Dan sebagai manusia kita mencintai perhiasan itu. Allah pun telah menakdirkan juga kita suka akan perhiasan hidup itu seperti dijelaskan pada surah ‘Aali Imraan ayat 14. Istri yang setia, anak-cucu yang membawa kegembiraan hidup, perbendaharaan berisi emas dan perak, kendaraan yang bagus (dahulu unta dan kuda, sekarang mobil mengilap), binatang-binatang ternak, sawah, dan ladang semuanya adalah perhiasan hidup. Siapa pun yang berpikiran sehat mengakui bahwa manusia lebih senang dengan segala-galanya itu. Banyak sekali soal perhiasan ini dibicarakan di dalam Al-Qur'an! Tetapi selalu diperingatkan supaya manusia jangan lalai, jangan lupa, jangan sampai hendaknya perhiasan hidup yang sementara itu membuatnya lupa bahwa dia masih dalam pertengahan jalan. Manusia belum sampai kepada perhentian terakhir. Sebab itu maka pada lanjutan ayat diperingatkanlah,
“Tetapi bekas yang baik dan amalan yang saleh, itulah yang lebih baik di sisi Tuhanmu dari segi ganjaran dan lebih baik dari segi harapan."
Dengan rayuan yang indah sekali di ujung ayat ini Allah memberi peringatan bahwa harta benda dan anak itu memang perhiasan, namun perhiasan itu sangat terbatas sekali waktunya. Harta benda terasa seperti perhiasan kalau badan masih sehat. Kalau sudah sakit, kita bersedia melicintandaskan harta itu untuk berobat. Dan hanya waktu muda. Kalau sudah tua tidak bertenaga lagi, kadang-kadang kita akan merasakan tidak peduli kepada harta itu lagi. Anak-anak pun demikian pula! Semasa dia kecil memang dia perhiasan. Kalau dia sudah besar dan telah hidup sendiri dengan rumah tangganya, bukan sedikit anak-anak itu yang lupa kepada orang tuanya. Oleh sebab itu di samping menghabiskan tenaga untuk mengumpul harta dan membanggakan anak, ingatlah hari depanmu sendiri. Sebab kalau engkau mati, harta benda dan anak-anak itu tidak ada lagi dan tidak akan engkau bawa mati. Allah Allah memperingatkan bahwa jejak atau bekas dari perbuatan yang baik semasa hidup itulah yang akan membuat hari depanmu tenteram. Tenteram karena Allah menjanjikan pahala, dan bahagia karena Allah memupuk pengharapan buat hari depan, sehingga tidak ada rasa takut akan menghadapi perhitungan (hisab) di hadapan Allah.
Amal (pengharapan) buatzamandepanitu-lah yang membuat kita mengisi hidup dengan kebajikan. Karena kembali kelak kepada Allah hanya seorang diri.
Sebab itu dapatlah kita simpulkan maksud ayat ini bahwa di samping kita menghabiskan tenaga dalam hidup yang terbatas ini untuk kepentingan orang lain, jangan lupa bersedia bekal untuk pulang ke akhirat. Karena setelah mengantarkan kita ke kuburan, semua orang pun pulang, termasuk anak-anak dan cucu, dan tinggallah kita sendiri menunggu perhitungan.
AL-BAQIYATUS SALIHAH
‘Jejakyang baik" atau “bekasyang indah" itu diperbincangkan juga oleh ulama-ulama salaf, apakah dia. Said bin Jubair menyampaikan dari riwayat Ibnu Abbas, “AI-Baqiyatush Salihah" ialah shalat lima waktu. Dan kalau dia dijadikan kumpulan dzikir, yaitu sikap dan sebutan mengingat Allah, maka dia ialah
“Subhanallah, Walhamdulillah, wa la llaha Illallah, wallahu Akbar" (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar)."
Menurut riwayat dari Sayyidina Utsman bin Affan,-ditambah satu ucapan lagi, yaitu Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Ilia Billah. Menurut isi sebuah hadits dari beliau, kita kerjakan shalat lima waktunya tepat di awal waktu dengan khusyu dan selalu pula kita baca dzikir yang disebut aI-Baqiyatus Salihah ini, moga-mogalah keingatan kita kepada Allah selalu itu menjadi jejak yang baik dari hidup kita dan menjadi penimbun yang baik dari kelainan dan kealpaan kita.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Segala amalan yang saleh, itulah al-Baqiyatus Salihah".
Sebab itu kerjakanlah shalat lima waktu, berpuasalah bulan Ramadhan, berzakatlah dan didik diri jadi dermawan, naik hajilah kalau kuasa, berjuanglah dan berjihad, hubu-ngkanlah silaturahim dan perbaikilah hati terhadap kepada semua manusia, dari sini kita akan berangsur mencapai al-BaqiyatusSalihah.
Setelah ingat akan dunia yang sebenarnya dengan nilainya yang sebenarnya pula, Allah memperingatkan apakah lanjutan dari kehidupan dunia itu.
Ayat 47
“Dan (ingatlah) akan hari yang akan Kami penjalankan gunung-gunung, dan akan engkau lihat bumi itu lebih nyata."
Inilah pertanda pertama dari dunia ini akan kiamat! Gunung akan diperjalankan Allah, dengan demikian berarti tanah menjadi longsor, yang membawa gunung jadi berkisar. Karena gunung tidak di tempatnya lagi, bumi jadi rata dan jelas nyata, tidak ada yang menghambat."Dan akan Kami kumpulkan seluruh mereka," itulah yang bernama “Yaumal Mahsyar" atau disebut padang mahsyar.
“Maka tidaklah akan Kami tinggalkan dari antara mereka seorang jua pun."
Ayat 48
“Dan akan dibawa mereka ke hadapan Tuhanmu berbaris-baris."
Dibuat berbaris-baris dengan teratur, satu demi satu, karena masing-masing akan diminta pertanggungjawabannya tentang kegiatan mereka di kala hidup dalam dunia ini. Maka ber-firmanlah Allah, “Sesungguhnya kamu telah datang kepada Kami sebagaimana telah Kami jadikan kamu pada mulanya." Artinya, sebagaimana di zaman dahulu dari tidak ada, kamu telah Kami adakan. Dan datang ke dunia dengan tidak membawa kekayaan apa-apa, demikian pula hari kebangkitanmu kembali,
“Tetapi kamu menyangka bahwa tidak akan Kami jadikan dengan kamu suatu penjanjian."
Peringatan keras kepada orang yang tidak percaya akan hari berbangkit (Kiamat) yang di kala hidup menyangka bahwa hidup hanya sampai hingga mengembuskan napas terakhir saja; sesudah itu tak ada perjanjian lagi dengan Allah.
Ayat 49
“Dan akan dibentangkanlah kitab itu."
Yaitu kitab catatan amal perbuatan selama hidup di dunia itu, baik amal yang baik ataupun amal yang buruk, yang mulia maupun yang hina, “Maka akan engkau lihat orang-orang yang berdosa itu takut kepada apa yang ada padanya," sebab jelas tertulis semuanya, tak ada yang terlupa atau ketinggalan, bahkan dirinya yang bersangkutan sendirilah yang telah banyak lupa akan apa yang pernah dikerjakannya.
Dan mereka akan berkata, “Celaka kami! Kitab apakah ini? Tidak ada yang ditinggal-kannya, yang kecil dan tidak pun yang besar, melainkan semua dihitungnya." Dan niscaya semua perhitungan itu tetap dan sangat teliti. Sebab yang menghitung adalah Allah sendiri dengan alat kekuasaan yang ada padanya.
Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh ath-Thabrani yang sa-nadnya sampai kepada Sa'ad bin Junadah. Katanya, “Tatkala telah selesai Rasulullah dari Peperangan Hunain berhentilah kami di setumpuk tanah yang kosong. Maka bersabda-lah Nabi ﷺ,
“Kumpulkanlah siapa yang mendapat ranting-ranting, lalu bawa kemari. Dan siapa yang mendapat kayu bakar, bawalah kemari."
Kata Sa'ad Junadah seterusnya, “Ranting-ranting dan kayu bakar itu kami bakar sampai habis jadi abu. Lalu berkata pula beliau ﷺ,
“Kalian lihatkah itu1 Seperti itu pulalah dosa akan dikumpulkan kelak atas seseorang laki-laki di antara kamu. Oleh sebab itu, takwalah kamu kepada Allah. Karena tidak ada satu dosa pun, kecilkah atau besarkah, semuanya akan dihitung." (HR ath-Thabrani)
“Dan mereka dapati apa yang mereka kerjakan sedia (tertulis dengan) jelas." Artinya, pasal demi pasal terdapatlah daftar catatan dan apa yang pernah dikerjakan atau diamalkan selama hidup itu.
“Dan tidak benlaku aniaya Tuhanmu itu kepada seorang jua pun."
Tidak akan ada orang yang teraniaya, sebab baik dan buruk, kecilnya ataupun besarnya terdaftar dalam kitab itu dengan nyata. Sehingga setiap orang yang melihatnya akan mengakui sendiri terlebih dahulu, sebelum hukuman jatuh bahwa dia memang bersalah pada tempat yang bersalah dan patut dihukum pada kala yang patut dihukum. Apatah lagi
Allah tidak berkepentingan untuk dirinya sendiri. Sebab itu perlu apa Dia melakukan pe-nganiayaan. Dan tidaklah masuk di akal akan ada penganiayaan sehingga yang tidak patut dihukum kena hukuman dan orang baik tersingkir, ke tepi atau dilupakan. Hal yang demikian hanya dapat terjadi dalam mahkamah dunia ini, karena manusia yang sedang berkuasa kadang bertindak sedemikian karena hendak mempertahankan kekuasaan. Padahal, kekuasaan Allah tidaklah akan dapat diusik oleh siapa pun.