Hud: 73

Ayat

Terjemahan Per Kata
قَالُوٓاْ
mereka berkata
أَتَعۡجَبِينَ
apakah kamu merasa heran
مِنۡ
dari/tentang
أَمۡرِ
ketetapan
ٱللَّهِۖ
Allah
رَحۡمَتُ
rahmat
ٱللَّهِ
Allah
وَبَرَكَٰتُهُۥ
dan keberkatan-Nya
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
أَهۡلَ
ahlul/ahli
ٱلۡبَيۡتِۚ
bait/rumah
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
حَمِيدٞ
Maha Terpuji
مَّجِيدٞ
Maha Mulia

Terjemahan

Mereka (para malaikat) berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Tafsir

Tafsir Surat Hud: 69-73 Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, "Selamat." Ibrahim menjawab, "Selamat (juga untuk kalian)." Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Lut.” Dan istrinya berdiri (di sampingnya), lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya'qub. Istrinya berkata, "Sungguh ajaib, bagaimana aku bisa melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku ini pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat ajaib." Para malaikat itu berkata, "Mengapa kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” Ayat 69 Allah ﷻ berfirman: “Dan sesungguhnya telah datang utusan-utusan Kami.” (Hud: 69) Mereka terdiri dari kalangan para malaikat. “Kepada Ibrahim dengan membawa berita gembira.” (Hud: 69) Menurut suatu pendapat, para malaikat itu datang menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim tentang kelahiran Ishaq. Menurut pendapat lain, berita gembira tersebut ialah kebinasaan kaum Lut. Pendapat yang pertama diperkuat oleh firman-Nya yang mengatakan: “Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bertanya jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Lut.” (Hud: 74) Firman Allah ﷻ: “Mereka mengucapkan, ‘Selamat.’ Ibrahim menjawab, ‘Selamat (juga untuk kalian).’ (Hud: 69) Maksudnya, semoga keselamatan terlimpahkan pula atas kalian. Ulama Bayan mengatakan bahwa ungkapan ini merupakan ungkapan salam penghormatan yang baik, karena bacaan rafa menunjukkan pengertian tetap dan selamanya. “Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (Hud: 69) Nabi Ibrahim pergi dengan cepat, lalu segera kembali seraya membawa suguhan dan jamuan buat tamu-tamunya itu, yaitu berupa sapi muda yang dipanggang. Haniz artinya dipanggang di atas batu yang dipanaskan. Demikianlah menurut makna yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, seperti juga yang disebutkan dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: “Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, ‘Silakan kalian makan’.” (Adz-Dzariyat: 26-27) Ayat ini mengandung etika penghormatan kepada tamu dipandang dari berbagai segi. Ayat 70 Firman Allah ﷻ: “Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka.” (Hud: 70) Yakni Nabi Ibrahim merasa keheranan dengan sikap mereka. “Dan merasa takut kepada mereka.” (Hud: 70) Demikian itu karena malaikat tidak membutuhkan makanan, tidak menginginkannya, tidak pula pernah memakannya. Melihat sikap mereka yang berpaling dari apa yang disuguhkannya kepada mereka, tanpa ada rasa keinginan sama sekali, maka pada saat itu: “Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka dan merasa takut kepada mereka.” (Hud: 70) As-Saddi mengatakan bahwa ketika Allah mengutus sejumlah malaikat untuk membinasakan kaum Nabi Lut, maka para malaikat itu menyerupakan dirinya sebagai pemuda yang tampan-tampan; mereka berjalan dan mampir di rumah Nabi Ibrahim, bertamu kepadanya. Ketika Nabi Ibrahim melihat kedatangan mereka: “Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar).” (Adz-Dzariyat: 26) Nabi Ibrahim menyembelih anak sapi, lalu dipanggangnya di atas bara api; setelah masak, dia menghidangkannya kepada mereka. Nabi Ibrahim duduk bersama mereka, sedangkan Sarah istrinya melayani tamu-tamu itu. Demikian itu terjadi di saat istrinya berdiri, sedangkan Ibrahim duduk (bersama mereka). Menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan: “Maka tatkala Ibrahim menghidangkan suguhannya kepada mereka, Ibrahim berkata, ‘Silakan kalian makan.’ Mereka menjawab, ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kami tidak mau memakan sesuatu makanan kecuali dengan membayar harga (imbalan)nya.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya makanan ini pun ada harganya.’ Mereka bertanya, ‘Apakah harganya?’ Ibrahim berkata, ‘Kalian sebutkan asma Allah pada permulaannya, kemudian kalian memuji kepada-Nya di akhirnya.’ Maka Jibril melihat kepada Mikail seraya berkata, ‘Orang ini berhak bila dijadikan oleh Tuhannya sebagai kekasih-Nya’.” “Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka.” (Hud 70) Tatkala Ibrahim a.s. melihat bahwa mereka (tamu-tamunya) itu tidak mau menyantap hidangannya, ia terkejut dan timbullah rasa takut di hatinya terhadap mereka. Lain halnya dengan Sarah (istri Nabi Ibrahim). Ketika ia melihat bahwa Ibrahim a.s. telah menghormati mereka, ia bangkit melayani mereka dengan tersenyum ramah seraya berkata, "Sungguh aneh tamu-tamu kita ini, mereka kita layani secara langsung sebagai penghormatan kita kepada mereka, tetapi mereka tidak mau menyantap sajian kita ini." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Usman ibnu Muhaisin sehubungan dengan kisah tamu-tamu Nabi Ibrahim, bahwa mereka terdiri atas empat malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Rafa'il. Nuh ibnu Qais mengatakan bahwa Nuh ibnu Abu Syaddad menduga bahwa ketika mereka masuk ke dalam rumah Nabi Ibrahim, dan Nabi Ibrahim menyuguhkan kepada mereka anak sapi yang dipanggang, maka Jibril mengusapnya dengan sayapnya. Lalu anak sapi itu hidup kembali dan bangkit menyusul induknya yang saat itu induk sapi berada tidak jauh dari rumah Nabi Ibrahim. Firman Allah ﷻ yang menceritakan keadaan para malaikat itu: “Malaikat itu berkata, ‘Jangan kamu takut’!" (Hud: 70) Yakni mereka berkata bahwa janganlah kamu takut kepada kami, sesungguhnya kami adalah para malaikat yang diutus kepada kaum Nabi Lut untuk membinasakan mereka. Maka Sarah tersenyum mendengar berita gembira tentang akan dibinasakannya mereka, sebab mereka banyak menimbulkan kerusakan, dan kekufuran serta keingkaran mereka sudah terlalu berat. Karena itulah Sarah diberi pembalasan berita gembira, yaitu dengan kelahiran seorang putra, padahal sudah lama Sarah putus asa dari mempunyai anak. Qatadah mengatakan bahwa Sarah tersenyum dan merasa heran bila suatu kaum kedatangan azab, sedangkan mereka dalam keadaan lalai. Ayat 71 Firman Allah ﷻ: “Dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub.” (Hud: 71) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dengan fadahikat ialah fahadat yang artinya 'maka berhaidlah Sarah seketika itu juga'. Menurut Muhammad ibnu Qais, sesungguhnya Sarah tertawa karena dia menduga bahwa tamu-tamunya itu akan melakukan hal yang sama dengan apa yang biasa dilakukan oleh kaum Lut. Al-Kalbi mengatakan, sesungguhnya Sarah tertawa hanyalah karena ketika ia melihat Nabi Ibrahim dicekam oleh rasa takut karena usianya yang sudah lanjut dan keadaannya yang lemah. Sekalipun Ibnu Jarir telah meriwayatkan kedua pendapat di atas berikut sanadnya yang sampai pada keduanya, tetapi pendapat tersebut tidak usah diperhatikan. Dan mengenai pendapat Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa sesungguhnya Sarah tertawa setelah mendapat berita gembira tentang kelahiran Ishaq, hal ini jelas bertentangan dengan konteks ayat. Karena sesungguhnya berita gembira itu jelas terjadi setelah Sarah tertawa. “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub.” (Hud: 71) Yakni akan kelahiran putra, kelak putranya itu akan melahirkan anak pula yang merupakan cucu dan generasi penerusnya. Karena sesungguhnya Ya'qub adalah anak Ishaq, seperti yang disebutkan di dalam ayat surat Al-Baqarah: “Adakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kalian sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya’.” (Al-Baqarah: 133) Berdasarkan ayat inilah orang yang berpendapat bahwa anak yang disembelih itu sesungguhnya adalah Nabi Ismail. Mustahil bila yang dimaksudkan adalah Ishaq, mengingat kelahirannya adalah berdasarkan berita gembira yang antara lain menyebutkan bahwa kelak Ishaq akan mempunyai anak pula, yaitu Ya'qub. Maka mana mungkin Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya, sedangkan ia masih bayi dan berita yang menjanjikan akan kelahiran anaknya yaitu Ya'qub masih belum terpenuhi. Janji Allah adalah benar dan tidak akan diingkari. Dengan demikian, mustahillah bila Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ishaq dalam keadaan seperti itu (yakni masih kecil dan belum mempunyai anak). Maka dapat dipastikan bahwa yang dimaksud dengan putra yang disembelih adalah Ismail. Alasan tersebut merupakan dalil yang paling baik, paling sahih serta paling jelas. Ayat 72 “Istrinya berkata, ‘Sungguh ajaib, bagaimana aku bisa melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku ini pun dalam keadaan yang sudah tua pula’?” (Hud: 72), hingga akhir ayat. Ayat ini menceritakan tentang ucapan istri Nabi Ibrahim, perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Istrinya berkata, 'Sungguh ajaib, bagaimana aku bisa melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua’?” (Hud: 72) Dan Firman-Nya di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 29: “Kemudian istrinya datang seraya memekik (tercengang), lalu menepuk mukanya sendiri dan berkata, ‘(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul’.” Perihalnya sama dengan wanita lainnya bila merasa terkejut, baik dalam ucapan maupun sikapnya. Ayat 73 “Para malaikat itu berkata, ‘Mengapa kamu merasa heran tentang ketetapan Allah’?” (Hud: 73) Para malaikat itu berkata kepada istri Nabi Ibrahim, "Janganlah kamu merasa heran tentang kekuasaan Allah, karena sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu tinggal mengatakan kepadanya, 'Jadilah.' Maka jadilah ia. Karena itu, janganlah kamu merasa heran dengan hal ini, sekalipun kamu sudah lanjut usia serta mandul dan suamimu pun sudah lanjut usia. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." “(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (Hud: 73) Dia Maha Terpuji dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya, lagi Maha Terpuji dalam semua sifat dan zat-Nya. Di dalam sebuah hadis yang tertera dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa mereka (para sahabat) bertanya, "Sesungguhnya kami telah mengetahui cara mengucapkan salam penghormatan kepadamu, maka bagaimanakah cara mengucapkan salawat untukmu, hai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ menjawab: “Katakanlah, ‘Ya Allah, limpahkanlah salawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan salawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung’."

Hud: 73

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat