TAFSIR IJMALI JUZ 11
Pada pembahasan kali ini akan memuat materi dari Juz sebelas yakni dari Q.S At Taubah ayat 93 sampai Q.S. Hud ayat 5, yang mengatakan “Aku beriman … ! Aku mengimani bahwa … tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan … tuhan yang diimani oleh Bani Israil! Aku … kini termasuk orang-orang Islam …!” Begitulah teriak Firaun yang nyaris tak terdengar dari balik gulungan ombak. Bukannya ia selama ini tidak menyadari kuasa Allah. Tetapi lisannya begitu sombong untuk mengakui Allah. Dia memang pernah mengaku sebagai Rabb tertinggi. Sebagai Ilah satu-satunya. Tetapi nuraninya yakin bahwa dia bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan sejati. Sayang, semua sudah terlambat. Ketika nyawa sudah di kerongkongan dan ketika azab sudah menghantam, takkan berguna lagi syahadat keimanan. Jasadnya memang setelah itu Allah damparkan ke pantai, tetapi untuk diawetkan dan ditaruh di Piramida oleh rakyatnya. Sebagai pengingat siapapun yang kelak coba melampaui batas.
Allah kabulkan doa Nabi Musa yang diaminkan Nabi Harun untuk membinasakan harta mereka, untuk mengunci hati Firaun dan pasukannya, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih. Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain sebagian keturunan dari Bani Israil dalam keadaan takut bahwa Fir‘aun dan para pemuka Bani Israil akan menyiksa mereka. Allah pun kuatkan iman mereka dengan menangkan Nabi Musa atas para penyihir Firaun. Allah juga perintahkan untuk menjadikan rumah-rumah mereka sebagai tempat salat agar semakin kuat tawakal mereka sebelum eksodus menyeberangi Laut Merah. Hingga Allah selamatkan mereka yang beriman lagi bertakwa.
Penduduk kota Niniveh hampir bernasib sama seperti Firaun dan bala tentaranya. Tetapi mereka lebih sigap beriman. Nabi Yunus pergi meninggalkan mereka ke arah pantai dalam keadaan murka. Merasa bahwa tak berfaidah lagi semua pengajarannya. Sebelumnya beliau telah mengabarkan kaumnya bahwa tiga hari lagi azab akan menghancurkan mereka. Maka sepeninggal Nabi Yunus, mereka pun beriman dan bertaubat. Hingga ketika gumpalan azab sudah berjarak 2/3 mil lagi, Allah ampuni mereka. Andai mereka terlambat sedikit saja hingga azab telah tiba, niscaya takkan berguna syahadat keimanan dan pertaubatan. Beberapa hari berselang mereka pun menemukan Nabi Yunus lemah terdampar di pantai setelah tinggal beberapa waktu di perut ikan paus. Ia ditenggelamkan karena perahu kelebihan muatan. Ditelan ikan paus, tak letih lisannya bermunajat. Kembalilah Nabi Yunus bahagia disambut umatnya yang telah beriman.
Maka silakan kalian, wahai penduduk Mekkah, yang selama ini melakukan beraneka kemusyrikan memilih. Hendak menempuh jalannya Firaun yang terlambat beriman, jalannya kaum Nabi Nuh dan banyak umat lainnya yang diazab tanpa sempat bertaubat, ataukah jalannya kaum Nabi Yunus yang bertaubat sebelum azab menghunjam? Telah datang kepada kalian kebenaran dari Tuhanmu. Barangsiapa mendapat petunjuk, maka sebenarnya itu kebaikan untuk dirinya sendiri. Tetapi barangsiapa memilih sesat, sungguh kesesatannya itu hanya mencelakakan dirinya sendiri.
Tetapi sungguh-sungguhlah dalam taubat dan keimanan seperti para Assabiqunal Awwalun dari Muhajirin dan Anshar. Bergabunglah dalam barisan yang meneladani mereka dengan ihsan. Yang bertaubat, beribadah, memuji Allah, mengembara demi ilmu dan agama, rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Mereka wali-wali Allah yang murni dalam iman dan takwa. Bagi mereka janji serta kabar gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah takkan mengubah janji-Nya. Demikian itulah kemenangan yang agung.
Sungguh-sungguhlah dalam taubat dan keimanan. Sehingga andai kalian suatu kala jatuh dalam kekeliruan, kalian memilih kejujuran pada diri sendiri dan segera bertaubat. Sebagaimana Ka’ab bin Malik, Murarah ibnur Rabi’, dan Hilal bin Umayyah radhiyallahu ‘anhum yang tak dinyana khilaf karena absen di Perang Tabuk. Padahal tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka untuk tidak turut menyertai Rasulullah pergi berjihad. Tetapi mereka tidak bersumpah palsu dalam beralasan layaknya kaum munafikin. Mereka pun diboikot oleh Rasulullah dan para Shahabat selama 50 hari hingga rasanya sempit sekali bumi sesempit dada mereka padahal sebenarnya bumi itu luas. Setelah itu turunlah ayat pengampunan mereka. Begitulah pengampunan Allah yang luas atas kaum mukminin yang tulus menyesal. Tetapi tidaklah layak jika permohonan ampun ditujukan juga bagi kaum musyrikin. Nabi Ibrahim pun telah Allah tegur atas mendoakan ampunan bagi ayah beliau dan beliau menyadari kekeliruan janjinya memintakan ampun.
Sungguh-sungguhlah dalam taubat dan keimanan. Jangan paksa Rasul mengubah isi Al-Qur’an sesuka kalian. Jangan juga tuduh Al-Qur’an adalah karangan belaka padahal kalian pun tak kuasa membuat yang sepertinya walau sesurat. Jangan pula khianati fitrah kalian yang mengakui bahwa satu-satunya yang mencipta, memberi rezeki, serta mengurus alam semesta adalah Allah. Jangan pura-pura mendengar dan melihat padahal kalian tidaklah memikirkan. Padahal Al-Qur’an merupakan mau’idzhah yang menjelaskan segala sesuatu bagi kalian. Padahal Allah mengajak ke Darussalam (surga) yang di dalamnya ada banyak kebaikan serta tambahan balasan berupa melihat wajah Allah subhanahu wa ta’ala.
Sungguh-sungguhlah dalam taubat dan keimanan. Jangan seperti kaum munafikin yang mengaku beriman tetapi terus saja berulah mengganggu kaum muslimin. Mereka bangun Masjid ‘Dhirar’ untuk menyaingi Masjid Quba’. Mereka jadikan masjid itu sebagai basis mereka. Sebagai tempat singgah musuh dan pengintau umat Islam. Dengan licik mereka undang Rasulullah agar salat di sana supaya mereka mendapatkan legitimasi. Allah pun bongkar rencana keji mereka. Rasul tidak jadi salat di sana. Rasul lalu ajarkan sering salat di masjid Quba’ yang jama’ahnya gemar mensucikan tubuh dan jiwa. Sebaliknya beliau perintahkan agar Masjid ‘Dhirar’ itu dibongkar bangunannya.
Tetapi sekalipun kelakuan kaum munafikin sangat menyedihkan bagimu, wahai Nabi Muhammad yang penyantun nan penyayang, cukuplah Allah Rabb ‘Arsy yang Maha Agung sebagai penolong. Mereka memang terus bersumpah dusta. Memang mereka memalingkan dada untuk menyembunyikan diri dari sang Nabi. Memang mereka menyelimuti dirinya dengan kain. Tetapi Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Allah mendengar ketika mereka melecehkan dengan saling bertanya acap kali turun ayat baru, “Siapa di antara kalian yang imannya bertambah?” Allah melihat kala mereka saling pandang memandang seolah berkata, “Apakah ada Shahabat yang melihat kalian mengolok dan merencanakan makar di sini?” Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Wallahu A’lam.
Untuk mendapatkan file dalam bentuk PDF silakan download di:
Penulis: Nur Fajri Romadhon
Last Updated on November 6, 2020 by admin
Tag:Anshar, Assabiqunal Awwalun, azab, Bani Israil, Harta, Jihad, Munafik, Musyrik, Takwa, Taubat

