Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan (Yusuf) berkata
لِلَّذِي
kepada orang yang
ظَنَّ
dia menyangka
أَنَّهُۥ
sesungguhnya ia
نَاجٖ
selamat
مِّنۡهُمَا
diantara keduanya
ٱذۡكُرۡنِي
terangkan keadaanku
عِندَ
disisi
رَبِّكَ
tuanmu
فَأَنسَىٰهُ
maka menjadikan ia lupa
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
ذِكۡرَ
menerangkan
رَبِّهِۦ
tuannya
فَلَبِثَ
maka (Yusuf) tetap
فِي
dalam
ٱلسِّجۡنِ
penjara
بِضۡعَ
sebagian/beberapa
سِنِينَ
tahun
وَقَالَ
dan (Yusuf) berkata
لِلَّذِي
kepada orang yang
ظَنَّ
dia menyangka
أَنَّهُۥ
sesungguhnya ia
نَاجٖ
selamat
مِّنۡهُمَا
diantara keduanya
ٱذۡكُرۡنِي
terangkan keadaanku
عِندَ
disisi
رَبِّكَ
tuanmu
فَأَنسَىٰهُ
maka menjadikan ia lupa
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
ذِكۡرَ
menerangkan
رَبِّهِۦ
tuannya
فَلَبِثَ
maka (Yusuf) tetap
فِي
dalam
ٱلسِّجۡنِ
penjara
بِضۡعَ
sebagian/beberapa
سِنِينَ
tahun
Terjemahan
Dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu.” Kemudian, setan menjadikan dia lupa untuk menjelaskan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu, dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya.
Tafsir
(Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya) yang telah ia yakini (akan selamat di antara mereka berdua) yaitu mantan penyuguh minum raja ("Jelaskanlah keadaanku kepada tuanmu") yaitu kepada rajamu, bahwa sesungguhnya di dalam penjara ini terdapat seorang pemuda yang ditahan secara lalim, kemudian penyuguh minuman itu dikeluarkan dari penjara. (Maka ia dijadikan lupa) orang yang dimaksud adalah mantan penyuguh minuman (oleh setan menceritakan) tentang Nabi Yusuf (kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia) Nabi Yusuf tetap tinggal (dalam penjara beberapa tahun lamanya) menurut suatu pendapat tujuh tahun dan menurut pendapat yang lain dua belas tahun.
Tafsir Surat Yusuf: 42
Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka setan membuatnya lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu Yusuf tetap dalam penjara beberapa tahun lagi lamanya.
Setelah Yusuf merasa yakin bahwa si penyuguh minuman raja akan selamat, maka Yusuf berkata kepadanya tanpa sepengetahuan temannya yang lain yang bernasib akan disalib:
"Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu." (Yusuf: 42)
Yusuf a.s. berkata, "Ceritakanlah keadaan diriku kepada tuanmu," yakni raja negeri itu. Tetapi setelah si penyuguh minum itu keluar dari penjara, ia lupa menceritakan keadaan Yusuf kepada tuannya. Itu termasuk tipu daya setan yang membuatnya terlupa dengan tujuan agar Nabi Allah tidak dikeluarkan dari penjara.
Pendapat inilah yang benar, yakni yang mengatakan bahwa damir (kata ganti) yang terdapat di dalam firman-Nya: “Maka setan membuatnya lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.” (Yusuf: 42) merujuk kepada teman Yusuf a.s. yang selamat. Demikianlah menurut Mujahid dan Muhammad ibnu Ishaq serta lain-lain yang tidak hanya seorang.
Menurut pendapat lain, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Yusuf a.s. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui Ibnu Abbas, juga Mujahid, Ikrimah dan lain-lain. Dalam hal ini Ibnu Jarir menyebutkan sebuah hadits. Ia mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad, dari Ibrahim ibnu Yazid, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas secara marfu', bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Seandainya Yusuf tidak mengatakan apa yang telah dikatakannya, tentulah ia tidak akan tinggal di dalam penjaranya selama masa yang dijalaninya itu, mengingat dia mengharapkan keluar penjara dari pertolongan selain Allah.”
Hadits ini daif sekali karena Sufyan ibnu Waki' orangnya daif dan Ibrahim ibnu Yazid yang dikenal dengan sebutan Al-Jauzi jauh lebih daif lagi. Dia telah meriwayatkan sebuah hadits mursal dari Al-Hasan dan Qatadah, tetapi hadits-hadits mursal dalam hal ini tidak dapat diterima bila ditinjau dari segi ke-mursal-annya; lain halnya dengan yang ada di tempat lain.
Adapun istilah al-bid'u menurut Mujahid dan Qatadah artinya bilangan yang banyaknya antara tiga sampai sembilan. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Nabi Ayyub mendapat cobaan selama tujuh tahun, Nabi Yusuf dipenjara selama tujuh tahun, dan Bukhtanasar diazab selama tujuh tahun.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Karena itu Yusuf tetap dalam penjara beberapa tahun lagi lamanya.” (Yusuf: 42) Bahwa yang dimaksud ialah selama dua belas tahun. Ad-Dahhak sendiri mengatakan empat belas tahun.
Dan dia Nabi Yusuf pun berkata kepada orang yang diketahuinya akan
selamat dari hukuman mati di antara mereka berdua, Jika kamu nanti
keluar dari penjara ini, terangkanlah tentang keadaanku yang ditahan
secara zalim tanpa kesalahan kepada tuanmu, agar aku dapat segera dibebaskan. Maka setan menjadikan dia yakni orang yang selamat dari
hukuman, lupa untuk menerangkan tentang keadaan Nabi Yusuf kepada
tuannya. Karena itu dia Nabi Yusuf tetap dalam penjara beberapa tahun
lamanya, dalam tempo kurang lebih tiga sampai sembilan tahun. Setelah dipaparkan tentang keberadaan Nabi Yusuf di dalam
penjara yang cukup lama tanpa ada perhatian dari siapa pun, berikutnya
dipaparkan tentang mimpi raja. Akibat mimpi raja ini membuka
kembali ingatan pelayan raja akan pesan Nabi Yusuf kepadanya.
Adapun mimpi raja sebagaimana dijelaskan berikut ini. Dan raja
berkata kepada para pemuka kaumnya, Sesungguhnya aku bermimpi
melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; kemudian aku melihat pula tujuh tangkai biji gandum
yang hijau yang penuh isinya dan tujuh tangkai biji gandum lainnya
yang kering dan tidak berisi. Wahai orang yang terkemuka dari kalangan
orang-orang pandai dan bijak! Terangkanlah kepadaku tentang takwil
mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan apa arti mimpi itu. Apabila
Allah menghendaki sesuatu, Dia menyiapkan sebab-sebabnya. Mimpi
raja itu kelak menjadi salah satu penyebab bebasnya Nabi Yusuf dari
penjara.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Yusuf berpesan kepada pemuda yang keluar dengan takwil yang baik, agar disampaikan kepada raja, bahwa di dalam penjara masih banyak orang yang tidak bersalah dihukum. Mereka dihukum karena tuduhan-tuduhan yang tidak benar agar hal ini menjadi perhatian raja. Sampaikan juga kepada raja apa yang dia lihat dan didengar tentang Yusuf dan seruan untuk menganut agama tauhid dan lain-lain yang terjadi selama ia dalam penjara. Rupanya pemuda itu setelah sampai di luar, lupa menyampaikan pesan-pesan Yusuf kepada raja, sehingga Yusuf terpaksa meringkuk dalam penjara beberapa tahun lamanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
YUSUF DALAM PENJARA
Sebagai korban dari pertimbangan-pertimbangan politik istana, dimasukkanlah dan meringkuklah Yusuf dalam penjara. Entah berapa lama dia akan terpendam di sana, tidaklah diketahuinya karena yang menentukan ialah orang-orang yang berkuasa belaka. Dan di atas dari semuanya itu ialah ketentuan dari Allah.
MenurutriwayatyangdibawakanolehIbnu Katsir di dalam tafsirnya, yang diterimanya dari as-Suddi bahwasanya setelah beliau jadi penghuni penjara, lekaslah masyhur namanya karena sukanya menolong orang lain dan memegang amanah dengan setia, jujur berkata-kata, lagi baik tingkah laku dan banyak sekali melakukan ibadah. Dalam pada itu, dia pun sanggup menafsirkan mimpi dan sudi berbuat baik kepada penghuni-penghuni penjara ini. Kalau ada yang sakit, dilawat, kalau ada yang minta tolong, akan ditolongnya. Dalam keadaan yang demikian itu, tidak berapa lama kemudian,
Ayat 36
“Dan masuklah beserta dia ke dalam penjara itu dua orang pemuda."
Menurut keterangan Qatadah, yang seorang Saqi al-Malik, tukang hidangkan minuman buat Raja. Menurut as-Suddi, mereka keduanya dituduh menyediakan makanan dan minuman beracun untuk Raja. Maka setelah mereka masuk ke dalam penjara, lalu segera berkenalan dengan Yusuf. Demikian rapat hubungan sehingga keduanya sangatlah cinta kepada Yusuf, sampai mereka mengakui terus terang, “Bahwa kami sudah sangat cinta kepada engkau, hai Yusuf yang baik budi." Lalu Yusuf menjawab, “Moga-moga kiranya Allah memberi berkat bagi kamu berdua. Karena sudah selalu terjadi, nasib malangku, siapa saja yang mencintaiku cintanya itu selalu membawa celaka bagi diriku. Saudara perempuan ayahku tempo dulu sangat mencintai aku; mulailah saudara-saudaraku tidak senang kepadaku. Lalu aku dicintai pula oleh ayahku, maka memuncaklah dengki saudara-saudaraku sehingga aku dimasukkan mereka ke dalam sumur. Kemudian cinta pula kepadaku istri Paduka Yang Mulia maka beginilah jadinya nasibku!"
Meskipun Yusuf sudah berkata seperti itu, namun mereka masih menjawab, “Meskipun demikian katamu, demi Allah, tidaklah kami sanggup membebaskan diri dari mencintai engkau."
“Maka berkatalah seorang di antara mereka, ‘Sesungguhnya, aku bermimpi memeras anggur!" Menurut keterangan Ikrimah, dia berkata kepada Yusuf, “Aku bermimpi me-nanamkan sebuah biji anggur, maka dia pun tumbuh dengan suburnya sampai berbuah, lalu buah yang lebat itu aku petik, aku peras, lalu aku hidangkan kepada Raja." “Dan berkata yang seorang lagi, ‘Aku bermimpi menjunjung roti di atas kepalaku, makan burung darinya!" Kedua macam mimpi itu didengar baik-baik oleh Yusuf dan mereka meminta, “Terangkanlah kepada kami takwilnya" Apakah artinya kedua mimpi kami yang amat ganjil itu,
“Sesungguhnya, kami lihat engkau ini adalah seorang dari antana orang-orang yang suka berbuat baik."
Ini adalah kali yang kedua Yusuf mendapat pujian karena baik budinya, baik tingkah lakunya dan baik teratur segala pekerjaannya. Pujian pertama adalah pada ayat 22. Dengan ayat ini dibuktikanlah tafsir yang dikemukakan oleh as-Suddi sebagaimana yang disalin oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya yang telah kita tuliskan di atas tadi. Meskipun dia dalam penjara, segala kesempatan akan berbuat baik kepada sesama manusia yang menderita dalam penjara itu masih dilakukan oleh Yusuf.
Ayat 37
“Dia menjawab, Tidaklah akan datang kepada kamu keduanya makanan yang diberikan kepada kamu melainkan aku tenangkan kepada kamu kedua takwilnya sebelum datang makanan itu.'"
Artinya, janganlah kamu berdua menyangka bahwa sulit benar menunjukkan arti dari mimpi kamu berdua itu, yang seorang menyediakan minuman dan yang seorang menyediakan makanan untuk Raja. Jangankan makanan yang kami lihat dalam mimpi yang aku sanggup menafsirkannya, bahkan makanan yang akan diberikan kepada kamu berdua oleh pengawal penjara, aku pun tahu isinya, entah sayur, entah roti, entah daging. Sebelum diangkat ke mari, aku tahu semuanya. Lalu beliau terangkan lagi apa sebab beliau tahu, baik isi dulang makanan maupun isi mimpi, “Itulah yang telah diajarkan Allahku kepadaku."
AJARAN TAUHID
Kepandaianku menafsirkan mimpi atau menebak apa isi dulang pembawa makanan, bukanlah sihir, bukanlah tenung, bukan mantra-mantra sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang penyembah ruh atau jin atau yang lain. Tetapi semata-mata ilham atau wahyu dari Allah, Allah Yang Maha Esa. Langsung diterima dari-Nya,
“Sesungguhnya, aku telah meninggalkan agama kaum yang tiada percaya kepada Allah, dan Mereka terhadap akhirat adalah kafir."
Beliau jelaskan kepada kedua teman senasib seperuntungan itu bahwa kepandaiannya ini bukanlah sihir dan bukanlah dari paham musyrik, melainkan anugerah Ilahi secara langsung, yang Allah berikan kepada tiap hamba-Nya yang benar-benar percaya kepada-Nya atau dianugerahi-Nya sebagai nabi ataupun rasul. Ilmu ini tidak ada sangkut-pautnya dengan kemusyrikan, memuja kepada yang selain Allah. Karena dalam agama.
menyembah berhala atau musyrik ada juga percobaan demikian, namun dia tidaklah di-jamin kebenarannya.
Ayat 38
“Dan aku adalah pengikut agama bapak-bapakku Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub."
Untuk mengetahui agama pegangan Nabi Yusuf ini, ingatlah perjanjian Nabi Ibrahim dengan Allah, sebagaimana tersebut dalam surah al-Baqarah dari ayat 130 sampai ayat 132. Tersebut dalam ayat-ayat itu bahwa Nabi Ibrahim telah dipilih Allah menjadi orang utama dalam dunia ini dan di akhirat dia pun termasuk orang yang saleh, yaitu ketika Allah memerintahkan kepadanya supaya dia menyerahkan diri (aslim), maka Ibrahim telah menyanggupi penyerahan diri itu. Dan tatkala dia akan meninggal dunia, agama penyerahan diri kepada Allah itu, yaitu Islam, telah diwasiatkannya kepada anak-anak isma'il dan Ishaq serta kepada cucunya Ya'qub. Wasiat Ibrahim itu berbunyi,
“Wahai, anak-anakku! Sesungguhnya, Allah telah memilihkan untuk kamu satu agama; maka janganlah kamu mati melainkan hendaklah kamu dalam keadaan Islam." (al-Baqarah: 123)
grandfathers dan anak cucu disebut grandsons.
Yusuf lalu menjalankan ciri khas dari agama yang dianutnya itu, “Sekali-kali tidaklah kami mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah." Itulah ajaran tauhid, itulah dia Islam, yang berarti penyerahan diri hanya kepada “satu" pusat kepercayaan, tidak bercabang dan tidak pecah. Tujuan yang satu itu ialah Allah, Pencipta dari seluruh alam ini."Itulah karunia Allah kepada kami dan kepada manusia." Sebab dengan demikian kami bebas dari pengaruh yang lain dan tujuan hidup kami tidak berpecah bercabang-cabang. Lantaran itu, hati kami bulat di dalam menghadapi dunia ini. Ajaran tauhid, kesatuan tujuan dan persembahan adalah karunia paling besar dari Allah kepada manusia sebab mereka tidak diperbodoh lagi oleh apa yang mereka katakan tuhan atau dewa, padahal mereka sendiri yang memperbuatnya dengan tangannya,
“Akan tetapi, banyaklah manusia yang tidak bersyukur."
Padahal Allah yang menganugerahinya hidup dan akal, lalu mereka menyembah kepada yang selain Allah. Allah yang memberi mereka rezeki, lalu mereka ucapkan terima kasih kepada berhala.
Yusuf lalu melanjutkan lagi dakwahnya yang penting itu, yang menjadi inti dari risalah yang dibawanya. Beliau berkata,
Kemudian pada ayat yang seterusnya diterangkan pula wasiat Ya'qub sendiri kepada anak-anaknya, termasuk Yusuf, yaitu setelah mereka berkumpul semuanya di Mesir ketika Ya'qub telah hampir meninggal dunia.
Di pangkal ayat 38 ini ada disebutkan bapak-bapakku, sebagaimana salinan dari kalimat abaa-i. Menurut bahasa Arab, ayah, nenek, datuk, dan moyang itu dapat saja disimpulkan menjadi abaa-i, yang berarti bapak-bapakku, sebagaimana dalam bahasa Inggris orang pun menyebut nenek-neneknya
Ayat 39
“Wahai, kedua kawanku sepenjara!"
Kawan senasib sepenanggungan; sama-sama diputuskan hubungannya dengan dunia ramai. Yusuf memakai perkataan ini untuk membuat kedua teman senasib itu lebih dekat jiwanya, salah satu sistem dakwah yang patut diteladani. Dia bertanya,
“Apakah tuhan-tuhan yang bencerai-berai yang lebih baik, ataukah Allah Yang Maha Esa, lagi Mahaperkasa?"
Suasana di dalam penjara, tempat yang terbatas, menyebabkan pikiran dapat dihim-punkan. Di saat itulah Yusuf leluasa memberi kesadaran kepada kedua orang itu tentang bagaimana salah dan tersesat ataupun bodoh paham menyembah berbagai tuhan, berbagai dewa itu. Sudah diketahui berapa banyak dewa dan tuhan yang dipuja orang Mesir zaman purbakala. Ada tuhan buaya di Sungai Nil, ada tuhan rasa, tuhan ular dan tuhan sungai sendiri, dan beratus lagi benda lain yang dijadikan pujaan. Nabi Yusuf memberi ingat, manakah yang lebih baik bertuhan banyak dengan bertuhan Esa? Padahal dalam segala agama itu sendiri senantiasa diakui tentang adanya Allah dari segala tuhan dan dewa dari segala dewa, sebagaimana Sang Hyang Widi, Sang Hyang Tunggal, dan lain-lain. Yang Tunggal itulah Allah, Yang tidak bersekutu dengan yang lain. Dialah Yang Maha Esa dan Dialah Mahaperkasa, Pengatur, Pen-tadbir seluruh yang wujud ini.
Ayat 40
“Tidaklah yang kamu sembah selain Dia, kecuali nama-nama yang kamu namai sendiri saja akan dia."
Artinya, yang selain dari Allah itu pada hakikatnya tidaklah ada sebab semuanya itu hanya benda belaka. Kamu ambil kayu lalu kamu ukir. Kamu ambil batu lalu kamu pahat. Kemudian kamu beri bernama. Jadi, yang memberinya nama itu ialah kamu sendiri lalu kamu sembah. Yang tidak kamu katakan ada, “Kamu dan bapak-bapak kamu" Artinya, kamu pusakai barang-barang itu dari nenek moyang kamu dan tidak dengan berpikir panjang lagi, kamu pun turut menemaninya dan menyembahnya, “Tidaklah Allah menurunkan keterangan baginya." Artinya, semua yang kamu puja itu tidak ada alasannya, tidak ada kesaksian kebenarannya dari Allah, tidak ada seorang nabi pun yang membawa ajaran itu ke dunia ini. Semua hanya khayalan kamu, “Tidak ada hukum Melainkan bagi Allah"
Tidak ada hukum melainkan bagi Allah. Tidak ada satu peraturan pun di dalam dunia ini, baik peraturan mengenai pemujaan kepada Allah maupun peraturan di dalam masyarakat sesama manusia yang dijamin kebenarannya, kecuali hukum yang turun dari Allah. Allah bukan saja diakui adanya, bahkan diakui pula peraturan-Nya. Pembawa peraturan itu ialah manusia yang dipilih-Nya. Itulah nabi, itulah rasul."Dia yang memerintahkan bahwa jangan kamu menyembah melainkan kepada-Nya'.' Segala manusia yang sehat pikiran niscaya mengakui adanya Allah Yang Maha Esa. Pengakuan akan adanya Yang Maha Esa tidaklah cukup kalau tidak mengakui pula akan perintah dan larangan-Nya. Satu pokok peraturan-Nya ialah mengakui adanya Allah sebagai Pencipta alam. Itulah tauhid uluhiyah. Kemudian diakui pula bahwa Dia bukan semata-mata menjadikan, melainkan juga membuat peraturan. Itulah tauhid rububiyah. Segala kekuasaan dalam dunia ini kalau tidak menjalankan peraturan yang datang dari Allah itu tidaklah sah pengakuannya."Karena yang begitulah agama yang lurus." Kita melangkah dari titik permulaan yang satu dan menuju kepada tujuan yang satu. Sebab itu, jalannya pasti lurus. Dari Allah, bersama Allah, dan untuk Allah. Tidak berputar-putar dalam keadaan yang tidak tentu ujung pangkal.
Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Itulah hakikat pandangan hidup yang sejati, yakni keinsafan akan esanya tujuan hidup dan keyakinan. Tetapi banyak manusia yang tidak mengerti hakikat pegangan hidup itu karena mereka telah diselubungi oleh hawa nafsu atau memperhambakan diri kepada kebendaan. Sebab itu, banyaklah manusia di dalam dunia ini yang hanya sekadar makan, sekadar minum dan mengumpul harta, mencari kedudukan dan pangkat, menyangka bahwa hidup hanya sehingga ini saja.
Yusuf laJu melanjutkan lagi nasihatnya. Karena Yusuf tahu, kedua teman ini ingin benar mendengar dari Yusuf apa takwil mimpi mereka. Dalam mereka berkeinginan itu, terlebih dahulu Yusuf mengisi jiwanya dengan hakikat ajaran hidup.
Ayat 41
“Wahai, kedua kawanku …"
Yang senasib seperuntungan. Sama terpisah sekarang dari masyarakat, sama dituduh berbuat salah, korban dari kemegahan orang-orang yang megah. Dengarkanlah baik-baik, akan aku terangkan kepada kamu takwil mimpi kamu berdua itu, “Adapun yang seorang kamu, dia akan memberi minum yang dipertuannya dengan arak; dan adapun yang seorang lagi, maka dia akan disalib, lalu makanlah burung dari kepalanya."
Dijelaskan tafsirnya oleh riwayat Ikrimah bahwa yang pertama itu yaitu tukang meng-hidangkan minuman Raja, dalam tiga hari ini dia akan dibebaskan. Setelah bebas, dia akan dipekerjakan kembali dalam istana, dikembalikan jabatannya sebagai tukanghidang-kan minuman Raja. Sebab itu, dia akan menghidangkan anggur kembali kepada baginda. Tetapi yang seorang lagi akan dipanggil pulang ke istana bukan buat bebas, melainkan buat menerima keputusan hukuman atas kesalahannya. Dia akan disalibkan, dibuatkan kayu palang, sampai mati. Ketika dia telah mati, burung-burung akan hinggap ke atas kepalanya dan memakan benaknya.
Lalu kata Yusuf selanjutnya,
“Telah diputuskan hukum perkara yang kamu berdua tanyakan kepadaku itu."
Itulah hukum yang telah diputuskan oleh Mahkamah Raja. Meskipun berita itu belum sampai ke dalam penjara, belum disampaikan oleh yang berkuasa kepada kedua pegawai istana itu, namun Yusuf telah tahu lebih dahulu, sebagaimana tahunya dia isi dulang
makanan ransum yang dibawa ke penjara dengan tertutup rapat.
Ayat 42
“Dan berkatalah dia kepada yang benar keyakinannya bahwa orang itu akan selamat di antara keduanya."
Yaitu yang menurut tafsir mimpinya dia akan dipanggil kembali dan dipekerjakan kembali menjadi tukang hidangkan minuman Raja. Kepada orang itulah Yusuf berpesan, “Ingatlah saya di sisi yang dipertuanmu." Artinya, setelah engkau tiba kembali di istana dan jabatanmu dikembalikan, niscaya engkau akan dapatberhadapan dengan yangdipertuan, dengan Tuanku Raja, yang dalam bahasa mereka disebut Rabbun yang berarti Allahmu; jika ada kesempatan, sembahkanlah kepada baginda bahwa dalam penjara ada seorang yang telah lama ditahan, namun perkaranya belum juga diselidiki dan diputuskan, nama orang itu Yusuf, dia adalah bekas bujang dari Raja Muda. Tolonglah sampaikan hal itu kepada baginda. Demikianlah kira-kira pesan Yusuf kepadanya. Dan dia pun menyanggupi akan menyampaikannya.
“Tetapi dijadikan lupa dia oleh setan mengingatkannya di hadapan yang dipertuannya!' Sesampai di istana jabatannya telah dikembalikan, dia ternyata tidak bersalah dan kawannya telah mati disalib. Ketika akan keluar dari penjara, pikirannya masih jernih dan ingat kesengsaraan yang dideritanya sekian lama. Tetapi setelah tenggelam kembali ke dalam kemewahan istana atau karena berdesak-desak, berduyun-duyun memper-harnbakan diri kepada Raja, ataupun karena timbul takutnya menyebut soal Yusuf yang terpenjara itu di hadapan Raja karena takut kemurkaan Raja kepada dirinya sendiri, di-diamkannya sajalah soal Yusuf itu. Tidak diingat-ingatnya lagi bahwa seorang temannya yang katanya sangat dicintainya dan telah diakuinya bahwa teman itu orang baik-baik dan berbudi. Semuanya sudah dilupakannya atau setan yang memperdayakan manusia setiap saat telah menutup keberaniannya untuk membuka soal itu. Akibatnya ialah,
“Maka tinggallah dia dalam penjara itu beberapa tahun lamanya."
Ada barangkali yang masih ingat, tetapi tidak berani membuka soal itu dalam istana karena menjaga perimbangan kekuasaan orang besar-besar. Apatah lagi jabatan seorang yang hanya tukang menghidangkan minuman Raja, tidaklah jabatan tertinggi. Di sini dipakai perkataan bidh'asinin, artinya beberapa tahun. Bidh'a ialah di antara tiga dengan tujuh tahun, artinya agak lama juga, Yusuf dilupakan orang.