Ayat
Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَهۡلَ
Wahai ahli
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
لَا
jangan
تَغۡلُواْ
kamu melampaui batas
فِي
dalam
دِينِكُمۡ
agamamu
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
عَلَى
terhadap
ٱللَّهِ
Allah
إِلَّا
kecuali
ٱلۡحَقَّۚ
benar
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَ
Maryam
رَسُولُ
Rasul
ٱللَّهِ
Allah
وَكَلِمَتُهُۥٓ
dan kalimatNya
أَلۡقَىٰهَآ
Dia sampaikannya
إِلَىٰ
kepada
مَرۡيَمَ
Maryam
وَرُوحٞ
dan roh
مِّنۡهُۖ
daripadaNya
فَـَٔامِنُواْ
maka berimanlah kamu
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَرُسُلِهِۦۖ
dan RasulNya
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
ثَلَٰثَةٌۚ
tiga
ٱنتَهُواْ
hentikanlah
خَيۡرٗا
lebih baik
لَّكُمۡۚ
bagi kalian
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
ٱللَّهُ
Allah
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞۖ
satu/esa
سُبۡحَٰنَهُۥٓ
Maha Suci Dia
أَن
bahwa
يَكُونَ
adalah
لَهُۥ
bagiNya
وَلَدٞۘ
seorang anak
لَّهُۥ
bagiNya/milikNya
مَا
apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَا
dan apa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِۗ
bumi
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
وَكِيلٗا
pelindung
يَٰٓأَهۡلَ
Wahai ahli
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
لَا
jangan
تَغۡلُواْ
kamu melampaui batas
فِي
dalam
دِينِكُمۡ
agamamu
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
عَلَى
terhadap
ٱللَّهِ
Allah
إِلَّا
kecuali
ٱلۡحَقَّۚ
benar
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
ٱلۡمَسِيحُ
Al Masih
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَ
Maryam
رَسُولُ
Rasul
ٱللَّهِ
Allah
وَكَلِمَتُهُۥٓ
dan kalimatNya
أَلۡقَىٰهَآ
Dia sampaikannya
إِلَىٰ
kepada
مَرۡيَمَ
Maryam
وَرُوحٞ
dan roh
مِّنۡهُۖ
daripadaNya
فَـَٔامِنُواْ
maka berimanlah kamu
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَرُسُلِهِۦۖ
dan RasulNya
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
ثَلَٰثَةٌۚ
tiga
ٱنتَهُواْ
hentikanlah
خَيۡرٗا
lebih baik
لَّكُمۡۚ
bagi kalian
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
ٱللَّهُ
Allah
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞۖ
satu/esa
سُبۡحَٰنَهُۥٓ
Maha Suci Dia
أَن
bahwa
يَكُونَ
adalah
لَهُۥ
bagiNya
وَلَدٞۘ
seorang anak
لَّهُۥ
bagiNya/milikNya
مَا
apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَا
dan apa
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِۗ
bumi
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
وَكِيلٗا
pelindung
Terjemahan
Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (menjalankan) agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar. Sesungguhnya Almasih, Isa putra Maryam, hanyalah utusan Allah dan (makhluk yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya hanya Allahlah Tuhan Yang Maha Esa. Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pelindung.
Tafsir
(Hai Ahli kitab) maksudnya kitab Injil (janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu katakan terhadap Allah kecuali) ucapan (yang benar) yaitu menyucikan-Nya dari kemusyrikan dan mempunyai anak. (Sesungguhnya Almasih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang diucapkan-Nya) atau disampaikan-Nya (kepada Maryam dan roh) artinya yang mempunyai roh (daripada-Nya) diidhafatkan kepada Allah ﷻ demi untuk memuliakan-Nya dan bukanlah sebagai dugaan kamu bahwa dia adalah anak Allah atau Tuhan bersama-Nya atau salah satu dari oknum yang tiga. Karena sesuatu yang mempunyai roh itu tersusun sedangkan Tuhan Maha Suci dari tersusun dan dari dinisbatkannya tersusun itu kepada-Nya (Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu katakan) bahwa Tuhan itu (tiga) yakni Allah, Isa dan ibunya (hentikanlah) demikian itu (dan perbuatlah yang lebih baik bagi kamu) yakni bertauhid (Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa Maha Suci Dia) artinya bersih dan terhindar (dari mempunyai anak. Bagi-Nya apa yang terdapat di langit dan yang di bumi) baik sebagai makhluk maupun sebagai milik dan hamba sedangkan pemiliknya itu bertentangan dengan mempunyai anak (Dan cukuplah Allah sebagai wakil) atau saksi atas demikian itu.
Tafsir Surat An-Nisa': 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian mengatakan tentang Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kalian mengatakan, "(Tuhan itu) tiga," berhentilah (dari ucapan itu), (itu) lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Allah ﷻ melarang Ahli Kitab bersikap melampaui batas dan menyanjung secara berlebihan. Hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang Nasrani, karena sesungguhnya mereka melampaui batas sehubungan dengan Isa. Mereka mengangkatnya di atas kedudukan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, lalu memindahkannya dari tingkat kenabian sampai menjadikannya sebagai Tuhan selain Allah yang mereka sembah sebagaimana mereka menyembah Dia. Bahkan pengikut dan golongannya yaitu dari kalangan orang-orang yang mengakui bahwa dirinya berada dalam agamanya (Isa) bersikap berlebihan pula, lalu mereka mengakui dirinya terpelihara dari kesalahan.
Akhirnya para pengikut mereka mengikuti semua yang dikatakannya, baik benar atau batil, baik sesat atau benar, baik jujur ataupun bohong. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.” (Ai-Taubah: 31) hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim yang mengatakan bahwa Az-Zuhri menduga dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Ibnu Abbas, dari Umar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, ‘Hamba dan utusan Allah’."
Kemudian ia, dan juga Ali ibnul Madini, meriwayatkannya pula dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri yang lafaznya seperti berikut: “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah oleh kalian, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’."
Ali ibnul Madini mengatakan bahwa predikat hadits ini shahih lagi musnad.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Al-Humaidi, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri yang lafaznya berbunyi seperti berikut: “Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Anas ibnu Malik, bahwa seorang lelaki pernah mengatakan, "Ya Muhammad, ya tuan kami, anak tuan kami yang paling baik dari kami, dan anak orang yang paling baik dari kami." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai manusia, hati-hati lah dengan ucapan kalian, jangan sekali-kali setan menjerumuskan kalian. Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah, hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tidak suka bila kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah diberikan oleh Allah ﷻ kepadaku.”
Hadits ini bila ditinjau dari segi ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (sendirian).
Firman Allah ﷻ: “Dan janganlah kalian mengatakan tentang Allah kecuali yang benar.” (An-Nisa: 171)
Maksudnya, janganlah kalian membuat kebohongan tentang Dia dan menjadikan bagi-Nya istri dan anak. Maha Suci Allah lagi Maha Tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya, Maha Suci lagi Maha Esa Zat Allah dalam sifat Keagungan dan Kebesaran-Nya. Tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada Rabb selain Dia.
Dalam ayat Selanjutnya disebutkan: “Sesungguhnya Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikanNya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (An-Nisa: 171)
Sesungguhnya Isa itu hanyalah seorang hamba Allah dan makhluk yang diciptakan-Nya. Allah berfirman kepadanya, "Jadilah kamu," maka jadilah dia. Dia (Isa) hanyalah utusan-Nya dan kalimat-Nya yang Allah sampaikan kepada Maryam. Dengan kata lain, Allah menciptakan Isa melalui kalimat perintah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s. dari Allah ﷻ kepada Maryam. Lalu Malaikat Jibril meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Maryam dengan seizin Allah. Maka jadilah Isa dengan seizin Allah. Hembusan itu ditiupkan oleh Malaikat Jibril ke dalam baju kurung Maryam, lalu tiupan itu turun hingga masuk ke dalam farji (kemaluan)nya, sama kedudukannya dengan pembuahan yang dilakukan oleh seorang lelaki kepada istrinya, semuanya adalah makhluk Allah ﷻ. Karena itulah dikatakan bahwa Isa adalah kalimat Allah dan roh dari ciptaan-Nya, mengingat kejadiannya tanpa melalui proses seorang ayah. Sesungguhnya ia timbul dari kalimat yang diucapkan oleh Allah melalui Jibril kepada Maryam, yaitu kalimat “kun” (jadilah), maka jadilah Isa, dan roh yang dikirimkan oleh Allah kepada Maryam melalui Jibril.
Allah ﷻ berfirman: “Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang benar, keduanya biasa memakan makanan (seperti manusia biasa).” (Al-Maidah: 75)
Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah!" (seorang manusia). Maka jadilah dia.” (Ali Imran: 59)
“Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.” (Al-Anbiya: 91)
“Dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya.” (At-Tahrim: 12) hingga akhir ayat.
Firman Allah ﷻ menceritakan perihal Isa Al-Masih, yaitu: “Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian).” (Az-Zukhruf: 59) hingga akhir ayat.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya: “Dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (An-Nisa:171) Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya: “Jadilah maka jadilah ia.” (Yasin: 82)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Syaz ibnu Yahya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (An-Nisa: 171) Bahwa bukanlah kalimat yang menjadikan Isa, tetapi dengan kalimat itu akhirnya jadilah Isa.
Pendapat ini lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya: “Yang disampaikan-Nya kepada Maryam.” (An-Nisa: 171) Makna yang dimaksud ialah Allah mengajarkan kalimat itu kepada Maryam. sama seperti apa yang dikatakannya sehubungan dengan makna firman-Nya: “(Ingatlah) ketika malaikat berkata, ‘"Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya.” (Ali Imran: 45) Makna yang dimaksud ialah mengajarkan kepadamu suatu kalimat dari-Nya. Ibnu Jarir menjadikan makna ayat ini sama dengan firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur'an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan karena) suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu.” (Al-Qashash: 86)
Pendapat yang shahih (benar) ialah yang mengatakan bahwa kalimat tersebut didatangkan oleh Malaikat Jibril kepada Maryam, lalu Malaikat Jibril meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Maryam dengan seizin Allah maka jadilah Isa a.s.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Umair ibnu Hani', telah menceritakan kepada kami Junadah ibnu Abu Umayyah, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta roh dari-Nya, dan bahwa surga itu benar, neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah dikerjakannya.”
Al-Walid mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Umair ibnu Hani', dari Junadah yang di dalamnya disebutkan tambahan, yaitu: “(Allah memasukkannya) ke dalam salah satu dari pintu-pintu surga yang delapan buah, dia boleh memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya.”
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Daud ibnu Rasyid, dari Al-Walid, dari Ibnu Jabir dengan lafal yang sama. Juga dari jalur lain dari Al-Auza'i dengan lafal yang sama.
Firman Allah yang ada dalam ayat dan hadits yang semakna, yaitu: “Dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (An-Nisa: 171) semakna dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya: “Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semua (sebagai rahmat) dari-Nya.” (Al-Jatsiyah: 13) Yakni dari kalangan makhluk-Nya dan dari sisi-Nya. Lafal min di sini bukan untuk makna tab'id (sebagian) seperti yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani -semoga laknat Allah yang bertubi-tubi menimpa mereka- melainkan makna yang dimaksud ialah ibtida-ulghoyah, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (An-Nisa; 171) Yang dimaksud dengan ruhun dalam ayat ini ialah rasulun minhu, yakni urusan dari-Nya. Sedangkan selain Mujahid mengatakan mahabbatan minhu, yakni kasih sayang dari-Nya. Tetapi pendapat yang kuat adalah yang pertama, yaitu yang mengatakan bahwa Nabi Isa diciptakan dari roh ciptaan-Nya. Lafal roh di-mudaf-kan (digandengkan) dengan-Nya dengan maksud mengandung pengertian tasyrif (kehormatan), sebagaimana lafal naqah (unta) di-mudaf-kan kepada Allah, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya: “Unta betina Allah ini.” (Al-A'raf: 73) Dan lafal baitun (rumah) yang terdapat di dalam firman-Nya: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf.” (Al-Hajj: 26) Juga seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang mengatakan: “Maka aku masuk menemui Tuhanku di dalam rumah-Nya.” Nabi ﷺ me-mudaf-kan lafal darun (rumah) kepada Allah dengan maksud sebagai kehormatan terhadap rumah tersebut. Masing-masing dari apa yang telah disebutkan termasuk ke dalam bab yang sama.
Firman Allah ﷻ: “Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.” (An-Nisa: 171)
Maksudnya, percayalah bahwa Allah adalah Satu lagi Maha Esa, tiada beranak, dan tiada beristri; dan ketahuilah serta yakinilah bahwa Isa itu adalah hamba dan Rasul-Nya.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Dan janganlah kalian mengatakan, "(Tuhan itu) tiga." (An-Nisa: 171)
Yakni janganlah kalian menjadikan Isa dan ibunya digandengkan dengan Allah sebagai dua orang yang bersekutu dengan-Nya. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Di dalam surat Al-Maidah Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, ‘bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga,’ padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.” (Al-Maidah: 73)
Dalam ayat lainnya masih dalam surat yang sama Allah ﷻ berfirman pula:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Wahai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku.”.'” (Al-Maidah: 116) hingga akhir ayat.
Dalam Surat Al-Maidah juga di ayat lainnya Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam’." (Al-Maidah: 17 dan 72) hingga akhir ayat.
Orang-orang Nasrani la'natullahi 'alaihim karena kebodohan mereka, maka mereka tidak ada pegangan; kekufuran mereka tidak terbatas, bahkan ucapan dan kesesatannya sudah parah. Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa Isa putra maryam adalah Tuhan, ada yang menganggapnya sebagai sekutu, dan ada yang menganggapnya sebagai anak. Mereka terdiri atas berbagai macam sekte yang cukup banyak jumlahnya; masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda, dan pendapat mereka tidak ada yang sesuai, semuanya bertentangan. Salah seorang ahli ilmu kalam (Tauhid) mengatakan suatu pendapat yang tepat, bahwa seandainya ada sepuluh orang Nasrani berkumpul, niscaya pendapat mereka berpecah-belah menjadi sebelas pendapat.
Salah seorang ulama Nasrani yang terkenal di kalangan mereka (yaitu Sa'id ibnu Patrik yang tinggal di Iskandaria pada sekitar tahun empat ratus Hijriah) menyebutkan bahwa mereka mengadakan suatu pertemuan besar yang di dalamnya mereka melakukan suatu misa besar. Padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain hanyalah suatu pengkhianatan yang hina lagi rendah. Hal ini terjadi pada masa Konstantinopel, pembangun kota yang terkenal itu.
Lalu mereka berselisih pendapat dalam pertemuan tersebut dengan perselisihan yang tidak terkendali dan tidak terhitung banyaknya pendapat yang ada. Jumlah mereka lebih dari dua ribu uskup. Mereka menjadi golongan yang banyak lagi berpecah belah. Setiap lima puluh orang dari mereka mempunyai pendapat sendiri, dan setiap dua puluh orang dari mereka mempunyai pendapat sendiri, setiap seratus orang dari mereka ada yang mempunyai pendapatnya sendiri, dan setiap tujuh puluh orang mempunyai pendapatnya sendiri, ada pula yang lebih dan kurang dari jumlah tersebut mempunyai pendapat yang berbeda.
Ketika Raja Konstantinopel melihat kalangan mereka demikian dimana ada sejumlah orang yang banyaknya kurang lebih tiga ratus delapan belas orang uskup sepakat dengan suatu pendapat, maka raja mengambil golongan itu, lalu mendukung dan memperkuatnya. Raja Konstantinopel dikenal sebagai seorang filosof berwatak keras dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Lalu raja menghimpun persatuan mereka dan membangun banyak gereja buat mereka serta membuat kitab-kitab dan undang-undang untuk mereka.
Lalu mereka membuat suatu amanat yang mereka ajarkan kepada anak-anak agar mereka meyakininya sejak dini, mengadakan pembaptisan besar-besaran atas dasar itu. Para perigikut mereka dikenal dengan nama sekte Mulkaniyah.
Kemudian mereka mengadakan suatu pertemuan lain yang kedua, maka terjadilah di kalangan mereka sekte Ya'qubiyah. Pada pertemuan yang ketiga terbentuklah sekte Nusturiyan. Ketiga golongan tersebut pada dasarnya mengukuhkan ajaran trinitas yang antara lain ialah Al-Masih.
Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai kaifiyatnya sehubungan dengan masalah lahut dan nasut-nya, masing-masing mempunyai dugaan sendiri. Apakah dia manunggal atau tidak, bersatukah atau menitis. Pada kesimpulannya pendapat mereka terpecah menjadi tiga pendapat, masing-masing golongan mengalirkan golongan yang lain, sedangkan kita mengalirkan semuanya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
“Berhentilah kalian (dari ucapan itu), (Itu) lebih baik bagi kalian.” (An-Nisa: 171)
Maksudnya, akan lebih baik bagi kalian.
“Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak.” (An-Nisa: 171)
Yakni Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
“Segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” (An-Nisa: 171)
Artinya, semuanya adalah makhluk dan milik Allah, dan semua yang ada di antara keduanya adalah hamba-hamba-Nya, mereka berada dalam pengaturan dan kekuasaan-Nya. Dialah Yang memelihara segala sesuatu, mana mungkin bila dikatakan bahwa Dia mempunyai istri dan anak dari kalangan mereka. Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana mungkin Dia mempunyai anak.” (Al-An'am: 101) hingga akhir ayat.
Allah ﷻ berfirman dalam ayat yang lain, yaitu: “Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat keji.” (Maryam: 88-89) sampai dengan firman-Nya: “Dengan sendiri-sendiri.” (Maryam: 95)
Setelah mengajak seluruh manusia untuk beriman, ayat ini menyeru kepada Ahli Kitab yang pada ayat-ayat lalu dilukiskan telah melampaui batas dalam kepercayaan mereka. Orang-orang Nasrani melampaui batas dalam kepercayaan mereka karena menuhankan Nabi Isa dan orang-orang Yahudi melampaui batas karena menuduh Nabi Isa sebagai pendusta. Kepada Ahli Kitab yang melampaui batas itu, ayat ini diarahkan. Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas kewajaran yang ditetapkan oleh akal dan agama dalam melaksanakan agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Jangan mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani, dan jangan pula mengatakan bahwa Isa adalah pendusta sebagaimana dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya, yaitu dengan kalimat kun (jadilah) yang menunjukkan kepada kehendakNya dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan Nabi Isa, yang disampaikan-Nya kalimat itu kepada Maryam, dan dengan roh dari-Nya, yang ditiupkan dengan perintah-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, termasuk beriman kepada Nabi Muhammad, dan janganlah kamu mengatakan, yakni percaya bahwa Tuhan itu tiga. Berhentilah dari mengatakan ucapan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, Mahasuci Dia dari anggapan mempunyai anak, sebab jika demikian berarti ia butuh kepada sesuatu, padahal milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung yang melindungi dan memelihara kamu semuaAyat selanjutnya menyatakan bahwa Nabi Isa bukan Tuhan dan bukan pula pelindung atau juru selamat bagi umat manusia, melainkan seorang hamba Allah. Ayat ini menyatakan bahwa Al-Masih yang dipertuhankan oleh orang-orang Nasrani sama sekali tidak enggan, tidak malu, menjadi hamba Allah yang tunduk dan taat kepada-Nya, dan begitu pula para malaikat yang terdekat kepada Allah, yakni malaikatmalaikat yang didekatkan kedudukannya di sisi Allah seperti Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan barang siapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, serta tidak taat kepada perintah-Nya, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua, baik yang enggan maupun yang menyombongkan diri, kepada-Nya, kelak di hari kemudian.
Kaum Nasrani sudah melampaui batas dalam beragama dengan menambah-nambah hal-hal yang bukan dari agama, seperti memuja dan mengagung-agungkan nabi mereka, sampai melampaui batas-batas yang telah ditentukan Allah dengan mengada-adakan kebohongan terhadap-Nya dan dengan mengatakan bahwa Isa itu adalah putra Allah. (al-Ma'idah/5: 77)
Hal ini pulalah yang membawa kaum Nasrani kepada anggapan bahwa Tuhan itu salah satu dari Tuhan yang tiga atau Tuhan itu terdiri dari tiga oknum. Sebagai penolakan atas paham yang salah ini Allah menyatakan bahwa Isa anak Maryam hanyalah utusan Allah kepada hamba-Nya, bukan Tuhan yang disembah sebagai yang dianggap kaum Nasrani. Isa sendiri menyeru mereka supaya mengesakan Allah, tak ada yang disembah selain Allah, dan Nabi Isa telah melarang pula kaumnya mempersekutukan Allah dengan apa pun. Sebagai tambahan atas penegasan tersebut Allah berfirman lagi bahwa Isa itu diciptakan dengan kalimat berupa ucapan "jadilah" (kun), tanpa ada seorang laki-laki pun (bapak) yang menikahi ibunya, dan tanpa air mani yang masuk ke dalam rahim ibunya, seperti terciptanya manusia biasa.
Tatkala Allah mengutus malaikat Jibril kepada Maryam dan memberitahukan bahwa ia adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan berita gembira kepadanya, yaitu dia akan memperoleh seorang anak laki-laki, Maryam merasa terkejut dan membantah dengan keras, karena ia masih perawan dan tidak pernah bersuami atau disentuh oleh seorang laki-laki. LaIu Jibril membacakan kepadanya firman Allah:
?"Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (Ali 'Imran/3:47).
Demikianlah dengan kata "kun" itu terciptalah Isa dalam kandungan ibunya. Inilah suatu bukti kekuasaan Allah. Bila Dia hendak menciptakan sesuatu cukup dengan ucapan "kun" saja. Hal serupa ini berlaku pula pada penciptaan Adam sebagaimana tersebut pada firman Allah:
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia) maka jadilah dia (Ali 'Imran/3:59).
Lalu ditiuplah roh ciptaan Allah ke dalam rahim ibunya dan berkembanglah ia sampai datang masa melahirkan. Sebagaimana kaum Nasrani menduga bahwa yang ditiupkan ke dalam rahim ibunya itu adalah sebagian dari roh Allah dan atas dasar inilah mereka menganggap bahwa Isa adalah putra Allah, karena ia adalah sebagian dari roh-Nya, (Matius 1.18).
Sikap Ahli Kitab yang berlebihan dalam memahami agamanya tidak saja di kalangan Nasrani, tetapi juga tentunya di kalangan orang Yahudi. Sikapnya yang melampaui batas dalam memahami ketentuan agamanya sehingga mereka sering bersikap dan bertindak begitu ketat dengan menambah-nambahkan ketentuan sendiri, atau sebaliknya sering melanggar ketentuan Taurat dalam syariat Musa, seperti yang dapat kita baca di sana sini dalam Al-Qur'an, sampai-sampai mereka mengatakan "Uzair putra Allah" (at-Taubah/9: 30). Mereka menjadi bangsa yang rasialis, eksklusif, sangat fanatik, menolak semua nabi dan rasul utusan Allah yang bukan Yahudi (Gentile), mereka membunuh para nabi dan menuduh Isa dan ibunya Maryam dengan tuduhan yang keji. Mereka terpecah ke dalam beberapa sekte. Yang menonjol waktu itu adalah golongan konservatif Sadducee yang hanya mengakui lima kitab Musa (Pentateuch), atau golongan Pharisee yang sangat kaku dalam menjalankan hukum tertulis, tetapi mau menerima hukum lisan dan hukum adat Yahudi.
Begitu juga sikap umat Nasrani yang telah melampaui batas dengan mengangkat dan menempatkan Nabi Isa sebagai Yesus yang disamakan dengan Tuhan atau menisbahkannya sebagai putra Tuhan. Mereka telah menyentuh keimanan (akidah) yang pokok sampai melahirkan doktrin Trinitas. Doktrin ini sudah berkembang dan menjadi pangkal perdebatan para pendeta mereka pada masa lalu, dari abad ke-2 sampai abad ke-6 Masehi, seperti Marcionisme, Yakobit dan Nestori (Nestorian) yang masih bertahan di Suria atau Maronit yang banyak dianut di Libanon, Paulicianism dan yang lain. Mereka berdebat sekitar kodrat Kristus: Tuhan, anak Tuhan atau satu dari tiga oknum dari Roh Kudus, sampai juga melibatkan ibunya Maria sebagai pujaan.
Kaum Muslimin perlu sekali menyadari sekalipun dalam bentuk lain, jangan sampai terjerumus ke dalam sikap berlebihan dalam menerima ajaran Islam, yang umumnya berkisar dalam soal fikih, di satu pihak mau serba ketat atau di pihak lain yang sebaliknya, mau serba longgar.
Ada di antara mufasir menceritakan mengenai anggapan ini bahwa seorang tabib Nasrani yang mengobati Khalifah Harun ar-Rasyid berdiskusi dengan seorang ulama Islam yaitu Ali bin Husein al-Waqidi al-Marwazi. Tabib Nasrani itu berkata kepada al-Waqidi bahwa di dalam Kitab (Al-Qur'an) terdapat ayat yang membenarkan pendapat dan kepercayaan Nasrani bahwa Isa, adalah sebagian dari Allah, lalu dia membacakan bagian pertama dari ayat 171 ini. Sebagai jawaban atas perkataan tabib itu al-Waqidi membacakan ayat:
Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (al-Jasiyah/45:13).
Kemudian al-Waqidi berkata "Kalau benar apa yang kamu katakan bahwa kata "min-hu" dalam ayat yang kamu baca itu berarti "sebagian daripada-Nya", sehingga kamu mengatakan bahwa Isa a.s. adalah sebagian dari Allah pula. Hal ini berarti bahwa apa yang ada di langit dan di bumi ini adalah sebagian pula dari Allah." Dengan jawaban ini terdiamlah tabib Nasrani itu lalu dia masuk Islam.173
Karena kaum Nasrani telah tersesat dari akidah tauhid yang dibawa oleh para rasul, maka Allah memerintahkan kepada mereka agar kembali kepada akidah yang benar dengan beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan beriman kepada rasul-Nya yang selalu menyeru kepada akidah tauhid dan janganlah mereka mengatakan bahwa ada tiga Tuhan yaitu Bapak, Anak dan Roh Kudus (Rohulkudus), atau mengatakan bahwa Allah itu terdiri dari tiga oknum, masing-masing adalah Tuhan yang sempurna, dan kumpulan dari tiga oknum itulah Tuhan Yang Esa. Mereka diperintahkan meninggalkan paham yang sesat dan menyesatkan itu, karena meninggalkan paham yang sesat itulah yang baik bagi mereka. Mereka akan menjadi penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para nabi sebelum dan sesudahnya. Mereka akan menjadi orang yang benar dan tidak akan termasuk golongan orang-orang kafir. Dalam ayat lain Allah berfirman:
Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan "Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. (al-Maidah/5:73).
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Kemudian ditegaskan lagi kepada mereka bahwa Allah sajalah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Maha bersih dari sifat berbilang atau terbagi-bagi kepada beberapa bagian atau tersusun dari tiga oknum atau bersatu dengan makhluk-makhluk lainnya. Maha Suci Allah dari hal-hal tersebut dan mustahil Dia mempunyai anak sebagaimana anggapan mereka atau Isa itu adalah Tuhan sebagaimana dikatakan oleh segolongan lain di antara mereka. Allah adalah Maha Esa tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak beristri sebagaimana manusia. Dialah pemilik langit dan bumi serta semua yang ada pada keduanya termasuk Isa as. Allah berfirman:
"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih selaku seorang hamba" (Maryam/19:93).
Semua makhluk tanpa kecuali akan menghadap ke hadirat Tuhan Allah sebagai hamba, apapun pangkat dan derajatnya, baik dia malaikat, seorang nabi, seorang yang diciptakan-Nya tanpa bapak dan ibu seperti Nabi Adam atau yang diciptakan-Nya tanpa bapak saja seperti Isa a.s. maupun yang diciptakan dengan perantara bapak dan ibu; semuanya itu adalah hamba-Nya yang mengharapkan karunia dan rahmat-Nya, Allah-lah yang berkuasa sepenuhnya atas mereka dan Allah-lah yang memelihara dan kepada--Nyalah mereka harus menyembah, berdoa dan bertawakal. Akidah tauhid inilah yang dibawa dan disampaikan para nabi dan rasul kepada umatnya termasuk Nabi Isa, dan paham inilah yang dianut oleh para pengikutnya sesuai dengan dakwah dan ajarannya. Tetapi pengikutnya yang datang kemudian terutama pengikut-pengikut yang dahulunya telah menganut agama-agama yang bermacam-macam tidak dapat melepaskan dirinya dari paham lama yang sesat itu sehingga mereka mencoba dan berusaha dengan sekuat tenaga agar agama Masehi yang mereka anut mempunyai corak yang sama dengan agama-agama nenek moyang mereka dahulu.
Paham Trinitas (menganggap Tuhan adalah tiga) sudah berkembang di Mesir, semenjak lebih kurang 4.000 tahun sebelum Masehi. Di antara mereka ada yang menganggap bahwa tuhan itu ialah dewa Osiris, Isis dan Horus. Demikian pula di India ajaran Hinduisme mengatakan bahwa Tuhan itu adalah tri tunggal yang terdiri dari Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Penganut Budisme pun ada yang mengatakan bahwa Budha itu adalah Tuhan yang terdiri dari tiga oknum. Juga di Persia terdapat paham Mazdaisme (Zoroaster) yang bercorak dualisme: baik dan jahat, terang dan gelap dengan dewa tertinggi Ahura Mazda (Ormuzd) dan dewa-dewa lain, lawan Ahriman. Akhirnya mereka terbawa hanyut oleh paham trinitas yang beraneka ragam coraknya dan jadilah mereka tersesat dari paham tauhid yang dibawa Nabi Isa dan amat sulitlah bagi mereka untuk meniggalkannya. Para intelektual dari penganut agama Masehi ini memang merasakan dan mengetahui bahwa paham taslis (trinitas) ini tidak dapat diterima akal, tetapi mereka tetap mencari-cari alasan untuk membenarkan paham ini. Di antara pendeta mereka ada yang mengatakan, "Dalam hal ini kita harus menyerahkan persoalan ini kepada hal-hal yang gaib yang belum diketahui oleh manusia dan tidak akan dapat diketahuinya, kecuali bila hijab telah berkata untuk itu dan jelaslah pada waktu itu semua yang ada di langit dan di bumi."
Pendeta Bother pengarang buku al-Ushul wal-Furu' dari salah seorang juru penerang agama Nasrani berkata mengenai hal ini: "Kita telah mencoba memahaminya dengan lebih jelas yaitu dikala telah terbuka bagi kita tabir rahasia semua apa yang ada di langit dan di bumi."
Dapat disimpulkan bahwa agama Nasrani benar-benar didasarkan kepada paham tauhid yang murni tetapi para pendetanya mencampurbaurkan dan mengubahnya menjadi agama trinitas yang tidak dapat dipahami oleh akal, karena terpengaruh oleh paham-paham taslis bangsa Yunani dan Romawi yang mereka ambil dari paham-paham keagamaan Mesir lama dan Brahma.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
BERAGAMA JANGAN MELEBIH-LEBIHI
Ayat 171
“Wahai Ahlul Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan pada agama kamu, dan janganlah kamu berkata atas nama Allah kecuali yang sebenarnya."
Di dalam ayat ini bertemu kata berlebih-lebihan, sebagai teguran kepada Ahlul Kitab, sebab mereka telah berlebih-lebihan sehingga agama telah jauh terpesong dari garisnya yang asal karena penganutnya sudah berlebih-lebihan atau keterlaluan. Berlebih-lebihan adalah terjemahan kita atas lafal ghuluw. Ahlul Kitab yang ditegur di sini ialah orang Nasrani yang sudah sangat berlebih -lebihan dalam memuliakan Nabi Isa, sampai beliau dikatakan Tuhan, disebut Tuhan Yesus. Padahal martabat Isa tidaklah sampai sedemikian. Beliau hanyalah seorang hamba Allah yang diberi tugas menjadi utusan Allah.
Niscaya teguran Allah kepada Ahlul Kitab ini menjadi sindiran juga bagi kita umat Muhammad, agar kita jangan sampai berlebih-lebihan pula di dalam meninggikan Nabi Muhammad ﷺ karena menurut sebuah ha-dits yang dirawikan oleh Bukhari dari Umar bin Khaththab,
“Berkata Rasulullah, ‘Janganlah kamu angkat-angkat aku, sebagaimana orang Nasrani mengangkat-angkat anak Maryam. Aku ini lain tidak, adalah hamba Allah. Sebab itu katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya." (HR Bukhari)
Berkata Imam Ahmad bin Hambal, “Aku terima hadits dari Hasan bin Musa, dia menerima hadits itu Hammad bin Salamah, dan Tsabit al-Bunany dan Annas bin Malik; bahwa seseorang berkata, ‘Ya Muhammad, wahai tuan kami, anak tuan kami, orang baik kami, anak dari orang baik-baik kami!' Mendengar itu berkata Rasulullah ﷺ, ‘Wahai manusia! Janganlah berkata begitu, janganlah kamu sampai disesatkan oleh setan. Aku ini adalah Muhammad anak Abdullah, seorang hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, tidaklah aku senang hati jika kamu angkat-angkat aku melebihi dari kedudukanku yang telah didudukkan aku oleh Allah padanya.'"
Kedua hadits inilahyangtelah memberikan ilham bagi al-Bushairiy ketika dia menyusun syair burdah memuji-muji Rasulullah ﷺ.
Tinggalkanlah apa yang didakwahkan oleh orang Nasrani terhadap Nabi mereka.
Sesudah itu putuskan sendirilah apa pujian yang engkau berikan kepadanya, tetapi batasilah diri.
Sesudah itu datang lanjutan ayat, “Dan janganlah kamu berkata atas nama Allah kecuali yang sebenarnya." Yaitu janganlah dikatakan yang tidak-tidak tentang sifat Allah. Sebagaimana yang dicatatkan orang di dalam Kitab Kejadian Pasal 6 ayat 6, bahwa Allah pernah manyesal dan sangat berduka cita karena sudah terlanjur menjadikan manusia. Atau Allah bingung tidak segera dapat mengambil keputusan terhadap Adam yang telah bersalah memakan buah yang terlarang; bingung dijepit oleh kedua sifat-Nya, yaitu kasih dan adil. Beribu tahun kemudian, baru Dia mengambil keputusan, yaitu turun langsung ke dunia, lalu masuk ke rongga rahim dara yang suci Maryam, lalu lahir ke dunia dalam tubuh Isa al-Masih, dan Isa al-Masih itu ialah anak Allah, bahkan dialah Allah sendiri. Semuanya ini adalah mengatakan di atas nama Allah hal-hal yang tidak sebenarnya, tegasnya ialah memperkecil penilaian manusia terhadap kepada Allah karena hendak mengangkat martabat Isa anak Maryam menjadi Allah.
Lalu lanjutan ayat, “Sesungguhnya al-Masih Isa anak Maryam itu, lain tidak hanyalah Rasulullah." Bukanlah dia itu Allah yang menjelma jadi anak, dan bukan pula dia anak dari Allah. Tugasnya hanya satu, yaitu menjadi Rasulullah, utusan atau pesuruh Allah. Maka kalau pendirian yang telah diputuskan itu, yaitu menganggap dia penjelmaan Allah atau anak Allah nyatalah bahwa sikap ini sudah melebih-lebihi, keterlaluan, atau melampau-lampaui. “Dan kalimat-Nya yang Dia letakkan kepada Maryam dan Ruh yang datang daripada-Nya."
Kalimat Allah artinya ialah perintah yang ditentukan Allah. Itulah kalimat ku n, artinya adalah engkau!
Setelah kalimat itu diucapkan Allah, maka datanglah lanjutan fayakun, artinya maka adalah!
Kepada langit, Allah berfirman kun, maka langit pun ada. Kepada sesuatu, kalimat Allah itu berlaku maka semuanya pun ada. Atas kalimat Allah itu pula, Dia berfirman, “Kun Ya Isa!" Adalah engkau, hai Isa! Maka adalah
Isa, yang tadinya belum ada. Isa belum ada sebelum Allah kehendaki. Caranya ialah menurut kehendak Allah itu sendiri, kalimat kun dihadapkan Allah kepada diri Maryam, mengandunglah engkau hai Maryam! Lalu Maryam anak dara yang suci itu bertanya kepada Allah, “Bagaimana hamba akan mengandung padahal hamba belum pernah disentuh laki-laki?" Lalu Allah menjawab, ‘Yang begitu bag i-Ku adalah perkara mudah.' (surah Maryam ayat 21) Apalah sukarnya bagi Allah yang dengan kalimat kun dapat menciptakan cakrawala, menciptakan matahari dan bulan dan bintang-bintang.
Lalu semuanya itu terjadi, jika Allah hendak mencipta seorang anak pada diri seorang perempuan dengan tidak perantaraan laki-laki. Dan Ruh datang daripadanya. Yaitu datanglah Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan, menyampaikan berita itu kepada Maryam, bahwa dia akan hamil. Dibawalah ke dalam diri anak yang tengah dikandung itu Ruh dari Allah. Disebut Ruh dari Allah, bukanlah berarti bahwa Ruh itu adalah bagian dariAllah sendiri. Sebagaimana jika dikatakan Bait Allah (Rumah Allah) bukanlah berarti bahwa dalam rumah itu Allah tinggal.
Boleh pula ditafsirkan bahwa Jibril sendirilah yang disebut Ruh itu. Sebab dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an disebut bahwa malaikat bersama Ruh turun (surah al-Qadr), atau di hari Kiamat kelak, Ruh dan malaikat akan berdiri di hadapan Allah bershaf-shaf, lalu ditafsirkan bahwa yang dimaksud di sini ialah Malaikat Jibril, (surah an-Naba') dan lain-lain.
Tentang penafsiran Ruhul Qudus ini, tidaklah jauh berbeda bahkan sama dengan Ruhul Qudus yang disebut oleh Matius dalam Ihjil karangannya Pasal 1:18. Ada pun kelahiran Yesus Kristus demikian halnya. Tatkala Maryam yaitu ibunya bertunangan dengan Yusuf sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maryam itu hamil daripada Ruhul Qudus.
Dan disebutkan pula oleh Lukas dalam Injil karangannya Fasal 1: 35. Bahwa Ruhul Qudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau—Dan Lukas menuliskan lagi pada ayat 43, bahwa hampir bersamaan dengan itu, Elisabeth yang selama ini dalam keadaan mandul dan suaminya Zakariya pun sudah amat tua, dia pun telah mengandung pula, dan diri Elisabeth itu pun dipenuhi oleh Ruhul Qudus.
Berlakulah kehendak Allah bahwa seorang anak perawan yang diketahui kesuciannya dan kebaikan pendidikannya sejak kecil atas kehendak kalimat Allah telah mengandung, dan seorang perempuan mandul yang lakinya pun telah amat tua, mengandung pula. Keduanya itu sama ini, tetapi keduanya itu adalah perkara mudah bagi Allah. Allah memerintahkan Ruhul Qudus, yakni Malaikat Jibril datang kepada kedua perempuan itu, dan datang juga kepada Zakariya memberitahukan bahwa akan kejadian pada dirinya beroleh anak di waktu dirinya sudah sangat tua. Cocoklah kedua hal ini dengan apa yang dikatakan oleh Lukas dalam Injilnya, Pasal 1 ayat 37: karena tiap-tiap firman Allah, satu pun tiada yang mustahil.
Firman Allah atau kalimat Allah, sama artinya. Dalam bahasa Persia disebut firman, dalam bahasa Arab disebut kalimat, tersimpul dalam kata kun (adalah), fa yakun (maka sesuatu itu pun ada)
Datang lanjutan ayat, “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya." Beriman dan percayatah kepada Allah dalam iman yang sebenarnya, yaitu bahwa Dia adalah Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, berdiri sendiri-Nya, tidak bersekutu dengan yang lain. Dan beriman pulalah kepada sekalian Rasul Allah, sejak dari Nabi Adam atau Nuh, sampai kepada sekalian nabi-nabi dan rasul-rasul sesudah itu, yang tidak seorang pun di antara mereka yang mengajarkan bahwa Allah beranak atau diperanakkan, atau Allah menjelma jadi anak, atau Allah ragu atau menyesal menjadikan manusia dan sebagainya. “Dan janganlah kamu katakan, ‘Tiga.'“
Ada madzhab Kristen mengatakan bahwa Allah itu tiga, yaitu Allah, Yesus Kristus, dan Maryam.
Ada yang mengatakan bahwa Allah itu mempunyai tiga oknum. Oknum Bapa, oknum Putra yaitu Yesus Kristus, dan oknum Ruhul Qudus.
Di dalam pelajaran iman Kristen ada disebutkan, satu Tuhan di dalam tiga oknum. Bapa dan Putra dan Ruhul Qudus. Bapa ialah Allah, dan Putra ialah Allah, dan Ruhul Qudus Allah juga. Tetapi kesemuanya itu bukan tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan yang ada dalam tiga oknum, yang bersamaan jauharnya dan berbeda oknumnya. Karena kesemuanya itu mempunyai jauhar yang satu, ketuhanan yang satu dan zat yang satu. Tidak ada satu pun di antara oknum itu yang lebih besar atau yang lebih mulia atau lebih berkuasa dari yang dua lagi, karena ketiganya sama dalam kebesarannya dan keazaliannya dan kekuasaannya atas tiap-tiap sesuatu, selain dari kekuasaannya. Dan tidaklah kita akan dapat menahan hakikat ini dengan sempurna karena dia ini adalah suatu rahasia yang sangat dalam, melebihi kekuatan akal dan hasil pemikiran manusia.
Salah seorang pendeta berkata, kami tidaklah mengatakan bahwa Allah itu mempunyai tiga kepribadian atau satu pribadi. Pengakuan kami adalah bahwa Allah itu mempunyai tiga oknum dalam satu. Di antara tiga oknum dengan tiga pribadi, jauh sangat perbedaannya, sejauh langit dengan bumi.
Di dalam buku tuntunan mengerjakan sembahyang yang dikeluarkan oleh Gereja Anglicant yang dicetak pada tahun 1818 disebutkan demikian, “Wahai yang tiga, yang mahasuci, yang memberi berkat dan yang mahatinggi, yang ketiganya itu adalah satu!"
Dalam pernyataan doa begini nyata sekali disebut tiga diri, atau tiga pribadi dalam satu ketuhanan. Bahkan ada yang mempercayai bahwa Maryam adalah Ibu Tuhan. Sampai mereka menyembah kepada patung Maryam sujud memohon selamat.
Setelah terjadi pertentangan paham yang begitu hebat, sampai tumpah-menumpahkan darah dan peperangan-peperangan yang besar karena pertentangan Katolik dengan Protestan, maka banyaklah golongan Protestan yang berpindah ke Benua Baru (Amerika Serikat), pada abad ketujuh belas. Di Amerika mereka merasa bebas dari tekanan keras kependetaan Katolik, sehingga kaum Protestant sampai di sana merdeka menciptakan berbagai penafsiran, yang terlepas dari kungkungan gereja. Maka timbullah berbagai gereja dan sekte. Di antara sekte itu ialah sekte Unitarian, yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan tiga dalam satu itu. Dan tidak pula percaya bahwa Isa al-Masih adalah Tuhan.
Benarlah apa yang dikatakan oleh penafsir Al-Qur'an yang terkenal, yaitu Syekh Ibnu Katsir, “Orang Kristen mempunyai kepercayaan tentang Tuhan itu berbagai ragam; satu sama lain tidak dapat dipertemukan. Sehingga kalau misalnya berkumpul sepuluh orang Nasrani, diminta menyatakan kepercayaan mereka tentang Tuhan, akan keluarlah sebelas macam penjawaban."
“Berhentilah! Itulah yang sebaik-baiknya bagi kamu." Artinya, berhentilah dari kepercayaan yang tidak masuk akal itu. Yang apabila masih kamu pertahankan juga, kamu sesama sendiri tidak akan bebas dari perpecahan, sebab barang sesuatu kepercayaan yang kamu sendiri mengakuinya tidak diterima oleh akal, kamu pun akan payah mempertahankannya, “karena sesungguhnya Allah itu, tidak lain, melainkan Tuhan yang Tunggal."
Mempertahankan kepercayaan bahwa Allah satu, tetapi mempunyai tiga oknum: Allah Bapa, Allah Putra, dan Ruhul Qudus, adalah menjauhkan diri sendiri. Sehingga kalau misalnya seorang pendeta Kristen yang telah belajar teologi (ilmu ketuhanan) berpuluh tahun, bila berhadapan memperkatakan soal ini dengan seorang Muslim yang hanya mempelajari ilmu tauhid dengan sederhana, tidaklah pendeta itu akan dapat bertahan. Banyak orang menjadi Misi dan Zending, dikirim ke barang mana negeri, bertemu dengan seorang Islam yang sadar akan agamanya, terpaksa tidak dapat melanjutkan pertukaran pikiran, sebab si Muslim hendak mengemukakan akal, sedang si pendeta menutup pembicaraan yang akan sampai kepada penggunaan akal.
Orang-orang Kristen sendiri sampai sekarang banyak yang mengakui bahwa ajaran seperti ini tiada jelas diberikan oleh Nabi Isa sendiri. Barulah dikembangkan sesudah beliau meninggal sehingga ajaran beliau yang asli telah ditimbun oleh ajaran seorang yang bernama Paulus, yang di waktu Isa masih hidup tidak pernah bertemu dengan dia, dan setelah murid-murid Isa menyebarkan ajaran Isa yang asli, Paulus itulah yang menjadi penghalangnya yang terbesar. Dengan pendakwaan bahwa dia mendengar suara Isa dari langit, menyuruhnya menyebarkan ajaran Kristen, dari sinilah Paulus memulai tindakan, dan dengan berangsur-angsur menegakkan ajaran baru, lalu membangsakannya kepada Isa.
Sejak semula mereka telah terpecah kepada tiga paham. Pertama, kaum Nastouriyah (Nastouriyan) Kaum ini mengatakan bahwa Isa itu ialah Allah sendiri. Kedua, kaum Ya'qubiyah (Yacobin) berkata, Isa itu adalah anak Allah. Ketiga, kaum Malkaniyah mereka berkata, Tuhan itu adalah tiga, yaitu tiga oknum; oknum Bapa, oknum Anak, dan oknum Ruhul Qudus, tetapi satu dalam jauharnya. Oknum Bapa adalah zat, oknum anak adalah kalimah, dan oknum Ruhul Qudus adalah hayat (hidup) Tentang arti oknum dan apa yang dimaksud dengan oknum tidak pula sama pendapat mereka. Setengah mengatakan oknum ialah keistimewaan (khawas) Setengah berkata, oknum ialah kepribadian. Dan setengah mengatakan bahwa tiga oknum ialah tiga sifat. Setengah berkata, kalimah bersatu padu dalam Yesus.
Sebab itulah ayat Al-Qur'an ini menyerukan, lebih baik hentikan sajalah kepercayaan demikian, karena dasarnya tidak ada, karena akal mesti dihentikan terlebih dahulu, atau jangan dipikirkan sama sekali, barulah keper-cayaan itu dapat bertahan. Sebab setengah dari akibat kepercayaan itu ialah timbulnya persimpangsiuran di antara Kristen sesama Kristen sendiri.
Di dalam zaman moden kita ini Kepala Gereja Katolik, Paus Paulus VI telah berusaha untuk mempersatukan seluruh kaum Kristen di dunia dari berbagai sekte itu. Terutama terlebih dahulu antara Roma-Katolik dengan Griek-Katolik, dan di antara gereja-gereja Orthodox yang lain, sampai-sampai kepada gereja Inggris yang memisahkan diri dari Katolik sejak 400 tahun yang lalu.
Persahabatan dan toleransi mungkin akan dapat dicapai, terutama karena insaf akan besarnya bahaya Komunis yang menyerbu dunia pada masa ini, dan pula bahaya terhadap kepercayan Kristen sendiri dengan bertambah lama bertambah berkembangnya ilmu pengetahuan modern, yang menyebabkan ahli-ahli dan sarjana-sarjana bertambah iman akan adanya Tuhan, tetapi bukan Tuhan sebagai yang diajarkan oleh Kristen itu, melainkan sesuai sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Yaitu sebagai tersebut di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini, bahwasanya Allah itu, tidak lain, melainkan Tuhan yang Tunggal.
Maka sebelum orang Kristen kembali kepada kalimat persatuan ini, inti seruan dari segala nabi-nabi, melainkan mereka masih tetap hendak bersatu di dalam mempertahankan Tiga sama dengan Satu, dan Satu sama dengan Tiga, tidaklah akan tercapai persatuan aqidah. Setinggi-tinggi yang bisa didapat hendaklah bersatu di dalam membenci dan memerangi Islam.
“Amat sucilah Dia bahwa akan ada bagi-Nya anak." Artinya, amat sucilah Allah dari beranak, atau Dia menciptakan diri menjadi anak-Nya sendiri, lalu anak itu Dia juga. Adapun jika Maryam mengandung dengan tidak bersuami, hai ini pun diakui dan dipercayai oleh Al-Qur'an atas kesucian Maryam daripada pertahanan yang diceritakan oleh Matius, Markus, dan Yahya tendiri. Jika dia beranak dengan tidak melalui saluran biasa, bukanlah berarti bahwa dia mengandung Tuhan dalam perutnya. Maryam yang masih anak perawan, mengandung saja dengan tidak berlaki seperti pada manusia biasa, sama juga halnya dengan Elizabeth yang mandul dan berlaki Zakariya yang telah amat tua, lalu dia mengandung Yahya. Kalau Isa hendak dituhankan karena itu, Yahya pun patut pulalah dituhankan. Sebab Ruhul Qudus datang kepada Maryam dan datang kepada Elizabeth.
Di dalam bahasa Arab terdapat dua kalimat, yaitu waladun dan ibnun biasalah diartikan anak secara majaziy, yaitu sebagai perlambang tanda kasih. Memang banyak terdapat di dalam kitab-kitab yang telah terdahulu manusia dikatakan anak Allah, Adam dikatakan anak Allah, bahkan seluruh kita manusia ini disebutkan anak-anak Allah, dan orang yang tidak mau menaati Allah disebut juga anak setan.
Tetapi orang Kristen telah bertukar dari kata majaziy perlambang kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, yang disebut ibnun khusus untuk diri Isa al-Masih, lalu menjadi waladun. Waladun bukan lagi perlambang, melain-kan benar-benar anak yang dilahirkan dari kandungan perempuan yang Allah sendiri menjadi bapanya. Lalu dikatakan bahwa dia anak tunggal! Amat sucilah Allah dari dakwaan yang demikian: Allah tidak beranak!
Memang di dalam kitab-kitab yang lama, banyak terdapat kata Anak Allah dengan makna perlambang tanda kasih Allah tadi. Orang yang saat kepada Allah disebut anak-Nya, bukan karena dia dilahirkan dari perut seorang perempuan, melainkan karena taatnya itu kemudian untuk menghilangkan kesalahpahaman, yang kadang-kadang berkacau balau di antara ibnun perlambang kasih dan waladun anak keturunan, datanglah agama Islam melarang memakai perkataan itu dan meninggalkannya sama sekali, sebab, “Kepu-nyaan-Nyalah apa yang ada di semua langit dan apa yang ada di bumi."
Tegasnya, manusia ini adalah makhluk Allah belaka, sebagaimana langit dan bumi pun makhluk Allah. Adalah sangat tidak hormat kepada Allah kalau Dia, penguasa seluruh alam yang mahaluas ini diperkecil daerahnya, lalu dijadikan bapa bagi manusia, Kalau hendak dijadikan bapak juga, mengapa tidak dijadikan bapa langit, bapa kayu di hutan, bapa pasir di pantai?
Dan semua makhluk itu diluputkan oleh kasih Allah,
“Dan cukuplah dengan Allah sebagai pelindung"
Lantaran seluruh isi langit dan bumi adalah kepunyaan Allah, termasuk kita manusia ini. Tidak ada kecualinya, tidaklah ada perlunya kita membuat pola yang lain dari Allah untuk pelindung, untuk menyerahkan nasib kita.
Allah Ta'aala itu Mahabenar, dan keber-adaan-Nya dapat kita saksikan pada segala waktu dan segala ruang. Perhatikanlah misalnya kejadiaan matahari yang diciptakan Allah jadi pelita dunia ini; yang selalu berapi, selalu panas, dan selalu memancarkan cahaya pada alam sekelilingnya. Dari apakah dia dibuat? Dan bilakah akan habis waktu tugasnya dan padam apinya? Sedang matahari barulah satu saja dari ciptaan Allah yang Mahabesar itu. Kata ahli-ahli adalah beribu-ribu lagi matahari lain di dalam ruang angkasa luar itu.
Dan tidaklah dapat dihitung berapa banyak keajaiban memenuhi alam.
Maka, apabila telah kita bandingkan seluruh kejadian itu dengan kelahiran Nabi Isa, dari seorang anak dara yang suci bersih, atau kelahiran Yahya Pembaptis dari Elizabeth yang mandul tidaklah ada bandingannya sama sekali. Kelahiran al-Masih dari anak dara suci, dan Yahya dari Elizabeth yang mandul, itu adalah hal yang mudah saja bagi Allah, dan tidaklah mustahil pada akal bahwa ada seorang manusia lahir ke dunia, tidak karena hubungan suami dan istrinya. Kalau kejadian yang demikian itu tidaklah patut kalau barang yang Dia jadikan itu yang kita sembah dan kita tuhankan, melainkan Maha Pencipta itu sajalah yang harus kita puja dan kita melindungkan diri kepada-Nya.
Pada bulan April 1956 telah kejadian suatu hal yang lebih ajaib lagi daripada keajaiban tentang kelahiran Isa al-Masih dari kandungan Maryam yang suci. Istri dari seorang supir truk yang bernama Sanusi tinggal di Kampung Kidul Cianjur, telah melahirkan seorang anak perempuan. Setelah anak itu lahir, kelihatanlah satu hal yang ajaib pada dirinya, yaitu perutnya gembung seperti orang mengandung. Oleh karena hal itu amat menarik perhatian dokter, setelah usia anak itu tiga bulan, dilakukanlah pembedahan pada perutnya dan yang membedah ialah seorang dokter bangsa Belanda bernama Dr. H.G.R. Held, di Rumah Sakit Ludwina, di Bunut Sukabumi, yaitu sebuah rumah sakit Kristen. Apa yang terdapat dalam perut anak umur 3 bulan itu? Ialah seorang anak, yang telah ada kaki dan tangannya!
Siapakah ayah anak yang dalam kandungan budak usia 3 bulan itu? Kalau Nabi Isa dijadikan Tuhan, atau disebut anak Allah karena dia dilahirkan oleh seorang anak perawan suci, mengapa anak yang dalam kandungan budak kecil usia 3 bulan itu tidak disebut anak Allah pula. Dan berapakah lagi agaknya keajaiban lain di luar dari kemampuan manusia buat memikirkannya, yang terjadi dalam alam ini? Kepada siapakah rasa kagum, ajaib, heran, dan pujaan harus kita berikan? Apakah kepada kejadian itu sendiri, atau kepada Maha Pencipta Yang Mahakuasa berbuat sehendak-Nya di luar kemampuan akal manusia?
Lantaran itu yang sebaiknya janganlah kita ghuluw, berlebih-lebihan dalam menegakkan agama, sampai Utusan Allah yang bernama Isa al-Masih kita jadikan Tuhan, atau kita anggap sebagai Allah yang menjelma datang ke dunia ini dengan melalui tubuh seorang anak perempuan bernama Maryam, sehingga betapa pun hendak dicarikan tafsirnya, teranglah bahwa selama Allah itu dalam kandungan Maryam, Dia-Nya telah diperkecil oleh kepercayaan yang murat-marit itu, dan kepercayaan yang carut-marut itu. Apatah lagi setelah dia lahir, dia menjelma menjadi Isa, dan Isa itu ialah dirinya sendiri, tetapi anaknya. Tinggalkanlah kepercayaan yang kacau ini, dan cukuplah Allah saja tempat berlindung, sebab baik matahari, atau Isa al-Masih, atau anak yang dikeluarkan oleh seorang dokter Kristen di rumah sakit Kristen di Sukabumi, dari perut seorang budak perempuan usia 3 bulan, semuanya itu adalah makhluk Allah.
Ayat 172
“Sekali-kali tidaklah akan merasa malu al-Masih itu bahwa dia menjadi hamba dari Allah."
Bahkan di antara rasul-rasul Allah, dipujikan dia oleh Nabi Muhammad ﷺ sebagai seorang hamba Allah yang saleh, dan kesalehan ketakwaan dan khusyu beliau itu dapat juga kita baca dalam catatan-catatan pengarang Injil yang datang kemudian itu, Matius, Markus, Lukas, dan Yohannes. Kesalehan beliaulah yang menarik hati pengikutnya di waktu hidupnya, tetapi menyesatkan yang sesat sesudah matinya sehingga menuhankannya. “Dan tidak pula malaikat-malaikatyang telah dihampirkan (oleh Allah)" Malaikat-malaikat itu pun sebagaimana Isa al-Masih juga, tidaklah merasa malu atau segan-segan berbuat bakti dan khusyu kepada Allah, meskipun kedudukan mereka pada pandangan Allah sudah didekatkan kepada Allah. “Dan barangsiapa yang merasa malu daripada beribadah kepada-Nya, lagi menyombongTimbul rasa segan-segan atau malu menyembah Allah diikuti lagi oleh kesombongan karena merasa diri telah tinggi, dan kadang-kadang merasa bahwa orang yang masih beribadah kepada Allah itu ialah orang yang telah kolot, yang kelam pikiran karena tidak terpelajar, dan sebagainya,
“Maka Dia akan mengumpulkan mereka kepada-Nya, sekaliannya"
Bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dan beribadah, bersama-sama dengan rasul-rasul dan nabi-nabi, bersama dengan malaikat-malaikatyang telah didekatkan Allah martabat mereka kepada-Nya, orang-orang yang segan, malu, dan sombong beribadah kepada Allah itu akan sama dikumpulkan oleh Allah. Di sanalah mereka akan mengerti sendiri betapa hina diri mereka, tersisih. Karena kesombongan itu sendirilah yang menyisihkan mereka.
Ayat 173
“Maka ada pun orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh-saleh, maka Dia akan menyempurnakan bagi mereka ganjaran-ganjaran mereka."
Artinya, iman mereka dan amal saleh mereka, dan akan Dia tambah pula untuk mereka dari kurnia-Nya, akan dihargai, sesuai dengan tingkat yang telah mereka capai, tidak berkurang walaupun sedikit. Setelah selesai menerima ganjaran iman dan amal itu menurut yang semestinya, Allah pun menambahinya lagi dengan kurnia. Seumpama seorang yang telah bekerja keras mengerjakan suatu pekerjaan yang diupahkan orang sampai selesai. Segera sehari selesainya itu diterimanya upah yang telah dijanjikan, dan setelah selesai upah itu diterimanya, yang empunya barang menambah lagi dengan hadiah lain sebagai penghargaan tadi, yang dikenal dengan bahasa orang asing dengan kata Premie. Yang di dalam ayat-ayat sendiri tersebut kadang-kadang suatu kebajikan diganjari 10 kali lipat, dan dalam ayat lain ditegaskan 700 kali lipat. (Lihat kembali tafsir lipat 700 itu dalam surah al-Baqarah ayat 261)
“Dan ada pun orang yang merasa malu dan bersombong diri, maka Dia akan mengadzab mereka dengan suatu adzab yang pedih." Adzab yang pedihlah yang akan mereka rasakan sesuai dengan Sunnatullah terhadap orang yang tidak tahu diri; merasa diri tinggi padahal rendah, merasa diri tuan, padahal budak, awak makhluk hendak mengambil hak Khaliq, awak lemah dan hidup hanya karena belas kasihan Allah, lalu menyombong kepada Allah. Di akhirat temuilah siksaan yang pedih. Maka dalam ayat ini kita mendapati, bahwa Allah memberikan ganjaran kepada orang yang berbuat baik dengan ganjaran yang adil, ditambah dengan kurnia berlipat ganda. Ada pun kepada yang bersalah diberi ganjaran yang adil saja yang setimpal.
Ayat 173
“Dan tidaklah mereka akan mendapat untuk mereka siapa pun pelindung, selain daripada Allah, dan tidak pula seorang penolong pun."
Di akhirat itu akan ternyatalah bahwa pelindung yang lain tidak akan ada, penolong pun tidak. Siapa yang akan melindungi dan menolong? Padahal yang lain itu adalah hamba Allah belaka? Maka selalulah ayat seperti ini menjadi peringatan bagi kita manusia untuk di kala hidup ini. Kalau akan demikian halnya di hari nanti, mengapa tidak dari sekarang saja kita mendekati Allah dan memohonkan perlindungan langsung kepada-Nya dan memohonkan supaya Dia menolong kita? Kesulitan perasaan di akhirat karena tidak ada pelindung dan penolong, hanya dapat diatasi di waktu hidup kita yang sekarang ini dengan menghambakan diri kepada-Nya, beribadah, dan tekun, hati terbuka dan tidak sombong, Moga-moga kita diselamatkan-Nya, itu mereka disebutkan Ahlui Kitab. Orang musyrikin pun telah dibukakan kesalahan berpikir mereka karena menyembah berhala, orang munafik pun telah dikupas rahasia penyakit batin mereka. Dan semuanya itu adalah manusia belaka, hamba Allah belaka, dan berasal dari satu keturunan.