Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَشۡتَرُونَ
(mereka) membeli/menukar
بِعَهۡدِ
dengan janji
ٱللَّهِ
Allah
وَأَيۡمَٰنِهِمۡ
dan sumpah mereka
ثَمَنٗا
harga
قَلِيلًا
sedikit
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
لَا
tidak
خَلَٰقَ
mendapat bagian
لَهُمۡ
bagi mereka
فِي
di
ٱلۡأٓخِرَةِ
akhirat
وَلَا
dan tidak
يُكَلِّمُهُمُ
berbicara dengan mereka
ٱللَّهُ
Allah
وَلَا
dan tidak
يَنظُرُ
Dia melihat
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
وَلَا
dan tidak
يُزَكِّيهِمۡ
Dia mensucikan mereka
وَلَهُمۡ
dan bagi mereka
عَذَابٌ
azab/siksa
أَلِيمٞ
pedih
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَشۡتَرُونَ
(mereka) membeli/menukar
بِعَهۡدِ
dengan janji
ٱللَّهِ
Allah
وَأَيۡمَٰنِهِمۡ
dan sumpah mereka
ثَمَنٗا
harga
قَلِيلًا
sedikit
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
لَا
tidak
خَلَٰقَ
mendapat bagian
لَهُمۡ
bagi mereka
فِي
di
ٱلۡأٓخِرَةِ
akhirat
وَلَا
dan tidak
يُكَلِّمُهُمُ
berbicara dengan mereka
ٱللَّهُ
Allah
وَلَا
dan tidak
يَنظُرُ
Dia melihat
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
يَوۡمَ
pada hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
وَلَا
dan tidak
يُزَكِّيهِمۡ
Dia mensucikan mereka
وَلَهُمۡ
dan bagi mereka
عَذَابٌ
azab/siksa
أَلِيمٞ
pedih
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
Tafsir
Ayat ini diturunkan kepada orang-orang Yahudi setelah mereka mengganti sifat-sifat Nabi dan janji-janji Allah atas mereka di dalam Taurat dan Kitab yang sebelumnya. Dan mereka mengganti pula hukum orang yang bersumpah dusta dalam hal tuntutan atas jual beli barang dagangan. (Sesungguhnya orang-orang yang membeli) menukar (janji Allah) untuk beriman kepada Nabi dan menepati amanat (dan sumpah-sumpah mereka) terhadap Allah dengan berhohong (dengan harga yang sedikit) berupa harta dunia (mereka itu tidak beroleh bagian) pahala (di akhirat dan Allah tidak akan berbicara dengan mereka) disebabkan murka kepada mereka (dan tidak akan melihat kepada mereka) artinya tidak akan mengasihi mereka (pada hari kiamat dan tidak akan membersihkan) menyucikan mereka (dan bagi mereka siksa yang pedih) yang menyakitkan.
Tafsir Surat Ali-'Imran: 77
Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak akan mendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
Ayat 77
Allah ﷻ berfirman bahwa sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan apa yang telah mereka janjikan kepada Allah yaitu akan mengikuti Nabi Muhammad ﷺ dan menceritakan sifat-sifatnya kepada orang banyak serta menjelaskan perkaranya, dan memperjualbelikan sumpah-sumpah mereka (yang pada hakikatnya adalah sumpah dusta lagi berdosa) dengan harga murah yang tak ada artinya. Yang dimaksud dengan harga murah adalah harta benda dalam kehidupan dunia yang fana ini yang pasti akan lenyap.
“Mereka itu tidak akan mendapat bagian (pahala) di akhirat.” (Ali Imran: 77). Maksudnya, tiada suatu pahala pun yang mereka peroleh kelak di akhirat; dan akhirat adalah bukanlah milik mereka, mereka tidak akan mendapat bagian sama sekali.
“Dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat.” (Ali Imran: 77)
Yakni tidak mau melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka. Dengan kata lain, Allah tidak akan berbicara dengan mereka secara lemah-lembut dan tidak akan memandang mereka dengan pandangan yang mengandung rahmat.
“Dan tidak (pula) akan menyucikan mereka.” (Ali Imran: 77)
Yaitu dari dosa-dosa dan kotoran-kotoran mereka, bahkan Allah memerintahkan agar mereka dicampakkan ke dalam neraka.
“Bagi mereka azab yang pedih.” (Ali Imran: 77)
Sehubungan dengan hal ini, banyak hadits yang berkaitan dengan ayat ini akan kami kemukakan sebagian darinya yang mudah didapat.
Hadits pertama, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa Ali ibnu Mudrik pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar hadits berikut dari Abu Zur'ah, dari Kharsyah ibnul Hur, dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Ada tiga macam orang yang Allah tidak akan berbicara dengan mereka, tidak akan melihat kepada mereka, dan tidak pula akan menyucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih." Aku (Abu Dzar) bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Alangkah kecewa dan meruginya mereka.” Rasulullah ﷺ mengulangi sabdanya itu sebanyak tiga kali, lalu bersabda, "Yaitu orang yang memanjangkan kainnya (hingga ke tanah), orang yang melakukan dagangannya dengan sumpah dusta, dan orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya."
Imam Muslim dan ahlus sunan meriwayatkannya pula melalui hadits Syu'bah dengan lafal yang sama.
Jalur lain menurut riwayat Imam Ahmad; disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Al-Jariri, dari Abul Ala ibnusy Syikhkhir, dari Abul Ahmas yang mengatakan bahwa ia pernah bertemu dengan Abu Dzar, lalu ia bertanya kepadanya, "Telah sampai kepadaku suatu berita bahwa engkau pernah menceritakan sebuah hadits dari Rasulullah ﷺ." Abu Dzar menjawab, "Ingatlah, sesungguhnya aku tidak akan berdusta terhadap Rasulullah ﷺ sesudah aku mendengar darinya. Maka hadits apakah yang telah sampai kepadamu dariku?" Aku (Abul Ahmas) menjawab, "Telah sampai kepadaku bahwa engkau pernah mengatakan, ada tiga macam orang yang dicintai oleh Allah dan ada tiga macam orang yang dibenci oleh-Nya." Abu Dzar menjawab, "Aku memang mengatakannya setelah mendengarnya (dari Rasulullah ﷺ)." Aku bertanya, "Siapakah mereka yang disukai oleh Allah itu?" Abu Dzar menjawab, "Pertama, seorang lelaki yang maju menghadapi musuhnya untuk memberi jalan bagi teman-teman sepasukannya dengan menjadikan dirinya sebagai poros penghalang pasukan musuh, hingga ia gugur atau dapat membuka kemenangan bagi teman-teman sepasukannya. Kedua, suatu kaum yang melakukan perjalanannya dalam waktu yang lama hingga ingin sekali mereka menyentuh tanah, akhirnya mereka turun istirahat, kemudian seseorang dari mereka menjauh dari teman-temannya dan melakukan shalat seraya menunggu waktu keberangkatan selanjutnya, lalu membangunkan mereka. Ketiga, seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang selalu menyakiti (mengganggu)nya, tetapi ia bersikap sabar terhadap gangguannya hingga keduanya dipisahkan oleh mati atau pindah tempat." Aku bertanya, "Siapakah mereka yang dibenci oleh Allah?" Abu Dzar menjawab, "Pedagang yang suka bersumpah penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang sombong, dan orang kikir yang suka menyebut-nyebut pemberiannya." Dari segi ini hadits ini dinilai gharib (aneh).
Hadits kedua, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Jarir ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Addi ibnu Addi, telah menceritakan kepadaku Raja ibnu Haiwah dan Al-Urs ibnu Umairah, dari ayahnya (yaitu Addi alias Ibnu Umairah Al-Kindi) yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki dari Kindah yang dikenal dengan nama Imru-ul Qais ibnu Amir bersengketa dengan seorang lelaki dari Hadramaut di hadapan Rasulullah ﷺ mengenai sebidang tanah. Akhirnya Rasulullah ﷺ memutuskan terhadap orang Hadramaut itu untuk mengemukakan bukti, padahal ia tidak mempunyai bukti, dan beliau ﷺ memutuskan terhadap Umru-ul Qais untuk bersumpah. Maka orang Hadramaut itu berkata, "Wahai Rasulullah, engkau telah memberinya kesempatan kepadanya dengan melalui sumpah. Demi Tuhan Ka'bah, lenyaplah tanahku." Maka Nabi ﷺ bersabda: “Barang siapa yang bersumpah dengan sumpah dusta untuk mengambil harta orang lain dengan melalui sumpahnya itu, niscaya dia akan berjumpa dengan Allah ﷻ sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya.” Raja mengatakan bahwa setelah itu Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah.” (Ali Imran: 77) Maka Umru-ul Qais bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang akan diperoleh bagi orang yang membiarkannya (merelakan tanah itu)!" Rasulullah ﷺ menjawab, "Surga." Lalu Umru-ul Qais berkata, "Maka saksikanlah bahwa aku merelakan tanah itu untuk dia semua."
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam An-Nasai melalui hadits Addi ibnu Addi dengan lafal yang sama.
Hadits ketiga, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Barang siapa yang melakukan suatu sumpah, sedangkan dalam sumpahnya itu ia berdusta demi mengambil (merampas) sejumlah harta milik orang muslim, niscaya ia berjumpa dengan Allah ﷻ nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya.”
Kemudian Al-Asy'as berkata bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi berkenaan dengan dirinya. Dahulu pernah antara dia dan seorang Yahudi suatu persengketaan mengenai sebidang tanah, lalu orang Yahudi itu mengklaim tanahnya, lalu ia ajukan perkaranya kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ bertanya (kepada Asy'as), "Apakah engkau mempunyai bukti?" Aku (Asy'as) menjawab, "Tidak." Kemudian beliau ﷺ bersabda kepada orang Yahudi, "Bersumpahlah kamu." Maka aku (Asy'as) berkata, "Kalau demikian dia pasti bersumpah dan lenyaplah hartaku." Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah.” (Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan melalui hadits Al-A'masy.
Jalur lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari ‘Ashim ibnu Abun Nujud, dari Syaqiq ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Barang siapa yang merampas harta seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan, maka dia akan menjumpai Allah nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya.” Imam Ahmad melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu datanglah Al-Asy'as ibnu Qais, lalu berkata, "Apakah yang telah diceritakan Abu Abdur Rahman kepada kalian?" Maka kami menceritakan hadits ini kepadanya, lalu ia berkata, "Sesungguhnya hadits ini berkenaan dengan peristiwa yang aku alami." Al-Asy'as menceritakan bahwa ia pernah bersengketa dengan anak lelaki pamannya mengenai sebuah sumur di hadapan Rasulullah ﷺ. Sumur itu adalah miliknya, tetapi anak pamannya mengklaimnya. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Tunjukkanlah buktimu bahwa itu adalah sumurmu. Jika tidak, maka yang didengar adalah sumpahnya." Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai bukti; jika engkau jadikan sumurku ini bergantung kepada sumpahnya, niscaya akan lenyaplah sumurku. Sesungguhnya lawanku ini adalah seorang yang dusta." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang merampas harta seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan, niscaya ia akan menjumpai Allah ﷻ nanti, sedangkan Allah dalam keadaan murka terhadapnya.” Al-Asy'as melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah ﷺ membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah.” (Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.
Hadits keempat, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Rasyidin, dari Zaban, dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang Dia tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat nanti, dan tidak akan menyucikan mereka serta tidak akan melihat kepada mereka.” Ketika ditanyakan kepada beliau, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?" Maka beliau ﷺ menjawab melalui sabdanya: “Orang yang berlepas diri (melalui sumpahnya) dari kedua orang tuanya karena benci terhadap keduanya; orang yang berlepas diri dari anaknya; dan seorang lelaki yang pernah diberi kenikmatan oleh suatu kaum, lalu ia mengingkari nikmat mereka dan berlepas diri dari mereka.”
Hadits kelima, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awwam (yakni Ibnu Hausyab), dari Ibrahim ibnu Abdur Rahman (yakni As-Saksiki), dari Abdullah ibnu Abu Aufa, bahwa ada seorang lelaki menggelar barang dagangannya di pasar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa dirinya belum pernah menjual barangnya semurah ini, dengan tujuan untuk menjebak seorang lelaki dari kalangan kaum muslim agar membelinya. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah.” (Ali Imran: 77), hingga akhir ayat.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits ini melalui berbagai jalur dari Al-Awwam.
Hadits keenam, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Ada tiga macam orang yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka di hari kiamat, dan tidak akan melihat kepada mereka serta tidak akan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih. (Yaitu) seorang lelaki yang melarang ibnu sabil (musafir) memperoleh air berlebih yang ada padanya, seorang lelaki yang bersumpah dusta demi laku jualannya sesudah Asar, dan seorang lelaki yang mengucapkan baiat (janji setia) kepada seorang imam; tetapi jika imam memberinya, maka ia menunaikan kesetiaannya; dan jika imam tidak memberinya, maka ia tidak menunaikan kesetiaannya.”
Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi meriwayatkan melalui hadits Waki', dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Ayat ini mengancam kepada siapa saja yang berkhianat, dan menukarnya dengan hal-hal yang bersifat duniawi yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan atau menukar janji yang dikuatkan dengan nama Allah untuk ditepati, dan sumpah-sumpah mereka dengan hal-hal yang bersifat duniawi; itu sama saja mereka menukarnya dengan harga murah atau nilai yang rendah dibanding balasan yang kelak diterimanya di akhirat jika mereka jujur, mereka justru tidak memperoleh bagian sama sekali di akhirat. Bukan itu saja, Allah juga tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan atau mengampuni dosa-dosa mereka. Bagi mereka azab yang pedih di neraka, dan mereka kekal di dalamnya Ayat ini bahkan secara khusus menerangkan perilaku buruk kaum Yahudi, terutama tokoh-tokohnya. Sungguh, di antara mereka ada segolongan, di antaranya ada tokoh-tokoh agama, yang memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab Taurat, yakni dengan cara menyembunyikan informasi yang benar, mengubah maksud yang sebenarnya, atau menggantinya dengan redaksi lain lalu membacanya layaknya mereka membaca Taurat, agar kalian menyangka yang mereka baca itu benarbenar sebagian dari Kitab Taurat, padahal itu bukan dari Kitab Taurat, tetapi rekayasa semata. Dan untuk menguatkan kebohongannya mereka berkata, Itu dari Allah, padahal itu bukan dari Allah. Mereka benarbenar tidak punya rasa malu bahkan berani mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui secara pasti kalau hal itu dusta. Ayat ini juga menjadi bukti adanya tahrif (perubahan) dalam kitab Taurat.
Mengenai sabab nuzul ayat ini dijelaskan dalam hadis diriwayatkan oleh al-Bukhari dan ahli-ahli hadis yang lain bahwa al-Asy'ats bin Qais berkata, "Aku mempunyai perjanjian sewa tanah dengan seorang Yahudi lalu dia mengingkarinya. Sebab itu aku mengajukannya kepada Rasulullah ﷺ" Kemudian Rasulullah bersabda, "Apakah engkau mempunyai bukti?" Aku berkata, "Tidak." Sesudah itu Rasulullah berkata kepada Yahudi itu, "Bersumpahlah." Lalu aku berkata, "Hai Rasulullah! Kalau begitu, ia akan bersumpah. (Dan kalau bersumpah) maka akan lenyaplah hartaku." Maka Allah menurunkan ayat ini.
Dalam ayat ini dijelaskan berbagai akibat yang akan diderita oleh orang yang mengingkari janji Allah dan melanggar sumpah dengan harga atau imbalan yang murah.
Yang dimaksud dengan "janji Allah" dalam ayat ini ialah perintah Allah dan larangan-Nya yang disampaikan dengan perantaraan rasul yang disebutkan dalam kitab-kitab-Nya. Seperti berlaku benar, memenuhi janji yang telah dibuat, menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, menyembah Allah dengan tidak mempersekutukan-Nya, dan bertakwa kepada-Nya dalam semua urusan. Yang dimaksud dengan sumpah mereka ialah ikrar yang telah mereka ucapkan bahwa mereka akan selalu mengikuti kebenaran.
Yang dimaksud dengan "menukar janji Allah dengan harga yang sedikit" (murah) ialah mengingkari janji Allah dengan perbuatan duniawi yang dipandang lebih baik. Segala macam pengingkaran ini dipandang rendah atau tak bernilai sama sekali dibandingkan dengan nikmat yang akan diperoleh bila memenuhi janji Allah.
Adapun akibat yang akan diderita oleh mereka yang berani menukar janji Allah dengan nikmat dunia, ialah mereka tidak akan mendapat balasan sedikit pun berupa nikmat di akhirat yang berlimpah-limpah. Mereka tidak akan mendapat perhatian dari Allah pada hari kiamat, juga mereka tidak akan mendapat pengampunan dosa sedikit pun.
Menurut keterangan al-Qaffal bahwa yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka", ialah gambaran dari kemarahan Allah yang memuncak terhadap mereka. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Allah mengancam dengan keras orang yang merusak perjanjian dan mengingkari janji. Mereka tidak akan memperoleh pahala di akhirat, mereka akan menderita siksaan yang pedih, mereka dibenci Allah dan tidak mendapat belas kasih-Nya lagi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
HARGA JANJI DAN SUMPAH
Ayat 77
“Sesungguhnya, orang-orang yang memberi dengan mempergunakan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka akan harga yang sedikit, itulah orang-orang yang tidak akan ada bagian bagi mereka di akhirat."
Artinya ialah menerangkan orang-orang yang mudah saja mempergunakan janji di atas nama Allah dan mudah saja mengucapkan sumpah-sumpah untuk membeli harta yang nilainya sedikit. Mudah dan lancang saja me-nyebut nama Allah dan mudah dan lancang menyebut sumpah. Padahal harta yang hendak dipunyai hanya sedikit, baik ketika membeli maupun ketika mengikat janji yang lain. Walaupun kekayaan yang diharapkan itu sebesar gunung emas, tetapi nilainya masihlah sedikit jika dibandingkan dengan harga nama Allah yang dibuat janji atau dibuat sumpah. Karena, liciknya bersumpah dan pandainya menyusun kata, mungkin dia mendapat keuntungan, tetapi keuntungan itu hanyalah sedikit sebab hanya akan didapatnya di dunia saja. Dan, di akhirat, orang yang semacam itu tidak akan mendapat bagian sedikit jua pun. Di manakah perbandingannya di antara gunung emas di dunia dengan surga di akhirat? Apakah artinya kekayaan tidak halal, yang diambil karena hanya pandai menyebar sumpah, dengan gejolak api neraka?
Apabila janji dengan Allah sudah per-mudah-mudah dengan mengucapkan sumpah, yang kemudian ternyata bahwa sumpah atau janji itu tidak jujur, hanya semata-mata karena mengharapkan nilai yang sedikit, tandanya masyarakat manusia akan mulai runtuh. Nama Allah sudah mudah saja dalam pasaran dan janji dibuat karena hendak dimungkiri. Kepercayaan diri tidak ada lagi, orang tidak lagi percaya-memercayai. Sangatlah murka Allah kepada orang yang melakukan ini sebab dia telah merusak dalam dunia. Padahal kehidupan manusia itu selain dari menegakkan percaya kepada Allah, hendaklah pula menegakkan pula percaya-memercayai kepada sesama manusia. Kalau amanah tidak ada lagi, karena dusta telah dikuatkan dengan sumpah, kerusakanlah yang akan timbul dalam dunia. Sebab itu, Allah sangat murka. Dalam tahap pertama, Allah memperingatkan bahwa orang itu tidak akan mendapat bahagia di akhirat.
Dan, sambungan ayat berkata, “Dan tidaklah Allah akan bercakap-cakap dengan mereka dan tidaklah Dia akan memandang kepada mereka di Hari Kiamat." Inilah dua siksaan yang amat hebat di akhirat. Orang yang luhur budinya akan merasai betapa hebat bekas ancaman Allah ini ke dalam hati. Apa lagi arti diri kalau Allah tidak mau lagi mengajak kita bercakap? Usahkan bercakap, menoleh siapa pun Allah tidak suka. Sebab, orang ini adalah seorang yang kotor tadinya; karena hendak mencari sedikit, dia mempermudah janji Allah dan mengucapkan sumpah, tidak dihargainya orang lain, lagi tamaka dan loba."Dan tidaklah Allah akan membersihkan mereka," karena jasmani dan ruhani mereka telah mereka kotori sendiri dengan mempermudah-mudah nama Allah dan memandang enteng masyarakat pergaulan hidup.
“Dan bagi mereka siksa yang pedih."
Pikirkanlah ini. Ambil kiasnya kepada hidup di dunia. Kalau seorang pembesar negara tidak pernah lagi ditegur sapa oleh atasannya, adalah itu dipandangnya suatu siksaan batin yang sukar diatasi. Ada menteri yang membunuh diri karena rajanya tidak memandang kepadanya ketika berhadapan. Tidak ada sakit yang lebih sakit dari itu.
Berzina, meminum-minuman yang memabukkan, berjudi, mendurhaka kepada dua orang ibu-bapak, dan sebagainya dihitung sebagai kabair, yaitu dosa-dosa besar. Tapi tidak ada satu di antara dosa besar itu yang mendapat ancaman sekeras orang memungkiri janji dan mempermudah sumpah ini; sampai tidak akan ditegur sapa oleh Tuhan, sampai tidak akan dipandang sebelah mata, sampai dibiarkan tinggal kotor.