Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَآ
dan tidak
أَرۡسَلۡنَا
Kami mengutus
مِن
dari
قَبۡلِكَ
sebelum kamu
مِن
dari
رَّسُولٖ
seorang rasul
وَلَا
dan tidak
نَبِيٍّ
seorang nabi
إِلَّآ
melainkan
إِذَا
apabila
تَمَنَّىٰٓ
dia berangan-angan/membaca
أَلۡقَى
melemparkan/memasukkan
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
فِيٓ
dalam
أُمۡنِيَّتِهِۦ
angan-angan/membaca
فَيَنسَخُ
maka menghapus/menghilangkan
ٱللَّهُ
Allah
مَا
apa yang
يُلۡقِي
dimasukkan
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
ثُمَّ
kemudian
يُحۡكِمُ
menghukumkan/menguatkan
ٱللَّهُ
Allah
ءَايَٰتِهِۦۗ
ayat-ayat-Nya
وَٱللَّهُ
dan Allah
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
حَكِيمٞ
Maha Bijaksana
وَمَآ
dan tidak
أَرۡسَلۡنَا
Kami mengutus
مِن
dari
قَبۡلِكَ
sebelum kamu
مِن
dari
رَّسُولٖ
seorang rasul
وَلَا
dan tidak
نَبِيٍّ
seorang nabi
إِلَّآ
melainkan
إِذَا
apabila
تَمَنَّىٰٓ
dia berangan-angan/membaca
أَلۡقَى
melemparkan/memasukkan
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
فِيٓ
dalam
أُمۡنِيَّتِهِۦ
angan-angan/membaca
فَيَنسَخُ
maka menghapus/menghilangkan
ٱللَّهُ
Allah
مَا
apa yang
يُلۡقِي
dimasukkan
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
ثُمَّ
kemudian
يُحۡكِمُ
menghukumkan/menguatkan
ٱللَّهُ
Allah
ءَايَٰتِهِۦۗ
ayat-ayat-Nya
وَٱللَّهُ
dan Allah
عَلِيمٌ
Maha Mengetahui
حَكِيمٞ
Maha Bijaksana
Terjemahan
Kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Nabi Muhammad), kecuali apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan (godaan-godaan) ke dalam keinginannya itu. Lalu, Allah menghapus apa yang dimasukkan setan itu, kemudian Allah memantapkan ayat-ayat-Nya (dalam hati orang-orang beriman). Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana,
Tafsir
(Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun) rasul adalah seorang nabi yang diperintahkan untuk menyampaikan wahyu (dan tidak pula seorang nabi) yaitu orang yang diberi wahyu akan tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya (melainkan apabila ia membaca) membacakan Al-Qur'an (setan pun, memasukkan godaan-godaan terhadap bacaannya itu) membisikkan apa-apa yang bukan Al-Qur'an dan disukai oleh orang-orang yang ia diutus kepada mereka. Sehubungan dengan hal ini Nabi ﷺ pernah mengatakan setelah beliau membacakan surah An-Najm, yaitu sesudah firman-Nya, "Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata, Uzza dan Manat yang ketiganya..." (Q.S. An-Najm, 19-2O) lalu beliau mengatakan, "Bintang-bintang yang ada di langit yang tinggi itu, sesungguhnya manfaatnya dapat diharapkan". Orang-orang musyrik yang ada di hadapan Nabi ﷺ kala itu merasa gembira mendengarnya. Hal ini dilakukan oleh Nabi ﷺ di hadapan mereka, dan sewaktu Nabi ﷺ membacakan ayat di atas lalu setan meniupkan godaan kepada lisan Nabi ﷺ tanpa ia sadari, sehingga keluarlah perkataan itu dari lisannya. Maka malaikat Jibril memberitahukan kepadanya apa yang telah ditiupkan oleh setan terhadap lisannya itu, lalu Nabi ﷺ merasa berduka cita atas peristiwa itu. Hati Nabi ﷺ menjadi terhibur kembali setelah turunnya ayat berikut ini, ("Allah menghilangkan) membatalkan (apa yang ditiupkan oleh setan itu, dan Dia menguatkan ayat-ayat-Nya) memantapkannya. (Dan Allah Maha Mengetahui) apa yang telah dilancarkan oleh setan tadi (lagi Maha Bijaksana) di dalam memberikan kesempatan kepada setan untuk dapat meniupkan godaannya kepada Nabi ﷺ Dia berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya.
Tafsir Surat Al-Hajj: 52-54
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu ,dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. Sebagian besar ulama tafsir sehubungan dengan ayat-ayat ini mengetengahkan kisah garaniq (bintang-bintang) dan kisah yang menyebutkan bahwa kebanyakan dari kaum muslim yang berhijrah ke negeri Abesenia kembali ke Mekah karena mereka menduga orang-orang musyrik Quraisy telah masuk Islam.
Akan tetapi, kisah tersebut diriwayatkan melalui berbagai jalur yang seluruhnya berpredikat mursal, dan menurut pendapat saya hadis-hadis tersebut tidaklah disandarkan kepada jalur periwayatan yang sahih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ ketika di Mekah membaca surat An-Najm, dan ketika bacaan beliau sampai kepada firman-Nya: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An-Najm: 19-20) Maka setan memasukkan godaannya pada lisan Nabi ﷺ sehingga beliau mengatakan, "Bintang-bintang yang ada di langit yang tinggi itu, sesungguhnya syafaat (pertolongan mereka dalam mendatangkan hujan) benar-benar dapat diharapkan." Akhirnya orang-orang musyrik berkata, "Dia sebelum ini tidak pernah menyebut nama tuhan-tuhan kami dengan sebutan yang baik." Lalu Nabi ﷺ bersujud kepada Allah, maka mereka pun (orang-orang musyrik) ikut bersujud.
Kemudian Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkannya apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hajj: 52) Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Al-Bazzar meriwayatkannya di dalam kitab musnadnya melalui Yusuf ibnu Hammad, dari Umayyah ibnu Khalid, dari Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menurut dugaanku masih diragukan sampainya hadis ini kepada Nabi ﷺ; bahwa Nabi ﷺ membaca surat An-Najm ketika masih di Mekah, sehingga bacaannya sampai pada firman-Nya: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza. (An-Najm: 19), hingga akhir beberapa ayat selanjutnya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan secara muttasil kecuali melalui sanad ini. Orang yang menjadikannya berpredikat muttasil hanyalah Umayyah ibnu Khalid sendiri. Dia orangnya siqah lagi terkenal, dan sesungguhnya dia meriwayatkan hadis ini hanya melalui jalur Al-Kalbi, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas. Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Abul Aliyah dari As-Saddi secara mursal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan Muhammad ibnu Qais secara mursal pula." Qatadah mengatakan bahwa dahulu Nabi ﷺ salat di dekat maqam Ibrahim, lalu beliau mengantuk dan setan memasukkan godaan pada lisannya, sehingga beliau mengatakan, "Sesungguhnya bintang-bintang itu benar-benar syafaat (pertolongan)nya dapat diharapkan, dan sesungguhnya bintang-bintang itu bersama dengan bintang-bintang lainnya di langit yang tertinggi." Lalu orang-orang musyrik menghafal kalimat itu dan setan berperan dengan menyebarkannya, bahwa Nabi ﷺ telah membaca ayat surat An-Najm itu. Sehingga tersebarlah berita itu di kalangan orang-orang musyrik dan menjadi buah bibir mereka.
Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi. (Al-Hajj: 52), hingga akhir ayat Maka Allah menjadikan setan itu terhina melalui ayat ini. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Abu Musa Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq Asy-Syaibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Falih, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa sebelum surat An-Najm diturunkan, orang-orang musyrik berkata, "Seandainya lelaki ini (maksudnya Nabi ﷺ) menyebut nama tuhan-tuhan kami dengan sebutan yang baik, tentulah kami akan mengakui dia dan sahabat-sahabatnya.
Tetapi dia tidak pernah menyebut orang-orang yang berbeda agama dengannya dari kalangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dengan sebutan yang ditujukan kepada tuhan-tuhan kami. Apa yang ia sebutkan tentang tuhan-tuhan kami tiada lain hanyalah caci maki dan keburukan." Pada waktu yang sama Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya mengalami masa kritis akibat gangguan dan tekanan serta pendustaan mereka. Beliau merasa bersedih hati dengan kesesatan mereka, dan beliau mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk.
Ketika Allah ﷻ menurunkan surat An-Najm, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah ﷻ: Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan 'Uzza dan manah yang ketiga, yang paling terakhir (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? (An-Najm: 19-21) Maka saat itu setan menyusupkan kalimat-kalimat yang menyebut tentang berhala-berhala sesembahan mereka saat Nabi ﷺ menyebutkan nama Allah. Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) itu memiliki garaniq (bintang-bintang) yang ada di langit yang tinggi, dan sesungguhnya syafaat (pertolongan) mereka benar-benar dapat diharapkan." Padahal kalimat tersebut bersumber dari godaan setan dan bisikannya, sehingga kedua kalimat tersebut menarik simpati setiap orang musyrik di Mekah. Lalu kalimat tersebut menjadi buah bibir mereka, dan mereka meyambutnya dengan gembira seraya mengatakan.Sesungguhnya Muhammad telah kembali kepada agamanya yang semula, yaitu agama kaumnya." Setelah bacaan Rasulullah ﷺ sampai di akhir surat An-Najm, maka beliau sujud, lalu sujud pula semua orang yang ada bersamanya dari kalangan orang muslim atau orang musyrik.
Hanya Al-Walid ibnul Mugirah karena tubuhnya yang sangat besar tidak dapat melakukannya; ia hanya mengambil segenggam pasir, lalu menaruhnya pada keningnya. Kedua golongan (dari kalangan kaum muslim dan kaum musyrik) masing-masing merasa heran dengan sujud yang dilakukan golongannya yang mengikuti sujud Rasulullah ﷺ Sedangkan kaum muslim merasa heran karena melihat orang-orang musyrik ikut sujud bersama mereka tanpa iman dan keyakinan. Kaum muslim saat itu tidak mendengar apa yang dimasukkan oleh setan ke dalam pendengaran kaum musyrik yang membuat kaum musyrik merasa tenang dengannya.
Setan telah membisikkan pada pendengaran mereka melalui sabda Rasulullah ﷺ yang membicarakan hal tersebut kepada mereka, bahwa Rasulullah ﷺ telah menyebut-nyebut nama tuhan-tuhan mereka di dalam Al-Qur'annya, maka mereka bersujud mengagungkan tuhan-tuhan mereka. Kalimat tersebut tersiar di kalangan kaum musyrik dan dibantu ketenarannya oleh peran setan, sehingga berita tersebut sampai ke tanah Abesenia dan kaum muslim yang berhijrah di sana, yaitu Usman ibnu Maz'un dan kawan-kawannya. Akhirnya kaum muslim di negeri Abesenia memperbincangkan bahwa penduduk Mekah telah masuk Islam semuanya, dan mereka mau salat bersama Rasulullah ﷺ Telah sampai pula kepada mereka berita tentang sujud yang dilakukan oleh Al-Walid ibnul Mugirah pada pasir yang diambil oleh tangannya.
Tersiarlah pula di kalangan mereka suatu berita yang mengatakan bahwa kaum muslim di Mekah telah aman, karena itulah maka mereka segera kembali ke Mekah. Akan tetapi, Allah telah menghapuskan apa yang dimasukkan oleh setan, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya serta memeliharanya dari kedustaan orang-orang musyrik. Allah ﷻ berfirman: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 52-53) Setelah Allah menjelaskan Ketetapan-Nya dan membersihkan diri-Nya dari hasutan setan, maka orang-orang musyrik kembali kepada kesesatan mereka dan memusuhi kaum muslim serta bersikap keras terhadap kaum muslim.
Hadis ini pun berpredikat mursal. Di dalam tafsir Ibnu Jarir disebutkan sebuah riwayat dari Az-Zuhri, dari Abu Bakar ibnu Abdur Rahman ibnul Haris ibnu Hisyam dengan konteks yang semisal. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah telah meriwayatkannya, tetapi hanya sampai pada Musa ibnu Uqbah, yang hal ini ia kemukakan dalam kitab Magazi-nya dengan lafaz yang semisal.
Al-Baihaqi mengatakan, "Kami telah meriwayatkan pula kisah ini melalui Abu Ishaq." Menurut saya, kisah ini telah disebutkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab Sirah-nya dengan kalimat-kalimat yang semisal, semuanya berpredikat mursal dan munqati'. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Bagawi di dalam kitab tafsirnya telah menyebutkannya di dalam kumpulan dari perkataan Ibnu Abbas dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi serta lain-lainnya dengan lafaz yang semisal.
Kemudian dalam pembahasan ini ia mengajukan suatu pertanyaan yang mengatakan, "Mengapa hal seperti ini terjadi, padahal Rasulullah ﷺ telah dijamin oleh Allah terpelihara dari segala kesalahan?" Selanjutnya Al-Bagawi mengemukakan beberapa jawaban yang ia petik dari pendapat orang-orang lain. Di antaranya dan yang paling terbaik ialah bahwa setan membisikkan kalimat tersebut ke dalam pendengaran kaum musyrik, sehingga mereka menduga bahwa kalimat-kalimat tersebut bersumber dari Rasulullah ﷺ Padahal kenyataannya tidaklah demikian, melainkan dari ulah setan dan perbuatannya bukan dari Rasulullah ﷺ Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah berbagai macam jawaban dari mereka yang mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan masalah ini, dengan anggapan bahwa hadis ini memang sahih.
Al-Qadi Iyad rahimahullah menyinggung masalah ini dalam kitab Asy-Syifa-nya dan mengemukakan jawabannya yang mengatakan bahwa memang keadaan hadis ini sahih mengingat telah terbukti kesahihannya. //Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani mempunyai risalah khusus yang membahas tentang palsunya kisah Al-Gharaniq ini, dalam kitabnya: Nasbul Mazaniq li Abatil Qishash Al Gharaniq. Ebook editor// Firman Allah ﷻ: melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Melalui ayat ini Allah ﷻ menghibur hati Rasul-Nya.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah hatimu gundah karenanya, sesungguhnya hal semisal itu pernah dialami oleh para rasul sebelummu dan juga oleh para nabi. Imam Bukhari mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Apabila ia berbicara, setan memasukkan godaannya ke dalam pembicaraannya, lalu Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu.
dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. (Al-Hajj: 52) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Yakni apabila Nabi ﷺ berbicara, maka setan memasukkan godaan-godaan ke dalam pembicaraannya. Mujahid mengatakan, makna iza-tamanna ialah apabila berbicara. Menurut pendapat yang lain, makna umniyah ialah bacaannya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: kecuali dongengan-dongengan bohong belaka. (Al-Baqarah: 78) Yaitu bisa berucap, tetapi tidak bisa membaca dan menulis. Al-Bagawi mengatakan bahwa kebanyakan ulama tafsir mengatakan tentang makna tamanna, bahwa artinya membaca Kitabullah.
setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. (Al-Hajj: 52) Yang dimaksud dengan umniyatihi ialah bacaannya. Seorang penyair telah mengatakan sehubungan dengan terbunuhnya Khalifah Usman: ... Ia membaca Kitabullah di permulaan malam harinya, sedangkan di akhir malamnya ia menjumpai takdir bagi ajalnya. Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Iza-tamanna" artinya apabila membaca. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini lebih mirip dengan pengertian takwil.
Firman Allah ﷻ: Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu. (Al-Hajj: 52) Menurut pengertian hakiki dari lafaz an-naskh ialah menghilangkan dan menghapuskan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah menghapuskan apa yang dimasukkan oleh setan itu. Ad-Dahhak mengatakan bahwa Jibril menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu dengan seizin Allah, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Firman Allah ﷻ: Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hajj: 52) Artinya, Allah Maha Mengetahui segala urusan dan kejadian, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Dan Allah Mahabijaksana dalam menentukan keputusan-Nya, menciptakan makhluk-Nya, dan perintahNya kepada makhluk-Nya. Di balik semua itu terkandung hikmah yang sempurna dan hujah yang jelas, karena itulah Allah ﷻ berfirman: agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Hajj: 53) Yang dimaksud dengan penyakit ialah keraguan, kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan, seperti sikap orang-orang musyrik yang gembira saat mendengar hal tersebut (penyebutan tuhan-tuhan mereka dalam Al-Qur'an). Mereka menduga bahwa apa yang mereka dengar itu benar dari sisi Allah, padahal kenyataannya adalah dari setan yang menyelewengkannya pada pendengaran mereka.
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Hajj: 53) Mereka adalah orang-orang munafik. Sedangkan yang disebutkan oleh firman-Nya berikut ini: dan yang hatinya kasar. (Al-Hajj: 53) Mereka adalah orang-orang musyrik. Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53) Yakni dalam kesesatan dan pertentangan serta keingkaran. Sedangkan yang dimaksud oleh firman-Nya, "Baid, artinya jauh dari perkara yang hak dan nilai-nilai kebenaran.
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54) Yaitu agar orang-orang yang telah diberi ilmu yang bermanfaat yang dengan ilmunya itu mereka dapat membedakan antara perkara yang hak dengan perkara yang batil, juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka semuanya mengetahui bahwa apa yang Kami wahyukan kepadamu adalah benar dari sisi Tuhanmu.
Dialah yang menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, Dia pula yang memelihara dan menjaganya agar tidak bercampur dengan yang lain, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42) Adapun firman Allah ﷻ: lalu mereka beriman kepadanya. (Al-Hajj: 54) Maksudnya, membenarkan dan mengikutinya. dan tunduk hati mereka kepadanya. (Al-Hajj: 54) Yaitu tunduk dan patuh hati mereka kepadanya.
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Hajj: 54) Yakni memberi petunjuk kepada mereka di dunia dan di akhirat. Di dunia mereka mendapat petunjuk ke jalan yang'hak dan mengikutinya, serta memberi mereka kemampuan menjauhi kebatilan dan menentangnya. Sedangkan di akhirat Allah memberi mereka petunjuk menempuhsirdtal mustaalm yang menghantarkan mereka menaiki tangga-tangga surga dan menjauhkan mereka dari azab yang pedih dan jatuh ke dasar neraka"
Setelah dijelaskan bagaimana orang kafir menantang ayat-ayat Allah, pada ayat ini dijelaskan usaha setan melemahkan ayat-Nya, ketika ayat itu diwahyukan kepada para nabi dan rasul. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun di antara rasul-rasul Allah, dan tidak pula seorang nabi sebelum engkau Muhammad, melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan untuk memberi peringatan kepada orang-orang kafir, mereka segera mengikuti bacaan Nabi dengan tambahan kata-kata yang membenarkan keyakinan mereka melalui usaha setan memasukkan kata-kata sesat ke dalam bacaan itu. Akan tetapi usaha ini tidak akan pernah berhasil. karena Allah segera menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu dengan cepat; dan Allah akan menguatkan ayat-ayat-Nya pada jiwa Rasulullah dengan melindungi beliau dari kemungkinan menyampaikan kata-kata setan. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu, lagi Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya. 53. Allah mengizinkan setan menyisipkan kata-kata sesat ke dalam ayat-ayat-Nya ketika diwahyukan, karena Dia ingin menjadikan kata-kata sesat yang ditimbulkan setan itu sebagai cobaan yang bisa menyesatkan, bagi orang-orang yang lemah iman yaitu bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit kemunafikan dan orang yang berhati keras sehingga tertutup dari cahaya Allah. Dan sungguh orang-orang yang zalim itu, karena meyakini kata-kata setan itu bagian dari wahyu Allah, benar-benar dalam permusuhan terhadap Allah dan Rasul-Nya yang jauh dari kebe-naran.
Dalam ayat ini Allah memperingatkan orang-orang yang beriman akan usaha-usaha yang dilakukan oleh setan; baik setan dalam bentuk jin, maupun setan dalam bentuk manusia untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Di antara usaha-usaha setan itu ialah apabila Rasul membicarakan ayat-ayat Allah, atau menjelaskan dan menyampaikan syariat yang dibawanya kepada para sahabatnya, maka bangunlah setan-setan itu dan berusahalah mereka memasukkan ke dalam hati para pendengar sesuatu tafsiran yang salah, sehingga mereka meyakini bahwa ayat-ayat atau syariat yang disampaikan Rasul itu, bukan berasal dari Allah, tetapi semata-mata ucapan Rasul saja, yang dibuat-buat untuk meyakinkan manusia akan kenabian dan kerasulannya. Ada pula di antara setan-setan itu menyisipkan tafsir yang salah terhadap ayat-ayat itu, sehingga tanpa disadari oleh para pendengar, mereka telah menyimpang dengan tafsir itu sendiri dari maksud ayat yang sebenarnya.
Usaha setan itu tidak saja dilakukan terhadap Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi, tetapi juga telah dilakukannya terhadap agama dan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para rasul. Usaha-usaha setan itu ada yang berhasil. Bila dipelajari dengan sungguh-sungguh sejarah agama yang dibawa para rasul dan sejarah kitab-kitab suci yang diturunkan Allah kepada mereka. Telah banyak dimasukkan oleh setan ke dalam agama-agama itu sesuatu yang dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah. Yang disisipkan itu bukan saja hal yang ringan dan bukan prinsip, tetapi banyak pula yang telah berhasil disisipkan itu sesuatu yang dapat mengubah azas dan pokok agama itu, Allah berfirman:
Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat). (al-Ma`idah/5: 13)
Agama yang diturunkan Allah kepada para rasul terdahulu yang telah banyak dicampuri oleh perbuatan setan, di antaranya ialah agama Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Isa as.
Dalam sejarah kaum Muslimin setelah Rasulullah ﷺ dan para sahabat terdekat meninggal dunia, nampak dengan jelas usaha-usaha untuk merusak dan mengubah agama Islam meskipun usaha untuk mengubah, menambah atau mengurangi ayat-ayat Al-Qur'an tidak berhasil, karena Al-Qur'an dipelihara oleh Allah, tetapi mereka hampir saja berhasil memasukkan hadis-hadis palsu ke dalam kumpulan hadis-hadis Nabi. Di samping itu juga mereka hampir berhasil menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan tafsir atau takwil yang jauh dari makna Al-Qur'an yang dikehendaki.
Di samping usaha-usaha mereka untuk mengubah ayat-ayat suci Al-Qur'an, hadis Nabi dan syariat Islam, mereka juga berusaha untuk merusak hidup dan kehidupan manusia, seperti jika seorang mencita-citakan adanya sesuatu kebaikan pada dirinya, maka ditimbulkanlah oleh setan di dalam diri dan pikiran orang itu pendapat atau keyakinan bahwa cita-cita yang diinginkan itu sulit memperolehnya, sehingga timbul pada diri dan kemauan orang itu rasa takut dan rasa tidak sanggup mencapai cita-cita yang baik itu.
Mengenai Al-Qur'an banyak sekali usaha-usaha untuk meniru-nirunya, memasukkan tafsir dan takwilan yang salah ke dalamnya, memasukkan khurafat-khurafat dan sebagainya, namun semua usaha itu mengalami kegagalan. Hal ini sesuai dengan jaminan Allah tehadap pemeliharaan Al-Qur'an itu, Allah berfirman:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (al-Hijr/15: 9)
Jika diperhatikan sejarah Al-Qur'an, amat banyak cara yang telah dilakukan untuk menjaga otensitas Al-Qur'an itu, di antaranya ialah:
1. Di masa Rasulullah masih hidup, setiap ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan beliau menyuruh menuliskan dan menghafalnya.
2. Tidak lama setelah Rasulullah ﷺ meninggal dunia, seluruh Al-Qur'an telah dapat dikumpulkan dan ditulis pada lembaran-lembaran yang kemudian diikat dan disimpan oleh Abu Bakar, sepeninggal Abu Bakar disimpan oleh Umar, kemudian oleh Hafsah binti Umar. Di masa Usman Al-Qur'an yang ditulis pada lembaran-lembaran itu dibukukan. Al-Qur'an dinamai "Mushaf". Ada lima buah mushaf yang ditulis di masa Usman itu. Dari mushaf yang lima itulah kaum Muslimin di seluruh dunia Islam di masa itu menyalin Al-Qur'an.
3. Mendorong dan menambah semangat orang-orang yang berilmu, agar memperdalam ilmunya. Dengan kemampuan ilmu yang ada, mereka dapat mempertahankan kemurnian Al-Qur'an dari segala macam subhat dan penafsiran yang salah.
4. Sejak masa Nabi ﷺ sampai saat ini, selalu ada orang yang hafal seluruh Al-Qur'an, sehingga sukar dilakukan penyisipan-penyisipan ke dalamnya. Bahkan kesalahan tulisan yang sedikit saja pada ayat-ayat Al-Qur'an telah dapat menimbulkan reaksi yang kuat dari kalangan kaum Muslimin.
Dalam setiap kurun sejarah Islam, selalu ada tokoh-tokoh ulama yang sanggup membela dan mempertahankan ajaran Islam dari serangan yang datang dari luar Islam yang beraneka ragam bentuknya.
Pada saat banyak timbul usaha-usaha pemalsuan hadis pada permulaan abad kedua hijriyah, tampillah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau berusaha mengumpulkan dan membukukan hadis-hadis Nabi ﷺ yang masih berada dalam hafalan para tabi`in, dan sebagian telah dituliskan oleh para sahabat. Beliau memerintahkan para pejabat di daerah-daerah, dan para ulama agar mengumpulkan hadis-hadis Nabi di daerah mereka masing-masing. Di antara para ulama yang menulisnya ialah Imam az-Zuhri. Maka oleh Imam az- Zuhri dikumpulkan hadis-hadis Nabi itu. Sekalipun pada masa itu belum lagi dilakukan penelitian dan pemisahan hadis-hadis mana yang palsu dan mana yang benar-benar berasal dari Nabi, tetapi usaha ini merupakan landasan dan dasar dari usaha-usaha yang akan dilakukan oleh para Imam hadis yang datang kemudian sesudah angkatan az-Zuhri ini, seperti Imam al-Bukhari, Muslim, an-Nasa`i, Abu Daud dan lain-lain. Imam-imam inilah yang melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang telah dikumpulkan di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz itu.
Demikian pula Imam al-Asy'ari telah berhasil mempertahankan kemurnian ajaran Islam dari pengaruh filsafat Yunani yang banyak dipelajari oleh ulama-ulama Islam waktu itu. Kemudian al-Gazali telah berhasil pula mempertahankan ajaran Islam dari pengajaran atau pengaruh yang kuat dari filsafat Neoplatonisme. Ibnu Taimiyah telah membersihkan ajaran Islam dari berbagai khufarat yang menyesatkan.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk segala macam bentuk usaha setan untuk merusak dan merubah ajaran Islam, semua yang terbesit di dalam hati manusia, semua yang nampak dan semua yang tersembunyi. Dengan pengetahuan-Nya itu pula Dia melumpuhkan tipu daya setan yang ingin merusak agama-Nya, kemudian menimpakan pembalasan yang setimpal bagi mereka itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Kewajiban Utusan Allah
Ayat 49
“Katakanlah:" Wahai utusan Kami, kepada manusia tentang tugas dan kewajiban diutus Tuhan ke dunia: “Wahai manusia! Tidak lain, aku int adalah pemberi peringatan yang nyata kepada kamu." (ayat 49).
Dengan ayat ini telah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad akan menyampaikan peringatan itu dengan nyata dan jelas. peringatan adalah memakai dua carat pertama basyiri, yaitu khabar-khabar yang menggembirakan bagi barangsiapa yang tunduk patuh, iman dan menyerah. Menerima apa saja yang dIsampaikan. oleh Allah dengan perantaraan NabiNya, kedua naziri artinya peringatan-peringatan yang mengandung ancaman. Bahwa barangsiapa yang menolak kebenaran, yang kafir, durhaka, menolak kebenaran dan. puncak segala dosa, yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah maka azhab siksaanlab yang akan diterimanya. Peringatan-peringatan ini adalah tegas dan jelas, sampai kepada keadaan dalam neraka, sampai kepada nama-nama tingkat neraka yang akan dimasuki.
Dalam rangka memberi peringatan itu datanglah ayat yang selanjutnya:
Ayat 50
“Maka orang-orang yang beriman dan mengamalkan yang shalih-shalih, untuk mereka adalah ampunan." (pangkal ayat 50). Ini adalah peringatan yang disebut basyir, yaitu berita yang menggembirakan. Pertama beriman, yaitu ada kepercayaan kepada Tuhan. Kedua iman itu dibuktikan oleh amal perbuatan yang shalih-shalih, perbuatan yang baik-baik. Sebab telah nyata bahwa kepercayaan yang baik menyebabkan timbutnya niat yang baik dan Mat yang baik menghasilkan perbuatan yang baik. Apabila seseorang berusaha memupuk imannya, niscaya akan bertambah banyak amalannya yang shalih. Bagi mereka adalah ampunan! Artinya jika terkhilaf, jika dia terlalai yang tidak sengaja sebagai manusia yang lemah, dia akan diberi ampunan oleh Tuhan. Karena imannya kepada Tuhan tidak pernah berubah-ubah dan siang-malam tidak lepas cita-citanya akan berbuat baik. Maka masuklah dafam iman iiap-tiap i'tiqad atau akidah dafam hati yang berkenaan dengan Tuhan, latu diikrarkan dengan lidah, sehingga dapat diketahui orang lain masuk golongan mana dia. Dan masuklah dafam lingkungan amal shalih memenuhi segala kewajiban dan meninggalkan segala yang dilarang. Maka selain daripada dapat ampunan salah dan alga yang bukan jadi sengaja dijanjikan Tuhan pula, “Dan rezeki yang mulia." (ujung ayat 50). Maksud rezeki yang mutia ialah pahala sebagai obat jerih mengerjakan perintah Tuhan, terutama di akhirat itu kelak tidak usah ber-susah payah lagi, bemlandi keringat mencari keperluan hidup. Sebab semua disediakan oleh Allah. Diaertai kebesaran dan kemulIsan.
Itulah peringatan gembira buat yang, beriman.
Adapun keadaan orang yang kafir, diterangkan pula dengan jelas dan nyata:
Ayat 51
“Dan orang-orang yang berusaha terhadap ayat-ayat Kami dafam keadaan menantang." (pangkal ayat 51). Berusaha keras menentang dan menghambat, menolak dan mendustakan. Kadang-kadang mereka tuduh semuanya ini sihir, atau hanya syi'ir nyanyian penyair, atau dangeng-dangeng zaman keno, “Itulah penghuni-penghuni neraka." (ujung ayat 51). Dengan menyebubkan mereka sebagai penghuni dapatlah difahamkan bahwa akan lama sekali mendekam dalam neraka itu. Bukanlah semata-mata orang singgah, melainkan neraka itulah tempat tinggainya.
Halangan Kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi
Ayat 52
“Dan tidaklah Kami mengutus akan seorang pun dari Rasul dan tidak pula seorang Nabi yang sebelum engkau melainkan apabila dia menyatakan keinginan." (pangkal ayat 52). Yang menjadi keinginan dari seorang Rasul atau seorang Nabi ialah agar da'wahnya tersiar, seruannya cepat diterima manusia; “Syaitan pun (mencoba) memasukkan keraguan pada keinginannya itu." Artinya bahwa syaitan selalu berusaha mengganggu bagaimana supaya cita-cita yang dinyatakan Rasul atau Nabi itu tidak tercapai. Syaitan akan berusaha menghalanginya. "Maka Allah pun menghapuskan apa yang (dicoba) masukkan oleh syaitan itu." Bagai percobaan syaitan menghambat-hambat, menghalang perjalanan da'wah Nabi itu digagalkan belaka oleh Allah. "Kemudian Allah pun mengokohkan ayat-ayatNya." Setelah segala percobaan syaitan mengacaukan rencana Rasul itu digagalkan oleh Tuhan, maka ayat-ayat Allah, atau tuntunan llahi yang dIsampaikan Rasul atau Nabi itu bertambah kokoh. Halangan dan rintangan syaitan bukan melemahkannya, melainkan menambah kokohnya. "Dan Allah adalah Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana." (ujung ayat 52).
Allah Maha Tahu segala siasat buruk yang diatur oleh syaitan. Dan Allah pun Maha Bijaksana; sehingga mudah saja bagi Allah melepaskan Rasul-Nya atau Nabi-Nya daripada percobaan syaitan hendak menghalangi itu.
Ayat 53
“(Karena) Allah hendak menjadikan apa yang dicoba masukkan oleh syaitan itu sebagai fitnah bagi orang-orang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang yang berhati kasar." (pangkal ayat 53). Orang yang dapat terpengaruh oleh usaha syaitan ialah orang yang di dalam hatinya ada penyakit, yaitu ragu dan tidak mempunyai pendirian yang tetap. Orang-orang yang diumpamakan baling-baling di atas bukit, diputar-batikkan hatiannya oleh angin berembus. Ke mana angin yang keras ke sanalah dia menghadap. Dan orang yang berhati kasar lebih parah lagi. Karena mereka telah mendinding diri. Segala anjuran dan ajakan yang dianggapnya akan mengubah kebiasaannya adalah dipandangnya musuh. Kedua macam orang Inilah yang mudah terpengaruh oleh syaitan. Berkata Ibnu Juraij, “Orang yang di dalam hatinya ada penyakit" ialah orang munafik, “orang yang hatinya kasar" ialah orang musyrik.
“Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu." Zalim yang biasa diartikan aniaya ialah orang yang menempuh jatan gelap. Berjalan tidak tentu hanya menurut kehendak sendiri-sendiri. Oleh karena semua berjalan sama-sama dalam gelap tidaklah heran kalau kerapkali bertumbuk di antara yang satu dengan yang lain. Sebab itu mereka: “Adalah dalam perpecahan yang sangat jauh." (ujung ayat 53). Karena sama-sama tidak ada yang benar pasti perpecahanlah yang terjadi. Perbedaan pendapat sangat berjauh-jauhan, karena tidak ada yang sudi kembali kepada kebenaran. Sebab semua aniaya dan semua mempersekutukan yang lain dengan Allah.
Ayat 54
“Dan supaya tahulah orang-orang yang diberi ilmu bahwa dia itu adalah kebenaran dan Tuhan engkau." (pangkal ayat 54). Orang yang diberi Tuhan ilmu, ada yang dari pengalamannya dan terutama lagi karena suka memperhatikan sesuatu dengan hati dan suka mengembara menambah pengalaman, sebagaimana yang telah dianjurkan pada ayat 46 di atas. Orang-orang yang telah diberi ilmu itu segala percobaan fitnah atau ujian hanya menambah kokoh iman. “Sehingga berimanlah mereka kepadanya dan tunduklah hati mereka terhadapnya." dasar kepercayaan dan iman mereka kepada Allah tidak dapat digoncangkan lagi, bahkan mereka bertambah dekat kepada Tuhan. Lalu di ujung ayat Allah membuka cinta kasihNya:
“Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (ujung ayat 54).
Ujung ayat 54 ini Tuhan memberi harapan kepada orang-orang beriman bahwa mereka akan senantiasa diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Perjalanan orang yang beriman menuju ridha tidaklah akan terganggu dan tidaklah akan dapat dipalingkan oleh bisikan syaitan. Hanya orang yang di dalam hatinya ada penyakit, atau hatinya keras dan kasar, itulah yang akan mudah terpengaruh oleh syaitan.
Ayat 55
“Akan senantiasalah orang-orang yang kafir itu dalam keraguan daripadanya." (pangkal ayat 55). Karena mereka tetap bertahan dalam keraguannya. Mereka menutup telinga dan hati dan kebenaran: “Sehingga datanglah kepada mereka saat dengan tiba-tiba." Saat di sini ialah mati, atau keruntuhan yang tidak disangka-sangka, karena kekalahan perang dan sebagainya, yang memang telah kejadian pada Quraisy pada kekalahan mereka dalam peperangan Badar. Sehabis Badar mereka masih mencoba menuntut balas dengan perang Uhud. Tetapi setelah gagal penyerbuan mereka dengan cara bersekutu (Ahzab), ketika Rasulullah mempertahankan Madinah dengan menggali parit dalam (Khandaq), sejak itu Rasulullah s.a.w. mulailah berkata: Mulai sekarang tidak mereka lagi yang menyerang (ofensif) dan kita bertahan, melainkan kitalah yang akan mulai menyerang dan mereka bertahan.
“Atau datang kepada mereka azhab hari yang tidak ada harapan lagi." (ujung ayat 55).
Di dalam ayat “Yaumin aqim" yang arti aqim ialah mandul, tidak ada harapan beranak lagi. Hari kiamat. Han yang sesal tidak berguna.
Ayat 56
“Kekuasan di hari itu pada Allah semata-mata. Dialah yang akan memutuskan di antara mereka." (pangkal ayat 56). Keputusan yang pasti adil tidak ada aniaya: “Makas orang-orang yang beriman dan berbuat amal yang shalih shalih akan bertempat di dalam syurga yang penuh nikmat." (ujung ayat 56). Syurga yang akan diriapatnya itu adalah ganjaran yang wajar dari imannya dan amal shalihnya.
Ayat 57
“Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, maka mereka untuk merekalah azhab yang amat menghinakan." (ayat 57). Sepadan pula dengan kekafiran dan sikap mendustakan yang mereka lakukan tatkala hidup di dunia ini.