Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
نَبِيُّهُمۡ
Nabi mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
قَدۡ
sungguh
بَعَثَ
Dia telah mengangkat
لَكُمۡ
bagi kalian
طَالُوتَ
Talut
مَلِكٗاۚ
raja
قَالُوٓاْ
mereka berkata
أَنَّىٰ
apakah patut
يَكُونُ
adalah/jadilah dia
لَهُ
baginya
ٱلۡمُلۡكُ
kerajaan/pemerintahan
عَلَيۡنَا
atas kami
وَنَحۡنُ
dan kami
أَحَقُّ
lebih berhak
بِٱلۡمُلۡكِ
dengan pemerintahan/kerajaan
مِنۡهُ
daripadanya
وَلَمۡ
dan tidak
يُؤۡتَ
dia diberi
سَعَةٗ
luas/cukup
مِّنَ
dari
ٱلۡمَالِۚ
harta/kekayaan
قَالَ
dia (Nabi) berkata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
ٱصۡطَفَىٰهُ
Dia telah memilihnya
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَزَادَهُۥ
dan Dia menambah/menganugerahi
بَسۡطَةٗ
keluasan/keunggulan
فِي
didalam
ٱلۡعِلۡمِ
ilmu
وَٱلۡجِسۡمِۖ
dan tubuh
وَٱللَّهُ
dan Allah
يُؤۡتِي
Dia memberikan
مُلۡكَهُۥ
kerajaanNya
مَن
orang/siapa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَٱللَّهُ
dan Allah
وَٰسِعٌ
Maha Luas (pemberianNya)
عَلِيمٞ
Maha Mengetahui
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
نَبِيُّهُمۡ
Nabi mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
قَدۡ
sungguh
بَعَثَ
Dia telah mengangkat
لَكُمۡ
bagi kalian
طَالُوتَ
Talut
مَلِكٗاۚ
raja
قَالُوٓاْ
mereka berkata
أَنَّىٰ
apakah patut
يَكُونُ
adalah/jadilah dia
لَهُ
baginya
ٱلۡمُلۡكُ
kerajaan/pemerintahan
عَلَيۡنَا
atas kami
وَنَحۡنُ
dan kami
أَحَقُّ
lebih berhak
بِٱلۡمُلۡكِ
dengan pemerintahan/kerajaan
مِنۡهُ
daripadanya
وَلَمۡ
dan tidak
يُؤۡتَ
dia diberi
سَعَةٗ
luas/cukup
مِّنَ
dari
ٱلۡمَالِۚ
harta/kekayaan
قَالَ
dia (Nabi) berkata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
ٱصۡطَفَىٰهُ
Dia telah memilihnya
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَزَادَهُۥ
dan Dia menambah/menganugerahi
بَسۡطَةٗ
keluasan/keunggulan
فِي
didalam
ٱلۡعِلۡمِ
ilmu
وَٱلۡجِسۡمِۖ
dan tubuh
وَٱللَّهُ
dan Allah
يُؤۡتِي
Dia memberikan
مُلۡكَهُۥ
kerajaanNya
مَن
orang/siapa
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَٱللَّهُ
dan Allah
وَٰسِعٌ
Maha Luas (pemberianNya)
عَلِيمٞ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana (mungkin) dia memperoleh kerajaan (kekuasaan) atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik.” Allah menganugerahkan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (kekuasaan dan rezeki-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
(Kata nabi mereka kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut bagi kamu sebagai raja." Jawab mereka, "Bagaimana), artinya betapa (ia akan menjadi raja, padahal kami lebih berhak terhadap kerajaan ini daripadanya). Ia bukanlah dari keturunan raja-raja atau bangsawan dan tidak pula dari keturunan nabi-nabi. Bahkan ia hanyalah seorang tukang samak atau gembala, (sedangkan ia pun tidak diberi kekayaan yang mencukupi") yakni yang amat diperlukan untuk membina atau mendirikan sebuah kerajaan. (Kata nabi) kepada mereka, ("Sesungguhnya Allah telah memilihnya sebagai rajamu (dan menambahnya pula keluasan) dan keperkasaan (dalam ilmu dan tubuh"). Memang ketika itu dialah orang Israel yang paling berilmu, paling gagah dan paling berakhlak. (Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya) suatu pemberian yang tidak seorang pun mampu untuk menghalanginya. (Dan Allah Maha Luas) karunia-Nya, (lagi Maha Mengetahui) orang yang lebih patut menerima karunia-Nya itu.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 247
Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi raja kalian." Mereka menjawab, "Bagaimana bisa Talut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Ayat 247
Ketika mereka meminta kepada nabi mereka agar diangkat seorang raja buat mereka, maka Allah menentukan Talut untuk menjadi raja mereka. Talut adalah seorang lelaki dari kalangan prajurit mereka, bukan berasal dari keluarga raja mereka; karena raja mereka berasal dari keturunan Yahuza, sedang Talut bukan dari keturunannya. Karena itulah disebut oleh firman-Nya, bahwa mereka mengatakan: “Bagaimana bisa Talut memerintah kami.” (Al-Baqarah: 247) Dengan kata lain, mana mungkin Talut menjadi raja kami. “Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” (Al-Baqarah: 247) Yakni selain dari itu Talut adalah orang yang miskin lagi tidak berharta yang dapat membantunya untuk menjadi seorang raja.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Talut adalah seorang pengangkut air. Menurut pendapat yang lain, Talut adalah penyamak kulit. Ungkapan ini merupakan sanggahan mereka terhadap nabi mereka dan sekaligus sebagai suatu protes, padahal yang lebih utama bagi mereka hendaknya mereka taat dan mengucapkan kata-kata yang baik.
Selanjutnya nabi mereka memberikan jawabannya yang disitir oleh firman-Nya: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian.” (Al-Baqarah: 247) Yaitu Allah-lah yang memilihnya menjadi raja kalian melalui nabi kalian. Allah lebih mengetahui tentang Talut daripada kalian. Dengan kata lain, bukan aku yang menentukan Talut menjadi raja atas kemauanku sendiri, melainkan Allah-lah yang memerintahkan kepadaku agar memilihnya di saat kalian meminta hal tersebut kepadaku.
“Dan (Allah) menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (Al-Baqarah: 247) Selain dari itu Talut lebih berilmu daripada kalian, lebih cerdik, lebih banyak akalnya daripada kalian, dan lebih kuat, lebih teguh dalam peperangan serta lebih berpengalaman mengenainya. Singkatnya, Talut lebih sempurna ilmunya dan lebih kuat tubuhnya daripada kalian. Dari ayat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang raja hendaknya memiliki ilmu, bentuk, cakap, kuat, serta perkasa tubuh dan jiwanya.
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 247) Artinya, Dialah yang berkuasa yang melakukan semua apa yang dikehendaki-Nya dan Dia tidak diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah diperbuat-Nya, sedangkan mereka diharuskan mempertanggungjawabkannya. Hal ini berkat ilmu dan kebijaksanaan-Nya serta belas kasihan-Nya kepada makhluk-Nya.
Untuk itu dalam firman selanjutnya disebutkan: “Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 247) Yakni Dia Maha Luas karunia-Nya, Dia mengkhususkan rahmat-Nya buat siapa yang dikehendaki-Nya, lagi Maha Mengetahui siapa yang berhak menjadi raja dan siapa yang tidak berhak.
Nabi atau ulama mereka akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Dan nabi mereka berkata kepada mereka sebagai bentuk pengabulan permintaan mereka, Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi raja atau komandanmu. Mereka, khususnya para pembesar, menjawab dengan nada sinis, Bagaimana mungkin Talut memperoleh kerajaan atau kekuasaan atas kami dan memimpin kami dalam pertempuran, sedangkan kami dengan segala kebesaran yang kami miliki seharusnya lebih berhak atas kerajaan atau jabatan itu daripadanya, dan dia juga tidak diberi kekayaan yang banyak' Nabi mereka menjawab, Allah telah memilihnya sebagai raja kamu dan memberikan kepadanya sesuatu yang menjadikannya layak menerima tugas itu, yaitu kelebihan ilmu untuk memahami strategi perang dan fisik yang kuat agar mampu menjalankan tugas berat tersebut. Ketahuilah, sesungguhnya Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas anugerah-Nya yang tidak dipengaruhi oleh kekayaan hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui apa yang layak dan tidak layak bagi hamba-Nya. Dan nabi mereka berkata kepada mereka, Sesungguhnya tanda atau bukti kerajaannya, yakni kelayakannya untuk mengemban tugas tersebut, ialah datangnya Tabut, yaitu tempat untuk menyimpan Taurat, kepadamu, yang sebelumnya berada di Palestina, yang di dalamnya terdapat sesuatu yang bisa memberi kamu ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Sungguh, pada yang demikian itu, yakni peristiwa besar tersebut, terdapat tanda kebesaran Allah bagimu yang bisa membawamu kepada ketaatan dan kerelaan, jika kamu benar-benar orang beriman. Seorang pemimpin harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya cerdas atau menguasai masalah dan mampu melaksanakan tugas. Untuk membuktikan kelayakannya maka harus dilakukan uji kelayakan.
Samuel mengatakan kepada Bani Israil, bahwa Allah ﷻ telah mengangkat thalut (dalam Bibel Saul) sebagai raja. Orang-orang Bani Israil tidak mau menerima Talut sebagai raja dengan alasan, bahwa menurut tradisi yang boleh dijadikan raja hanyalah dari kabilah Yehuda, sedangkan thalut dari kabilah Bunyamin. Lagi pula disyaratkan yang boleh menjadi raja itu harus seorang hartawan, sedang thalut bukan hartawan. Oleh karena itu secara spontan mereka menolak, "Bagaimana thalut akan memerintah kami, padahal kami lebih berhak untuk mengendalikan pemerintahan daripada dia, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup untuk menjadi raja?"
Samuel menjawab bahwa thalut diangkat menjadi raja atas pilihan Allah karena itu Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa sehingga ia mampu memimpin Bani Israil. Dari ayat ini dapat diambil pengertian bahwa seorang yang akan dijadikan raja itu hendaklah:
1. Mempunyai kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala negara.
2. Menguasai ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui letak kekuatan umat dan kelemahannya, sehingga dapat memimpinnya dengan penuh bijaksana.
3. Memiliki kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.
4. Bertakwa kepada Allah agar mendapat taufik dan hidayah-Nya, untuk mengatasi segala kesulitan yang tidak mungkin diatasinya sendiri, kecuali dengan taufik dan hidayah-Nya.
Adapun harta kekayaan tidak dimasukkan menjadi syarat untuk menjadi raja, karena bila syarat-syarat yang empat tersebut telah dipenuhi maka mudah baginya untuk mendapatkan harta yang diperlukan, sebab Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MEMILIH PEMIMPIN
Ayat 246
“Tidakkah engkau perhatikan, dari pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Musa."
Yaitu, beberapa lama masanya sesudah Nabi Musa meninggal, “Ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka," yang namanya Samuel itu."Angkatlah untuk kami seorang raja, supaya kami berperang pada jalan Allah" Rupanya oleh karena sudah merasa kesengsaraan karena tindasan orang Palestina, yang menyebabkan mereka kian lama kian hina, terasalah dalam pikiran pemuka-pemuka mereka bahwa kesengsaraan itu hanya dapat diatasi kalau ada raja yang akan memimpin, yang dapat menyatukan mereka semua. Salah satu sebab dari kehinaan yang menimpa suatu kaum ialah karena adanya pemuka-pemuka yang masing-masing merasa diri lebih tinggi dan tidak mau tunduk kepada yang lain, sehingga mudah bagi musuh mengadu domba mereka. Mendengarkan usulan ketua-ketua yang demikian kepada Nabi Samuel, “Berkata dia, ‘Apakah tidak akan terjadi kelak, kalau diperintahkan atas kamu berperang, bahwa kamu tidak akan mau berperang?"‘ Samuel berkata demikian karena rupanya beliau telah mengetahui semangat bangsa yang telah amat rusak itu. Mereka meminta raja buat memimpin mereka berperang. Nanti, permintaan mereka dikabulkan sehingga ada raja itu. Akan tetapi, karena semangat kaum itu memang telah rusak, diajak berperang mereka tidak mau. Mereka takut menghadapi musuh sehingga pengangkatan raja itu percuma saja. Atau perintah raja itu tidak diacuhkan karena akan ada saja cacatnya pada pandangan mereka. Maklumlah, raja itu manusia. Lantaran itu, pengangkatan raja tidak juga akan berfaedah kalau semangat berjuang dan berkorban itu masih dingin (melempem) sebagaimana selama ini juga. Mendengar pertanyaan Nabi Samuel yang demikian, “Mereka menjawab, ‘Bagaimana kami tidak akan mau berperang pada jalan Allah, padahal kami telah diusir dari kampung halaman kami dan anak-anak kami!" Negeri telah dirampas orang, kekuasaan tidak ada lagi, dan anak-anak telah ditawan orang, yang kalau tidak segera bangkit berperang pada ajalan Allah, niscaya kami akan bertambah sengsara dan hina.
Mendengar jawaban yang demikian, nyatalah sebelum berhadapan dengan bahaya itu, mulut mereka keras, seakan-akan timbul dari semangat yang berapi-api. Akan tetapi, setelah berhadap-hadapan dengan musuh, semangat mereka menjadi dingin seperti es. Itu yang dikatakan di ujung ayat,
“Namun, setelah diperintahkan kepada mereka berperang, berpalinglah mereka kecuali sedikit dari antara mereka. Dan, Allah mengetahui akan orang-orang yang aniaya."
Duduk perkara diterangkan selanjutnya.
Ayat 247
"Dan berkatalah kepada mereka nabi mereka itu."
Yaitu, Nabi Samuel, “Sesungguhnya, Allah telah melantik untuk kamu Thalut menjadi raja." Di dalam Kitab Perjanjian Lama disebut namanya Saul, tetapi kita kaum Muslimin niscaya mengikut yang diwahyukan Al-Qur'an, yaitu Thalut. Permohonan Bani Israil meminta untuk mereka dilantikkan seorang raja itu rupanya dikabulkan Tuhan. Samuel diberi wahyu bahwa raja itu ialah Thalut dan beliau sampaikan kepada mereka. Akan tetapi, apa yang disangka sejak semula oleh Nabi Samuel memang bertemu. Setelah dimaklumkan kepada mereka yang akan menjadi raja mereka ialah Thalut, dengan serta merta mereka membantah,
“Mereka berkata, ‘Adakah patut dia berkuasa atas kami, padahal kami lebih berhak dengan kekuasaan itu daripadanya, sedangkan dia tidak diberi kemampuan dan harta!" Di sini tampak lagi penyakit yang menyebabkan mereka dapat ditindas oleh bangsa Palestina; semua pemuka merasa berhak, baik karena keturunan maupun karena kekayaan. Seorang Nabi Samuel memilih Thalut menjadi raja mereka. Mereka kenal dia; dia bukan asal raja-raja dan bukan orang kaya, bagaimana kami akan tunduk kepadanya. Kalau hanya itu yang akan dijadikan raja, kamilah yang lebih berhak. Mereka katakan kami, padahal yang akan menjadi raja hanya seorang. Di antara yang berkami itu kalau diangkat seorang, yang lain menyengkilang dan membangkang pula kelak. Mendengar bantahan mereka yang demikian, Samuel pun menjawab, “Sesungguhnya, Allah telah memilih di atas kamu." Jadi, pemilihan Thalut menjadi raja bukanlah karena kehendak Samuel, melainkan kehendak Allah. Sebabnya dia yang dipilih Tuhan ialah karena ada kelebihannya dalam hal yang lebih penting daripada keturunan dan kekayaan, “Dan telah melebihkannya keluasan daripada pengetahuan dan tubuh." Seorang pemimpin revolusi, memerdekakan kaumnya dari tindasan musuh, tidak perlu seorang berketurunan raja sebab banyak di antara kamu yang keturunan orang-orang mulia di zaman dahulu dan banyak di antara kamu yang mampu banyak harta, tetapi kamu tidak mempunyai ilmu dan kemauan untuk berjuang, berperang, dan memerintah. Tambahan lagi, tidak mempunyai tubuh yang sehat dan tampan, sebagaimana layaknya seorang raja atau pemimpin. Pada Thalut inilah kelebihannya; dia berilmu dan mempunyai tubuh yang layak buat jadi raja. Tambahan lagi, “Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki." Artinya, kalau Tuhan akan mengangkat seseorang ke puncak kekuasaan, meskipun dia bukan asal raja ataupun orang kaya, dengan sendirinya dia akan naik, tidak dapat dihalangi oleh siapa jua pun, sejarah menunjukkan yang demikian. Bahkan tiap-tiap raja yang mendirikan ke-rajaan yang mula-mula bukan jualah mereka asal raja. Anak keturunan merekalah baru yang dinamai keturunan raja."Dan Allah ada-lah Mahaluas, lagi Mengetahui."
Tuhan Mahaluas, bukan memandang yang hanya di hadapan, sebagaimana pandangan kamu. Bukan memandang Thalut yang sekarang, sebelum dia resmi menjadi pemimpin kamu, tetapi Thalut masa depan dalam ke-kuasaannya memimpin kamu berperang. Dan, Tuhan lebih mengetahui akan kesanggupannya daripada kamu.
Di sini, Al-Qur'an telah meninggalkan dua pokok dasar buat memilih orang yang akan menjadi pemimpin atau pemegang puncak kekuasaan. Pertama ilmu, kedua tubuh, terutama ilmu berkenaan dengan tugas yang sedang dihadapinya, sehingga dia tidak ragu-ragu menjalankan pimpinan. Yang terpenting sekali ialah ilmu dalam cara mempergunakan tenaga. Pemimpin tertinggi itu tidak perlu tahu segala cabang ilmu, tetapi wajib tahu memilih tenaga yang akan ditugaskan menghadapi su-atu pekerjaan. Itulah ilmu pimpinan.
Di sinilah maka Sayyidina Umar bin Khaththab ketika memerintah pernah mengakui terus terang bahwa Abu Bakar lebih pintar dari dia memilih tenaga. Abu Bakar telah memilih Khalid bin Walid menjadi kepala perang, padahal Umar kurang setuju sebab ada beberapa tabiat Khalid yang tidak disukainya, sehingga setelah Abu Bakar wafat dan dia naik menggantikan jadi khalifah, perintahnya yang mula-mula sekali ialah menurunkan Khalid dari jabatannya. Khalid menyerahkan jabatannya dengan patuh kepada Abu Ubaidah, penggantinya. Bertahun-tahun kemudian setelah Khalid bin Walid meninggal, mengakulah Umar dengan terus terang bahwa Abu Bakar lebih berilmu daripadanya, meletakkan orang pada tempatnya, the right man in the right place, menempatkan orang yang benar di tempat yang benar.
Cacat Khalid pada pandangan Umar ialah karena agamanya kurang begitu dalam, sebagaimana Abu Ubaidah, meskipun cacatnya dalam beragama itu tidak juga ada. Adapun Abu Bakar melihat bahwa Khalid itu da-lam memimpin peperangan jarang taranya. Abu Ubaidah meskipun lebih alim, tidaklah sepintar Khalid dalam ilmu perang. Sehingga di saat itu, Khalid tetap membantunya dari belakang walaupun dia hanya telah menjadi seorang serdadu biasa. Itulah maksud ilmu. Hal ini pernah diterangkan panjang lebar oleh Ibnu Taimiyah dalam bukunya as-Siasah asy-Syar'iyah.
Ayat 248
“Dan berkata kepada mereka nabi mereka."
Ini menunjukkan tanda-tanda raja yang telah diangkat itu, “Sesungguhnya, tanda kerajaannya ialah bahwa akan datang kepada kamu tabut itu!' Tabut atau peti pusaka peninggalan Nabi Musa tempat meletakkan naskah perjanjian Bani Israil dengan Allah, “Di dalamnya ada sesuatu yang menenteramkan hati dari Tuhan kamu." Sebab dianya berisi naskah-naskah asli pusaka Musa, yang kamu kenangkan itu tentu hatimu jadi tenteram dan semangatmu akan timbul untuk berjuang, mengingat jasa-jasa Musa kepada kamu dahulunya."Dan sisa dariapayang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dipikul akan dia oleh Malaikat." Demikianlah Nabi Samuel menerangkan tentang kerajaan Thalut itu.
“Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah tanda bagi kamu, jika sungguh kamu orang-orang yang beriman."
Hal ini semua diterangkan oleh Nabi Samuel kepada mereka supaya mereka jangan ragu-ragu dan takut juga. Mendengar nama tabut itu saja pun, moga-moga semangat mereka akan timbul kembali. Karena ketika bangsa Palestina telah memerangi mereka dan mereka kalah, tabut yang mulia itu yang terbuat dari kayu cendana bersalut emas telah dirampas oleh orang Palestina. Akan tetapi, rupanya setelah mereka rampas, telah membawa sial kepada mereka. Berjangkit penyakit bawasir dan tikus menjadi-jadi menghabiskan makanan mereka, sehingga mereka kembalikan segera kepada Nabi Samuel yang ketika itu menjadi imam Bani Israil. Mereka antarkan dengan dimuat pada sebuah pedati yang ditarik oleh dua ekor lembu. Adalah suatu keajaiban bahwa lembu itu berjalan sendiri, tahu saja dia ke mana dia akan pergi, tidak ada orang yang menghalaukan. Sebab, keajaiban itu, nyatalah bahwa Malaikat yang menuntun kedua lembu itu.
Demikianlah umat Yahudi di zaman Musa, dengan wahyu Tuhan disuruh membuat tabut bernama “Tabut Perjanjian Allah", yang dihormati sebagai perlambang oleh Bani Israil, yaitu untuk memusatkan perhatian mereka kepada isi yang di dalamnya, di antaranya ialah naskah perjanjian-perjanjian Bani Israil dengan Tuhan dan catatan-catatan Taurat pusaka Nabi Musa. Supaya timbul kepada mereka kebanggaan diri sebab perlambang-perlambang demikian banyak mereka lihat pada kerajaan Fir'aun semasa mereka di Mesir. Maka, setelah Nabi Muhammad diutus Tuhan melanjutkan inti sari tauhid, tabut-tabut begitu tidak ada lagi dalam syari'at Islam dan masjid tempat beribadah wajib bersih dari perlambang-perlambang seperti itu. Oleh Bani Israil, dia pun bukan disembah sebagaimana menyembah Tuhan.
Tabut Perjanjian Allah bersama naskah asli Taurat habis terbakar ketika kemudian Nabukadnezar raja Babil menjarah Jerusalem dan membakar Haikal, rumah suci yang didirikan oleh Nabi Sulaiman.
Di sini pun terdapat banyak tafsiran. Yang tepat adalah tafsiran Ibnu Abbas: sakinah berarti rahmah. Atau tafsiran Ibnu Abbas juga: sakinah berarti thuma'ninah. Atau, tafsiran al-Hasan: sakinah ialah yang membuat hati mereka tenteram. Atau, tafsiran Qatadah: sakinah ialah al-waqar, Artinya, rasa kerendahan hati mengharap pertolongan Tuhan agar menang menghadapi musuh. Diterangkan lagi bahwa selain dari dalam peti (tabut) itu ada sesuatu yang menenteramkan hati dari Tuhan, ada pula sisa dari apa yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun. Sisa adalah terjemahan dari baqiyatun.