Ayat
Terjemahan Per Kata
فَالِقُ
Dia membelah/menyingsingkan
ٱلۡإِصۡبَاحِ
pagi
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
ٱلَّيۡلَ
malam
سَكَنٗا
beristirahat
وَٱلشَّمۡسَ
dan matahari
وَٱلۡقَمَرَ
dan bulan
حُسۡبَانٗاۚ
perhitungan
ذَٰلِكَ
demikianlah/itulah
تَقۡدِيرُ
ketentuan
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Kuasa
ٱلۡعَلِيمِ
Maha Mengetahui
فَالِقُ
Dia membelah/menyingsingkan
ٱلۡإِصۡبَاحِ
pagi
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
ٱلَّيۡلَ
malam
سَكَنٗا
beristirahat
وَٱلشَّمۡسَ
dan matahari
وَٱلۡقَمَرَ
dan bulan
حُسۡبَانٗاۚ
perhitungan
ذَٰلِكَ
demikianlah/itulah
تَقۡدِيرُ
ketentuan
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Kuasa
ٱلۡعَلِيمِ
Maha Mengetahui
Terjemahan
(Dia) yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, serta (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
Tafsir
(Dia menyingsingkan pagi) mashdar yang bermakna isim yakni subuh atau pagi hari; artinya Allahlah yang menyingsingkan sinar pagi, yaitu cahaya yang tampak di permulaan pagi hari mengusir kegelapan malam hari (dan menjadikan malam untuk beristirahat) waktu semua makhluk beristirahat dari kepenatannya (dan menjadikan matahari dan bulan) dibaca nashab diathafkan kepada Lafal lail secara makna (untuk perhitungan) untuk ukuran perhitungan waktu; atau dengan tanpa huruf ba atau hisaaban, maka menjadi hal bagi Lafal yang tersimpan. Artinya matahari dan bulan itu beredar menurut perhitungannya sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat surah Ar-Rahman. (Itulah) yang telah tersebut itu (ketentuan Allah Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) seluk-beluk makhluk-Nya.
Tafsir Surat Al-An'am: 95-97
Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kalian masih berpaling?
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan sebagai perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Ayat 95
Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dialah Yang membelah biji-bijian dan semua bibit tanaman, yakni Dia membelahnya di dalam tanah, lalu menumbuhkan berbagai macam tanaman dari biji-bijian. Dari bibit tanaman, Dia juga mengeluarkan berbagai macam pohon yang menghasilkan buah-buahan dengan warna, bentuk, dan rasa yang berbeda-beda. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya berikut ini:
“Menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.” (Al-An'am: 95)
Ditafsirkan oleh firman selanjutnya yang mengatakan:
“Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati.” (Al-An'am: 95)
Artinya, Dia yang menjadikan tumbuh-tumbuhan itu hidup dari biji dan bibit tanaman yang merupakan benda mati.
Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.” (Yasin: 33) Sampai dengan firman-Nya:
“Dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Yasin: 36)
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (Al-An'am: 95) Di-athaf-kan (disertakan) kepada firman-Nya:
“Menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.” (Al-An'am: 95)
Kemudian ditafsirkan (dijelaskan), selanjutnya di-'athaf-kan kepadanya firman Allah ﷻ:
“Dan Dia mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (Al-An'am: 95)
Mereka memberikan contoh mengenai makna ayat ini dengan berbagai ungkapan yang seluruhnya berdekatan maknanya.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayam dikeluarkan dari telur, dan sebaliknya. Di antaranya ada pula yang mengatakan bahwa anak yang saleh dilahirkan dari orang yang fajir (durhaka), dan sebaliknya. Masih banyak contoh lainnya yang pengertiannya terkandung di dalam ayat ini.
Firman Allah ﷻ: “Itulah (kekuasaan) Allah.” (Al-An'am: 95) Maksudnya, yang mampu melakukan hal tersebut hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
“Maka mengapa kalian masih berpaling?” (Al-An'am: 95)
Yakni mengapa kalian berpaling dari kebenaran dan menyimpang darinya menuju kepada kesesatan, lalu kalian menyembah Dia bersama yang lain.
Ayat 96
Firman Allah ﷻ: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat.” (Al-An'am: 96)
Artinya, Dialah yang menciptakan cahaya dan kegelapan, seperti yang disebutkan di awal surat:
“Dan menjadikan gelap dan terang.” (Al-An'am: 1)
Yaitu Dia Yang Maha Suci menyingsingkan gelapnya malam hari dengan pagi hari, sehingga alam menjadi terang, dan cakrawala tampak terang-benderang. Gelapnya malam hari hilang perlahan-lahan lalu datanglah siang hari dengan sinarnya yang terang. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya yang lain:
“Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.” (Al-A'raf: 54)
Allah ﷻ menjelaskan kekuasaannya dalam menciptakan berbagai macam hal yang bertentangan dan berbeda-beda. Semua ini menunjukkan kesempurnaan kebesaran dan kekuasaannya. Oleh karena itu, Allah menyebutkan:
“Dia menyingsingkan pagi.” (Al-An'am: 96)
Dan yang bertentangan dengan itu disebutkan oleh firman-Nya:
“Dan menjadikan malam untuk beristirahat.” (Al-An'am: 96) Yakni sunyi dan gelap sehingga semuanya dapat beristirahat padanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-firman yang lain:
“Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalan), dan demi malam apabila telah sunyi.” (Adh-Dhuha: 1-2)
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang-benderang.” (Al-Lail: 1-2)
“Dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya.” (Asy-Syams: 3-4)
Suhaib Ar-Rumi berkata kepada istrinya yang baru saja mencelanya karena banyak begadang di malam hari, "Sesungguhnya Allah menjadikan malam hari untuk beristirahat, tetapi bagi saya, malam adalah waktu untuk merenung. Aku merasakan kerinduan yang mendalam ketika terbayang surga, dan jika aku mengingat dan memikirkan neraka, rasa kantuk saya pun lenyap." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah ﷻ:
“Dan (menjadikan) matahari dan bulan sebagai perhitungan.” (Al-An'am: 96)
Yakni keduanya beredar menurut perhitungan yang pasti, teratur, dan tidak berubah, melainkan masing-masing dari keduanya mempunyai garis edar yang ditempuh oleh masing-masing dalam musim panas dan musim dinginnya. Dengan demikian, maka berbeda-bedalah panjang dan pendeknya malam dan siang hari. Perihalnya sama dengan yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (garis-garis edar) bagi perjalanan bulan itu.” (Yunus: 5), hingga akhir ayat.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yasin: 40)
“Dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang. (Masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (Al-A'raf: 54)
Adapun firman Allah ﷻ: “Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al-An'am: 96)
Artinya, semuanya beredar berdasarkan kehendak dari Tuhan Yang Maha Perkasa, tanpa ada membangkang dan menentangnya, lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya walaupun sebesar zarrah pun, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Dalam Al-Qur'an apabila Allah menyebutkan tentang penciptaan malam, siang, matahari, dan bulan sering kali diakhiri dengan penyebutan sifat perkasa dan sifat mengetahui, seperti yang terdapat dalam ayat ini (Al-An'am: 96), juga ayat lain, yaitu:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam. Kami tanggalkan siang dari malam itu. Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Yasin: 37-38)
Demikian pula ketika Dia menyebutkan perihal penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada pada keduanya, yaitu pada permulaan surat Hamim Sajdah:
“Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 12)
Ayat 97
Sehubungan dengan firman Allah ﷻ berikut ini: “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian, agar kalian menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.” (Al-An'am: 97)
Sebagian ulama Salaf mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai keyakinan terhadap bintang-bintang tersebut selain dari ketiga fungsi yang akan disebutkan, berarti dia keliru dan menentang terhadap kehendak Allah ﷻ. Yaitu Allah menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai alat untuk untuk menghalau setan-setan, serta sebagai petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut."
Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami).” (Al-An'am: 97)
Artinya, Kami jelaskan dan Kami terangkan tanda-tanda kebesaran Kami itu.
“Kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al-An'am: 97)
Yakni kepada orang-orang yang berakal dan mengetahui kebenaran serta menjauhi kebatilan.
Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya terhadap sesuatu yang bersifat material dan berada di bumi, kini dijelaskan tentang benda-benda langit. Dia menyingsingkan pagi agar aneka makhluk dapat melakukan berbagai aktivitas, dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan menjadikan matahari dan bulan beredar dengan ketelitian yang amat mengagumkan yang berguna sebagai dasar untuk perhitungan bulan dan tahun. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetah Fungsi matahari dan bulan telah diuraikan pada ayat di atas, selanjutnya fungsi bintang diuraikan pada ayat ini. Dan Dialah Allah yang menjadikan bintang-bintang yang memancarkan cahaya bagimu, dengan tujuan antara lain agar kamu menjadikannya petunjuk arah dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami telah menjelaskan secara rinci tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
Allah menyuruh manusia agar memperhatikan perputaran waktu yang disebabkan oleh peredaran benda-benda langit yang berlaku menurut hukum sebab dan akibat. Allah mengajak manusia memperhatikan alam terbuka yang dapat dilihat sehari-hari. Allah menyingsingkan cahaya pagi yang menghapus kegelapan malam. Cahaya itu tampak di ufuk langit bagian timur sesudah terbitnya matahari sehingga dunia tampak bercahaya terang. Keadaan ini mereka alami di saat-saat mereka melakukan segala macam kegiatan untuk keperluan hidup mereka. Sebagai kebalikan dari suasana tersebut, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan keadaan malam yang gelap. Allah menciptakan malam untuk beristirahat setelah mereka penat karena bekerja di siang hari. Keadaan ini digambarkan sebagai suasana ketenangan. Suasana yang silih berganti antara siang dan malam seperti keadaan yang mempunyai persamaan dengan perputaran hidup, agar mereka mempunyai pandangan hidup yang lebih luas. Uraian ilmiahnya sebagai berikut:
Kata husbana (perhitungan) dalam ayat ini dimaksudkan sebagai perhitungan kalender (penanggalan). Dalam sejarah peradaban manusia, telah terbukti bahwa matahari dan bulan digunakan untuk perhitungan penanggalan. Penanggalan berbasis pada 'gerak dan posisi matahari di langit bumi, atau yang dikenal dengan Solar Calendar, telah dilakukan oleh peradaban Barat (berasal dari Romawi dan Yunani), India; sedang peradaban Yahudi, Arab, Cina, juga India menggunakan Lunar Calendar, yaitu perhitungan berbasiskan kepada 'gerak dan posisi bulan di langit bumi. Dalam bahasa astronomi, Solar Calendar berbasiskan pada lintasan-orbit bumi terhadap posisi matahari, sedang Lunar Calendar berbasis pada lintasan-orbit bulan terhadap posisi bumi dan matahari.
Dalam dunia astronomi-astrofisika, bulan juga digunakan dalam perhitungan penentuan kestabilan dinamika rotasi (rotational dynamic stability) bumi. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan bulan sangat diperlukan agar precession (perkitaran) bumi pada sumbunya stabil. Bulan memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 10-100 tahun, sedang Venus dan Mars memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 100-500 tahun. Sedang planet Yupiter dan Saturnus, juga ikut memberikan rotational dynamic stability terhadap bumi kita ini, juga bertindak sebagai shield (perisai) bagi bumi terhadap hamburan meteor yang akan membentur bumi.
Allah menyebutkan sebab-sebab yang mengubah suasana siang menjadi malam yaitu matahari yang beredar menurut waktu-waktu yang telah ditentukan. Sebagai bandingannya disebutkan, bahwa bulan tampak cemerlang di waktu malam. Baik matahari maupun bulan beredar di angkasa raya menurut garis edarnya secara teratur dan tertentu.
Allah menyebutkan matahari dan bulan karena kedua benda langit itulah yang paling menonjol di antara benda-benda langit yang lain, yang secara umum manusia dapat memahami secara mudah kapan matahari dan bulan itu terbit dan kapan benda langit itu terbenam, dengan maksud agar manusia dapat memahami bahwa tiap-tiap kehidupan didahului oleh tiada dan akan kembali kepada tiada pula. Mengenai manfaat peredaran matahari dan bulan ini Allah menjelaskan selanjutnya dengan firman-Nya:
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). (Yunus/10: 5)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan tiga macam nikmat-Nya yang dapat dinikmati secara langsung oleh manusia yaitu nikmat yang diperoleh mereka tanpa usaha; nikmat cahaya pagi, nikmat ketenangan malam dan nikmat sinar matahari dan bulan agar manusia secara menyeluruh dapat memahami rahmat Allah yang menyeluruh bagi semua makhluk-Nya. Pada akhir ayat Allah menegaskan bahwa penciptaan yang sangat tinggi nilainya itu, adalah ketentuan Allah sesuai dengan keluasan ilmu-Nya, kebesaran kekuasaan dan ketinggian hikmah-Nya.
Allah berfirman:
Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (al-Qamar/54: 49).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 95
“Sesungguhnya Allah-lah Pembelah buah dan biji. Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan pengeluar yang mati dari yang hidup."
Buah dan biji jadi terbelah; sesudah dia terbelah, menjulurlah urat tunggang yang halus dari buah atau biji yang halus itu ke bumi maka ia pun mulailah tumbuh. Kita melihat buah, sebagai buah mangga atau buah durian. Semuanya belah atau rengkah. Asal telah bertemu dengan bumi, mulailah ia diberi tenaga buat hidup. Cobalah pelajari dengan saksama pertumbuhan semua buah dan semua biji itu atau biji di dalam buah, niscaya kita akan melihat keajaiban hidup.
Ketika menafsirkan ayat 59 di atas tadi, yaitu bahwa anak kunci segala yang gaib itu adalah semata-mata pada Allah, telah kita jelaskan betapa jelasnya yang gaib setelah kita memerhatikan yang nyata. Kita manusia hanya sanggup mengetahui keadaannya, tetapi sebab yang asal adalah gaib. Tambah nyata dilihat, tambah nyata pula gaibnya.
Perhatikanlah pertumbuhan segala biji dan benih. Kita misalkan saja tentang tumbuhnya kelapa. Tempurung yang keras jadi belah dan dari dalam tempurung yang keras itu tumbuhlah sesuatu yang lunak akan hidup. Dari barang lunak yang terkurung dari buah kelapa itu akan tumbuh daun-daun, akan tumbuh urat-urat, akan tumbuh kelak batang yang keras, pelepah, selodang, dan mayang.
Apabila kita mendengar berita ada anak lahir berkaki empat, kepalanya menyerupai kepala gajah dan matanya mendelik, orang akan datang berkerumun ke sana karena kelahiran itu adalah ajaib dan luar biasa. Dan kalau usia anak itu panjang, orang tidak akan datang berkerumun lagi karena sudah biasa dan sudah tahu. Namun sebabnya tidak juga dapat diketahui, lain kalau kita percaya akan yang gaib.
Maka, pecahnya tempurung yang keras, yang dibalut oleh sabut yang amat tebal, sedangkan di dalamnya ada barang yang lunak. Kemudian barang yang lunak itu menembus dan memecahkan tempurung yang keras lalu hidup dan mempunyai batang yang lebih keras dari tempurung yang mengurungnya tadi jauh lebih ajaib, lebih dahsyat, dan lebih gaib daripada kelahiran anak berkaki empat berkepala gajah itu. Perjalanan hidup kelapa mulai dari dalam tempurung sampai berbatang dan berbuah lebat itu, tetaplah gaib dan tetaplah tidak terpecahkan masalahnya oleh ahli-ahli anatomi mana pun.
Barulah batin manusia akan puas dan menyerah kalau dia mulai percaya akan adanya Yang Mahakuasa mengatur semuanya ini.
Dan di sini kita ulangkan sekali lagi bahwa yang nyata ini sekalipun, bila dilihat dengan nyata, bertambah nyatalah gaibnya. Siapa yang mengaturnya dan demikian gaib? Dialah Allah. Tuhanlah pembelah buah dan biji itu sehingga kemudian dia pun hidup."Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan pengeluar yang mati dari yang hidup."
Perhatikanlah buah dan biji itu kembali. Seumpama buah kelapa yang sudah sangat tua dan masak, dia kelihatanlah mati. Namun, dari buah kelapa yang mati itu kita akan melihat timbulnya hidup. Dan batang kelapa adalah hidup, tetapi dia akan menjatuhkan buah yang mati. Demikianlah dari yang mati kehidupan timbul dan dari yang hidup, yang mati datang. Dari ayam yang hidup, kita mendapat telur yang mati. Dan, telur yang tidak bernyawa itu kelaknya akan menimbulkan anak ayam yang hidup. Bersambunglah terus di antara hidup dengan mati dan mati dengan hidup. Semuanya menakjubkan. Di mana terletak rahasia itu? Orang yang belum bertemu dengan Allah berkata bahwa semua itu sifat natuur. Memang semuanya itu sifat natuur. Namun, siapa yang meletakkan sifat-sifat yang demikian pada natuur? Sungguh, telah maju pengetahuan manusia tentang alam, tetapi belum ada orang yang dapat mengetahui hakikat dari adanya hidup itu sendiri. Di mana-mana kita melihat bekas hidup di dalam alam. Kemudian, timbullah pertanyaan yang sampai sekarang tidak terjawab oleh ilmu dan tidak oleh filsafat, yaitu dari mana sumber hidup itu? Yang menjawab ini hanya agama. Allah-lah sumber hidup!
“Demikian itulah Allah maka ke mana lagi kamu akan dipalingkan ?"
Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh ahli pikir yang terkenal, yaitu Cresson dalam kitab kecilnya. Manusia tidaklah hidup sendiri. Bahwasanya ilmu sejati itu membawa kita pada iman. Oleh sebab itu, daripada merenungkan terbelahnya buah-buahan dan biji-bijian, kita pasti sampai pada kepercayaan akan adanya Allah. Kalau kita tidak juga sampai ke sana, sengaja tidak sampai? Niscaya bukan akal kita yang murni lagi, tetapi hawa nafsu kita. Hawa nafsu yang tidak membawa kita pada kesimpulan yang jujur.
Ayat 96
“Pembelah shubuh."
Di ayat tersebut kita disuruh memerhatikan belah atau rengkahnya buah-buahan dan biji-bijian. Dari memerhatikan yang halus itu kita dibawa sampai kepada kesimpulan bahwa Allah-lah pembelah buah dan biji itu. Sekarang, setelah menekur melihat buah dan biji, kita disuruh menengadah melihat ke sebelah timur kala malam akan berganti dengan siang. Orang yang taat bangun shubuh untuk mengerjakan shalat Shubuh, hampir tiap pagi dapat memerhatikan bagaimana waktu shubuh itu terbelah. Tadiriya malam gelap-gelita. Kemudian, terlihatlah di sebelah timur cahaya fajar membelah kegelapan malam, sebab matahari telah dekat terbit. Waktu itu bernama waktu shubuh dan waktu itulah Muslim yang taat tiba saat mengerjakan shalat Shubuh. Waktu shubuh ialah dari mulai fajar membelah malam sampai matahari terbit. Maka, Allah-lah yang membelah shubuh itu dengan peredaran falaq, bumi mengelilingi matahari."Dan telah Dia jadikan malam itu tenang." Semua kita dapat merasai ketenangan malam karena manusia dan margasatwa pun istirahat.
Orang Islam yang taat dianjurkan memperbanyak bangun di sepertiga malam yang terakhir untuk merasakan ketenangan itu dengan melakukan shalat Tahajjud. Ketenangan malam amat memengaruhi jiwa seorang yang beriman, buat mendekatkan dirinya kepada Allah dan dalam hadits Qudsi pun disebutkan bahwa Allah waktu itu mendekat ke langit pertama untuk mendengarkan munajat dan seruan hamba-Nya yang mengambil kesempatan dari ketenangan malam. Artinya, Allah dapat didekati hamba-Nya di waktu itu. Badan diistirahatkan sebentar dengan tidur untuk mencari kekuatan baru mencari penghidupan besok siangnya, tetapi jiwa selalu dikontakkan kepada Allah."Dan matahari dan bulan untuk hitungan." Edaran matahari dalam setahun adalah 365 hari, 12 bulan, dan 52 minggu. Hitungan peredaran bulan 354 hari dalam setahun dan bulannya 12 juga. Dan perjalanan itu tetap dan teratur, tidak pernah berselisih dari ketentuan falaknya, walaupun satu menit dalam 10 ribu tahun. Lantaran tepatnya peredaran itu dan masa ke masa, manusia sudah boleh menghitung bilangan, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun dengan seteliti-telitinya, tercapailah ilmu falak dan hisab sehingga menjadi perhitungan itu bagian yang penting dalam kehidupan manusia yang berakal.
“Demikianlah ditentukan oleh Yang Maha-gagah lagi Maha Mengetahui."
Disebut di sini sifat Allah yang Aziz, yang gagah, berwibawa, berlaku hukumnya dengan sangat streng, tidak ada yang dapat melampaui untuk mengetahui betapa tepatnya nama Allah yang Aziz, berarti gagah itu dalam ayat ini maka perhatikanlah terlebih dahulu kekayaan Allah yang amat penting itu dan pelajari berapa besarnya. Berapa besar bulan dan berapa beratnya? Berapa besar bumi dan berapa beratnya dan berapa pula besar matahari dan berapa beratnya? Maka, lihatlah ketiganya itu beredar dengan patuhnya menurut jalan yang ditentukan Allah. Setengah second (detik) pun tidak boleh mengubah dan tidak akan berubah. Karena segala sesuatunya itu diatur dengan kaidah perseimbangan yang teliti sekali. Apabila satu saja menyeleweng, runtuhlah semua dan Kiamatlah dunia seluruhnya. Hanya Allah Yang Aziz saja yang sanggup memaksakan kegagahan-Nya kepada seluruh cakrawala itu sehingga patuh. Dan Allah pun mengetahui segala yang tersimpul dalam perhitungan itu. Adapun seorang masinis kereta api harus mengetahui kekuatan dan persediaan kereta yang dikemudikannya agar kereta itu berjalan lancar atau seorang nakhoda kapal mengetahui kapal yang diriakhodainya, dapatlah kita pahami betapa pengetahuan Allah terhadap alam dengan segala perjalanannya ini.
Ayat 97
“Dan Dialah yang telah menjadikan untuk kamu bintang-bintang untuk kamu berpedoman dengan dia pada kegelapan darat dan laut."
Setelah diterangkan kegunaan matahari dan bulan untuk menghitung musim dan tahun, mengikat janji dan padan, mengenang masa yang lalu dan nanti, diterangkan pula bahwa bintang-bintang itu pun berguna untuk kamu untuk menjadi pedoman, menentukan haluan timur dan barat, utara dan selatan, di dalam kegelapan malam. Baik waktu musafir di darat, di padang pasir yang luas dan jauh atau di laut yang besar. Kelompok bintang-bintang itu jelas tempatnya selalu, di ufuk yang mana dan penjuru yang mana, walaupun gelap di bumi, tengadahlah langit. Bintang dapat memberitahukan kepada kamu ke jurusan mana kamu menuju dan di bagian mana kamu berada.
“Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda bagi kaum yang berpengetahuan."
Terang sekali bahwa ujung ayat ini sangat menganjurkan untuk menambah pengetahuan tentang alam, tentang perhitungan matahari dan bulan yang menghendaki ilmu falak khususnya dan ilmu hitung tertinggi, algebra (aljabar) umumnya. Demikian pula mengetahui letak bintang untuk menentukan arah haluan, sampai pada mengukur letak bintang. Untuk itu, penting didirikan teropong bintang sebagai yang terdapat di Lembang itu. Dengan ilmu penyelidikan bintang-bintangyang telah sangat maju itu sehingga mengukur jauhnya sebuat bintang dari bumi telah memakai ukuran kecepatan cahaya saja. Telah diketahui tentang adanya galaksi, yaitu kekeluargaan atau daerah bintang-bintang. Satu galaksi melingkupi berjuta-juta bintang-bintang sedang galaksi-galaksi itu pun berjuta-juta pula. Mengukur letak sudah dengan perjalanan cahaya. Satu detik perjalanan cahaya ialah 86.000 mil. Sehingga dalam satu menit menjadi 5.160.000 mil dan satu tahun 6 triliun mil. Maka, dalam penyelidikan itu bisa diketahui bahwa bintang yang paling dekat dengan kita mencapai empat setengah tahun cahaya! Bintang “Elang Terbang" baru sampai cahayanya ke bumi melalui 14.50 (empat belas setengah) tahun karena jauhnya 87 triliun mil. Bintang “Elang Jatuh" baru sampai cahayanya ke bumi sekitar tiga puluh tahun sebab jauhnya dari kita 180 triliun mil. Bintang Syi'ra (Bintang Lembu) baru sampai cahayanya setelah 9 tahun dan ada bintang lain yang baru sampai cahayanya setelah 1,000 tahun. Penghitung bilang tahun dengan perjalanan cahaya yang pertama dikenal orang ialah Strou, lalu datang lagi yang lain menyempurnakannya.
Dari sini, tampaklah betapa anjuran Al-Qur'an mengetahui ilmu alam untuk memperdalam pengertian tentang adanya Allah. Lebih akan masuklah rasa iman ke dalam hati dan jiwa karena pengetahuan daripada jika kita bertekun mempelajari “Sifat Dua puluh". Dengan begini, tidaklah mungkin pengetahuan lepas dari agama melainkan dianjurkan agama.
Ayat 98
“Dan Dialah yang telah menimbulkan kamu daripada diri yang satu lalu ditetapkan dan ditumbangkan."
Menurut kepercayaan kita orang Islam dan sejarah Ahlul Kitab, Yahudi dan Nasrani, bahwa kita manusia ini adalah berasal dari satu diri, yaitu Nabi Adam a.s.. Maka diri yang satu itulah yang berkembang biak memenuhi dan meratai dunia dengan berbagai bangsa dan bahasa dan warna kulit karena pengaruh iklim. Kita ditumbuhkan mulai dari setetes mani lalu berangsur tumbuh menjadi segumpal nuthfah, kemudian itu ‘alaqah, kemudian itu mudhghah, kemudian itu lahir ke dunia menjadi manusia. Sebagaimana tumbuhnya biji kecil hingga menjadi pohon besar yang rindang, demikian pula pertumbuhan manusia. Kemudian, ditetapkan sementara waktu tinggal di dunia ini. Setelah itu, akan ditumpangkan di dalam kubur yang sunyi sampai datang masa panggilan.
“Sesungguhnya telah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang mau memahamkan."
Ayat 99
“Dan Dialah yang telah menurunkan ain dari langit maka Kami keluarkan dengan dia tumbuh-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu lalu Kami keluarkan daripadanya kehijauan."
Di sini, diterangkanlah kepentingan air hujan bagi hidup. Air hujan yang turun itu menyebabkan tumbuhnya berbagai warna tumbuh-tumbuhan, besar dan kecil, mulai dari rumput hingga beringin, bumi menjadi subur. Yang dimaksud dengan hijau atau kehijauan di sini adalah pohon-pohon yang banyak menghasilkan buah dan biji-bijian. Kehijauan ialah kesuburan."Yang Kami keluarkan daripadanya biji-biji yang bersusun." Banyak pohon yang menghijau memberikan buah bersusun untuk manusia, seumpama susunan buah pisang atau jagung atau yang lain, yang menghijau lantaran suburnya."Dan dari kurma, dari mayangnya (jadi) tandan yang mudah dipetikMaka dari antara pohon menghijau yang banyak macamnya dengan buah dan biji bersusun itu, Allah menyuruh memerhatikan kurma, makanan penting bagi bangsa yang mula menerima Al-Qur'an itu. Dalam mayangnya yang bergantung pada tandannya itu, bersusunlah buahnya yang luar biasa lezatnya. Kemudian itu diperingatkan pula darihal kebun-kebun."Dan kebun-kebun dari anggur dan zaitun dan delima, yang bersamaan dan yang tidak bersamaan." Baik anggur maupun zaitun terutama delima ada yang serupa. Ada anggur yang putih dan hijau dan merah warnanya, tetapi sama manisnya. Zaitun demikian pula. Delima ada yang serupa sama-sama manis. Ada pula yang sama rupa, tetapi berlain rasa. Kadang-kadang di dalam rasa yang sama-sama manis terdapat pula perlainan manisnya, seumpama yang kita lihat pada pisang juga. Meskipun batang dan daun pisang serupa, bermacamlah jenis pisang. Pisang ambon, pisang raja serai, pisang raja tenalun, pisang jarum, pisang lidi, pisang tembatu, dan sebagainya. Demikian pula delima tadi."Pandanglah olehmu akan buah-buahannya apabila dia berbuah dan masaknya." Cobalah perhatikan apabila datang musim segala buah itu berbuah sungguh-sungguh semuanya itu mengherankan dan menakjubkan. Apalagi bila diperhatikan setelah dia masak. Niscaya akan timbullah iman dalam hati bahwa manusia hidup di dalam dunia ini yang berkembang berasal dari satu jiwa adalah mendapat jaminan hidup yang sempurna dari Allah. Dan tidak ada selain Allah yang membuatnya jadi begitu.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang beriman."
(ujung ayat 99)