Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka mengerjakan
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
سَنُدۡخِلُهُمۡ
akan Kami masukkan mereka
جَنَّـٰتٖ
surga
تَجۡرِي
mengalir
مِن
dari
تَحۡتِهَا
bawahnya
ٱلۡأَنۡهَٰرُ
sungai-sungai
خَٰلِدِينَ
mereka kekal
فِيهَآ
di dalamnya
أَبَدٗاۖ
selama-lamanya
لَّهُمۡ
bagi mereka
فِيهَآ
di dalamnya
أَزۡوَٰجٞ
isteri-isteri
مُّطَهَّرَةٞۖ
yang suci
وَنُدۡخِلُهُمۡ
dan Kami masukkan mereka
ظِلّٗا
tempat teduh/naungan
ظَلِيلًا
nyaman
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka mengerjakan
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
سَنُدۡخِلُهُمۡ
akan Kami masukkan mereka
جَنَّـٰتٖ
surga
تَجۡرِي
mengalir
مِن
dari
تَحۡتِهَا
bawahnya
ٱلۡأَنۡهَٰرُ
sungai-sungai
خَٰلِدِينَ
mereka kekal
فِيهَآ
di dalamnya
أَبَدٗاۖ
selama-lamanya
لَّهُمۡ
bagi mereka
فِيهَآ
di dalamnya
أَزۡوَٰجٞ
isteri-isteri
مُّطَهَّرَةٞۖ
yang suci
وَنُدۡخِلُهُمۡ
dan Kami masukkan mereka
ظِلّٗا
tempat teduh/naungan
ظَلِيلًا
nyaman
Terjemahan
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang disucikan dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.
Tafsir
(Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai; kekal mereka di sana untuk selama-lamanya. Mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci) dari haid dan dari segala kotoran (dan Kami masukkan mereka ke tempat yang senantiasa teduh berkepanjangan) artinya tidak diganggu oleh sinar matahari yang tiada lain dari naungan surga.
Tafsir Surat An-Nisa': 56-57
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.
Ayat 56
Allah ﷻ menceritakan perihal siksaan-Nya di dalam neraka Jahannam terhadap orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat-Nya dan kafir kepada rasul-rasul-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami.” (An-Nisa: 56), hingga akhir ayat. Maksudnya, Kami akan masukkan mereka ke dalam neraka yang meliputi semua tubuh dan anggota mereka. Kemudian Allah ﷻ menceritakan perihal kekekalan siksa dan pembalasan yang mereka terima. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.” (An-Nisa: 56), hingga akhir ayat. Menurut riwayat Al-A'masy, dari Ibnu Umar, apabila kulit mereka terbakar, maka kulit itu diganti lagi dengan kulit yang lain berwarna putih seperti kertas (kapas). Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
Yahya ibnu Yazid Al-Hadrami mengatakan, telah sampai kepadanya sehubungan dengan makna ayat ini suatu penafsiran yang mengatakan bahwa dijadikan bagi orang kafir seratus macam kulit, di antara dua kulit ada sejenis siksaannya sendiri. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Hisyam, dari Al-Hasan sehubungan dengan firman-Nya: “Setiap kali kulit mereka hangus.” (An-Nisa: 56) Dalam waktu sehari kulit mereka terbakar hangus sebanyak tujuh puluh ribu kali. Dalam sanad hadits ini sesudah Husain ditambahkan Fudail, dari Hisyam, dari Al-Hasan, sehubungan dengan firman-Nya: “Setiap kali kulit mereka hangus.” (An-Nisa: 56) Dikatakan kepada mereka, "Kembalilah seperti semula!" Maka kulit mereka kembali seperti semula.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan dari Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yahya (yakni As-Sa'dani), telah menceritakan kepada kami Nafi' maula Yusuf As-Sulami Al-Basri, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki membacakan ayat berikut di hadapan Khalifah Umar, yaitu firman-Nya: “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan yang lain.” (An-Nisa: 56) Maka Umar berkata, "Ulangi lagi bacaanmu untukku!" Lalu lelaki itu mengulangi bacaan ayat tersebut. Maka Mu'az ibnu Jabal berkata, "Aku mempunyai tafsir ayat ini, kulit mereka diganti seratus kali setiap saatnya." Maka Umar berkata, "Hal yang sama pernah kudengar dari Rasulullah ﷺ."
Ibnu Mardawaih meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, dari Abdan ibnu Muhammad Al-Marwazi, dari Hisyam ibnu Ammar dengan lafal yang sama. Ibnu Mardawaih meriwayatkan pula dengan lafal yang lain dari jalur yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Imran, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Nafi' Abu Hurmuz, telah menceritakan kepada kami Nafi, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa seorang lelaki membacakan ayat ini di hadapan Khalifah Umar, yaitu firman-Nya: “Setiap kali kulit mereka hangus.” (An-Nisa: 56), hingga akhir ayat. Maka Umar berkata, "Ulangi lagi bacaanmu untukku," saat itu di tempat tersebut terdapat Ka'b. Maka Ka'b berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai tafsir ayat ini, aku pernah membacanya sebelum masuk Islam." Ibnu Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Umar berkata, "Wahai Ka'b, coba sebutkan. Jika yang kamu sebutkan itu sama dengan apa yang pernah kudengar dari Rasulullah ﷺ, maka aku membenarkanmu (percaya kepadamu); dan jika tidak, maka kami tidak menganggapnya." Ka'b menjawab, "Sesungguhnya aku telah membacanya sebelum masuk Islam, yaitu setiap kali kulit mereka hangus, maka Kami gantikan dengan kulit yang lain dalam satu saat sebanyak seratus dua puluh satu kali gantian." Maka Umar berkata, "Hal yang sama pernah kudengar dari Rasulullah ﷺ."
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan, telah disebutkan di dalam kitab yang terdahulu bahwa kulit seseorang di antara mereka tebalnya empat puluh hasta, gigi mereka panjangnya empat puluh hasta, dan perut mereka saking besarnya seandainya ditaruh di dalamnya sebuah gunung, niscaya dapat memuatnya. Apabila api neraka membakar hangus kulit mereka, maka kulit itu diganti lagi dengan kulit yang lain. Di dalam hadits lain disebutkan hal yang lebih jelas daripada ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Yahya At-Tawil, dari Abu Yahya Al-Qattat, dari Mujahid, dari Ibnu Umar, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Tubuh ahli neraka di dalam neraka menjadi besar, hingga saking besarnya jarak antara bagian bawah telinga seseorang di antara mereka sampai ke pundaknya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun. Dan sesungguhnya tebal kulitnya adalah tujuh puluh hasta, dan sesungguhnya besar gigi kunyahnya adalah seperti Bukit Uhud.” Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid dari segi sanad ini.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman-Nya: “Setiap kali kulit mereka hangus.” (An-Nisa: 56) Yakni baju-baju kurung mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Tetapi pendapat ini lemah, mengingat bertentangan dengan makna lahiriah ayat.
Ayat 57
Firman Allah ﷻ: “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.” (An-Nisa: 57)
Hal ini menceritakan perihal tempat kembali orang-orang yang berbahagia di dalam surga 'Adn yang di dalamnya mengalir sungai-sungai di semua lembahnya, dan berbagai tempatnya menurut apa yang mereka kehendaki dan di mana pun yang mereka kehendaki, sedangkan mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya; mereka tidak akan pindah, tidak akan dipindahkan, serta tidak ingin pindah darinya.
Firman Allah ﷻ: “Mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci.” (An-Nisa: 57)
Yaitu suci dari haid, nifas, dan segala penyakit, akhlak-akhlak yang buruk dan sifat-sifat yang kurang. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud ialah suci dari semua kotoran dan penyakit. Hal yang sama dikatakan oleh ‘Atha’, Al-Hasan, Adh-Dhahhak, An-Nakha'i, Abu Saleh, Atiyyah, dan As-Suddi.
Mujahid mengatakan makna yang dimaksud ialah suci dari air seni, haid, dahak, ludah, mani, dan anak (yakni tidak beranak).
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah suci dari penyakit, dosa-dosa, dan tiada haid serta tiada beban.
Firman Allah ﷻ: “Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (An-Nisa: 57)
Yakni naungan yang teduh, rindang, wangi lagi indah sekali.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Ja'far; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Adh-Dhahhak menceritakan hadits berikut dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon bila seorang yang berkendaraan menempuh sepanjang naungannya selama seratus tahun, masih belum melewatinya yaitu pohon khuldi.”
Sudah menjadi kebiasaan Al-Qur'an untuk menyebut sesuatu lalu menyebut lawannya. Setelah menjelaskan apa yang menimpa orang kafir, ayat ini lalu menjelaskan apa yang didapatkan oleh orang beriman. Adapun orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanan mereka, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di sana, di dalam surga itu, mereka mempunyai pasangan-pasangan yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman yang tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dinginq Dua ayat terakhir dijelaskan kesudahan dari dua kelompok mukmin dan kafir, yakni tentang kenikmatan dan siksaan, maka sekarang AlQur'an mengajarkan suatu tuntunan hidup yakni tentang amanah. Sungguh, Allah Yang Mahaagung menyuruhmu menyampaikan amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada yang berhak menerimanya, dan Allah juga menyuruh apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia yang berselisih hendaknya kamu menetapkannya dengan keputusan yang adil. Sungguh, Allah yang telah memerintahkan agar memegang teguh amanah serta menyuruh berlaku adil adalah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah adalah Tuhan Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.
Beruntung dan berbahagialah orang yang tidak termasuk golongan orang yang ingkar dan bergelimang dosa dan maksiat, dan mereka termasuk orang-orang yang beriman, mereka senantiasa percaya kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, yang ditandai dengan perbuatan amal saleh, selalu taat dan patuh kepada perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, sekalipun pada suatu saat ia harus mempertaruhkan jiwanya.
Orang semacam itu akan dianugerahi segala macam nikmat dan kesenangan yang ada di dalam surga, mereka akan tetap kekal di dalamnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Jalan yang benar hanya satu. Jalan yang salah bersimpang siur. Menolak kebenaran, tidak lain, hanyalah mempersulit diri sendiri. Di ujung ayat yang lampau telah dikatakan Allah, barangsiapa yang membelok daripada jalan yang lurus, Jahannam atau neraka, itulah akan tempatnya. Tidak lain. Sekarang dipertegas lagi,
Ayat 56
“Sesungguhnya orang-orang yang menampik"
Kufur itu kadang-kadang kita artikan menampik, menolak, atau tidak mau percaya, padahal yang ditolak itu adalah benar, “ayat-ayat Kami." Ayat sudah kita ketahui artinya. Kadang-kadang artinya ialah tanda-tanda dari adanya Allah yang bisa ditilik dari adanya alam. Tampak semuanya teratur, tandanya ada Pengatur. Tampak beberapa makhluk hidup, tandanya penciptanya pastilah hidup. Dan ayat-ayat pun kadang-kadang berarti perintah Allah. Perintah berbuat yang baik, menghentikan yang jahat. Perintah supaya berbakti hanya kepada-Nya, jangan mempersekutukan yang lain dengan Dia, dan berbagai perintah untuk mashlahat manusia. Maka ada orang yang kufur, tak mau percaya atau menampik.
“Akan kami bakar mereka dengan api." Inilah janji ancaman neraka bagi siapa yang menampik kebenaran itu. Inilah pokok kedua yang inti dari kepercayaan beragama. Pokok pertama percaya kepada Allah. Pokok kedua percaya akan hidup yang kedua kali, hidup yang kekal sesudah berbangkit. Di waktu itu akan disiksa orang yang menampik kebenaran dengan siksa yang mengerikan, dibakar di api neraka. “Tiap masak kulit mereka, Kami ganti buat mereka dengan kulit lainnya, supaya mereka merasakan adzab itu." Inilah salah satu siksaan yang akan diderita kelak, kalau manusia tidak mau percaya kepada ayat-ayat Allah, baik tanda ada-Nya maupun perintah dan hukum-Nya. Kalau kita telah mati, hancurlah tubuh kita dalam tanah. Kala Kiamat datang, kita akan dibangunkan kembali, akan dipertemukan lagi di antara tubuh dan nyawa dalam alam yang lain dan keadaan yang lain. Dalam keadaan yang demikianlah si penampik ayat Allah dimasukkan ke dalam neraka. Dimasak oleh api. Hangus kulit diganti dengan kulit lain sehingga adzab itu selalu terasa.
Oleh sebab itu, hal ini telah termasuk dalam bidang yang gaib, tidaklah dapat di dalam kehidupan duniawi yang sekarang ini kita menggali lagi bagaimana caranya pergantian kulit itu. Tidak dapat karena memang tidak bisa. Sebab ini telah termasuk ke dalam lingkungan yang dinamai sam'iyat, yaitu keterangan agama yang kita dengar. Bukanlah kewajiban kita mengkaji dari sekarang bagaimana cara penggantian kulit yang telah hangus dengan kulit lain atau kulit baru. Apakah kulit menjilih, seperti kulit kita di kala hidup ini berganti dengan yang baru setelah kita berjalan berjam-jam di panas terik? Lalu kulit kita hangus kena panas dan berapa hari di belakang menjilih kulit baru? Yang itu tak usah kita kaji. Yang wajib kita kaji, demi membaca ayat ini ialah bagaimana supaya kita jangan menampik ayat Allah sehingga kita mohonkan semogakita jangan diganti-ganti kulit karena kerasnya siksaan di akhirat itu kelak.
“Sesungguhnya Allah adalah Mahagagah." Peraturan-Nya mesti berlaku dan ditaati. Ba-rangsiapa yang melanggar, akan ditimpakan hukuman yang setimpal. Sungguh pun begitu, Allah adalah
“Makabijaksana."
Karena sebelum hukuman itu Dia jatuhkan dari sekarang,di kalahidup ini, manusia kepada jalan yang lurus. Terbuka pula pintu tobat bagi barangsiapa yang sadar, lalu kembali kepada jalan yang benar. Begitulah bijaksananya Allah.
Ayat 57
“Dan orang-orang yang beriman."
Mereka tidak menolak dan menampik, tetapi percaya ayat-ayat Allah. Baik ayat yang berarti tanda adanya Allah karena melihat bekas perbuatan-Nya atau ayat sebagai perintah dan larangan yang dibawa oleh rasul-rasul utusan Allah, mereka terima dan mereka percayai sebab memang yang demikianlah yang benar, sesuai dengan fitrah kemurnian jiwa manusia, cocok dengan akal dan budi.
“Dan beramal saleh-saleh" Iman adalah pengakuan hati dan hati menggerakkan anggota badan buat bekerja, buat beramal. Amal itulah amal yang saleh, yang baik, yang berfaedah, baik kepada diri maupun kepada sesama manusia. Baik kepada hidupnya sekarang maupun kepada hidupnya di akhirat. Diri manusia ialah pertemuan nyawa dan tubuh. Jika nyawa telah beriman, tidak dapat tidak, amal yang salehlah yang ditimbulkannya. Iman dan amal tidak mungkin berpisah. Tidak mungkin ada iman saja, dengan tidak menumbuhkan amal. Tidak mungkin ada amal saleh saja, kalau tidak dari iman. Sebab itu kedua hal ini selalu bertali, tidak bercerai tanggal.
Maka yang beriman dan beramal saleh itu, “Akan Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." Artinya tempat yang indah, subur, dan tenteram, tidak kering tandus seperti padang pasir.
“Kekal mereka di dalamnya." Tidak ada lagi batas waktu, yang itu pun tidak pula dapat dipikirkan dengan ukuran akal kita sekarang. Di sana maut tidak ada lagi. Maut hanya sekali, yaitu sebagai pintu gerbang pembatas di antara al-Hayah al-Faniyah (hidup yang fana) dengan al-Hayah al-Baqiyah (hidup yang kekal) itu. Lalu disebutkan pula, “Padanya pun ada istri-istri yang suci," yang biasa kita artikan anak bidadari. Suci dari haid dan nifas, bahkan lebih penting lagi suci daripada gejala-gejala hidup yang menjadi cacat dari orang perempuan dalam kehidupan dunia.
Mungkin bagi setengah orang tidak ada arti perjanjian Allah ini karena mereka hanya memandang sepintas lalu saja. Tetapi kalau kita pikirkan berapa banyak manusia yang kecewa karena hubungan dengan perempuan duniawi sehingga ada orang yang ditimpa penyakit “benci perempuan" (vrouwenhater) karena patah hati, dapatlah dimaklumi apa artinya janji Allah ini bagi mereka. Atau pemuda yang mati muda dalam keadaan iman dan amal saleh, tetapi belum sempat kawin. Atau mujahid muda yang tewas di medan perang.
Dalam peperangan di Khaibar, datanglah kepada Rasulullah seorang anak gembala hitam yang sedang mengembalakan kambing. Dia melihat Rasulullah berperang mengepungi benteng orang Yahudi di Khaibar. Dia tidak mengerti mengapa orang ini berperang. Dia hanya seorang pengembala kambing, kulit hitam rambut keriting, asal usul dari budak Habsyi (Negro) Dia mau tahu apa yang menjadi sebab peperangan itu. Diberanikan dirinya, ditemuinya Rasulullah saw, dan Rasulullah ﷺ yang mulia hati dan mulia budi menyambut budak penggembala kambing itu dengan senang hati dan menerangkan kepadanya apa maksud peperangan, yaitu menegakkan agama tauhid, percaya kepada Allah, tidak menyembah berhala, harus jujur. Orang Yahudi di Khaibar menentang ajaran itu, sejak dari Madinah sampai ke sini. Budak itu mengerti, lalu dia masuk Islam dan mengucapkan kedua kalimah syahadat, dan bersedia turut berperang. Tetapi suatu hal yang musykil bagi dia, yaitu kambing-kambing yang sedang digembalakan hendaknya kambing itu selamat terlebih dahulu pulang kepada yang empunya. Lalu Rasulullah ﷺ menyuruhnya menghalaukan kambing itu, biar mereka pulang sendiri kepada yang empunya, induk semang anak itu. Perintah Nabi itu dia lakukan, dihalaunya kambing-kambing itu berpuluh ekor banyaknya. Berjalan sendirilah mereka, seakan-akan ada yang menghalau mereka ke kandangnya dengan selamat. Budak itu pun masuklah ke dalam barisan Mujahidin dan turut berperang. Baru dua kalimat syahadat saja yang diucapkannya dan belum dia shalat karena waktu belum masuk. Dia turut berperang di Khaibar dengan semangat yang berkobar. Tetapi maksudnya tercapai, yaitu dia beroleh syahid dalam perang itu, dia mati terbunuh.
Seketika mengumpulkan jenazah-jenazah syuhada, bertemulah jenazah anak itu dan dikuburkan bersama jenazah syuhada-syuhada yang lain. Seluruh sahabat Rasulullah yang hadir amat kagum dan terharu melihat wajah anak yang manis itu, tersungging senyum di bibirnya. Lalu bersabdalah Rasulullah ﷺ kepada sahabat-sahabat itu menerangkan suatu hal yang hanya beliau yang melihatnya, “Dua orang anak bidadari dari surga datang me-nyambut anak itu dan menggosoki badannya yang penuh dengan darah."
Masih dalam alam barzakh sudah begitu, betapa lagi di akhirat esok.
Ayat 57
“Dan akan Kami masukkan mereka ke bawah lindungan yang melindungi."
Masuk ke bawah lindungan yang melindungi. Bukan lagi lindungan pohon-pohon yang rindang melindungi dari cahaya matahari, tetapi lindungan yang sebenarnya lindungan, yaitu lindungan rahmat Ilahi. Shufi yang besar Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa ialah tingkat terakhir dalam tingkat-tingkat evolusi hidup manusia. Dalam lin-dungan terakhir itu tercapailah khalid atau khulud, kekal selamanya, tidak mengenal mati lagi. Karena dari sana kita datang dan ke sana kita kembali.
Kepercayaan akan adanya surga kelak, yang selain daripada janji yang disebutkan di dalam Al-Qur'an, disebutkan pula dalam hadits-hadits Nabi, kita terima dengan segala kerendahan hati dan khusyu penuh iman, dan kita selalu berharap semoga kita dapat mencapainya. Salah satu hikayat tentang surga yang diterangkan Rasulullah ﷺ ialah,
“Dari Abu Said al-Khudri r.a., dan Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya, di dalam surga itu ada sehuah pohon kayu rindang. Berkendaraanlah seorang pengendara mengelilingi pohon kayu itu, dengan kendaraan tangkas dan kencang, seratus tahun belum dapat dihalusinya." (HR Bukhari dan Muslim)
Demikian juga makna dari satu hadits yang dirawikan oleh Abu Hurairah.