Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَنَأۡتِيَنَّكَ
maka sungguh kami akan mendatangkan kepadamu
بِسِحۡرٖ
dengan sihir
مِّثۡلِهِۦ
serupanya/seperti itu
فَٱجۡعَلۡ
maka jadikanlah/buatlah
بَيۡنَنَا
antara kami
وَبَيۡنَكَ
dan antara kamu
مَوۡعِدٗا
perjanjian/pertemuan
لَّا
kami tidak
نُخۡلِفُهُۥ
menyalahkannya
نَحۡنُ
kami
وَلَآ
dan tidak
أَنتَ
kamu
مَكَانٗا
tempat
سُوٗى
sama/pertemuan
فَلَنَأۡتِيَنَّكَ
maka sungguh kami akan mendatangkan kepadamu
بِسِحۡرٖ
dengan sihir
مِّثۡلِهِۦ
serupanya/seperti itu
فَٱجۡعَلۡ
maka jadikanlah/buatlah
بَيۡنَنَا
antara kami
وَبَيۡنَكَ
dan antara kamu
مَوۡعِدٗا
perjanjian/pertemuan
لَّا
kami tidak
نُخۡلِفُهُۥ
menyalahkannya
نَحۡنُ
kami
وَلَآ
dan tidak
أَنتَ
kamu
مَكَانٗا
tempat
سُوٗى
sama/pertemuan
Terjemahan
Kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu. Buatlah suatu perjanjian antara kami dan engkau untuk (mengadakan) pertemuan yang tidak akan kami dan engkau langgar di suatu tempat pertengahan (antara kedua pihak).”
Tafsir
("Dan kami pun pasti akan mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu) yang akan melawannya (maka buatlah suatu waktu antara kami dan kamu) untuk pertemuan itu (yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu, di suatu tempat) lafal Makaanan ini dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya, di tempat (yang pertengahan") lafal Suwan dapat pula dibaca Siwan, artinya, tempat yang letaknya pertengahan, dari arah mana saja didatangi oleh kedua pihak jaraknya sama.
Tafsir Surat Taha: 57-59
Berkata Firaun, "Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). Berkata Musa, "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. Allah ﷻ menceritakan perihal Fir'aun ketika ia menyaksikan tanda yang besar, yaitu mukjizat yang ditampakkan oleh Nabi Musa kepadanya. Tongkat dilemparkan oleh Nabi Musa, maka jadilah tongkat itu ular yang sangat besar; lalu Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam ketiaknya, maka setelah dikeluarkan tangannya memancarkan sinar yang putih bukan karena penyakit.
Fir'aun berkata kepada Musa, "Ini adalah sihir yang kamu buat untuk menyihir kami dan menguasai orang-orang agar mereka mengikutimu, lalu engkau melawan kami bersama mereka; hal itu tidak akan terjadi. Sesungguhnya kami pun mempunyai ahli sihir yang pandai bersihir seperti kamu, maka janganlah kamu merasa besar diri dengan apa yang kamu miliki." maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu. (Thaha: 58) Yakni suatu hari untuk pertemuan kami dan kamu, lalu kita lakukan pertandingan antara ilmu yang kamu miliki dan ilmu yang kami miliki, yakni ilmu sihir, di tempat yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu.
Maka saat itu juga Musa menjawab tantangan tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya. (Thaha: 59) Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah atas apa yang dikehendakiNya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata: dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (Thaha: 59) Yakni semua manusia dikumpulkan di waktu duha agar segala sesuatunya tampak jelas dan gamblang.
Demikian pula halnya semua perkara para nabi, berciri khas jelas dan gamblang, tiada yang tersembunyi dan tiada pula propaganda palsu. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka bahwa hendaknya waktu pertandingan itu diadakan di waktu siang hari, tepatnya waktu matahari sepenggalahan naik, bukan malam hari. Ibnu Abbas mengatakan, hari raya itu adalah hari Asyura.
As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hari itu adalah hari raya mereka. Menurut Sa'id ibnu Jubair, hari itu adalah hari pasaran mereka. Semua pendapat yang dikemukakan pada hakikatnya tidak bertentangan. Menurut pendapat kami, pada hari yang sama Allah membinasakan Fir'aun beserta bala tentaranya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis sahih. Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Fir'aun berkata, "Hai Musa, buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu agar kami dapat membuat persiapan terlebih dahulu." Musa menjawab,"Saya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan diperintahkan untuk menantangmu secara langsung.
Jika kamu tidak mau keluar, maka sayalah yang akan masuk kepadamu." Maka Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang isinya mengatakan, "Buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kamu dan dia, dan katakanlah kepadanya bahwa silakan dia menentukannya sendiri." Kemudian Fir'aun berkata, "Berilah tempo empat puluh hari," maka Musa menyetujuinya. Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). (Thaha: 58) Yang dimaksud dengan suwa ialah tempat yang pertengahan.
As-Saddi mengatakan tempat yang sebanding untuk tujuan itu. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan letak(nya). (Thaha: 58) Yakni tempat yang datar tiada penghalangnya sehingga semua orang dapat menyaksikannya, tiada sebagian dari mereka terhalang penglihatannya oleh sebagian yang lain atau oleh penghalang lainnya."
Bila itu tujuanmu, maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu. Kami akan mengumpulkan para penyihir andal untuk mengalahkanmu. Maka, wahai Musa, buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau. Tentukanlah waktu dan tempat pertemuan itu. Mari kita buat kesepakatan yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula engkau. Adakanlah pertemuan itu di suatu tempat yang terbuka sehingga tidak menyulitkan salah satu pihak dari kita atau orang-orang yang ingin menonton. '59. Nabi Musa tidak gentar menghadapi tantangan Fir'aun. Dia berkata, 'Kesepakatan yang menyangkut waktu untuk pertemuan kami dengan para penyihirmu itu ialah pada hari raya, di tempat kamu dan rakyatmu biasa berkumpul, dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari supaya mereka dapat menyaksikan sejak awal. '.
Ayat ini menerangkan bahwa Firaun berjanji dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan ahli sihir untuk menandingi sihir Musa. Firaun meminta kepada Musa supaya ia menentukan tempat dan waktu untuk berhadapan dengan ahli-ahli sihirnya, serta berjanji supaya dia maupun Musa tidak akan menyalahi ketentuan yang telah disepakati itu. Ini dilakukan Firaun untuk menunjukkan bahwa dia betul-betul mempunyai hati yang keras dan persiapan yang mantap untuk bertanding menghadapi sihir Musa, dengan keyakinan bahwa ia akan menang dalam pertandingan nanti. Juga Firaun menganjurkan supaya Musa memilih tempat yang luas, tidak berbukit-bukit supaya penonton dapat menyaksikan dan melihat pertandingan itu dengan jelas, tidak terhalang oleh suatu apapun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
FIR'AUN MENGUMPULKAN TUKANG SIHIR
Di ayat yang akan datang ini diterangkan bagaimana sikap Fir'aun menyambut seruan Nabi Musa dan Harun itu.
Ayat 56
“Dan sesungguhnya telah Kami perlihatkan kepadanya ayat-ayat Kami semuanya."
Artinya bahwa Musa telah menjelaskan dakwah itu kepada Fir'aun menurut yang dititahkan oleh Allah. Dia telah membawakan sikap yang lemah lembut dengan harapan dia akan sadar, dia akan ingat dan timbul takutnya akan kebesaran Allah. Musa telah menjelaskan dan menyadarkan tentang Kemahakuasaan Ilahi pencipta langit dan bumi, penurunkan hujan dari langit, menyuburkan bumi. Allah telah memberi bentuk bagi masing-masing insan dengan kudrat iradatnya. Dan itu pun dikuatkan dengan mukjizat; tongkat dapat menjelma jadi ular, dan cahaya bisa memancar dari telapak tangan Musa. Tetapi Fir'aun tidak juga mau menerima.
“Namun dia masih mendustakan dan enggan."
Dia tidak mau percaya, dia tidak mau menerima. Dia masih saja yakin akan kebesaran diri dan kekuasaannya. Segala seruan yang
mencoba mengusik pendiriannya itu dipandangnya adalah memusuhi dirinya. Oleh sebab itu maka mukjizat yang dipertunjukkan Nabi Musa di hadapannya itu dipandangnya sihir belaka.
Ayat 57
“Dia berkata, Apakah engkau datang kepada kami karena hendak mengeluarkan kami dari tanah kami dengan sihir engkau, hai Musa."
Kalau kita pandangi secara modern penolakan Fir'aun ini ialah bahwa dia meng-anggap bahwa anjuran yang dibawa Nabi Musa itu terang hendak “mengeluarkan kami dari tanah kami", atau “hendak menurunkan kami dari singgasana kami", atau “hendak mencopot kami dari kekuasaan kami". Sebab kerajaan ini didirikan ialah dengan dasar menuhankan kepala negara, bahwa raja itu adalah tuhan yang mahakuasa, apa perintahnya tidak boleh ditolak, apa titahnya mesti dilaksanakan. Kalau wibawa raja yang seperti itu diganggu gugat, alamat akan runtuhlah kerajaan. Kalau diakui bahwa ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan Fir'aun, walaupun yang disebut kekuasaan tertinggi dari Yang Mahakuasa atas Alam, artinya ialah meletakkan Fir'aun sendiri di bawah kuasa itu. Dan ini tidak bisa diterima sama sekali. Barangsiapa yang menganjur-anjurkan pelajaran seperti ini berarti antipemerintah Fir'aun. Berarti musuh.
Karena Fir'aun merasa bahwa dirinya masih di puncak kekuasaan dan dia ingat bahwa Musa itu pernah hidup dalam istananya, di bawah naungan kuasanya, atau anak semang yang dia besarkan, itulah sebabnya dia bertanya berterus terang seperti itu, “Apakah maksudmu hendak mengusirku dari negeriku ini?"
Ayat 58
“Maka kami pun pasti akan mendatangkan pula kepada engkau dengan sihir semacam itu."
Di pangkal ayat ini Fir'aun menunjukkan tidak mau mengertinya akan ayat-ayat atau mukjizat tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan Musa. Dia menyangka bahwa itu hanyalah sihir saja. Maka dia pun merasa bahwa kekuasaannya yang begitu besar akan sanggup mengalahkan sihir Musa itu. Itu sebabnya dia berkata bahwa dia pun sanggup memperlihatkan pula sihir semacam itu, bahkan dapat mengalahkan sihir Musa itu:
“Kanena itu perbuatlah di antara kami dan di antara engkau suatu perjanjian yang tidak akan kita mungkiri, tidak kami dan tidak engkau, di sesuatu tempat yang di tengah."
Ayat 59
“(Musa) menjawab, “Perjanjian dengan kamu ialah di hari raya."
Dengan jawaban demikian artinya Musa menyanggupi. Bahkan dialah yang menentukan harinyayaumoz-z/mj/j.yangarti harfiahnya ialah hari perhiasan, hari seluruh kota dihiasi dan orang dengan sendirinya akan berduyun-duyun keluar dari rumah masing-masing menyambut hari itu. Kita artikan hari raya!
“Dan bahwa dikumpulkan manusia di sepenggalah malahan naik."
Artinya Musalah sendiri yang menentukan harinya, yaitu di waktu orang ramai berhari raya. Dia pula yang menentukan saat atau waktunya, yaitu di waktu Dhuha, sepanggalah matahari naik di antara pukul delapan dan pukul sembilan pagi. Yaitu ketika manusia-manusia yang datang meramaikan Hari Raya berkerumun-kerumun itu sedang segar dan hari belum panas benar. Niscaya dengan demikian orang akan bertambah tertarik melihat pertandingan sihir itu.
Ayat 60
“Maka Fir'aun pun meninggalkan tempat itu."
Kalau Fir'aun waktu itu sedang duduk di atas singgasana dan mahligai keemasannya, dan Musa sedang berdiri berhadapan dengan dia, maka Fir'aun meninggalkan tempat itu ialah dengan segeranya dia berdiri dari kursi keemasannya itu dan undur ke ruang dalam istana. Sudah menjadi adat raja-raja sejak zaman purbakala, bahwa apabila seorang raja telah undur ke ruang dalam istana artinya majelis pun bersurai, atau bubar dan masing-masing hadirin pun sudah boleh meninggalkan ruang balairungsari tempat menjunjung duli itu."Lalu dikumpulkan tipu dayanya." Atau diaturnya siasatnya, dikumpulnya ahli-ahli bicara, orang-orang besar istana untuk mem-perkatakan bagaimana caranya siasat yang harus diatur agar sihir Musa ini dapat dikalahkan. Maka dikirimlah utusan ke segala pelosok negeri guna menjemput dan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang ternama, yang semuanya akan dikerahkan untuk menghancurkan sihir Musa itu, sampai Musa jatuh air mukanya di hadapan majelis orang banyak dan hilanglah kepercayaan orang kepadanya,
Berbagilah riwayat ahli tafsir tentang banyaknya ahli sihir yang disuruh berkumpul ke istana untuk kelaknya dengan sekali pukul menghancurkan sihir Musa itu.
“Kemudian dia pun datang!"
Artinya tidak berapa lama kemudian hari yang telah ditentukan yaitu hari raya pun datanglah dan rakyat pun telah datang pula berduyun-duyun dan tukang-tukang sihir pun telah pula berkumpul ke tempat itu saat yang ditentukan di sepenggalah matahari naik. Musa pun telah hadir dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri, karena percaya akan bantuan dan perlindungan Allah.
Setelah berhadap-hadapan antara Musa dan tukang-tukang sihir itu, di hadapan Fir'aun yang duduk di atas singgasananya:
Ayat 61
“Berkata Musa kepada mereka, “Celaka kamu! Janganlah kamu mengada-adakan atas Allah suatu kedustaan niscaya kamu dicelakakan-Nya dengan adzab."
Mulai saja berhadapan Musa telah menunjukkan kelebihan dan ketinggian jiwanya karena kedatangannya adalah atas perintah dan utusan dari Allah. Kalian ini akan celaka semua, katanya. Karena sihir apa pun yang akan kalian keluarkan, semuanya itu adalah kebohongan dan kepalsuan belaka. Kalau ini akan kalian teruskan, pastilah adzab siksaan Allah akan menimpa diri kalian semuanya. Seakan-akan dia berkata, bahwa kalian akan sia-sia menantang dan melawan saya. Saya ini bersikap adalah atas kehendak Allah, padahal kalian hanyalah hamba sahaya, budak-budak dan orang-orang suruhan dari Fir'aun.
“Dan sesungguhnya sangat rugilah orang yang suka mengada-ada."
Akan rugi harta, rugi tenaga, karena pasti tidak berhasil dan pasti kalah berhadapan dengan kudrat iradat Allah ﷻ
Ayat 62
“Maka benbantah-bantahanlah mereka di antara mereka tentang unusan mereka itu."
Artinya, bahwa setelah mendengar perkataan Nabi Musa yang lantang, terus terang, dan penuh keyakinan itu, timbullah perbantahan di antara tukang-tukang sihir itu sendiri. Menjadi bukti bahwa tidaklah semua mereka yakin benar akan sekas sihirnya. Mungkin telah ada di antara mereka yang sebanyak itu yang telah mendengar berita bahwa tongkat Musa dapat menjelma menjadi ular dan menjalar di tanah dengan menggeleng-geleng yang menimbulkan takut. Dan mungkin pula ada di antara mereka yang telah mendengar bahwa jika telapak tangan kanan Musa dimasukkannya ke dalam ketiak kirinya dan dikeluarkannya kembali dia akan memancarkan sinar cahaya yang ajaib. Sebab itu maka timbul perbantahan di antara mereka, akan diteruskan jugakah melawan Musa ini.
“Dan mereka merahasiakan pencakupan."
Seakan-akan dapatlah kita lihat dalam mata khayat kita apa yang diungkapkan dalam ayat ini. Setelah mendengar teguran Musa yang begitu jelas dan yakin, mereka timbul ragu. Mereka pecah pikiran sesama sendiri, sehingga timbul perbantahan. Tetapi karena Musa hadir Fir'aun pun menyaksikan, perbantahan terpaksa tidak keras-keras, malahan sambil berbisik-bisik, setengah rahasia. Dan dapat kita khayatkan juga bahwa orang banyak yang telah berduyun berkumpul pun hening melihat peristiwa itu.
Akhirnya dapatlah mereka dipersatukan kembali dengan peringatan beberapa orang di antara mereka, yaitu orang-orang yang terdekat kepada Fir'aun atau orang-orang yang ditugaskan oleh Fir'aun buat membujuk mereka. Di dalam surat al-A'raaf ayat 114 dan surat asy-Syu'araa' ayat 42 ada dijelaskan janji bujukan untuk mereka asal mau melawan sihir Musa itu, bahwa mereka akan dijadikan “al-Muqarrabin" yaitu orang-orang yang terdekat ke istana.
Ayat 63
“Mereka berkata, Tidak lain kedua orang ini hanyalah dua tukang sihir yang hendak mengusir kamu dari tanah kamu dengan sihir keduanya"
Inilah salah satu siasat yang dipakai oleh Fir'aun dan kaki tangan kekuasaannya buat melumpuhkan lawannya. Dibuatnya fitnah dan ditafsirkan dengan cara yang lain. Tidak dibuka-buka dan tidak hendak dipedulikan apa maksud yang sejati dari kedatangan utusan Allah yang bernama Musa dan Harun itu. Disebarkan saja berita bahwa keduanya adalah tukang sihir dengan maksud tertentu. Yaitu hendak mengusir kamu dari tanah kamu, atau dari tanah air kamu.
“Dan keduanya hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama."
Ditanamkanlah rasa kebencian kepada kedua utusan Allah itu. Hendak mengusir kamu dari tanah kamu, artinya hendak merebut kekuasaan dari tangan kamu. Padahal yang di-“kamu"-kan itu belumlah pernah selamanya menikmati hidup mewah di atas tanahnya. Yang mewah hanya Fir'aun dengan para pembantunya. Dikatakan pula bahwa kedua tukang sihir itu hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama. Yaitu bahwa kalau Fir'aun yang berkuasa, kalian boleh berkehendak hati, tidak ada yang akan terlarang, asal kalian taat setia kepada Fir'aun. Tetapi kalau sihir kedua orang ini yang menang, sudah banyak yang akan dilarang. Bermegah-megah tidak boleh lagi. Berharta banyak tidak boleh lagi.
Ayat 64
“Sebab itu kumpulkanlah segala tipu daya kamu."
Kumpulkan segala kepandaian segala sihir, segala mantra-mantra, segala kepandaian dan kelicikan, kumpulkan semuanya jadi satu."Dan datanglah dengan berbaris." Artinya hendaklah serentak mengambil sikap, jangan berpecah dan bertindak sendiri-sendiri, dan sekali-kali jangan ada yang ragu menghadapi kedua tukang sihir ini. Maju serentak
“Dan sesungguhnya akan berbahagialah pada hari ini barangsiapa yang menang."
Perkataan ini pun telah menunjukkan bahwa pihak istana telah mengerti juga bahwa hari ini memanglah hari yang menentukan. Barangsiapa yang menang dalam pertandingan sihir ini, di hari ini, menanglah dia buat seterusnya, dan kalau kalah, hancurlah buat seterusnya. Tetapi Fir'aun dan orang-orang besarnya yakin benar bahwa merekalah yang akan menang!
Manakah boleh tujuh puluh dua tukang sihir (menurut riwayat dari Ibnu Abbas, yaitu jumlah yang paling sedikit dari beberapa riwayat. Sedang Ibnu al-Munkadir 80.000 banyaknya). Mana boleh dua orang akan menang menghadapi tujuh puluh dua orang pilihan yang didatangkan dari seluruh negeri? Sebab itu Fir'aun memperhitungkan bahwa kemenangan di hari ini adalah kebahagiaan yang selanjutnya. Pertama Kerajaan Fir'aun tidak dapat ditumbangkan oleh sihir dua orang dari Bani Israil yang terhina. Dan kemenangan bagi tukang-tukang sihir itu sendiri pribadi, ialah bahwa mereka akan diberikan kedudukan yang mulia, menjadi orang-orang yang terdekat ke istana!
Ayat 65
“Mereka berkata, “Hai Musa! Atau engkau yang akan melemparkan, atau kami yang terlebih dahulu."
Yaitu setelah mereka bulat kata kembali, sehabis diperingatkan bahwa pada kemenangan yang sekali ini ditentukan nasib mereka di belakang hari, akan menjadi orang-orang yang terdekat kepada sang raja jika menang, atau menjadi orang yang hina kalau
Di dalam berbagai tafsir disebutkan pula bahwa tali-tali dan tongkat-tongkat itu mereka cat dengan air cat berupa air emas atau air perak sehingga kalau kena cahaya matahari semuanya seakan-akan menjalar. Kita pun kerapkali melihat ular-ularan permainan kanak-kanak buatan Jepang yang sepintas lalu dapat menimbulkan cemas orang, karena menyangka bahwa ular betul-betul.