Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أَعِظُكُم
aku memberi nasihat kepadamu
بِوَٰحِدَةٍۖ
dengan satu (perkara)
أَن
bahwa
تَقُومُواْ
kamu berdiri/menghadap
لِلَّهِ
kepada Allah
مَثۡنَىٰ
berdua-dua
وَفُرَٰدَىٰ
dan sendiri-sendiri
ثُمَّ
kemudian
تَتَفَكَّرُواْۚ
kamu berfikir
مَا
tidaklah
بِصَاحِبِكُم
kawanmu itu
مِّن
dari
جِنَّةٍۚ
penyakit gila
إِنۡ
tak lain
هُوَ
dia
إِلَّا
kecuali
نَذِيرٞ
seorang pemberi peringatan
لَّكُم
bagi kalian
بَيۡنَ
diantara
يَدَيۡ
dihadapannya/sebelumnya
عَذَابٖ
azab
شَدِيدٖ
keras
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أَعِظُكُم
aku memberi nasihat kepadamu
بِوَٰحِدَةٍۖ
dengan satu (perkara)
أَن
bahwa
تَقُومُواْ
kamu berdiri/menghadap
لِلَّهِ
kepada Allah
مَثۡنَىٰ
berdua-dua
وَفُرَٰدَىٰ
dan sendiri-sendiri
ثُمَّ
kemudian
تَتَفَكَّرُواْۚ
kamu berfikir
مَا
tidaklah
بِصَاحِبِكُم
kawanmu itu
مِّن
dari
جِنَّةٍۚ
penyakit gila
إِنۡ
tak lain
هُوَ
dia
إِلَّا
kecuali
نَذِيرٞ
seorang pemberi peringatan
لَّكُم
bagi kalian
بَيۡنَ
diantara
يَدَيۡ
dihadapannya/sebelumnya
عَذَابٖ
azab
شَدِيدٖ
keras
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku hendak menasihatimu dengan satu hal saja, (yaitu) agar kamu bangkit karena Allah, baik berdua-dua maupun sendiri-sendiri, kemudian memikirkan (perihal Nabi Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu bahwa di hadapanmu ada azab yang keras.”
Tafsir
(Katakanlah! "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepada kalian suatu hal saja) yaitu (supaya kalian menghadap Allah) dengan ikhlas hanya karena-Nya (dua-dua) yakni berduaan (atau sendiri-sendiri) satu persatu (kemudian kalian pikirkan tentang -Muhammad-) sehingga kalian mengetahui (tidak ada pada diri kawan kalian ini) yakni Nabi Muhammad (penyakit gila sedikit pun) yakni kegilaan (tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum) kalian menghadapi (azab yang keras.") di akhirat nanti jika kalian mendurhakainya.
Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46) Firman Allah ﷻ: Katakanlah. (Saba: 46) Hai Muhammad, kepada orang-orang kafir itu yang mengiramu sebagai orang gila, Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja. (Saba: 46) Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja, yaitu: supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46) Hendaknya kamu bersatu dan membulatkan niat secara tulus karena Allah tanpa dipengaruhi oleh kecenderungan dan juga tanpa fanatisme.
Lalu sebagian kamu menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah Muhammad mempunyai penyakit gila?" kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain dengan tulus. Kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad). (Saba: 46) Yakni hendaklah seseorang merenungkan perihal Nabi Muhammad dan menanyakannya kepada orang lain tentang perihalnya jika ia sulit untuk menilainya. Hendaknya pula ia memandang kepada dirinya sendiri. Karena itu, disebutkan oleh firman Allah ﷻ: yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46) Demikianlah menurut apa yang tersimpulkan dari pendapat yang dikemukakan oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, As-Saddi.
Qatadah, dan lain-lainnya. Dan inilah yang dimaksud oleh ayat. Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu bahwa: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abul Atikah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku dianugerahi tiga perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku, bukan karena sombong.
Yaitu dihalalkan bagiku ganimah, padahal ia belum pernah dihalalkan bagi orang-orang sebelumku; mereka dahulu sebelumku mengumpulkan ganimah itu, lalu mereka bakar; dan aku diutus untuk semua makhluk yang berkulit merah dan yang berkulit hitam (yakni jin dan manusia), sedangkan dahulu setiap nabi diutus hanya khusus untuk kaumnya; dan bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi suci dan menyucikan, aku dapat bertayamum memakai debu dan salat di mana saja bila waktu salat telah masuk.
Allah ﷻ telah berfirman, "Supaya kalian berdiri menghadap Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri, dan aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam musuhku) dalam jarak perjalanan satu bulan di hadapanku. Hadis ini daif sanadnya, dan mengenai tafsir ayat yang ditakwilkan dengan pengertian berdiri dalam salatbaik jamaah maupun sendiri-sendiri jauh dari kebenaran. Barangkali kalimat ini disisipkan oleh sebagian perawi ke dalam hadis, karena sesungguhnya asal hadis ini telah termaktub di dalam kitab-kitab sahih dan lainnya (tanpa memakai tafsir ayat tersebut); hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah ﷻ: Dan tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46) ". ". Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ mendaki bukit Safa, lalu berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini, berkumpullah!" Maka orang-orang Quraisy datang berkumpul kepadanya, lalu mereka bertanya, "Mengapa kamu?" Nabi ﷺ bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian seandainya aku beritakan kepada kalian bahwa musuh akan datang menyerang kalian di pagi hari atau di petang hari ini, apakah kalian percaya kepadaku? Mereka menjawab, "Tentu percaya.
Nabi ﷺ bersabda, "Maka sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum (menghadapi) azab yang keras. Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu, apakah hanya untuk itu engkau mengumpulkan kami?" Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. (Al-Lahab: 1) Hal ini telah dijelaskan dalam tafsir firman-Nya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214) ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Basyir ibnul Muhajir, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui kami di suatu hari, lalu beliau berseru sebanyak tiga kali dan bersabda, "Tahukah kalian, seperti apakah perumpamaan antara aku dan kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya perumpamaan aku dan kalian bagaikan suatu kaum yang merasa khawatir akan kedatangan musuh yang menyerang mereka. Lalu mereka mengirim seorang lelaki untuk memata-matai kedatangan musuh.
Ketika ia telah berada di posisinya, tiba-tiba ia melihat musuh datang. Maka segera ia kembali untuk memperingatkan mereka dengan penuh kekhawatiran akan tersusul oleh musuh sebelum ia menyampaikan peringatan dini kepada kaumnya, untuk itu ia melepaskan bajunya dan mengibar-ngibarkannya seraya berseru, "Hai kaumku, kalian akan diserang. Hai kaumku, kalian akan diserang, sebanyak tiga kali. Masih dalam sanad yang sama disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ". Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dengan hari kiamat berbarengan, hampir saja hari kiamat benar-benar mendahuluiku. Hadis diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya."
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah dengan ikhlas guna menemukan kebenaran. Kamu lakukan renungan itu dengan berdua-dua, yakni secara berkelompok, atau sendiri-sendiri, dalam suasana tenang, kemudian agar kamu pikirkan tentang Nabi Muhammad yang sudah lama kamu kenal sebagai orang yang dapat dipercaya, lalu kamu mengatakan dia gila, lantaran dia mengajakmu untuk beriman kepada Allah. Ketahuilah, kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum menghadapi azab yang keras. '47. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, 'Imbalan apa pun yang aku minta kepadamu, maka manfaat imbalan itu untuk kamu. Apabila kamu menerima seruanku agar beriman dan mengesakan Allah maka manfaat iman itu adalah untuk dirimu sendiri, bukan untukku. Imbalanku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang tersembunyi maupun yang tampak. '.
Pada ayat ini, Allah meminta Nabi Muhammad agar mengajak kaum kafir untuk melakukan satu hal saja, yaitu benar-benar berupaya mendekatkan diri kepada Allah untuk mencari kebenaran. Mendekatkan diri untuk mencari kebenaran dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama dengan orang lain supaya dapat bertukar pikiran. Setelah itu, mereka diminta untuk merenungkan kebenaran ajaran-ajaran dalam Al-Qur'an, secara tenang, objektif, dan tulus tanpa dipengaruhi hawa nafsu atau kedengkian. Setelah mereka renungkan secara objektif, masih jugakah mereka akan menuduh bahwa yang menyampaikan kebenaran itu, yaitu Nabi Muhammad, tidak benar? Bukankah ajaran Al-Qur'an itu amat benar? Bila benar, pembawa ajaran itu juga benar. Seharusnya mereka sampai kepada kesimpulan bahwa beliau sejatinya adalah seorang yang tulus. Ia hanya ingin mengingatkan dan memperingatkan manusia agar tidak sesat di dunia dan merugi nanti di akhirat. Beliau hanya ingin agar manusia beriman dan menjadi manusia yang baik, agar di dunia bahagia dan di akhirat terhindar dari neraka. Oleh karena itu, mereka seharusnya berterima kasih kepadanya, dan tidak menuduhnya yang bukan-bukan.
Fungsi beliau sebagai pemberi peringatan ini juga disampaikan beliau dalam sebuah hadis:
Sesungguhnya aku ini pemberi peringatan bagimu sekalian sebelum menghadapi azab yang keras. (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu 'Abbas).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
LANDASAN DAKWAH ISLAMIYAH
Dalam lima ayat ini, ayat 46 sampai 50 dimulai Allah ﷻ dengan ucapan, “Katakanlah! “ Yaitu sebagai bimbingan kepada Utusan-Nya dalam menghadapi manusia, terutama kaumnya sebagai landasan pertama dan dakwah Islam ini.
Ayat 46
“Katakanlah! Hanya satu saja nasihat yang akan aku berikan kepadamu."
Sebagai inti atau puncak dari segala se-ruan dan dakwah, “(yaitu) bahwa kamu menghadap Allah berdua-dua dan sendiri-sendiri." Dalam ayat ini terkandung anjuran kepada pribadi mereka masing-masing seketika mereka tersisih dari kelompok orang banyak.
Di hadapan orang banyak pemimpin-pemimpin Quraisy telah menyebarkan propa-ganda bahwa Al-Qur'an yang dibawa oleh Muhammad ﷺ itu adalah usahanya hendak merintangi mereka dari menyembah apa yang disembah nenek moyang, kemudian dituduh pula bahwa Al-Qur'an itu hanya dusta yang dikarang-karang saja oleh Muhammad, dan ketiga dituduh bahwa anjuran Muhammad itu hanyalah sihir yang nyata.
Di sini Nabi disuruh Allah menganjurkan orang-orang itu supaya berpikir sendiri-sendiri, direnungkan dan tinjau ke dalam hati sendiri. Sebab seluruh kaum itu tetap percaya kepada Allah Yang Esa. Mereka menyembah berhala hanyalah sebagai perantara saja. Dalam anjuran Nabi ini mereka disuruh berdua-dua atau sendiri-sendiri menghadap langsung kepada Allah. Tinggalkan pengaruh yang lain.
Dalam ayat disuruh terlebih dahulu memusatkan persembahan semata-mata kepada Allah itu ialah berdua-dua. Artinya ajaklah seorang teman yang dekat mengadakan per-tukaran pikiran dan persamaan paham. Dengan cara demikianlah akan sama terbebaslah diri dan teman dari pengaruh orang banyak yang sedang dihasut dengan propaganda yang bukan-bukan, sampai menuduh Nabi Muhammad ﷺ itu gila."Kemudian itu hendaklah kamu pikirkan/'yaitu setelah menghadap seluruh ingatan kepada Allah Yang Maha Tunggal Pencipta Alam hendaklah berpikir lagi. Pikirkan segala butir kata dan seruan, ajakan, dan dakwah yang disampaikan oleh Muhammad kepada kamu, sejak ayat-ayat pertama mulai turun sampai sekarang. Niscaya pikiranmu yang jernih dan tidak terpengaruh itu akan dapat mengambil kesimpulan, “Tidaklah ada pada teman kamu itu sakit gila." Tidaklah mungkin butir kata yang begitu mendalam akan timbul dari pikiran orang gila.
“Dianya lain tidak hanyalah menjadi Pengancam bagi kamu di hadapan adzab
yang sangat."
Tidak! Kawanmu itu bukan orang gila. Dia adalah laksana seorang yang keluar tengah malam dari dalam rumahnya karena merasa sangat panas. Lalu dibukanya jendela dan melihat keluar. Tiba-tiba kelihatan olehnya api menyala-nyala meninggi pada dapur rumah tetanggannya, namun tetangga itu masih nyenyak tidur. Lalu dia bersorak-sorak, “Api! Api!" agar orang di kiri kanan, terutama yang sedang terancam bahaya supaya segera bangun me-madamkan api itu.
Ayat 47
“Katakanlah, upah yang aku minta dari kamu maka dia adalah untuk kamu jua."
Ayat ini bukanlah berarti bahwa Rasulullah ﷺ meminta upah dari mereka dalam beliau melakukan dakwah. Ibarat kata ini ialah bantahan dan tangkisan kepada mereka yang menilai dakwah Rasul akan meminta “persen" atau balas jasa. Kepada orang seperti ini Nabi disuruh mengatakan kata sebagaimana itu, yang berarti, “Simpanlah yang kamu sangka akan aku minta itu buat keperluanmu sendiri." Upahku sendiri lain tidak adalah terserah kepada Allah." Yang mengutus aku menjadi rasul adalah Allah sendiri. Sebab itu maka hidupku dan matiku, jaminan hidupku dan keselamatanku adalah dari Allah semata-mata. Jangan kamu menyangka aku mengharapkan apa-apa dari kalian. Harapanku hanya kalian berbahagia, selamat dunia dan akhirat.
“Dan Dia atas segala sesuatu adalah menyaksikan."
Perjuanganku menegakkan dakwah kepada kamu, sanggahan kamu terhadap seruan-ku, ataupun penerimaan kamu dengan baik, semuanya di bawah kesaksian Allah sematamata.
Ayat 48
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhankulah yang melempankan dengan kebenanan."
Dan lemparan Allah ﷻ itu adalah jitu selalu, apatah yang Allah lemparkan itu kebenaran pula. Maksud pelemparan di sini ialah untuk menghancurkan pertahanan dari perkara yang batil, pendirian yang salah. Dia dilempar oleh Allah ﷻ dengan kebenaran, sehingga pertahanan yang batil itu runtuh tidak dapat bangun lagi. Di ujung ayat disebut sifat Allah SWT, yaitu “'Allamul Ghuyuub “. Allah Yang Maha Mengetahui akan segala yang gaib, sehingga kemungkaran dan kebatilan itu tidak dapat dilindung-lindungi dan disembunyikan.
Ayat 49
“Katakanlah, “Yang benar sudah datang “
Diumpamakan orang sedang ribut-ribut, kacau-balau pada sebuah negeri karena pemimpin sejati tidak ada, hanya pengadu-pengadu untung yang berebut-rebut hendak jadi pemimpin, maka tiba-tiba datanglah berita bahwa Sang Kebenaran telah datang. Meskipun dia belum muncul, masih di tengah perjalanan, maka si batil dan si pengacau pengadu untung itu dengan sendirinya kehilangan tenaga buat melawan. Mereka hilang satu demi satu, dan tidak kelihatan mata hidungnya lagi, “Dan tidaklah yang batil akan bermulai, “ tidaklah akan berhasil kalau masih ada percobaan hendak menyusun kebatilan yang baru, buat menandingi atau mengalahkan kebenaran yang telah datang itu.
“Dan tidaklah dia akan kembali."
Bilamana Islam sebagai kebenaran yang mutlak telah datang, maka daulah kebatilan berhala dengan sendirinya telah hancur dan pasti kalah. Akan menegakkan keberhalaan yang baru sebagai ganti yang lama, tidaklah akan berhasil. Demikian pun buat mengulangi kembali keberhalaan yang runtuh sampai sebagaimana dahulu tidaklah akan tercapai lagi.
Ayat 50
“Katakanlah, “Jika aku tersesat, maka tidak lain kesesatanku itu hanyalah untuk diriku."
Timbul bimbingan Allah ﷻ memberikan tangkisan seperti ini kepada Rasul-Nya ialah karena pasti ada pula di antara musyrikin itu yang mengatakan bahwa Nabi telah tersesat jalan, karena dia telah meninggalkan agama dan tradisi yang telah diterima dari nenek moyang. Dia telah menantang kebiasaan orang banyak. Nabi disuruh menjawab, bahwa kalau langkahku itu kamu namai tersesat, yang demikian adalah tanggung jawabku. “Dan jika aku mendapat petunjuk," sehingga jalan yang aku tempuh itu berhasil dengan baik, “Maka itu adalah dengan sebab apa yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku." Sama sekali ini adalah berkah dan bimbingan Allah SWT, pimpinan-Nya dan petunjuk yang Dia berikan. “Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengarmaka didengar-Nyalah segala keluhan dan permohonanku. Didengar-Nya pula jika aku terkhilaf mengucapkan kata, lalu ditegurnya,
“Mahadekat."
Sehingga jika aku memohonkan pertolongan di saat itu juga permohonanku Dia ka-bulkan. Dia dekat, Dia menjaga, memelihara, memberikan perlindungan. Dia dekat, sehingga segala bahaya yang akan menimpa kepada Rasul-Nya dan kepada segala umat yang berjuang dengan ikhlas, akan mendapat per-lindungan-Nya. Dan karena Allah itu dekat adanya, baik Rasul atau orang-orang yang mengikuti jejaknya, selalu berhati-hati dalam hidup, jangan sampai melanggar larangan-Nya dan melalaikan apa yang Dia perintahkan.