Ayat
Terjemahan Per Kata
يَهۡدِي
memberi petunjuk
بِهِ
dengannya (Kitab)
ٱللَّهُ
Allah
مَنِ
orang
ٱتَّبَعَ
mengikuti
رِضۡوَٰنَهُۥ
keridhaanNya
سُبُلَ
jalan
ٱلسَّلَٰمِ
keselamatan
وَيُخۡرِجُهُم
dan Dia mengeluarkan mereka
مِّنَ
dari
ٱلظُّلُمَٰتِ
kegelapan
إِلَى
kepada
ٱلنُّورِ
cahaya/terang
بِإِذۡنِهِۦ
dengan izinNya
وَيَهۡدِيهِمۡ
dan Dia memberi petunjuk mereka
إِلَىٰ
kepada
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
lurus
يَهۡدِي
memberi petunjuk
بِهِ
dengannya (Kitab)
ٱللَّهُ
Allah
مَنِ
orang
ٱتَّبَعَ
mengikuti
رِضۡوَٰنَهُۥ
keridhaanNya
سُبُلَ
jalan
ٱلسَّلَٰمِ
keselamatan
وَيُخۡرِجُهُم
dan Dia mengeluarkan mereka
مِّنَ
dari
ٱلظُّلُمَٰتِ
kegelapan
إِلَى
kepada
ٱلنُّورِ
cahaya/terang
بِإِذۡنِهِۦ
dengan izinNya
وَيَهۡدِيهِمۡ
dan Dia memberi petunjuk mereka
إِلَىٰ
kepada
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
lurus
Terjemahan
Dengannya (kitab suci) Allah menunjukkan kepada orang yang mengikuti rida-Nya jalan-jalan keselamatan, mengeluarkannya dari berbagai kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan kepadanya (satu) jalan yang lurus.
Tafsir
(Dengan kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya) maksudnya dengan Al-Qur'an dan dengan jalan beriman (ke jalan-jalan keselamatan) jalan yang menyelamatkan mereka (dan mengeluarkan mereka dari kegelapan) yakni kekafiran (kepada cahaya) yakni keimanan (dengan izin-Nya) dengan iradat-Nya (serta membimbing mereka ke jalan yang lurus) yakni agama Islam.
Tafsir Surat Al-Ma'idah: 15-16
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
Ayat 15
Allah ﷻ memberitakan perihal diri-Nya Yang Maha Mulia, bahwa Dia telah mengutus Rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad ﷺ) dengan membawa hidayah dan agama yang benar kepada seluruh penduduk bumi, baik yang Arab maupun yang 'Ajam (nonArab), dan baik yang ummi maupun yang pandai baca tulis. Dia mengutusnya dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya.” (Al-Maidah: 15)
Yakni Rasul itu akan menjelaskan hal-hal yang mereka ganti, yang mereka ubah, dan yang mereka takwilkan; mereka dustakan terhadap Allah dalam takwil itu, membiarkan banyak hal yang mereka ubah, tetapi tidak ada faedahnya bila dijelaskan.
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadits Al-Husain ibnu Waqid, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa barang siapa yang ingkar terhadap hukum rajam, sesungguhnya ia telah ingkar kepada Al-Qur'an tanpa terasa olehnya.
Firman Allah ﷻ: “Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan.” (Al-Maidah: 15)
Hukum rajam termasuk salah satu yang mereka sembunyikan. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa sanad atsar ini shahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.
Kemudian Allah ﷻ memberitahukan perihal Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepada Nabi-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan.” (Al-Maidah: 15-16)
Yaitu jalan-jalan keselamatan dan kesejahteraan serta jalan-jalan yang lurus.
Ayat 16
“Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 16)
Maksudnya, menyelamatkan mereka dari kebinasaan dan menjelaskan kepada mereka jalan yang paling terang, sehingga mereka terhindar dari hal-hal yang dilarang dan dapat meraih urusan-urusan yang disukai mereka, membuang kesesalan dari mereka, dan menunjuki mereka kepada keadaan yang paling baik buat mereka.
Allah menyatakan sekali lagi pada ayat ini jalan keselamatan bagi orang-orang yang beriman yaitu dengan mengikuti petunjuk dan tuntunan kitab suci Al-Qur'an. Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mengikuti keridaan-Nya, mengantarkan ke jalan keselamatan, yaitu dengan beriman kepada-Nya, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita, yaitu kegelapan kufur kepada Allah dan mengantarkan kepada cahaya, yaitu iman kepada Allah, dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus, jalan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat Setelah menjelaskan fungsi diutusnya para rasul dan kedatangan kitab suci sebagai petunjuk ke jalan keselamatan, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kegelapan yang menyelubungi jiwa dan pikiran Ahli Kitab adalah kepercayaan mereka tentang Tuhan. Sungguh, telah kafir orang-orang, yakni segolongan orang-orang Nasrani, yang berkata, Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam, yakni bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan atau anak Tuhan. Keyakinan mereka itu sungguh sesat. Untuk membuktikan kesesatan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada di bumi' Tentu tidak ada. Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Semuanya tunduk dan patuh kepada kehendak Allah. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai dengan cara yang dipilih-Nya, di antaranya menciptakan seorang manusia tanpa ayah yaitu Nabi Isa. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ayat ini menerangkan bahwa dengan Al-Qur'an Allah memimpin dan menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dunia dan akhirat serta mengeluarkan mereka dari alam yang gelap ke alam yang terang dan menunjuki mereka jalan yang benar.
Ayat ini menerangkan tiga macam tuntunan yang besar faedahnya yaitu:
a. Mematuhi ajaran Al-Qur'an akan membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan.
b. Menaati ajaran Al-Qur'an akan membebaskan manusia dari segala macam kesesatan yang ditimbulkan oleh perbuatan tahayul dan khurafat.
c. Mematuhi Al-Qur'an akan menyampaikan manusia kepada tujuan terakhir dari agama, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 15
“Wahai Ahlul Kitab! Telah datang kepada kamu Utusan Kami, menenangkan kepada kamu banyak hal dari apa yang telah kamu sembunyikan."
Di antaranya ialah ketika terjadi perzinaan di antara orang-orang yang disegani di antara Yahudi itu. Di kalangan Yahudi sendiri menjadi buah mulut perbuatan yang jahat itu, tetapi pemuka-pemuka mereka tidak sampai hati atau tidak berani menjalankan hukum kepada mereka. Lalu mereka mendapat akal, yaitu meminta hukum kepada Rasulullah ﷺ Tetapi oleh beliau diminta supaya mereka menguraikan sendiri apa bunyi hukum itu dalam Taurat. Di dalam Kitab Ulangan Pasal 22 ayat 22 dan 23 diterangkan hukum bagi orang yang berzina, dibunuh dan direjam. Tetapi mereka sembunyikan hukum itu kepada Rasulullah, mereka tidak mengerjakan menurut hukum itu. Malahan pemuka agama mereka yang bernama Ibnu Shuriya tidak mau menerangkan yang sebenarnya, sampai datang Abdullah bin Salam yang mengerti Taurat, membukakan bunyi hukum itu, sehingga terbukalah rahasia kecurangan Bani Israil itu. Dan akhirnya terpaksa mengaku.
Selain dari itu, baik Yahudi maupun Nasrani, sampai sekarang, tidaklah mau mengakui, kalau ada isi kitab Taurat dan Injil yang mengandung nubuwwat dari nabi-nabi yang dahulu terhadap akan datangnya Nabi Muhammad ﷺ. Kesaksian-kesaksian itu sampai sekarang masih dapat dilihat dalam kitab-kitab itu, meskipun sudah beribu kali disalin, untuk mengelak jangan sampai kedatangan Nabi yang dijanjikan itu mengenai Nabi Muhammad ﷺ.
Misalnya satu catatan dari Injil Yahya atau Yohannes, Pasal 15 ayat 26. Nabi Isa al-Masih bersabda, “Akan tetapi apabila datang penolong yang akan aku suruhkan kepadamu daripada bapa, yaitu ruh kebenaran yang keluar daripada bapa itu, ialah yang akan menyaksikan dari halku."
Siapa Ruh Kebenaran itu? Dalam bahasa aslinya, disebut Paraklit dan di dalam Injil berbahasa Arab disebut Ruhul Haq, dalam bahasa Indonesia Ruh Kebenaran. Siapa itu? Ruh Kebenaran ialah salah satu gelar bagi Nabi Muhammad ﷺ.
Dikatakan dalam Injil Yahya itu bahwa Ruh Kebenaran itu keluar dari Bapa. Dalam Injil bahasa Arab ditulis Yan-batsi-qu. Yang dalam kata lain bisa diartikan memancar atau timbul. Yaitu memancar atau timbul atau keluar dari kehendak Allah ﷻ
Muhammad ﷺ, Ruhul Haq atau Ruh Kebenaran memang benar-benar dengan wahyu yang datang dari Allah telah memberikan kesaksian dari hal Isa al-Masih yang sebenarnya, lebih lengkap dan lebih benar daripada kesaksian orang lain sesudah Isa. Bahkan lebih daripada kesaksian Lukas dalam permulaan Injilnya. Keterangan tentang kesucian Maryam dan kelahiran Isa al-Masih dengan lengkap disebut di dalam surah Aati ‘Imraan dan surah Maryam. Bahkan di dalam keempat Injil tidak ada tersebut bahwa Isa al-Masih itu bercakap-cakap mempertahankan kesucian ibunya di hadapan orang-orang yang menuduh ibunya itu, padahal waktu itu beliau baru saja lahir ke dunia, dan masih dalam ayunan. (Aali ‘Imraan ayat 46 dan Maryam ayat 30)
Alangkah penting dan besar arti wahyu Allah yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ ini untuk memberikan kesaksian tentang Nabi Isa al-Masih alaihis-saiam. Sebab di waktu itu timbul dua macam pandangan yang berlebih-lebihan terhadap diri Nabi Isa. Pertama pandangan kaum Kristen yang menganggap beliau lahir tidak dengan perantaraan bapa. Lalu beliau disembah dan dituhankan. Di samping itu timbul pula golongan Yahudi yang menuduh bahwa Nabi Isa itu adalah anak di luar nikah, karena perhubungan gelap Maryam dengan seorang laki-laki di luar pengetahuan keluarganya. Maka datanglah Nabi Muhammad ﷺ memberikan kesaksian, bahwa memang al-Masih dilahirkan sebagai suatu Mukjizat dari Allah bukan dengan perantaraan bapa, melainkan dengan kedatangan Ruh-Suci. Tetapi lantaran itu bukan berarti bahwa dia adalah Allah, sebab perbuatan dan ciptaan yang Lebih ganjil dari itu masih bisa diadakan oleh Allah.
Tentu saja orang Kristen menolak keras bahwa yang dimaksud dengan Ruh Kebenaran oleh al-Masih itu ialah Muhammad, sebab memang mereka hendak terus-menerus mempertahankan bahwa Isa al-Masih memang Allah, dan Isa adalah satu di antara tiga oknum.
Pada Pasal 16 ayat 12 dan 13 dari Injil Yahya itu juga, Yahya mencatatkan perkataan Isa al-Masih demikian,
“Banyak lagi perkara yang aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada dapat kamu menanggung dia" Akan tetapi apabila dia sudah datang, yaitu ruh kebenaran, maka ia pun akan membawa kamu kepada segala kebenaran. Karena ia tiada berkata-kata dengan kehendaknya sendiri, melainkan barang yang didengarnya itu juga akan dikatakannya; dan dikabarkannya kepadamu segala perkara yang akan datang."
Orang Kristen mengelakkan tafsiran ayat supaya jangan kena mengena dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Dan mereka sendiri pun tidak sepakat tentang siapa yang dituju dengan kata al-Masih ini. Setengah mengatakan bahwa yang dimaksud ialah Paulus. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa ajaran Paulus adalah se-jarah lain, yang berbeda sama sekali dengan ajaran Isa. dan ajaran nabi-nabi yang dahulu, malahan lebih dekat kepada Filsafat Neo Platonisme Iskandariyah, daripada kepada tauhid ajaran Isa al-Masih yang asli. Dan al-Masih sendiri tidak pernah mengatakan bahwa dia adalah Tuhan atau sebagian dari Allah. Oleh sebab itu, pendakwaan sebagian orang Kristen bahwa yang dimaksud dengan Ruh Kebenaran itu ialah Paulus, tidaklah tepat. Sebab Paulus tidaklah memberikan kesaksian yang sebenarnya tentang al-Masih.
Setengah orang Kristen lagi mengatakan bahwa Ruh Kebenaran yang akan datang di belakang hari itu ialah al-Masih sendiri.
Setengahnya pula mengatakan bahwa Ruh Kebenaran ialah Ruhul Qudus, satu di antara tiga oknum yang menjadi pegangan mereka. Kalau memang yang dimaksud itu ialah Ruhul Qudus, niscaya mesti disesuaikan dengan kepercayaan Kristen sendiri bahwa Allah dan al-Masih dan Ruhul Qudus adalah satu. Kalau memang Ruhul Qudus itu adalah Isa sendiri dan Allah sendiri, guna apa al-Masih mengatakan bahwa dia akan menyuruhkan Ruh Kebenaran itu datang ke dunia, kalau yang akan datang itu dia sendiri?
Di dalam sabda al-Masih itu dijelaskannya bahwa Ruh Kebenaran itu akan membawa kamu kepada segala kebenaran dan dia tidak akan bercakap di atas kehendaknya sendiri, melainkan barang yang didengarnya, itu juga yang akan dikatakannya. Kalau mereka dapat melepaskan diri daripada ikatan dogma yang kaku, niscaya mereka akan meninjau kembali perkataan al-Masih itu dan membandingkannya denganPribadi Ruh Kebenaranyangsebenarnya, yaitu Muhammad ﷺ yang kesaksiannya atas al-Masih lebih lengkap daripada keempat Injil sendiri, ditambah dengan membersihkannya dari tuduhan Yahudi bahwa beliau anak di luar nikah, dan kepercayaan Nasrani yang diputuskan di Nicea bahwa dia adalah Tuhan.
Di dalam surah an-Najm ayat 3, jelas sekali diterangkan sebagaimana yang dikatakan al-Masih itu, bahwasanya dia memang bukan bercakap atas kehendaknya sendiri, melainkan yang didengarnya dari wahyu juga yang disampaikannya.
Tadi di atas sudah kita terangkan, ada mukjizat Isa yang tersembunyi, tidak tercapai oleh Matius, Markus, Lukas, atau Yohannes. Nabi Muhammadlah yang menjelaskan itu. Adalah itu penting sekali diketahui. Pertama beliau bercakap tatkala masih dalam bedungan ibunya, membela ibunya karena dituduh bahwa putranya dilahirkan di luar nikah. Kedua, Nabi Muhammad ﷺ juga dengan perantaraan wahyu, bahwa adalah satu mukjizat beliau yang lepas dari catatan Matius, Markus, Lukas, dan Yohannes, ialah bahwa beliau dapat membentuk tanah menyerupai burung, dan dengan izin Allah diembusnya burung tanah itu, lalu hidup dan terbang seperti burung-burung yang lain.
Tetapi sungguh pun demikian, mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi yang besar itu, bukan berarti bahwa dialah yang Allah. Sebab segala keganjilan atas dirinya itu bukanlah atas kuasanya, melainkan dengan izin Allah jua. Sebab Hanya Allah Yang Tuhan.
Perasaan orang banyak ketika al-Masih memperlihatkan kuasa Allah Yang Mahabesar atas dirinya itu, pada waktu itu pun memang bukan mengatakan al-Masih adalah Tuhan, melainkan dijelaskan oleh Matius, sebagai ditulisnya dalam Pasal 9 ayat 8,
“Apabila orang banyak melihat hal itu, takutlah mereka itu serta memuliakan Allah, yang telah mengurniakan kuasa sedemikian itu kepada manusia."
Dokumentasi yang amat berharga dari Matius inilah yang benar-benar melekat dalam hati umat Nabi Isa di kala beliau hidup, yang telah “disembunyikan" oleh kaum Kristen setelah mereka memutuskan bahwa Isa musti dianggap sebagai Tuhan. Dan inilah yang dibongkar rahasianya oleh Nabi Muhammad ﷺ yaitu bahwa setelah melihatnya, orang-orang itu bertambah memuliakan Tuhan, yaitu yang telah mengurniakan kuasa demikian kepada seorang manusia, yaitu Isa al-Masih!
Kemudian itu berjumpa lagi dalam kitab Wahyu Yahya Pasal 19 ayat 11 sampai 15: “Maka aku tampak langit terbuka, lalu kelihatan seekor kuda putih, dan orang yang duduk di atasnya bernama Setiawan dan Benar. Maka dengan keadilan ia memutuskan Hukum dan mengadakan peperangan. 12: Maka matanya itu seperti nyala api dan di kepalanya ada mahkota banyak; maka ada suatu nama tertulis di kepalanya yang tiada diketahui oleh seorang juapun, melainkan ia sendiri. 13: Dan ia berjubah yang dipercik dengan darah dan namanya dikatakan Kalam Allah. 14: Maka segala tentara yang di surga mengiringkan dia dengan menunggang kuda putih, berkain dengan kain kasa putih lagi bersih; 15: Dan daripada mulutnya keiuar sebilah pedang yang tajam, supaya dengan itu dia memerang segala orang kafir. Maka ia pun akan memerintah mereka itu dengan tongkat besi, dan ialah yang mengirik-ngirikkan anggur, yaitu kehangatan murka Allah Yang Mahakuasa."
Orang Kristen menafsirkan mimpi atau wahyu kepada Yahya ini, bahwa yang dimaksud dengan orang yang berkuda putih, tidak lain daripada Isa al-Masih (Yesus Kristus) sendiri.
Tetapi kalau dibanding-banding riwayat hidup kedua orang Rasul Allah itu, Isa al-Masih dan Muhammad, pribadi berkuda putih itu lebih menggambarkan pribadi Muhammad daripada pribadi Isa al-Masih.
Dalam Injil tidak pernah tersebut bahwa al-Masih menunggang kuda putih; hanya keledai. Sedang dalam sejarah hidup Muhammad ada tersebut bahwa dia mempunyai juga tunggangan kuda putih.
Di sini bertemu dan jelas sekali dua nama yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ, yaitu Setiawan dan Benar. Kedua nama itu adalah salinan dua kalimat bahasa Arab yaitu Aminan wa Shadiqan. Amin dan Shadiq. Di dalam Perjanjian Baru yang bahasa Arab (al-Ah-dul-Jadid) jelas ditu lis Am/nan wa Shadiqan.
Sekarang tidak dapatlah dielakkan bahwasanya al-Amin dan ash-Shadiq itu ialah nama-nama yang disebutkan oleh masyarakat Arab di Mekah kepada Nabi Muhammad ﷺ jauh sebelum beliau menjadi Rasul. Bukankah masyarakat Quraisy yang memberinya gelar al-Amin, karena dia telah dapat memenuhi harapan kaumnya ketika dia dapat mendamaikan suku-suku yang berselisih? Dan bukankah mereka pula yang menggelarinya Shadiq, seorang yang benar atau jujur, karena baik budinya dalam pergaulan dan jujurnya dalam perniagaan.
Al-Amin dan ash-Shadiq itu telah disalin ke dalam Perjanjian Baru bahasa Indonesia dengan setiawan dan benar. Salinan yang boleh dikatakan tepat.
Kemudian itu dijelaskan pula bahwa yang Setiawan dan Benar itu telah memutuskan hukum dengan keadilan, sebab beliau telah dapat memimpin suatu masyarakat, bahkan mendirikan satu kekuasaan. Sehingga berkali-kali beliau telah menjatuhkan hukum yang adil dan berlaku wibawa hukum itu dengan kuat kuasanya. Sedangkan Nabi Isa al-Masih tidaklah sampai dapat membentuk kekuasaan itu, bahkan beliau mengelak dengan kata beliau yang terkenal, “Berikan hak Allah kepada Allah dan berikan hak Kaisar kepada Kaisar." Karena beliau insaf bahwa tanah airnya di waktu itu di bawah naungan Kerajaan Romawi.
Dan orang berkuda putih itu dikatakan mengadakan peperangan. Dan sudah menjadi pegangan hukum sejak manusia beroleh kemajuan kemasyarakatan sampai sekarang, bahwasanya yang berhak mengadakan pepe-rangan hanyalah seorang kepala suatu negara. Dan Nabi Muhammad ﷺ selama hidupnya, terutama setelah pindah ke Madinah memang telah mengadakan peperangan. Sedang Isa al-Masih tidak pernah sanggup melakukannya, meskipun dia pernah berkata, “Janganlah kamu sangkakan aku datang membawa keamanan di atas bumi ini. Bukannya aku datang membawa keamanan, melainkan pedang." (Matius 10; 34 Lukas 12:51-53)
Di dalam ayat 12 dikatakan bahwa matanya bersinar seperti nyala api. Dengan siapa gambar ini yang cocok? Kalau kita baca kitab-kitab Injil sendiri dan kita lihat gambar-gambar khayat yang dibuat orang Kristen tentang wajah Nabi kita Isa al-Masih, yang tertonjol pada gambar-gambar itu adalah sifat terpuji yang lemah lembut, dan kalau kita baca sejarah Nabi Muhammad ﷺ maka yang tertonjol pada diri beliau ialah sifat terpuji yang gagah perkasa. Satu hadits mengatakan,
“Dan adalah beliau apabila berpidato merah nyala matanya, seakan-akan beliau hendak mengerahkan tentara."
Disebut pula dalam ayat bahwa di kepalanya ada mahkota banyak. Mahkota artinya ialah pakaian kebesaran kerajaan. Memang banyak mahkota kekuasaan dan kerajaan yang telah menghiasi kepalanya, yaitu usaha dan perjuangan para sahabatnya yang melanjutkan perintah beliau, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Arnr bin Ash penakluk Mesir, Khalid bin Walid, penakluk Syria, Sa'ad bin Abu Waqqash penakluk Persia.
Sedang murid-murid Isa al-Masih tidaklah mencapai martabat demikian. Di ayat 15 dikatakan bahwa dari mulutnya keluar yang tajam untuk memerangi orang kafir, yaitu yang tidak percaya kepada Allah.
Pedang tajam keluar dari mulut, sehingga dengan dia orang kafir dapat diparang, artinya ialah lidahnya yang tajam memutus leher musuh, hujjahnya yang kuat tidak dapat ditentang; siapa yang menantang musti hancur. Dia memerintah dengan tongkat besi, sesuai dengan apa yang diwahyukan Allah dalam surah al-Hadid ayat 25 bahwasanya besi itu diturunkan Allah, di dalamnya ada kekuatan yang besar dan berbagai manfaat bagi manusia. Di ayat 13 dikatakan bahwa jubahnya dipercik oleh darah. Memang jubah Nabi Muhammadlah yang kena percikan oleh darah dari lukanya sendiri, ketika dia diserbu oleh musuh-musuh yang hendak membunuhnya di Peperangan Uhud, sampai luka tangan dan mukanya dan patah satu di antara giginya, sampai kepalanya sendiri dibalut dengan kain putih.
Tidak dapat ditafsirkan bahwa jubah berdarah itu adalah pakaian Yesus, sebab di dalam keempat Injil tidak disebutkan bahwa jubahnya kena percikan bekas tangannya dipaku, melainkan pakaian dan jubahnya telah ditinggalkan lebih dahulu sebelum dia disalib, dan setelah dia disalibkan pakaian itu dibagi -bagi oleh yang menyalibkan dengan membuang undi.
Hanya satu yang jadi pegangan kuat orang Kristen, untuk menafsirkan orang berkuda putih ini ialah Isa al-Masih, yaitu di dalam ayat 13 disebut namanya Kalam Allah. Tetapi perkataan Kalam Allah ini tidaklah khusus untuk isa al-Masih, melainkan untuk sekalian rasul yang diutus Allah ke dunia ini, sebab mereka diangkat menjadi rasul adalah atas kehendak dan perintah (Kalam) Allah.
Inilah kita kemukakan dua contoh yang sekarang masih terdapat. Semuanya masih tertulis, meskipun ketika memindahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain, kadang-kadang dicoba juga memilih kata-kata yang akan membuat samar maksud artinya yang semula. Namun bila dicari dengan saksama, akhirnya akan bertemu juga. Itu sebabnya maka ditegaskan lagi pada lanjutan ayat, “Dan Dia maafkan dari yang banyak lagi." Artinya banyak lagi cara yang dipakai oleh Yahudi dan Nasrani untuk mengubah-ubah dan menyembunyikan maksud atau arti dari suatu ayat, tetapi tidak semuanya dibongkar oleh Rasulullah ﷺ. Beliau maafkan karena kebesaran jiwa beliau, sebab beliau pun yakin, sebab meskipun bagaimana mereka memutar-mutar arti dan mengubah dari kitab suci mereka sendiri, supaya tersembunyi nu-buwwat Muhammad ﷺ, namun cahaya kebenaran yang beliau bawa tidaklah akan dapat dipadamkan dengan kedustaan.
Dan lima setengah abad terdahulu daripadanya, Nabi isa al-Masih telah memberi ingat kepada murid-muridnya supaya mereka menjaga diri daripada segala nabi palsu, yang datang menyerupai dirinya seperti domba, padahal di dalam hati mereka seperti serigala. (Matius 7:15) Lalu Nabi Isa menunjukkan tanda, mana yang nabi palsu dan mana yang nabi sebenarnya. Beliau umpamakan dengan memetik buah-buahan, bahwasanya buah anggur tidaklah dapat dipetik dari pohon berduri, dan buah ara tidaklah dapat dipetik dari pohon unak.
Sekarang pohon yang di tangan Nabi Muhammad itu telah tumbuh. Hanya rasa kebencian saja yang akan memungkir bahwa yang tumbuh bukanlah pohon yang berduri, yang menghasilkan anggur atau pohon unak yang menghasilkan buah ara. Telah beratus-ratus tahun orang Kristen dengan segenap kekuatannya hendak meramu memusnahkan ajaran Muhammad ini namun pekerjaan mereka tidaklah berhasil, malahan kian berkembang luar biasa. Tandanya pohon ini memang asli dari Allah, bukan khayat buatan manusia.
SINAR CAHAYA
“Sungguh telah datang kepada kamu dari Allah, suatu cahaya dan suatu kitab yang nyata"
Berkata sebagian besar ahli tafsir bahwasanya yang dimaksud dengan cahaya di sini (nur) ialah Nabi Muhammad ﷺ sendiri dan yang dimaksud dengan kitab yang nyata ialah kitab Al-Qur'an. Keduanya berjalin berkelindan. istri beliau, Siti Aisyah, ketika ditanyai orang tentang akhlak Nabi, telah berkata, ‘Akhlak beliau ialah Al-Qur'an." Kehidupan beliau adalah nur, atau sinar yang memancar, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk ditiru dan diteladan, sedang yang beliau tuntunkan kepada umat ialah Al-Qur'an yang beliau terima sebagai wahyu dari Ilahi.
Perbuatan dan cara hidup Rasul, baik perkataannya (aqwaaluhu) atau perbuatannya (afaaluhu), atau perbuatan orang lain yang tidak beliau salahkan (taqaariruhu) dikumpulkan menjadi satu, dinamai Sunnah Rasul. Sun-nah Rasul itu menjadi penafsiran yang utama, dan pertama dari Al-Qur'an, kitab yang nyata itu. Sehingga sebelum kita menafsirkan sendiri, hendaklah terlebih dahulu ditilik bagaimana caranya Rasul menjalankan isi kitab yang nyata itu. Kedua pokok ini tidak boleh terpisah; percaya kepada Al-Qur'an dengan tidak mempelajari Sunnah Rasul, belumlah sah.
Berpegang saja kepada Sunnah padahal Al-Qur'an ditinggalkan, tidak pula sah. Kebenaran Al-Qur'an adalah mutlak, sebab dia tercatat dengan sah, sedang catatan Sunnah hendaklah dengan meneliti dan menapis, mana yang mutawatir, yang mustafidh, yang shahih, yang hasan, yang dhaif, dan yang maudhu' Sebab Sunnah baru tercatat satu abad setelah Rasulullah ﷺ wafat. Dari hadits-hadits dan kabar-kabar yang dibawakan sahabat, yang shahih sifatnya, yang dapat dipertanggungjawabkan, kita merangkaikan Ai-Qur'an dengan Sunnah. Dan sumber Al-Qur'an dan Sunnah inilah kita mendapat apa yang dikatakan Islam.
Rasulullah wafat, tetapi Al-Qur'an kitab yang nyata itu tetap hidup, tetap tinggal kekal jadi pedoman hidup kita.
Ayat 16
“Dengan kitab itu Allah memberi petunjuk kepada barangsiapa yang mengikuti keridhaan-Nya, kepada benbagai jalan kedamaian"
Di dalam ayat ini diberi ketegasan bahwasanya barangsiapa yang taat setia mengikut jalan yang diridhai oleh Allah itu, pastilah dia mendapat petunjuk dari Kitab ini. Jalan yang diridhai Allah adalah tidak lain dari jalan yang telah digariskan oleh Rasul Allah. Petunjuk itu akan diberikan Allah dengan perantaraan Kitab ini, sehingga dapat sampai kepada berbagai jalan kedamaian.
Supaya jangan meragukan, hendaklah tilik perbedaan di antara dua kata yang selalu jadi sebutan dalam memeluk agama Islam. Pertama, ash-Shirathal Mustaqim yaitu garis yang lurus. Garis yang lurus itu hanya satu. Kemudian bertemu lagi Subulus Salam berbagai jalan kesentosaan atau jalan-jalan kedamaian. Mengapa kalau garis hanya satu dan kalau jalan sampai banyak? Jawabnya bahwa garis yang ditempuh dalam hidup memang hanya satu, tetapi buat sampai ke sana setiap kita memikul tugas hidup masing-masing dan bakat masing-masing.
Ada orang kaya dan orang miskin. Ada pegawai, ada tentara dan petani, dan ada pengusaha. Berbagai-bagailah tugas hidup kita dan bawaan bakat kita, sehingga tidak sama saja hidup yang dilalui. Namun di dalam berbagai ragam jalan hidup itu, tidak ada yang terhalang buat menegakkan atau jalan selamat dan bahagia, asal dalam semuanya itu kita mencari apa yang diridhai oleh Allah. Asal yang diridhai Allah itu yang kita harapkan, maka setiap surah, setiap ayat, dan setiap huruf dari Al-Qur'an itu akan ditunjukkan rahasianya kepada kita. Dengan jalan demikian timbullah rasa tata tenteram, damai, selamat, dalam batin.
“Dan Dia mengeluarkan mereka daripada gelap gulita kepada cahaya, dengan izin-Nya." Kegelapan ialah pendirian atau kepercayaan yang tidak sesuai dengan akal. Disebut juga bodoh. Dan cahaya ialah apabila akal telah terpimpin menuju kebenaran sehingga sampai. Kebenaran itu sendiri adalah cahaya. Maka bertemulah kesediaan diri menerima petunjuk, dengan cahaya yang disinarkan oleh suri teladan yang diberikan Rasul, sehingga di dalam diri sendiri timbullah pantulan dari cahaya itu, maka dia pun bercahaya pula. Semuanya itu dapat tercapai dengan izin Allah. Disebut izin Allah supaya kita tidak lupa dasar tempat kita berdiri, sebab hanya Dia yang akan membimbing kita sehingga bisa sampai ke sana.
“Dan dia menunjuki mereka kepada jalan yang lurus."
Setelah hilang gelap, timbullah terang dan cahaya, Apabila cahaya telah terang benderang, mudahlah menempuh jalan yang lurus, dan Al-Qur'an tadi tidak pernah lepas dari dalam tangan. Kita datang dari segala jurusan, dari berbagai jalan kedamaian dalam jiwa masing-masing, menuju satu titik. Dari mana saja pun kita datang, bakat apa pun yang mendorong kehidupan kita, bidang mana pun wajah hidup yang kita hadapi, namun tujuan semuanya hanya satu, yaitu shirat, garis lurus. Dan garis lurus adalah jarak yang paling dekat di antara dua titik.
Inilah akibat selanjutnya dari mendapat cahaya hidayah itu, yaitu mendapat jalan yang lurus. Dalam ayat ini kita mendapat tiga tingkat kebahagiaan.
Pertama, mendapat jalan kedamaian. Damai dalam jiwa dan damai dalam pergaulan hidup, sesama manusia, oleh karena mendapat pendirian yang benar.
Kedua, keluar dari gelap gulita kejahilan, khurafat, dan pikiran kacau, karena dipimpin secara tidak jujur oleh pemuka-pemuka agama, sehingga orang tidak boleh berpikir bebas, bahkan diwajibkan musti tidak berpikir, dan apa yang beliau pikirkan sajalah yang wajib dianggap benar. Sehingga orangyang beragama tidak dapat menyatakan pendapat yang bebas, walaupun hatisanubarinya tidak setuju dengan apa yang diputuskan oleh kependetaan atau kegerejaan atau keberhalaan itu.
Ketiga, jalan yang lurus, yaitu jalan yang cepat sampai kepada tujuan. Sebab dia tidak bengkok-bengkok, berbelok-belok memusingkan kepala. Misalnya seorang manusia dikatakan Allah, tetapi dia datang ke dunia menjelma jadi anak, dan anak itu kemudian mati disalib, dan ketika akan disalib dia mengeluh sebab “Tuhannya" meninggalkan dia, dan dengan sebab demikian tertebuslah dosa sekalian manusia! Alangkah banyaknya belokkan yang akan dilalui, yang tiap dicoba memikirkan tiap bertambah gelap pikiran, dan itu mesti dipercayai!
Dan bagi orang yang mengakui dirinya sendiri pun, untuk mencapai ketiga perkata ini, yaitu jalan-jalan yang damai, sinar hidayah dalam jiwa, jalan yang lurus menuju Allah, hanya akan tercapai apabila mereka kembali mengambil pedoman dari Al-Qur'an itu sendiri dan Sunnah Rasul, sebagai penerang bagi isi Al-Qur'an itu. Dan bila mereka telah meninggalkan Al-Qur'an, lalu jatuh ke dalam cengkeraman taqlid, menurut saja kepada kehendak penafsiran guru-guru, meskipun tidak terterima oleh akalnya, mereka pun akan hidup dalam gelap, sebagaimana gelapnya Ahlul Kitab karena pendetanya sendiri.