Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱللَّهُ
dan Allah
أَخۡرَجَكُم
mengeluarkan kamu
مِّنۢ
dari
بُطُونِ
perut
أُمَّهَٰتِكُمۡ
ibu-ibu kamu
لَا
tidak
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
شَيۡـٔٗا
sesuatu
وَجَعَلَ
dan Dia jadikan (berikan)
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلسَّمۡعَ
pendengaran
وَٱلۡأَبۡصَٰرَ
dan penglihatan
وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَ
dan hati
لَعَلَّكُمۡ
agar kalian
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
وَٱللَّهُ
dan Allah
أَخۡرَجَكُم
mengeluarkan kamu
مِّنۢ
dari
بُطُونِ
perut
أُمَّهَٰتِكُمۡ
ibu-ibu kamu
لَا
tidak
تَعۡلَمُونَ
(kalian) mengetahui
شَيۡـٔٗا
sesuatu
وَجَعَلَ
dan Dia jadikan (berikan)
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلسَّمۡعَ
pendengaran
وَٱلۡأَبۡصَٰرَ
dan penglihatan
وَٱلۡأَفۡـِٔدَةَ
dan hati
لَعَلَّكُمۡ
agar kalian
تَشۡكُرُونَ
kalian bersyukur
Terjemahan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.
Tafsir
(Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan (dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati) kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.
Tafsir Surat An-Nahl: 77-79
Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur. Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas.
Tidak ada yang menahannya selain dari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. Allah ﷻ menyebutkan tentang pengetahuan dan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang gaib yang ada di langit dan di bumi, dan hanya Allah-lah yang mempunyai pengetahuan tentang perkara gaib. Maka tiada seorang pun yang diberi-Nya ilmu gaib ini kecuali bila Allah menghendakinya untuk memperlihatkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Kekuasaan Allah Mahasempurna, tiada dapat ditentang dan tiada dapat dicegah.
Dan bahwa Allah'itu apabila menghendaki sesuatu, Dia tinggal berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka jadilah ia. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 50) Dengan kata lain, apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dalam sekejap mata. Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat ini, yaitu: Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi) Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (An-Nahl: 77) Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28) Kemudian Allah ﷻ menyebutkan karunia-Nya yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.
Sesudah itu Allah memberinya pendengaran hingga ia dapat mendengar suara, penglihatan hingga ia dapat melihat, dan hati (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati). Menurut pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Kemampuan dan indera ini diperoleh oleh seseorang secara bertahap, yakni sedikit demi sedikit.
Semakin besar seseorang, maka bertambah pula kemampuan pendengaran, penglihatan, dan akalnya hingga sampailah ia pada usia matang dan dewasanya. Sesungguhnya Allah menjadikan kesemuanya dalam diri manusia agar manusia mampu melaksanakan penyembahan kepada Tuhannya. Maka dengan bantuan semua anggota tubuhnya dan kekuatan yang ada padanya ia dapat menjalankan amal ketaatan kepada Tuhannya, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui sebuah hadis dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: .
Allah ﷻ berfirman, "Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, berarti dia menantang perang dengan-Ku. Dan tiadalah hambaKu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai selain dari mengerjakan apa yang telah Aku fardukan (wajibkan) baginya. Hamba-Ku terus-menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan sunat hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku selalu bersama pendengaran yang dipakainya untuk mendengar, selalu bersama penglihatan yang dipakainya untuk melihat, selalu bersama tangan yang dipakainya untuk berbuat, dan selalu bersama kaki yang dipakainya untuk melangkah.
Dan sesungguhnya jika dia meminta kepada-Ku, Aku benar-benar akan memberinya. Dan sesungguhnya jika dia berdoa kepada-Ku, Aku benar-benar akan memperkenankannya. Dan sesungguhnya jika dia meminta perlindungan kepada-Ku. Aku benar-benar akan melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu-ragu terhadap sesuatu yang akan Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku dalam mencabut nyawa hambaKu yang mukmin. Dia tidak suka mati dan Aku tidak suka menyakitinya, tetapi maut merupakan suatu keharusan baginya.
Makna hadis di atas menunjukkan bahwa seorang hamba apabila ikhlas dalam ketaatannya terhadap Allah; maka semua perbuatannya hanyalah karena Allah ﷻ Untuk itu tiadalah dia mendengar kecuali karena Allah, tiadalah dia melihat kecuali karena Allah, yakni apa yang diperintahkan oleh Allah untuknya. Dan tiadalah dia berbuat dan tiadalah dia melangkah melainkan dalam ketaatan kepada Allah ﷻ seraya meminta pertolongan kepada Allah dalam mengerjakan kesemuanya itu. Dalam riwayat lain yang berada di dalam kitab selain kitab sahih sesudah kalimat "dan selalu bersama kaki yang dipakainya untuk melangkah" disebutkan hal berikut: Maka beserta Akulah dia mendengar, beserta Akulah dia melihat, dan beserta Akulah dia melangkah (berjalan).
Firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur. (An-Nahl: 78) Sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati. (Tetapi) amat sedikit kalian bersyukur. Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kalian berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kalian kelak dikumpulkan. (Al-Mulk: 23-24) Selanjutnya Allah ﷻ mengingatkan hamba-hamba-Nya agar melihat burung yang telah ditundukkan berada di antara langit dan bumi. Bagaimana Allah menjadikannya dapat terbang dengan kedua sayapnya di antara langit dan bumi, mengudara di angkasa. Tiada yang menahannya di udara kecuali Allah ﷻ yang dengan kekuasaan-Nya Dia membekali burung-burung itu dengan kekuatan yang dapat membuatnya berbuat demikian, dan Allah menundukkan udara untuk dapat membawanya terbang di udara.
Hal ini diungkapkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Mahamelihat segala sesuatu. (Al-Mulk: 19) Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (An-Nahl: 79)"
Allah Mahakuasa dan Maha Mengetahui; tidak ada yang luput dari
pengetahuan-Nya. Dan di antara bukti kekuasaan dan pengetahuan
Allah adalah bahwa Dia telah mengeluarkan kamu, wahai manusia, dari
perut ibumu. Kamu sebelumnya tidak ada, kemudian terjadilah suatu
proses yang mewujudkanmu dalam bentuk janin yang hidup dalam
kandungan ibu dalam waktu yang ditentukan-Nya. Ketika masanya telah tiba, Allah lalu mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, baik tentang dirimu sendiri maupun tentang dunia di sekelilingmu. Dan Dia memberimu pendengaran agar dapat
mendengar bunyi, penglihatan agar dapat melihat objek, dan hati nurani
agar dapat merasa dan memahami. Demikianlah, Allah menganugerahkan itu semua kepadamu agar kamu bersyukur. Bukti wujud dan kuasa Allah begitu banyak, tetapi mengapa tidak
sedikit manusia yang tetap enggan beriman kepada-Nya' Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan
mudah atas izin dan kuasa-Nya. Tidak ada yang dapat menahannya tetap
melayang di angkasa tanpa terjatuh selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan
Allah bagi orang-orang yang beriman.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang sangat dekat dengan manusia. Mereka mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi tidak mengetahui bagaimana proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim sehingga mencapai kesempurnaan. Sejak bertemunya sel sperma dan sel telur sampai menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tua dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini, terdapat rahasia hidup yang tersembunyi.
Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah menganugerahkan potensi, bakat, dan kemampuan seperti berpikir, berbahagia, mengindra, dan lain sebagainya pada diri manusia. Setelah manusia lahir, dengan hidayah Allah segala potensi dan bakat itu berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, serta hak dan batil. Dengan pen-dengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu, manusia mengenali dunia sekitarnya, mempertahankan hidupnya, dan mengadakan hubungan dengan sesama manusia. Dengan perantaraan akal dan indra, pengalaman dan pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Semua itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Oleh karena itu, seharusnyalah mereka bersyukur kepada-Nya, baik dengan cara beriman kepada keesaan Allah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain maupun dengan mempergunakan segala nikmat Allah untuk beribadah dan patuh kepada-Nya.
Hadis Nabi saw:
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah ﷻ berfirman, "Siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan pekerjaan yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan menjalankan ibadah-ibadah sunah sehingga Aku menyukainya. Apabila Aku telah menyukainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia pakai mendengar, penglihatannya yang ia pakai melihat, tangannya yang ia pakai memukul, dan kakinya yang ia pakai berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan permohonannya, dan apabila ia minta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi dia. (Riwayat al-Bukhari)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 71
“Dan Allah telah melebihkan sebagian kamu dari sebagiannya tentang rezeki."
Rezeki itu bukan saja semata-mata harta, tetapi juga rezeki ketinggian pikiran, rezeki ketinggian kedudukan, ada yang menjadi raja dan ada yang menjadi rakyat, ada yang pintar berilmu pengetahuan dan ada yang bodoh, di samping ada yang kaya raya dan ada yang papa."Tetapi orang-orang yang dilebihkan itu tidak memberikan rezeki mereka kepada hamba sahaya mereka, padahal mereka sama padanya." Yaitu bahwa rezeki sama-sama bukan punya mereka pada asalnya, hanyalah anugerah dari Allah jua.
“Maka apakah terhadap nikmat Allah kamu akan ingkari?"
Dengan demikian, orang-orang yang tidak beriman itu diberi peringatan bahwasanya hamba sahaya mereka sendiri pun bukanlah mereka yang memberinya rezeki. Dan nikmat yang diberikan Allah dalam kedudukanmu yang lebih baik sepatutnyalah kamu syukuri, jangan lupa bahwa semuanya itu dari Allah adanya.
Ayat 72
“Dan Allah telah menjadikan untuk kamu, dari dirimu sendiri akan istri-istri."
Kalau di dalam hadits-hadits Nabi kita Muhammad ﷺ telah menerangkan bahwasanya nenek kita, Siti Hawa adalah bagian dari diri nenek kita, Adam, maka dalam ayat ini dijelaskan lagi, bahwa istri kita itu adalah bagian dari kita. Makhluk insani itu satu istrinya, untuk teman hidupnya. Kalau diperdalam lagi, pada pokoknya insan itu adalah satu, meskipun laki-laki, perempuan. Tetapi oleh Allah diaturlah beberapa pesawat atau urat-urat dalam diri manusia yang akan dijadikan perempuan itu beberapa perubahan “teknik" sehingga perempuanlah dia. Kita dapat melihat hal itu pada berbedaan yang kecil saja di antara alat kelamin anak laki-laki yang baru lahir dengan alat kelamin anak perempdan yang sedikit tertonjol darilubang qibulnya. Dengan perubahan sedikit saja, dan alat kelamin perempuan dikecilkan untuk menerima, dan alat kelamin laki-laki dibesarkan, maka terjadilah manusia jantan dan manusia betina. Maka timbullah hubungan kelamin keduanya dan timbullah kasih mesra, yang satu memerlukan yang lain dan timbullah keturunan."Dan dijadikan-Nya untuk kamu, dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-cucu." Maka didatangkanlah agama buat mengatur kesucian hubungan laki-laki dan perempuan itu, sehingga anak dan cucu dibangsakan kepada ayah bundanya dan kekallah manusia berketurunan di dalam dunia ini."Dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik.'' Rezeki harta benda, rezeki makan minum, rezeki pakaian dan kediaman. Sehingga hiduplah kamu mendirikan keluarga dalam dunia ini."Maka apakah terhadap kepada yang batil kamu hendak beriman?" Terhadap kepada berhalakah kamu hendak menyembah? Adakah semaunya kehidupanmu berumah tangga, beristri dan beranak dan bercucu dan berkawin dengan teratur itu, suatu anugerah dari berhala?
“Dan terhadap nikmat Allah kamu hendak kafiri?"
Allah yang memberikan semuanya itu, demikian nikmat-Nya, lalu yang lain yang kamu puja?
Ayat 73
“Dan mereka pun menyembah kepada yang selain Allah, batang yang tidak memiliki untuk mereka akan neieki."
Sehingga walaupun mereka akan bertekun di hadapan berhala itu berhari-hari bermalam -malam, minta makan minta minum, dia akan tetap membisu, karena berhala tidak memiliki apa-apa yang akan diberikan. Malahan yang menguasai dan mempunyai dia, adalah orang yang memuja itu sendiri. Tidaklah berhala itu memiliki apa-apa,
“Dari semua langit dan bumi sedikit jua pun, dan tidak (pula) berkesanggupan."
Tidak memiliki apa-apa dan tidak pula sanggup mencarikan.
Maka tersebutlah di dalam riwayat-riwayat bahwa ada orang musyrikin jahiliyyah itu yang sebelum pergi berburu atau berjudi, telah pergi lebih dahulu memuja-muja berhalanya, dan memberikan saji-sajian, mengharap dia dimenangkan. Setelah dia pergi mengadu untungnya, rupanya kalah. Yang berburu pulang dengan tangan kosong, yang berjudi pulang membawa kekalahan. Maka dengan murkanya dia pergi kepada berhalanya tadi, lalu disepak-kannya atau diludahinya dan dimaki-makinya berhala itu. Seperti ini pun kerapkali kejadian pada penyabung-penyabung ayam di Pulau Bali.
Ayat 74
“Maka janganlah kamu adakan bagi Allah misal."
Kerap kali orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah, untuk mempertahankan kemusyrikannya itu, memisalkan Allah kepada makhluk. Seketika ditegur mereka, mengapa jika berdoa dan memohon kepada Allah tidak langsung saja, mengapa memakai perantaraan dengan berhala atau dengan kubur-kubur orang saleh. Mereka menjawab, tidaklah layak kita makhluk hina ini langsung saja datang meminta kepada Allah dengan tidak berpengantar. Sedangkan hendak menghadap seorang menteri, kata mereka—hendaklah dengan melalui pesuruh atau penjaga pintu pejabat beliau, konon lagi terhadap Allah. Inilah suatu permisalan yang amat jahat terhadap Allah, sampai dimisalkan dengan seorang menteri. Padahal menteri itu adalah makhluk lemah, yang tidak dapat menerima tetamu yang dapat menghadap beratus atau beribu banyaknya, kalau tidak mengadakan orang yang mengatur dan menyusun. Adakah itu sama dengan Allah? Yang setiap waktu menantikan permohonan siapa saja dari hamba-hamba-Nya dengan tidak me-makai jam kerja? “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui."
Kemudian Allah sendiri mengemukakan perumpamaan,
Ayat 75
“Allah telah mengadakan perumpamaan, (yaitu) seorang hamba yang dimiliki orang, tidak berkuasa atas sesuatu pun, dan seorang (lagi) yang Kami beri dia rezeki dari Kami, rezeki yang baik."
Ayat ini mengemukakan perumpamaan perbandingan di antara dua orang, yang seorang manusia budak kepunyaan orang lain, dan yang seorang lagi orang merdeka yang berkuasa atas harta bendanya dan banyak diberi Allah rezeki."Maka dinafkahkannya rezeki itu secara rahasia dan secara terang-terangan." Adakalanya dia membantu orang lain secara rahasia, jangan sampai orang itu dapat malu, tetapi adakalanya diberikannya bantuan dengan terang-terangan, buat menarik orang lain agar berderma pula. ‘Adakah sama mereka itu." (keduanya)? Niscaya tidak sama! Mengapa akan sama orang yang tidak berkuasa apa-apa, sampai pun atas dirinya sendiri, dengan seorang yang sesuka hatinya boleh berbuat yang dia suka terhadap harta bendanya."Al-hamdulillah!" Segala puji untuk Allah, bahwasanya orang yang berpikiran waras sangat mengerti akan perbedaan ini.
“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."
Kebanyakan mereka tidak dapat memperluas bandingan itu.
Itulah perumpamaan antara berhala yang tidak berkuasa apa-apa itu, buta, pekak, bisu, lumpuh. Kayu, tembaga, batu dan pasir, yang kamu jadikan tempat meminta tolong itu, lalu kamu lupakan Allah yang bebas memberimu apa yang Dia sukai, sebab Dia yang memiliki dan menguasai semua.
Ayat 76
“Dan diperbuat Allah lagi perumpamaan; dua orang laki-laki seorang di antaranya bisu, tidak berdaya atas sesuatu, dan dia bergantung kepada tuannya, ke mana saja pun dia"—tuannya itu— “menghadapkannya."
Misalnya disuruh bekerja, disuruh ke pasar dan lain-lain."(Namun) dia tidak men-datangkan kebaikan. Adakah sama dia dengan seorang yang menyuruh manusia berlaku adil?"
Di sini diambil perbandingan dan perumpamaan lagi di antara seorang budak bisu yang hanya jadi beban berat tuannya saja. Karena bisu mana bodoh lagi, disuruh apa-apa tidak mengerti, kerugian memeliharanya lebih banyak daripada keuntungan. Dibandingkan dengan seorang berakal budi, berani bertindak, berpandangan jauh, menyuruh orang berbuat adil dan sanggup pula berlaku adil. Alangkah sangat jauh bedanya kedua manusia ini. Maka kalau kamu telah mengakui, sedangkan yang dua itu saja sudah sangat besar perbedaannya, betapalah kamu berpikir memperbandingkan berhala dengan Allah?
Berkata al-Azhari, “Allah mengambil perumpamaan bagi berhala yang mereka sembah itu, yang tidak dapat berbuat sesuatu apa pun, malahan berhala itulah yang memberati kepada yang empunya. Karena yang empunya itulah yang mengangkat dan mengangkutnya dari satu tempat ke tempat lain. Maka berkata Allah, “Samakah berhala yang memberati ini dengan yang memerintahkan berbuat adil?" Pertanyaan yang mengandung hardikan sekali, yang menjelaskan bahwa Allah berfirman."Tidaklah sama di antara berhala yang memberati itu dengan Allah Pencipta seluruh alam." Sekian al-Azhari.
Az-Zamakhsyari di dalam al-Kasyaf-nya pun menulis, “Tni adalah perumpamaan yang dibuat Allah untuk diri-Nya kepada seluruh hamba-Nya dan diturunkan-Nya rahmat yang meliputi, baik dalam urusan agama ataupun urusan duniawi. Cobalah perbandingkan itu dengan berhala yang mereka puja itu, berhala yang mati tak bernyawa, tidak memberi mudharat dan tidak pula memberi manfaat."
Tetapi Ibnu Abbas mengambil perbandingan lain. Beliau berpendapat perumpamaan yang dibuat Allah ini ialah perbandingan di antara orang yang beriman dengan orang yang kafir. Orang yang beriman berbuat berbagai kebajikan dengan rezeki yang dilimpahkan Allah kepadanya, maka dinafkahkannyalah rezeki itu baik dengan secara rahasia ataupun secara nyata. Tetapi orang yang kafir, samalah halnya dengan budak belian yang tidak dapat berbuat apa-apa, sebab dia tidak mempunyai apa yang akan dikeluarkan. Maka timbullah pertanyaan, “Dapatkah disamakan di antara kedua macam orang ini oleh orang yang berakal?"
“Sedang dia sendiri pun ada di atas jalan yang lurus?"
Adalah Dia, Allah ﷻ atas jalan yang lurus, tidak berkata melainkan yang benar, tidak menyuruh melainkan dengan yang adil, dan tidak Dia berbuat melainkan apa yang maslahat dan rahmat, hikmat dan adil. Dia selalu atas kebenaran dalam kata-Nya dan perbuatan-Nya. Tidak pernah Dia melakukan kezaliman kepada hamba-Nya, dan tidak menghukum pada yang ada dosanya, dan tidak Dia mengurangi karunia-Nya sedikit jua pun. Dan tidak pula ditanggungkan ke atas diri seorang hamba-Nya suatu kesalahan yang diperbuat oleh hamba-Nya yang lain. Dan tidak Dia berbuat suatu perbuatan yang tidak terpuji; segala sesuatunya berakibat yang terpuji dan tujuan yang dicita-citakan. Sama sekali itulah kesan dari Shirathal Mustaqim jalan Allah.
Demikian terdapat dalam penafsiran al-Qasimi.
Ath-Thabari menafsirkan jalan lurus Allah itu ialah jalan yang benar, memberikan ganjaran bagi siapa yang berbuat baik, dan ganjaran jahat bagi siapa yang berbuat jahat, tidak pernah Dia berlaku aniaya kepada seseorang pun, dan tidak Dia menerima kecuali penyerahan diri yang mutlak kepada-Nya. Itulah Islam, dan percaya yang bulat dan itulah iman.
Ayat 77
‘Dan bagi Allah-lah kegaiban semua langit dan bumi."
Kegaiban langit dan bumi, rahasianya yang tersembunyi. Cuma Allah yang menyimpan, karena Dia Yang Mahakuasa, dan tidak ada makhluk yang tahu. Betapapun kita lihat kukuhnya bumi sekarang ini, namun di dalamnya tersimpan rahasia-rahasia skrup-skrup, untuk menghancurkannya. Demikian pun langit. Yang menahannya semua hanya Allah saja."Dan tidaklah soal Kiamat itu melainkan seperti kedipan mata belaka, atau lebih dekat lagi." Kalau kehendak Allah sudah sampai, sekejap mata semuanya ini berubah. Bagi kita soal ini yang besar, bagi Allah masalah sangat kecil saja.
Tentang sekejap mata ini dapatlah kita memikirkannya apabila kita dengar keterangan ahli-ahli tentang kecepatan perjalanan alam, bagaimana cepatnya peredaran bumi pada sumbunya, 24 jam dalam sehari dan semalam. Begitu jauh jaraknya, bisa selesai dalam waktu 24 jam. Dan kita dengar pula bagaimana cepatnya perjalanan cahaya 280.000 mil dalam satu skonde. Sama sekali ini berjalan dengan sangat cepatnya. Kata ahli-ahli ilmu alam cakrawala ini, semuanya yang ada ini beredar dengan cepat sekali, berkembang tidak berhenti-henti, dan tidak tahu di mana kesudahannya. Kita manusia tidak merasakan itu, sebab kita turut teredar di dalamnya. Maka jika Allah berfirman bahwa Sa'at atau Qiyamat itu akan terjadi dalam sekejap mata, percayatah kita, sebagaimana yang telah difirmankan Allah di ujung ayat,
“Sesungguhnya Atlah atas tiap-tiap sesuatu adalah Mahakuasa."
Bagi Dia seluruh alam itu adalah kecil belaka, tunduk patuh akan Maha Kekuasaan-Nya.
KEHADIRAN MANUSIA DI DUNIA
Sesudah Allah menerangkan kekuasaan dan kebesaran-Nya yang meliputi seluruh langit dan bumi itu, dan memegang teguh rahasia alam dan kunci bilakah hari akan Kiamat, yang dapat berlaku dalam sekejap mata, disuruhlah manusia kembali mengingat dirinya, supaya diperbandingkan kemuliaan dan kebesaran Allah dengan kekecilan dirinya. Berfirman Allah selanjutnya,
Ayat 78
“Dan Allah telah mengelumkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun."
Gelap dunia ini kita hadapi, hanya dengan tangis kita menghadapi dunia ketika kita mulai keluar dari perut ibu. Tidak ada yang kita ketahui, selain dan anugerah Ilahi yang dinamai gharizah atau naluri. Menangis kalau terasa dingin, menangis kalau terasa lapar, menangis kalau terasa panas."Dan dijadikan-Nya untuk kamu pendengaran dan penglihatan dan hati" Dengan berangsur-angsur tumbuhlah pendengaran, maka terdengarlah suara-suara dari yang dekat sampai kepada yang jauh; lalu sama ditumbuhkan pula penglihatan, sehingga dapat memperbedakan berbagai warna, dan dapat memerhatikan wajah ibu yang sedang menyusukan dan pendengaran serta penglihatan itu dituntun oleh perkembangan hati yaitu perasaan dan pikiran. Sampai berangsur-angsur besar dan dewasa, bertambah lama bertambah matang, sampai menjadi manusia yang berbudi bahasa, bersopan dan bersantun, sanggup memikul taklif, yaitu tanggung jawab yang dipikulkan oleh Allah ke atas pundak, menjadi anggota penuh dari perikemanusiaan.
“Supaya kamu bersyukur"
Maka dilahirkan Allah ke dunia, lalu diberi pendengaran, sehingga tidak tuli, dan diberi alat penglihatan sehingga tidak buta, diberi pula hati buat mempertimbangkan apa yang didengar dan apa yang dilihat, adalah nikmat paling besar yang dianugerahkan Allah dalam hidup ini. Sebab manusia itu adalah pemikul tugas berat,yaitu menjadi khalifatullah di bumi.
Bersyukur itu ialah dengan mempergunakan nikmat-nikmat Allah itu di dunia ini dengan sebaik-baiknya, sehingga kita jadi manusia yang berarti. Bersyukur artinya ialah berterima kasih dan lawan dari syukur ialah kufur, tidak mengenal budi.
MENENGADAHLAH KE ANGKASA LUAS
Sesudah disuruh melihat dan memerhatikan langit dan bumi, kemudian itu menekur menilik dan mengukur diri sendiri sejak dilahirkan Allah dari perut ibu, sampai diberi penglihatan dan pendengaran dan hati, kini disuruh pula menengadah ke udara, melihat burung terbang,
Ayat 79
‘Tidakkah mereka lihat kepada burung-burung yang dimudahkan" — terbangnya — di angkasa langit"
Alangkah indah terbangnya dan alangkah merdu suaranya, cobalah lihat sayapnya me-ngepak, dan kadang-kadang menyongsong angin."Tidak ada yang menahan mereka, kecuali Allah/' Tampaknya mudah saja, tetapi setelah manusia pun diberi anugerah Allah dengan ilham, dapatlah mereka membuat kapal udara, dan mereka pun terbang pula sekarang di udara lapang itu. Setelah manusia mendapat kepandaian membuat kapal udara itulah baru manusia insaf bahwa burung buatan asli Allah itu tetap dalam keaslian dan keajaibannya. Sebab manusia sendiri pun tidaklah kuasa bersayap seperti burung, melainkan membuat perkakas untuk terbang mencoba mencontoh dari teladan buatan burung.
“Sesungguhnya pada yang demikian menjadi tanda-tanda bagi kaum yang beriman."
Burung terbang di udara adalah suatu keajaiban, cuma karena telah biasa dilihat, maka perhatian sudah kurang. Kejadian badannya, sayapnya yang dihiasi dengan tulang binatang yang melata di bumi. Dia dapat terbang dan dia dapat pula hinggap. Ekornya laksana kemudi bagi terbangnya menyeruak angin. Dan berbagai jenis burung itu. Ada yang condong makannya ke dalam air, maka diberi dia kaki yang bisa berkayuh di dalam air. Ada yang dipanjangkan kakinya dan dipanjangkan pula lehernya, dan dipanjangkan pula paruhnya, hingga mudah baginya mencari makannya di dalam air yang keruh. Amat mengherankanlah tenaga yang ditanamkan Allah pada dirinya, sehingga dia bisa terbang dan tidak jatuh. Benar-benar tidak ada yang menahannya, melainkan Allah. Padahal ada burung yang besar dan ada burung kecil yang hinggap dari dahan ke dahan. Sungguhlah seperti yang difirmankan Allah di ujung ayat, bahwasanya yang demikian itu menjadi ayat, menjadi tanda dari kekuasaan Allah, yang dapat diperhatikan oleh orang yang beriman.
Pikirkanlah burung itu, selain dari daya terbang yang diberikan kepadanya, betapa jaminan makannya. Tahukah Anda bahwa ada burung yang terbang dari Kutub Selatan ke Kutub Utara pada pergantian musim tertentu, didorong oleh satu naluri ajaib? Berapa macamnya burung? Bagaimana ajaibnya alam burung? Tanyakanlah kepada ahlinya.
RUMAH KEDIAMAN
Ayat 80
“Dan Allah telah menjadikan untuk kamu dari rumah-rumah kamu, sebagai tempat tinggal."
Di ayat ini dijuruskan lagi perhatian kita kepada rumah tangga kita sendiri, tempat kita mendidik anak, tempat kita beristirahat, tempat berteduh kehujanan dan bernaung ketika kepanasan. Dan tempat kamu bertekun ibadah kepada Allah dan mensyukuri nikmat-Nya. Maka selain dari rumah tempat tinggal itu ditarik pula perhatian kepada para pengembara, atau pejuang-pejuang di zaman perang jihad menegakkan agama Allah."Dan dijadikan-Nya untuk kamu dari kulit binatang ternak sebagai rumah, yang terasa ringan bagimu di hari keberangkatan kamu."—mudah diangkat-angkatkan—"dan di hari penetapan kamu." sehingga bisa lekas dipasang. Ayat ini, selain dari dirasakan oleh para pejuang penyebar Islam di zaman dulu, amat dirasakan sampai sekarang oleh orang-orang Badwi yang hidup dalam kemah-kemah di padang pasir. Betapa pentingnya kulit-kulit binatang ternak itu dalam menegakkan kemah-kemah.
“Dan dari bulu-bulunya, dan rambut-rambutnya, menjadi perkakas rumah dan perhiasan, sampai suatu masa."
Demikianlah keadaanmu mengambil faedah darinya, sampai datang suatu masa kamu harus meninggalkannya dan pulang kembali kepada Allah.