Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأَرۡسَلۡنَا
maka Kami kirimkan
عَلَيۡهِمُ
atas/kepada mereka
ٱلطُّوفَانَ
taufan
وَٱلۡجَرَادَ
dan belalang
وَٱلۡقُمَّلَ
dan kutu
وَٱلضَّفَادِعَ
dan katak
وَٱلدَّمَ
dan darah
ءَايَٰتٖ
bukti-bukti
مُّفَصَّلَٰتٖ
terperinci/jelas
فَٱسۡتَكۡبَرُواْ
maka mereka menyombongkan diri
وَكَانُواْ
dan adalah mereka
قَوۡمٗا
kaum
مُّجۡرِمِينَ
orang-orang yang berdosa
فَأَرۡسَلۡنَا
maka Kami kirimkan
عَلَيۡهِمُ
atas/kepada mereka
ٱلطُّوفَانَ
taufan
وَٱلۡجَرَادَ
dan belalang
وَٱلۡقُمَّلَ
dan kutu
وَٱلضَّفَادِعَ
dan katak
وَٱلدَّمَ
dan darah
ءَايَٰتٖ
bukti-bukti
مُّفَصَّلَٰتٖ
terperinci/jelas
فَٱسۡتَكۡبَرُواْ
maka mereka menyombongkan diri
وَكَانُواْ
dan adalah mereka
قَوۡمٗا
kaum
مُّجۡرِمِينَ
orang-orang yang berdosa
Terjemahan
Maka, Kami kirimkan kepada mereka (siksa berupa) banjir besar, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas dan terperinci. Akan tetapi, mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka.
Tafsir
(Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan) yaitu air bah yang memasuki rumah-rumah mereka sehingga mencapai setinggi tempat pesanggrahan duduk mereka selama tujuh hari (belalang) kemudian belalang itu memakan persawahan dan buah-buahan milik mereka, demikian pula (kutu) ulat atau sejenis serangga yang memakan apa yang ditinggalkan oleh belalang (katak) kemudian katak itu memenuhi rumah-rumah mereka dan juga makanan-makanan mereka (dan darah) di dalam air milik mereka (sebagai bukti-bukti yang jelas) yang terang (tetapi mereka tetap menyombongkan diri) tidak mau beriman kepada bukti-bukti tersebut (dan mereka adalah kaum yang berdosa).
Tafsir Surat Al-A'raf: 132-135
Dan mereka (kaum Fir‘aun) berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman kepadamu.”
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas dan terperinci, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu), mereka pun berkata, "Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu, dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu."
Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi, ternyata mereka ingkar janji.
Ayat 132
Demikianlah kisah dari Allah mengenai keingkaran Fir'aun dan kaumnya, kekerasan dan kesombongan mereka terhadap perkara yang benar, mereka tetap terus menerus tenggelam dalam kebatilan. Hal ini dapat dipahami dari ucapan mereka yang dikisahkan oleh firman-Nya:
“Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan beriman kepadamu.” (Al-A'raf: 132)
Mereka mengatakan bahwa mukjizat apa pun yang kamu datangkan kepada kami, dan dalil serta hujah apa pun yang kamu serukan dan tegakkan terhadap kami niscaya kami akan menolaknya. Kami tidak akan menerimanya dan tidak akan beriman kepadamu dan kepada ajaran yang kamu sampaikan.
Ayat 133
Allah ﷻ berfirman: “Maka Kami kirimkan kepada mereka topan.” (Al-A'raf: 133)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai makna topan ini.
Dari Ibnu Abbas, dalam salah satu riwayat darinya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan topan ini adalah hujan besar yang menenggelamkan dan merusak semua tanaman dan buah-buahan. Hal yang sama dikatakan oleh Adh-Dhahhak ibnu Muzahim.
Dalam riwayat lainnya lagi Ibnu Abbas menyebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah banyaknya kematian. Hal yang sama dikatakan oleh ‘Atha’.
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan topan ialah air bah dan penyakit ta'un (kolera).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hisyam Ar-Rifa'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Yaman, telah menceritakan kepada kami Al-Minhal ibnu Khalifah, dari Al-Hajjaj, dari Al-Hakam ibnu Mina, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Topan artinya kematian.” Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui hadits Yahya ibnu Yaman dengan lafal yang sama, tetapi hadits ini gharib.
Dalam riwayat lainnya Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan topan ialah azab dari Allah kepada mereka. Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman Allah yang mengatakan:
“Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.” (Al-Qalam: 19)
Adapun mengenai al-jarad atau belalang sudah banyak dikenal, yaitu sejenis serangga yang dapat dimakan, karena berdasarkan apa yang telah disebutkan di dalam hadits Shahihain dari Abu Ya'fur yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Abu Aufa tentang belalang. Maka Abdullah ibnu Abu Aufa menceritakan: “Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah ﷺ sebanyak tujuh kali peperangan, makanan kami adalah belalang.”
Imam Syafii dan Imam Ahmad ibnu Hambal serta Imam Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadits Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: “Dihalalkan bagi kita (memakan) dua jenis bangkai dan dua jenis darah, yaitu ikan, belalang, hati, dan limpa.” Abul Qasim Al-Baghawi telah meriwayatkannya dari Daud ibnu Rasyid, dari Suwaid ibnu Abdul Aziz, dari Abu Tamam Al-Aili, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ibnu Umar secara marfu dengan lafal yang semisal.
Abu Daud telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Faraj, dari Muhammad ibnu Zabarqan Al-Ahwazi, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai belalang. Maka beliau ﷺ bersabda: “Bala tentara Allah yang paling banyak jumlahnya. Aku tidak memakannya, tidak pula mengharamkannya. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak mau memakannya hanyalah karena tidak suka, sebagaimana beliau yang mulia tidak suka makan biawak, tetapi mengizinkannya untuk dimakan.”
An-Hafidzh Ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam Bab "Belalang" yang ia kumpulkan dalam satu juz, melalui hadits Abu Sa'id Al-Hasan ibnu Ali Al-Adawi, bahwa telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Khalid, dari Ibnu Juraij dari ‘Atha’, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ tidak mau memakan belalang, ginjal, dab (semacam biawak), dan tidak pula mengharamkannya.
Adapun mengapa Rasulullah ﷺ tidak mau memakan belalang, karena ia berasal dari azab dan pembalasan Allah, sedangkan kedua ginjal, karena letaknya yang berdekatan dengan kandung kemih.
Mengenai dab (biawak), beliau ﷺ bersabda: “Aku merasa khawatir bila ia berasal dari kutukan (azab).” Kemudian Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadits ini gharib, dan ia tidak menulisnya melainkan hanya dari jalur ini.
Disebutkan bahwa Amirul Mukminin Umar Ibnul Khattab sangat menyukai belalang. Telah diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Khalifah Umar pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Ya Tuhan, sekiranya pada kita terdapat setumpuk atau dua tumpuk darinya untuk kita makan."
Ibnu Majah telah meriwayatkan bahwa Ahmad ibnu Mani telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Sa'd Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal yang pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan: "Dahulu, istri-istri Nabi ﷺ saling mengirim hadiah, seperti belalang, satu sama lain dengan menggunakan piring besar."
Abul Qasim Al-Baghawi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, dari Yahya ibnu Yazid Al-Qa'nabi, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sada ibnu Ajian, dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya Maryam binti Imran a.s. pernah memohon kepada Tuhannya agar Dia memberinya makan daging yang tidak ada darahnya. Maka Allah memberinya makan belalang, dan Maryam berdoa, "Ya Allah, berilah ia kehidupan tanpa menyusu (yakni lsa), dan lahirkanlah ia tanpa bersuara.”
Menurut Numair, syiya artinya suara tangisan. Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Baqi Hisyam ibnu Abdul Malik Al-Muzani, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, dari pamdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Zuhair An-Numatri yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Janganlah kalian membunuh belalang, karena sesungguhnya belalang itu adalah bala tentara Allah yang sangat besar.” Hadits ini berpredikat gharib sekali.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ:
“Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang.” (Al-A'raf: 133)
Bahwa belalang-belalang itu memakan habis semua paku pintu-pintu mereka tanpa memakan kayunya.
Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui hadits Ali ibnu Zaid Al-Kharaiti, dari Muhammad ibnu Kasir, ia pernah mendengar Al-Auza'i mengatakan bahwa ia pernah keluar menuju Padang Sahara, tiba-tiba ia melihat seorang lelaki di dalam kumpulan belalang di langit. Ternyata lelaki itu menaiki seekor belalang dari kumpulan belalang yang ada bersamanya, sedangkan lelaki itu memegang senjatanya. Setiap kali lelaki itu mengisyaratkan tangannya (seperti ini), maka pasukan belalangnya mengarah ke tujuan yang diisyaratkan oleh tangannya. Sedangkan lelaki itu tiada hentinya mengatakan, "Dunia ini batil, batillah semua yang ada padanya. Dunia ini fana, fanalah semua yang ada padanya. Dunia ini batil, dan batillah semua yang ada padanya."
An-Hafidzh Abul Faraj Al-Mu'afa Ibnu Zakaria Al-Hariri mengatakan, mengatakan dan menceritakan kepada kami Al Hasan Ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Waki, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Amir yang mengatakan bahwa Syuraih Al-Qadhi pernah ditanya mengenai belalang. Maka ia menjawab, "Semoga Allah menakdirkan keburukan (membinasakan) bagi belalang, karena padanya terdapat tujuh ciri khas makhluk yang angkuh, kepalanya mirip kepala kuda, lehernya mirip leher banteng, dadanya mirip dada harimau (singa), sayapnya mirip sayap burung elang, kakinya mirip kaki unta, jantan, ekornya mirip ekor ular, dan perutnya mirip perut kalajengking."
Dalam tafsir firman Allah yang lalu, yaitu:
“Dihalalkan bagi kalian binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagi kalian, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.” (Al-Maidah: 96)
Telah disebutkan hadits Hammad ibnu Salamah, dari Abul Mihzam, dari Abu Hurairah yang di dalamnya disebutkan, "Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Maka kami bertemu dengan sekumpulan belalang. Lalu kami memukulnya dengan tongkat-tongkat yang ada pada kami, sedangkan kami dalam keadaan ihram. Kemudian kami bertanya kepada Rasulullah ﷺ (tentang perbuatan kami itu), maka beliau ﷺ menjawab: 'Tidak mengapa dengan binatang buruan laut'."
Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Harun Al-Hamani, dari Hisyam ibnul Qasim, dari Ziyad ibnu Abdullah ibnu Ilasah dan dari Musa ibnu Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya, dari Anas dan Jabir, dari Rasulullah ﷺ Disebutkan bahwa apabila Rasulullah ﷺ berdoa dalam menghadapi wabah belalang, beliau mengucapkan: “Ya Allah, binasakanlah yang besar-besarnya, matikanlah yang kecil-kecilnya, rusakkanlah telur-telurnya, hancurkanlah keturunannya serta hindarkanlah mulutnya dari tempat penghidupan kami dan dari rezeki kami. Sesungguhnya Engkau Maha Memperkenankan doa.”
Maka Jabir bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau mendoakan untuk kebinasaan suatu pasukan dari bala tentara Allah agar mereka dihancurkan?" Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya belalang itu bersumber dari apa yang disebarkan oleh ikan di laut.”
Hisyam mengatakan, telah menceritakan kepadanya Ziyad. Ziyad mendapat berita dari seseorang yang pernah melihat ikan menyebarkan belalang, bahwa belalang itu disebarkan oleh ikan di laut. Ziyad melanjutkan perkataannya, "Sesungguhnya ikan itu apabila bertelur di tepi pantai, lalu airnya mengalami surut sehingga telur-telur itu terkena sinar mentari, maka semuanya menetaskan belalang yang langsung terbang." Dalam tafsir firman-Nya yang mengatakan:
“Melainkan umat-umat (juga) seperti kalian.” (Al-An'am: 38)
Telah disebutkan hadits Umar r.a., bahwa Allah telah menciptakan seribu umat. Enam ratus di antaranya di laut, sedangkan yang empat ratusnya hidup di daratan. Dan sesungguhnya umat yang mula-mula dibinasakan (punah) adalah belalang.
Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Qais, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Al-Jaurjani Muhammad ibnu Malik, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda “Tidak ada wabah (penyakit) bersama pedang, dan tidak ada janggut bersama belalang.” Hadits ini gharib.
Adapun mengenai kutu, maka disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan kutu ialah semacam ulat yang keluar dari biji gandum. Dari Ibnu Abbas pula disebutkan bahwa kutu adalah belalang kecil yang tidak bersayap. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, dan Qatadah.
Disebutkan pula dari Al-Hasan serta Sa'id ibnu Jubair bahwa kutu ialah hewan kecil lagi hitam. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, ‘al-qummal’ artinya nyamuk kecil. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ‘al-qummal’ adalah bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya ialah ‘qumlah’, artinya sejenis serangga yang menyerupai kutu yang suka menyedot darah unta.
Menurut berita yang sampai kepadaku, serangga inilah yang dimaksudkan oleh Al-A'sya dalam syairnya yang mengatakan: Mereka adalah suatu kaum yang anak-anaknya sedang menghadapi wabah kutu, dengan rantai-rantai besi dan pintu terkunci." Sebagian ahli nahwu dari kalangan ulama Basrah menduga bahwa ‘qummal’ menurut orang Arab artinya sama dengan ‘hamnan’ yang bentuk tunggalnya ialah ‘hamnanah’, artinya sejenis serangga yang bentuknya seperti kera, lebih besar sedikit daripada kutu.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa ketika Musa a.s. datang kepada Fir'aun, Musa a.s. berkata kepadanya, "Lepaskanlah kaum Bani Israil untuk pergi bersamaku." Lalu Allah mengirimkan topan, yakni hujan yang sangat lebat kepada Fir'aun dan kaumnya.
Dan ketika sesuatu dari hujan itu menimpa mereka, mereka merasa khawatir bila hujan itu merupakan azab. Lalu mereka berkata kepada Musa a.s. Doakanlah untuk kami kepada Tuhanmu agar Dia menghentikan hujan ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Lalu Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya (hingga hujan itu berhenti), tetapi mereka mengingkarinya. Mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil bersamanya.
Maka pada saat itu juga Allah menumbuhkan tetumbuhan, rerumputan, dan buah-buahan yang banyak, yang sebelum itu belum pernah terjadi demikian. Maka mereka berkata, "Inilah yang selalu kami dambakan." Lalu Allah mengirimkan belalang kepada mereka yang merusak semua tetumbuhan mereka. Ketika mereka melihat kerusakan yang diakibatkan oleh belalang itu, maka mereka mengetahui bahwa tiada sesuatu pun dari tanaman mereka yang selamat. Mereka berkata, "Wahai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu buat kami agar Dia mengusir belalang ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka Allah mengusir belalang itu dari mereka, tetapi mereka tidak mau beriman dan tidak melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Dan mereka berlindung masuk ke dalam rumah-rumah mereka, lalu mereka berkata, "Kami telah berlindung." Maka Allah mengirimkan kutu, yakni ulat yang keluar dari bebijian, kepada mereka. Dan bila seseorang lelaki keluar dengan membawa sepuluh karung biji gandum ke tempat penggilingannya, maka begitu ia sampai ke tempat penggilingannya tiada yang tersisa kecuali hanya tiga genggam gandum saja (semuanya berubah menjadi ulat).
Mereka berkata, "Wahai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan kutu ini dari kami, maka kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Nabi Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, maka lenyaplah kutu itu dari mereka. Tetapi mereka menolak, tidak mau melepaskan kaum Bani Israil pergi bersama Musa. Ketika Musa a.s. sedang duduk di hadapan Raja Fir'aun, tiba-tiba terdengarlah suara katak.
Lalu Musa berkata kepada Fir'aun, "Apakah pendapat kamu dan kaummu tentang keberadaan katak ini?" Fir'aun berkata, "Mungkin ini hanya merupakan tipu muslihat yang lain." Maka tidak lama kemudian yakni pada petang harinya tidak ada yang bisa duduk karena seluruh negeri dipenuhi katak sampai ke dagu setiap orang. Bahkan setiap kali seseorang membuka mulutnya untuk berbicara, maka pasti ada katak yang masuk ke dalam mulutnya.
Kemudian mereka berkata, "Wahai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan katak-katak ini dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan melepaskan kaum Bani Israil bersamamu." Dan setelah katak lenyap, mereka tetap tidak juga mau beriman.
Lalu Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga setiap kali mereka mencoba mengambil air minum dari sungai atau sumur, air itu berubah menjadi merah seperti darah segar di dalam wadahnya.
Lalu mereka mengadu kepada Fir'aun, "Sesungguhnya kami telah dicoba dengan darah, dan kami tidak lagi mempunyai air minum." Fir'aun berkata, "Sesungguhnya dia (Musa) telah menyihir kalian." Mereka berkata, "Mana mungkin dia menyihir kami, ketika mengambil air dalam wadah-wadah kami, air itu berubah menjadi darah yang segar.” Mereka datang kepada Musa dan berkata kepadanya, "Wahai Musa, doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia melenyapkan darah ini dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan kami akan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamamu." Musa berdoa kepada Tuhannya, maka Allah melenyapkan darah itu dari mereka, tetapi mereka tetap tidak mau beriman, tidak mau pula melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamanya. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, As-Suddi, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa masing-masing telah menceritakan hal tersebut.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah mengatakan bahwa musuh Allah yaitu Fir'aun, kembali kepada kekufurannya ketika para ahli sihirnya telah beriman dalam keadaan kalah dan terhina. Ia tetap tidak mau beriman, melainkan tetap dalam kekufurannya dan tenggelam dalam kejahatannya.
Maka Allah mengirimkan berbagai tanda (mukjizat-mukjizat) kepada Fir'aun. Maka pada awal mulanya Fir'aun dan kaumnya mengalami musim paceklik yang panjang, kemudian menyusul topan, lalu belalang, kutu, katak, dan darah serta berbagai mukjizat lainnya yang terinci. Allah mengirimkan topan dalam bentuk air bah yang memenuhi semua permukaan tanah, sehingga mereka tidak dapat lagi bercocok tanam, juga tidak dapat berbuat sesuatu pun hingga mereka kelaparan.
Ayat 134
Ketika keadaan mereka sangat kritis, maka disebutkan oleh firman-Nya:
“Mereka berkata, ‘Wahai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu, dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu’.” (Al-A'raf: 134)
Maka Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan.
Ayat 135
“Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi, ternyata mereka ingkar janji.” (Al-A'raf: 135)
Ketika Allah melenyapkan azab itu dari mereka, mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan. Karena itu, Allah mengirimkan belalang kepada mereka. Menurut berita yang disampaikan kepadaku, belalang itu memakan semua pepohonan, hingga memakan pula semua paku pintu-pintu dan kusen-kusen rumah mereka, padahal paku-paku tersebut terbuat dari besi. Pada akhirnya rumah dan tempat tinggal mereka ambruk semua. Maka mereka mengatakan pula kepada Musa seperti apa yang disebutkan di dalam ayat di atas. Nabi Musa berdoa kepada Tuhannya agar melenyapkan azab itu dari mereka. Tetapi setelah azab dilenyapkan, mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan.
Lalu Allah mengirimkan kutu kepada mereka. Menurut kisah yang sampai kepadaku, Nabi Musa a.s. diperintahkan oleh Allah untuk berjalan menuju sebuah bukit pasir, lalu memukulnya dengan tongkatnya. Kemudian Nabi Musa a.s. berjalan menuju bukit pasir Uhail yang sangat besar, lalu ia memukulnya dengan tongkatnya, maka berhamburanlah kutu-kutu itu menuju mereka, hingga memenuhi rumah-rumah dan makanan mereka. Mereka tidak dapat tidur dan tidak dapat tinggal dengan tenang. Ketika keadaan mereka sangat kritis, maka mereka mengatakan kepada Musa seperti apa yang mereka katakan semula. Musa a.s. berdoa kepada Tuhannya, memohon agar bencana itu dilenyapkan. Maka Allah melenyapkan azab itu dari mereka, tetapi mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan sebelumnya.
Kemudian Allah mengirimkan katak kepada mereka, akhirnya katak memenuhi rumah, makanan, dan semua wadah milik mereka. Sehingga jika seseorang membuka tempat pakaian dan makanan pasti ia menjumpai katak. Ketika hal tersebut membuat mereka benar-benar dalam keadaan kritis, lalu mereka mengatakan kepada Musa a.s. seperti perkataan mereka sebelumnya. Maka Musa a.s. memohon kepada Tuhannya, dan Allah melenyapkan azab dari mereka, tetapi ternyata mereka tidak memenuhi apa yang telah mereka janjikan itu.
Maka Allah mengirimkan darah kepada mereka, sehingga semua air keluarga Fir'aun berubah menjadi darah. Mereka tidak dapat minum baik dari sungai ataupun dari sumur, dan jika mereka menciduk air dari tempatnya maka air itu berubah menjadi darah segar.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Israil, telah menceritakan kepada kami Jabir ibnu Yazid, dari Ikrimah, dari Ubaidillah ibnu Amr yang mengatakan, "Janganlah kalian membunuh katak, karena sesungguhnya ketika katak dikirimkan kepada kaum Fir'aun, maka ada seekor katak darinya yang menjatuhkan diri ke dalam pemanggangan roti yang ada apinya. Katak itu melakukan demikian demi memperoleh rida Allah. Maka Allah menggantikan panasnya api itu dengan kesejukan yang lebih daripada kesejukan air yang pernah ia rasakan, dan Allah menjadikan suaranya sebagai tasbih." Telah diriwayatkan pula melalui jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, hal yang semisal.
Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan darah ialah seperti darah mimisan. Demikian menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Disebabkan kedurhakaan Fir'aun dan kaumnya yang telah melampaui batas maka sebagai bentuk azab untuk mereka Kami kirimkan kepada mereka siksa berupa topan yang menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan tanaman mereka, belalang yang memakan tanaman, hasil pertanian, rumah, atap, dan pakaian mereka, kutu berupa serangan hama dan kuman yang merusak buah-buahan, tanaman, dan hewan ternak, katak yang memenuhi bejana minuman, makanan, dan tempat tidur mereka, dan darah dengan menjadikan air sungai dan sumur mereka tidak layak digunakan, sebagai bukti-bukti yang jelas agar mereka beriman. Tetapi watak mereka memang keras dan hati mereka pun membatu, sehingga mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka yang selalu berdosa.
Dan ketika mereka ditimpa azab yang telah diterangkan itu mereka pun bergegas mendatangi Nabi Musa dan berkata,Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu atau dengan apa yang telah dianugerahkan kepadamu berupa perkenanNya mengabulkan doamu, kenabianmu atau rahasia Ilahi lainnya, agar menghilangkan azab-azab yang menimpa kami ini. Sesungguhnya jika engkau dengan doamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu, mengikuti ajaranmu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu sesuai permintaanmu, kami tidak akan halang-halangi mereka untuk pergi ke mana saja bersamamu.
Dalam ayat ini diceritakan bahwa sebagai akibat dari keingkaran, kekufuran dan kezaliman mereka, maka Allah menurunkan azab yang lebih dahsyat kepada mereka berupa topan yang melanda rumah dan pohon-pohonan, kebun dan sawah-sawah mereka, kemudian datang lagi hama belalang yang membinasakan tanaman-tanaman mereka, dan akhirnya muncul wabah lain yang menjadikan air minum mereka berubah rasa, berubah bau, dan berubah warnanya seperti darah yang tidak dapat mereka minum.
Meskipun lima macam azab yang ditimpakan Allah bertubi-tubi kepada Firaun dan kaumnya. Mereka tetap menyombongkan diri dan berbuat dosa, dan itu merupakan sifat mereka yang paling menonjol.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MUSA DAN FIR'AUN (II)
Datang kekeringan kemarau dan rusak pertahunan, mereka tuduh Musalah yang sial. Datang basil bumi yang baik, panen, mereka katakan bahwa itu adalah untuk kami sementara Bani Israil tambah melarat. Diberi peringatan supaya ingat kepada Allah, mereka tolak mentah-mentah dan berkata bahwa apa pun keterangan dikemukakan, mereka tidak mau percaya. Sebab, keterangan-keterangan itu, apa saja pun bentuknya, hanyalah sihir belaka.
Ayat 133
“Maka, Kami kirimlah kepada mereka angin topan dan belalang dan kutu-kutu dan kodok-kodok dan darah, sebagai bukti yang terpisah-pisah, tetapi mereka menyombong juga dan adalah mereka itu kaum yang durhaka."
Berturut-turut datang lima bencana lagi menimpa negeri mereka. Datang dari kekuasaan Allah yang tidak dapat ditangkis oleh kekuasaan Fir'aun. Mula-mula datang angin topan. Menurut satu riwayat yang dinukilkan oleh Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas, datang hujan besar yang sangat lebat sehingga timbullah banjir dan disapunya tanam-tanaman yang sedang diharapkan akan berbuah. Menurut riwayat Mujahid, datang banjir menghancurkan segala tanaman dan bekasnya meninggalkan penyakit tha'un atau kolera. Banyaklah orang mati.
Di dalam Perjanjian Lama (kitab Keluaran) pasal 9 ayat 18, tersebut bahwa, “Sesungguhnya esok pagi hari begini, Aku menurunkan hujan rambon yang amat besar maka sebagainya belum pernah ada dalam negeri Mesir daripada jadinya sampai sekarang ini." Dan di dalam ayat 25, “Maka, ditimpa oleh hujan rambon akan segala suatu yang di luar, baik manusia, baik binatang, dan lagi ditimpa oleh hujan rambon akan segala tumbuh-tumbuhan dan dipatah-kannya akan segala pokok yang di ladang."
Tentang bahaya belalang, tersebut pula dalam kitab Keluaran pasal 10 ayat 15, “Karena oleh belalang itu tertudunglah muka segala tanah sehingga kelam kabutlah negeri maka segala tumbuh-tumbuhan yang di tanah dan segala buah-buahan pohon kayu, yang tertinggal dari hujan rambon, habis dimakan oleh belalang itu maka sesuatu yang hijau pun tiada tertinggal pada pohon kayu dan pada segala tumbuh-tumbuhan dalam segala negeri Mesir."
Tentang bahaya kutu-kutu menurut riwayat dari Ibnu Abbas, yaitu semacam ulat hitam kecil yang memakan gandum. Dan, dalam riwayat Ibnu Abbas yang lain pula, yaitu satu belalang kecil tidak bersayap; mengisap gandum selagi masih muda sehingga jadi hampa. Barangkali semacam pianggang di negeri kita (hama wereng).
Terdapat di dalam kitab Keluaran pasal 8 ayat 21 bahwa Musa mengancamkan kepada Fir'aun dan kaumnya bahwa tabuhan yang sangat berbisa sengatnya itu akan masuk berkerumun ke dalam rumah mereka. Tabuhan atau sialang atau tawon hitam yang biasa diambil orang lilinnya.
Tentang bahaya kodok-kodok atau katak, tersebut juga di dalam kitab Keluaran pasal 8 bahwa katak telah naik memenuhi seluruh negeri Mesir, setelah Harun mengangkat Musa itu ke udara sehingga di mana-mana terdapat katak dan katak sampai menjemukan, sampai inasuk ke dalam rumah orang-orang besar, sampai masuk ke dalam istana Fir'aun sendiri.
Tentang bencana darah, memanglah di dalam tafsir-tafsir tersebut bahwa suatu masa bertukarlah Sungai Nil dan segala sumur-sumur yang ada di seluruh negeri Mesir itu menjadi sungai dan sumur darah sehingga orang tidak bisa minum, ikan-ikan habis mati karena pertukaran air menjadi darah itu. Di dalam kitab Perjanjian Lama (kitab Keluaran pasal 7 ayat 19) tersebut demikian, “Dan lagi firman Allah kepada Musa, ‘Katakanlah kepada Harun, ‘Ambillah tongkatmu dan kadangkan-Iah tanganmu ke atas, segala air orang Mesir, ke atas mereka itu dan ke atas segala perkumpulan airnya supaya ia itu berubah menjadi darah, biarlah ada darah dalam seluruh tanah Mesir, baik dalam berkas kayu, baik dalam berkas batu."“ Di dalam ayat 25 diterangkan bahwa seluruh air menjadi darah itu ialah 7 hari lamanya.
Kita salinkan beberapa ayat dari Perjanjian Lama itu ialah mana yang cocok dengan keterangan Al-Qur'an dan kita tidak menerima kalau dia mengatakan “tongkat Harun", sebab Al-Qur'an mengatakan tongkat Musa.
Namun, sudah demikian banyaknya ayat tanda kebesaran ditunjukkan Allah, tetapi mereka tetap juga dalam kesombongan dan tetap juga dalam kedurhakaan. Sombong dan durhaka itu dijelaskan pada ayat berikutnya.
Ayat 134
“Dan, tatkala telah menimpa kepada mereka bencana itu, mereka berkata, ‘Wahai Musa! Doakanlah untuk kami kepada Tuhan engkau dengan apa yang telah dijanjikan -Nya kepada engkau. Sesungguhnya jika telah engkau lepaskan kami dari bencana itu sungguh kami akan pencaya kepada engkau dan akan kami serahkan bersama engkau Bani israil itu.'"
Pada pasal-pasal di dalam Perjanjian Lama (kitab Keluaran) itu pun ada diterangkan bahwa selalu Musa meminta dengan segala hormat kepada Fir'aun agar Bani Israil dibebaskan dan supaya diserahkan kepadanya agar mereka berangkat menuju tempat yang bisa bebas mereka mengerjakan agama mereka. Dan, tiap-tiapnya itu Musa bersama Harun bahwa betul-betul permohonan mereka ini atas kehendak Allah lalu diterangkannya bahwa sebagai bukti besok akan turun topan besar atau besok akan turun belalang atau akan turun tabuhan dan sialang atau katak. Kemudian apa yang dia katakan itu terjadi sehingga cemaslah Fir'aun dan orang besar-besarnya melihat bencana-bencana itu lalu dengan tidak merasa malu lagi, mereka panggil Musa dan mereka minta supaya dimohonkan kepada Allah agar bencana itu dihilangkan dan mereka berjanji kalau bahaya itu telah hilang, mereka akan tobat, akan percaya kepada Tuhannya Musa. Mereka juga berjanji, akan membiarkan Bani Israil pergi.
Ayat 135
“Maka, tatkala telah Kami lepaskan mereka dari bencana itu sehingga suatu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka pun mungkin."
Artinya, ketika sudah sangat terdesak, tabuhan tidak dapat dimusnahkan, katak tak dapat dibasmi, mereka khususnya Fir'aun meminta Musa datang minta tolong doakan agar semua bencana habis lalu berjanji bahwa pada waktu sekian mereka sudah boleh pergi dari Mesir, tidak akan dihalang-halangi lagi. Akan tetapi, dalam jarak di antara satu bencana dengan bencana yang lain, mereka sengaja melupakan dan memungkiri janji itu. Mereka kembali lagi kepada kedurhakaannya. Mereka amat berat melepaskan Bani Israil pergi bersama Musa. Sebab, Bani Israil, sebagai kelas yang tertindas, adalah sendi pengukuhan kemewahan dan kekuasaan mereka. Kalau Bani Israil pergi, tidak ada lagi kuli-kuli, orang yang diperbudak, orang yang disuruh memikul yang berat. Mesir akan kosong dari kemewahan. Contoh terdekat di zaman sekarang ialah nasib orang-orang Negro di Amerika. Mereka ditindas, tetapi mereka amat diperlukan. Atau sebagai yang disebut politik apartheid di Afrika Selatan. Di mana golongan kecil (minoritas) bangsa kulit putih menindas penduduk kulit berwarna padahal merekalah tiang dari kemewahan mereka. Serupa itulah sebab yang menjadikan Fir'aun dan orang-orang besarnya sangat berdegil buat membebaskan Bani Israil pergi.
Ayat 136
“Maka, Kami balaslah kepada mereka dan Kami tenggelamkan mereka ke dalam laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan adalah mereka itu lalai daripadanya."
Ibarat bergantang, sudahlah mulai penuh, sebab itu tidaklah dibiarkan melimbak lagi. Ayat-ayat Allah sudah cukup diperlihatkan, tetapi mereka masih tetap berkeras. Mereka berjanji yang terakhir bahwa Bani Israil sudah boleh keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa. Maka, dengan bertahun-tahun bersama, di bawah pengetahuan Fir'aun sendiri terjadilah pada suatu malam, satu pengungsian besar-besaran. Seluruh Bani Israil yang berada di Mesir, besar, kecil, tua muda, laki-laki dan perempuan, dan anak-anak dalam pangkuan, semua keluar di bawah pimpinan Musa dan Harun, di tengah malam. Akan tetapi, Fir'aun mungkir akan janjinya, dikejarnya orang-orang yang mengungsi itu dengan bala tentara yang besar sehingga hampirlah dapat mereka itu dia hancurkan di tepi lautan. Akan tetapi, kehendak Allah berlaku; lautan terbelah, Bani Israil di bawah pimpinan Musa dan Harun dapat melalui lautan yang terbelah dua itu sehingga sampai ke seberang dengan selamat. Fir'aun yang tidak juga mau mengerti apa yang dimaksud dengan ayat Allah, tanda kebesaran Allah, memacu kudanya-bersama bala tentaranya yang sangat besar itu, ke atas dasar laut yang terbelah padahal itu bukan buat dia. Sesampai dia dengan bala tentaranya di tengah, lautan yang terbelah bertaut kembali, dan tenggelamlah dia bersama orang-orang besar-nya dan seluruh bala tentaranya itu ditelan laut. Yang dalam sebentar waktu saja telah tenang kembali, seakan-akan tidak apa-apa yang terjadi. Mereka lalai memerhatikan bahwa laut belah dua bukan disediakan untuk mereka seberangi, tetapi buat membenamkan mereka.
Ayat 137
“Dan, telah Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, timur-timur bumi dan barat-baratnya yang telah Kami berkati padanya."
Dengan secara selayang pandang, di dalam ayat ini Allah membayangkan bahwa kaum yang selama ini tertindas itu telah berubah nasib mereka. Mereka telah diberi waris bumi. Kata sebahagian ahli tafsir, bumi bagian timur dan bagian barat itu ialah negeri Syam dan ada juga yang memasukkan Palestina dalam rangkaian itu. Tanah itulah tanah subur yang diberi berkah, yang di dalam beberapa ayat yang lain.
…baik mengenai perpindahan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth dahulu dari Ur Kaldan atau tempat berdirinya kerajaan Nabi Sulaiman di belakang Musa. Kemudian disebut juga bahwa negeri yang diberkati itu ialah negeri Syam karena tanahnyayangsubur,penuhsusudanmadu.Kita katakan tadi bahwa ayat telah menerangkan secara selayang pandang karena pada riwayat-riwayat selanjutnya, buat mencapai tanah yang subur itu, tidak pulalah Bani Israil segera disampaikan ke sana, malahan melalui berbagai perjuangan pula. Empat puluh tahun terhenti di Padang Tih sehingga angkatan lama telah habis mati, datang angkatan baru, turun-temurun, sampai Dawud dan Sulaiman dapat mendirikan kerajaan Bani Israil yang megah. “Dan sempurnalah kalimat Tuhan engkau yang sebaik-baiknya atas Bani Israil, lantaran kesabaran mereka."Terlepaslah mereka dari perbudakan karena mereka pegang teguh ajaran Musa menyuruh sabar di saat penderitaan yang hebat dahulu itu.
“Dan, telah Kami hancurkan apa-apa yang diperbuat oleh Fir'aun dan kaumnya dan apa-apa yang telah mereka dirikan."
(ujung ayat 137)