Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَنۡ
dan barangsiapa
أَرَادَ
menghendaki
ٱلۡأٓخِرَةَ
kehidupan akhirat
وَسَعَىٰ
dan dia berusaha
لَهَا
baginya
سَعۡيَهَا
usahanya (ke arah itu)
وَهُوَ
dan/sedang dia
مُؤۡمِنٞ
orang mukmin
فَأُوْلَٰٓئِكَ
maka mereka itu
كَانَ
adalah
سَعۡيُهُم
usaha mereka
مَّشۡكُورٗا
disyukuri (dibalas dengan baik)
وَمَنۡ
dan barangsiapa
أَرَادَ
menghendaki
ٱلۡأٓخِرَةَ
kehidupan akhirat
وَسَعَىٰ
dan dia berusaha
لَهَا
baginya
سَعۡيَهَا
usahanya (ke arah itu)
وَهُوَ
dan/sedang dia
مُؤۡمِنٞ
orang mukmin
فَأُوْلَٰٓئِكَ
maka mereka itu
كَانَ
adalah
سَعۡيُهُم
usaha mereka
مَّشۡكُورٗا
disyukuri (dibalas dengan baik)
Terjemahan
Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, dan dia adalah mukmin, mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Tafsir
(Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh) yakni ia beramal dengan amal yang dengannya ia berhak untuk mendapatkan kehidupan akhirat (sedangkan ia adalah mukmin) kalimat ini berkedudukan menjadi hal (maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik) di sisi Allah; artinya amalnya diterima oleh-Nya dan mendapat pahala dari-Nya.
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.
Allah ﷻ menyebutkan bahwa tidaklah setiap orang yang mencari duniawi dan kesenangan-kesenangannya dapat memperolehnya, melainkan dunia itu dapat diperoleh oleh orang yang dikehendaki oleh Allah untuk memperolehnya. Makna ayat ini mengikat kemutlakan makna yang terdapat dalam ayat-ayat lainnya. Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah mengatakan dalam firman-Nya: maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam. (Al-Isra: 18) Yakni di akhirat kelak. ia akan memasukinya. (Al-Isra: 18) Maksudnya, ia akan dimasukkan ke dalamnya sehingga neraka Jahannam meliputinya dari segala penjuru (yakni ia tenggelam di dalamnya). dalam keadaan tercela. (Al-Isra: 18) Ia masuk ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan tercela.
Hal itu sebagai balasan dari sepak terjang dan amal perbuatannya yang buruk, karena ia lebih memilih dunia daripada akhirat yang kekal. lagi dalam keadaan terusir. (Al-Isra: 18) Yakni dijauhkan dari rahmat Allah lagi terhina dan terusir. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Ruwaid, dari Abu Ishaq, dari Zar'ah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Dunia ini adalah rumah bagi orang yang tidak punya rumah, dan harta bagi orang yang tidak berharta, dan hanya karena dunialah orang yang tidak berakal menghimpunnya.
Firman Allah ﷻ: Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat. (Al-Isra: 19) Yaitu menginginkan kampung akhirat berikut segala kenikmatan dan kegembiraan yang ada padanya. berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh. (Al-Isra: 19) Maksudnya, dia mencari hal itu dengan menempuh jalannya dan selalu mengikuti Rasul ﷺ sedangkan ia adalah mukmin. (Al-Isra: 19) Yakni hatinya beriman dan membenarkan adanya pahala dan pembalasan di hari akhirat. maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Al-Isra: 19).
Dan barang siapa yang menghendaki dengan amal perbuatannya pembalasan kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu, yakni untuk memperoleh kehidupan akhirat dengan sungguh-sungguh dengan melakukan
amal salih, sedangkan dia beriman kepada Allah dengan sungguh-sungguh,
maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik di
sisi Allah dan mendapat ganjaran sesuai dengan amalnya. Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini yang mengharapkan pembalasan dunia maupun golongan itu yang mengharapkan pembalasan akhirat, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu, yakni
Kami berikan bagi keduanya itu pembalasan sesuai dengan amal perbuatannya. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi oleh siapa pun.
Pembalasan di dunia Kami berikan kepada siapa saja yang berusaha
meraihnya, baik kafir maupun mukmin, sedangkan pembalasan berupa
pahala di akhirat, khusus Kami anugerahkan kepada orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
ketentuan Tuhanmu.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan golongan yang kedua. Allah ﷻ menyatakan bahwa barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh serta tetap beriman, maka dialah orang yang usahanya mendapat balasan yang baik. Yang dimaksud dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan akhirat ialah orang-orang yang mencita-citakan kebahagiaan hidup di akhirat, dan berusaha untuk mendapatkannya dengan mematuhi bimbingan Allah serta menjauhi tuntutan hawa nafsunya. Orang yang demikian ini selama hidupnya di dunia menganggap bahwa kenikmatan hidup di dunia serta kemewahannya adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dan digunakan sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya.
Itulah sebabnya di akhir ayat ini, Allah ﷻ menegaskan bahwa orang yang demikian itulah yang akan mendapat balasan dari Allah dengan pahala yang berlimpah-limpah, sebagai imbalan dari amalnya yang saleh dan ketabahannya melawan kehendak hawa nafsu. Ia akan dimasukkan ke dalam surga Firdaus dan kekal selama-lamanya di sana.
Dalam ayat ini disebut tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang itu mencapai kebahagiaan yang abadi yakni:
1. Adanya kehendak untuk melakukan suatu perbuatan dengan meng-utamakan kebahagiaan akhirat di atas kepentingan duniawi.
2. Melakukan amal saleh sebagai perwujudan niatnya mendapatkan kebahagiaan akhirat dengan jalan menaati perintah Allah dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Menjadi orang mukmin, karena iman merupakan dasar untuk diterima atau tidaknya amal perbuatan. Seseorang yang hatinya kosong dari iman, tidak akan mungkin menerima kebahagiaan yang abadi itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 18
“Barangsiapa yang mau cepat, akan Kami cepatkan baginya apa yang Kami kehendaki. Kemudian Kami jadikan baginya Jahannam yang dia akan masuk ke dalamnya dengan keadaan tercela dan terusir."
Ada pemuka-pemuka kafir menentang, mana dia adzab itu. Coba datangkan sekarang juga? Tantangan mereka dikabulkan secepatnya oleh Allah. Penentang-penentang itu kemudian sebagian besar mati dalam Perang Badar dan jadi alas neraka. Mereka mati dengan nama yang tercela dan seakan-akan terusir dari dunia. Pada akhirnya, Mekah itu dapat juga dikuasai Nabi ﷺ sedang kekuasaan mereka telah habis.
Orang-orang yang demikian, karena cinta kepada hidup, menjadi takut mati. Mereka ber-hadapan dengan orang-orang beriman, yang dengan jiwa penuh cinta akan Allah ingin hari akhirat. Mereka tidak takut mati.
Di sinilah kita melihat perbedaan antara kesombongan orang yang kafir, tidak mau percaya, dan orang yang beriman, yang dengan tenang meyakini apa yang dijanjikan Tuhan. Si kafir yang di sini diperlihatkan pada sikap pemuka-pemuka Quraisy, menantang Nabi, artinya menantang Allah. Mana dia adzab itu, bawa kemari sekarang? Kita mau cepat melihat bukti. Dengan tidak mereka sadari dan tidak perhitungkan terlebih dahulu, apa yang mereka kehendaki itu berlaku. Segala mereka yang besar-besar mulut dan sombong itu pergi ke Peperangan Badar. Ketika turun dari Mekah, mereka mengira bahwa mereka pasti menang sebab lebih kuat. Bahkan, umat Islam sendiri pun mulanya tidak menyangka akan menang. Kejadiannya ialah bahwa kaum kafir Quraisy kalah, pemimpin-pemimpin terkemuka yang besar-besar mulut itu tewas sampai tujuh puluh orang, dan tertawan tujuh puluh orang pula.
Orangyangtelah percaya kepada Allah dan Rasul dan membuktikan itu dengan perbuatan dan perjuangan, tidaklah bergegas-gegas minta balasan atau minta kenyataan sekarang juga. Yang mereka inginkan bukanlah yang semata-mata tampak di mata sekarang. Yang mereka harapkan ialah hari esok, atau yang disebut akhirat. Maka berfirmanlah Allah,
Ayat 19
“Dan barangsiapa yang menghendaki akhirat, dan dia berusaha untuknya dengan sungguh-sungguii usaha, dan dia pun beriman, maka usaha mereka itu mendapat ganjaran."
Pada ayat 18 dan 19 ini dijelaskan perbedaan nilai tujuan dari dua macam golongan itu. Yang pertama mati tidak ada tujuan. Mereka hilang dari dunia dalam nama yang tercela, seumpama terusir layaknya. Yang kedua bersedia menghadapi hari akhirat, berusaha dengan sungguh-sungguh yang didorong oleh rasa iman. Mereka hidup dalam kepercayaan yang teguh dan mati dalam bahagia. Ganjaran Ilahi menunggu mereka.
Ayat 20
“Masing-masing Kami tolong, mereka ini dan mereka itu, dari pemberian Tuhanmu. Dan tidaklah ada pemberian Tuhanmu yang terhambat."
Artinya, meskipun pendirian hidup berbeda-beda, ada yang gelap ada yang terang, ada yang kufur ada yang iman, ada yang mati sesat dan ada yang mati syahid, dalam dunia ini keduanya sama-sama ditolong oleh Allah untuk hidup, sama makan sama minum. Dan pemberian itu pun berbeda nilai karena berbeda tingkat usaha. Orang beriman ada yang kaya-raya dengan harta dan ada yang miskin. Orang yang kafir pun demikian. Malahan pada ayat yang selanjutnya diperjelas lagi oleh Allah,
Ayat 21
“Pandanglah, betapa Kami melebihkan sebagian mereka daripada yang sebagian."
Tidak peduli apakah yang dilebihkan dalam kehidupan dunia itu seorang Mukmin atau seorang kafir. Sudah terang bahwa sejak asal semula jadi manusia ini tidaklah terdapat hidup yang sama rata, sebab kecerdasan dan kemampuan pun tidak sama. Oleh sebab itu, kehidupan dunia tidaklah boleh dijadikan ukuran.
“Dan sesungguhnya akhirat lebih besar derajatnya dan lebih besar keutamaannya."
Dan akhirat itulah tujuan yang sebenarnya dari kehidupan ini. Oleh sebab itu, di samping mencari persiapan dan perlengkapan untuk hidup di dunia ini, untuk makan dan minum, untuk pakaian dan rumah kediaman, janganlah manusia lupa bahwa dunia itu berujungkan Akhirat. Perjalanan kita tidak habis sehingga ini saja. Kalau diberi Allah kelebihan lahiriah di dunia fana ini, kita bersyukur, lalu kita pergunakan kelebihan itu untuk mencapai akhirat. Dan kalau kurang daripada apa yang didapat oleh orang lain, isilah kekurangan itu dengan perlengkapan yang sejati, yaitu iman dan tawakal. Ayat yang selanjutnya menunjukkan dengan tegas apakah perlengkapan batin itu. Allah berfirman,
Ayat 22
“Janganlah engkau adakan Tuhan yang lain di samping Allah."
Artinya, isilah jiwamu dengan kepercayaan, dengan iman, bahwa Tuhan itu ada; dan itulah Allah! Dia tidak bersekutu, tidak berserikat dengan yang lain. Dia berdiri sendirinya; kepada-Nyalah engkau memusatkan segala ingatan dan tujuan hidupmu. Kalau pendirian ini tidak ada, kalau tidak ada kepercayaan akan adanya Allah.
“Niscaya duduklah engkau dalam tercela dan terhina."
Orang yang tidak ada kepercayaan kepada Allah, artinya ialah orang yang tidak ada pegangan hidup, tidak ada tali tempat bergantung, tidak ada tanah tempat berpijak. Langkahnya akan tercela sebab tidak ada padanya tenggang-menenggang dengan sesama manusia, dan dia akan terhina karena martabat kemanusiaannya akan dijatuhkannya sendiri ke bawah, kepada tempat makhluk yang tiada berakal. Maksud kepercayaan kepada adanya Allah ialah hendak menaikkan tingkat manusia itu kepada martabat yang tinggi, sementara kekufuran hendak membawa manusia ke tempat kebinatangan. Seumpama perbandingan yang kita lihat di antara kepercayaan ajaran agama bahwa manusia itu adalah makhluk mulia yang dikirim dari surga sedang kepercayaan materialistis mengajarkan bahwa asal usul manusia itu adalah satu dengan asal usul monyet dan kera.