Ayat
Terjemahan Per Kata
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بِٱلۡحَقِّۖ
dengan benar
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَقُولُ
Dia berfirman
كُن
jadilah
فَيَكُونُۚ
lalu jadilah ia
قَوۡلُهُ
firmanNya
ٱلۡحَقُّۚ
benar
وَلَهُ
dan baginya
ٱلۡمُلۡكُ
kerajaan/kekuasaan
يَوۡمَ
pada hari
يُنفَخُ
ditiup
فِي
dalam
ٱلصُّورِۚ
sangkala
عَٰلِمُ
yang mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang gaib
وَٱلشَّهَٰدَةِۚ
dan yang nampak
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
ٱلۡخَبِيرُ
Maha Mengetahui
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
خَلَقَ
menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بِٱلۡحَقِّۖ
dengan benar
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَقُولُ
Dia berfirman
كُن
jadilah
فَيَكُونُۚ
lalu jadilah ia
قَوۡلُهُ
firmanNya
ٱلۡحَقُّۚ
benar
وَلَهُ
dan baginya
ٱلۡمُلۡكُ
kerajaan/kekuasaan
يَوۡمَ
pada hari
يُنفَخُ
ditiup
فِي
dalam
ٱلصُّورِۚ
sangkala
عَٰلِمُ
yang mengetahui
ٱلۡغَيۡبِ
yang gaib
وَٱلشَّهَٰدَةِۚ
dan yang nampak
وَهُوَ
dan Dia
ٱلۡحَكِيمُ
Maha Bijaksana
ٱلۡخَبِيرُ
Maha Mengetahui
Terjemahan
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar). (Sungguh benar ketetapan-Nya) pada hari (ketika) Dia berkata, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. Firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Mahabijaksana lagi Mahateliti.
Tafsir
(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.) dengan secara hak (Dan) ingatlah (di waktu Dia mengatakan) kepada sesuatu ("Jadilah," lalu terjadilah) pada hari kiamat Allah mengatakan kepada makhluk semua, "Bangkitlah kamu," lalu bangkitlah mereka (yakni perkataan-Nya yang benar) benar terjadi dan sudah pasti (dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup) pada masa malaikat Israfil meniup sangkakalanya yang kedua pada waktu itu tidak ada kekuasaan selain dari kekuasaan-Nya. Pada waktu itu kekuasaan hanya milik-Nya. (Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak) apa-apa yang gaib dan apa-apa yang nyata. (Dan Dialah Yang Maha Bijaksana) dalam mengatur makhluk-Nya (lagi Maha Waspada) terhadap rahasia segala sesuatu sama halnya dengan lahiriahnya.
Tafsir Surat Al-An'am: 71-73
Katakanlah (Muhammad), "Apakah kita akan memohon selain kepada Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke dalam kesesatan setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan." Sedangkan dia mempunyai kawan-kawan yang mengajaknya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Ikutilah kami!" Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang sebenarnya. Dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam.
Dan supaya melaksanakan shalat dan bertakwa kepada-Nya." Dan Dialah Tuhan yang hanya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan (sungguh benar perkataan-Nya) ketika Dia berkata, "Jadilah!" Maka terjadilah. Firman-Nya itu benar, dan segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup hanyalah milik-Nya. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Teliti.
Ayat 73
As-Suddi mengatakan bahwa orang-orang musyrik berkata kepada orang-orang muslim, "Ikutilah kami, dan tinggalkanlah agama Muhammad itu." Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah kita akan memohon sesuatu selain kepada Allah,yang tidak dapat memberikan manfaat kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan kedalam kesesatan’.” (Al-An'am: 71)
Yakni kembali kepada kekafiran.
“Setelah Allah memberi petunjuk kepada kita.” (Al-An'am: 71) Yakni perumpamaan kita sama dengan orang yang disesatkan oleh setan di tempat yang gelap dan mengerikan. Dikatakan bahwa perumpamaan jika seorang telah beriman dan orang itu kembali kepada kekafiran, sama halnya dengan seorang lelaki yang berangkat bersama suatu kaum. Dan dalam perjalanannya ia tersesat, lalu setan datang menyesatkannya di tempat ia tersesat sehingga ia kebingungan, padahal teman-temannya berada di jalan yang benar.
Lalu teman-temannya menyerunya agar ia bergabung dengan mereka seraya berkata, "Kemarilah, ikutilah kami!" Tetapi ia tidak mau bergabung dengan mereka. Demikianlah perumpamaan orang yang mengikuti jalan orang-orang kafir setelah ia berada dalam jalan yang benar. Sedangkan dalam perumpamaan ini orang yang memanggilnya ke jalan yang benar adalah Nabi Muhammad ﷺ dan Islam merupakan jalannya yang benar. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan.” (Al-An'am: 71)
Yakni setan membujuknya dari jalan yang ditempuhnya ke jalan yang sesat
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah kita akan memohon sesuatu selain kepada Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudaratan kepada kita’.” (Al-An'am: 71), hingga akhir ayat.
Ungkapan ini merupakan tamsil yang dibuat oleh Allah, untuk ditujukan kepada tuhan-tuhan (sesembahan-sesembahan) yang disembah oleh orang-orang itu, serta orang-orang yang memohon petunjuk kepada Allah ﷻ disamakan dengan seorang yang tersesat dijalan dalam keadaan kebingungan.
Saat berada di tengah perjalanan tiba-tiba ia mendengar suara yang berseru, "Wahai Fulan ibnu Anu, kemarilah, ikutilah jalan ini!" Sedangkan dia mempunyai teman-teman yang juga menyerunya dengan panggilan, "Wahai Fulan ibnu Anu, ikutilah jalan kami ini!" Jika dia mengikuti seruan pertama, maka seruan pertama itu akan membawanya kepada kesesatan dan kebinasaan, dan jika ia mengikuti seruan kedua yang mengajaknya ke jalan petunjuk, niscaya dia akan memperoleh petunjuk. Seruan yang sering terdengar di padang pasir seperti ini disebut gailan (hantu).
Penjelasan perumpamaan ini ditujukan kepada orang yang menyembah tuhan-tuhan tersebut selain Allah. Karena sesungguhnya dia berpikir bahwa dirinya berada dalam suatu keyakinan yang benar sampai masa kematiannya, maka saat itulah ia akan menghadapi penyesalan dan kebinasaannya.
Firman Allah ﷻ: “Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan.” (Al-An'am: 71) Setan-setan tersebut adalah gailan (hantu-hantu) yang memanggil-manggil namanya dengan lengkap dengan nama ayah dan kakeknya, sehingga ia mengikuti suara itu. Karena itu, ia merasa bahwa dirinya mempunyai keyakinan yang benar. Tetapi pada pagi harinya ternyata dia jatuh ke dalam kebinasaan, dan mungkin hantu-hantu itu memakannya atau melemparnya di tanah yang jauh, di tanah yang gersang dimana dia akan kehausan dan binasa. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah ﷻ Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya:
“Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan.” (Al-An'am: 71)
Makna yang dimaksud ialah seperti seorang lelaki yang dalam kebingungan, lalu dipanggil-panggil oleh teman-temannya untuk mengikuti jalan mereka. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang sesat sesudah mendapat petunjuk.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
“Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi dalam keadaan kebingungan.” (Al-An'am: 71)
Bahwa dia adalah orang yang tidak mau memenuhi seruan yang mengajak kepada hidayah Allah, yaitu orang yang menaati setan dan gemar melakukan maksiat di muka bumi, dan selalu melakukan penyimpangan terhadap kebenaran serta tersesat jauh darinya.
Dia mempunyai kawan-kawan yang menyerunya ke jalan hidayah, mereka menduga bahwa apa yang mereka perintahkan kepadanya merupakan petunjuk yang telah dikatakan oleh Allah ﷻ kepada kekasih-kekasih-Nya dari kalangan manusia. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk (yang sebenarnya).” (Al-An'am: 71)
Sedangkan kesesatan itu adalah yang diserukan jin (setan) kepadanya. Demikianlah riwayat Ibnu Jarir.
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini menunjukkan bahwa teman-temannya menyerukan kepada kesesatan, dan mereka menduga bahwa apa yang mereka serukan itu adalah jalan petunjuk. Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini bertentangan dengan makna lahiriah ayat, karena sesungguhnya Allah ﷻ menceritakan bahwa teman-temannya mengajaknya ke jalan petunjuk, maka mustahil bila hal ini dikatakan sebagai jalan kesesatan. Allah ﷻ dengan tegas menceritakan bahwa hal itu adalah jalan petunjuk. Pendapat Ibnu Jarir benar, mengingat konteks pembicaraan menunjukkan bahwa orang yang disesatkan oleh setan di suatu tempat dalam keadaan kebingungan.
Lafal “hairana” yang ada dalam ayat dinasabkan karena menjadi suatu hal atau kata keterangan keadaan. Yang artinya, dalam keadaan kebingungan, kesesatan, dan ketidaktahuannya akan jalan yang harus ditempuhnya.
Dia mempunyai teman-teman yang berada di jalan yang sedang mereka tempuh. Lalu mereka menyerunya untuk bergabung dan berangkat bersama-sama mereka menyusuri jalan yang benar. Akan tetapi, dia menolak ajakan mereka dan tidak mau menoleh mereka.
Seandainya Allah menghendakinya untuk mendapat petunjuk, niscaya Allah akan memberinya petunjuk dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk (yang sebenarnya).” (Al-An'am: 71)
Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu:
“Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya.” (Az-Zumar: 37)
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong.” (An-Nahl: 37)
Arti firman Allah ﷻ: “Dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan semesta alam.” (Al-An'am: 71)
ialah ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, hanya untuk Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Ayat 72
“Dan agar mendirikan shalat serta bertakwa kepada-Nya.” (Al-An'am: 72)
Yakni dan kami diperintahkan untuk mendirikan shalat serta bertakwa kepada Allah dalam semua keadaan.
“Dan Dialah Tuhan yang hanya kepada-Nya kalian akan dikumpulkan.” (Al-An'am: 72)
Maksudnya, pada hari kiamat nanti.
Ayat 73
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar.” (Al-An'am: 73)
Yakni dengan adil. Dialah yang memiliki keduanya, yang menciptakan keduanya, dan yang mengatur keduanya serta semua makhluk yang ada pada keduanya.
Firman Allah ﷻ: “Ketika Dia berkata, “Jadilah” lalu terjadilah.” (Al-An'am: 73) Yaitu hari kiamat yang dikatakan oleh Allah, "Jadilah kamu." Maka atas perintah-Nya terjadilah hari kiamat dalam sekejap mata atau lebih cepat daripada itu.
Lafal yauma dinasabkan karena di'athafkan kepada lafal “wattaquhu” yang arti lengkapnya ialah “takutlah kalian akan hari di mana Allah berfirman, ‘Jadilah kamu hari kiamat!’ Maka jadilah hari kiamat.”
Atau dapat pula dikatakan ada “fi'il” (kata kerja) yang tidak disebutkan bentuk lengkapnya menjadi, "Ingatlah, di hari Dia mengatakan, “Jadilah!,” lalu terjadilah."
Atau dapat pula dikatakan bahwa ia di'athafkan kepada firman-Nya:
“Menciptakan langit dan bumi.” (Al-An'am: 73)
Artinya, “Dan Dialah yang menciptakan hari di mana Dia berfirman, ‘Jadilah kamu’, maka jadilah ia.”
Pada permulaan ayat disebutkan permulaan, penciptaan, dan pengembaliannya. Firman Allah ﷻ:
“Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan.” (Al-An'am: 73) Kedudukan I'rab mahalli dari kedua kalimat ini adalah ‘jar’ karena keduanya berkedudukan sebagai sifat dari Tuhan semesta alam.
Firman Allah ﷻ: “Pada waktu sangkakala ditiup.” (Al-An'am: 73) Lafal “wayauma yaqulu kun fayakun” dapat ditakwilkan sebagai badai. Dapat pula diinterpretasikan sebagai zharaf.
Firman-Nya: “Dan segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup hanyalah milik-Nya.” (Al-An'am: 73)
Sama halnya dengan makna firman-Nya:
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Al-Mumin: 16)
Kerajaan yang benar pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah.
“Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.” (Al-Furqan: 26)
Banyak pula ayat lainnya yang bermakna serupa.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: “Pada waktu sangkakala ditiup.” (Al-An'am: 73) Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan “shur” dalam ayat ini ialah bentuk jamak dari surah (bentuk), yakni pada hari ditiupkan roh padanya, lalu ia menjadi hidup.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini berpandangan sama dengan contoh lain, yaitu “shur” yang artinya tembok-tembok yang mengelilingi sebuah kota. Ia merupakan bentuk jamak dari lafal surah.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa makna “shur” dalam ayat ini ialah sangkakala yang ditiup oleh Malaikat Israfil a.s. Selanjutnya Ibnu Jarir menegaskan, "Pendapat yang benar menurut kami ialah yang berlandaskan kepada sebuah hadits yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ." Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya Malaikat Israfil telah mengulum (menghisap) sangkakala sampai mengerutkan dahinya dan siap menunggu perintah untuk meniupnya.” Hadits riwayat Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi, dari Aslam Al-Ajali, dari Bisyr ibnu Syagaf, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ada seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah shur itu?" Rasulullah ﷺ menjawab: “Sangkakala yang siap untuk ditiup.” Kami telah meriwayatkan hadits mengenai shur ini dengan panjang lebar melalui jalur An-Hafidzh Abul Qasim At Ath-Thabrani di dalam kitabnya yang berjudul Al-Mutawwalat.
Imam Ath-Thabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Hasan Al-Muqri Al-Abli, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim An-Nabil, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Rafi', dari Muhammad ibnu Ziyad, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bercerita kepada kami ketika beliau berada di tengah-tengah sejumlah sahabatnya. Beliau ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah itu setelah selesai dari menciptakan langit dan bumi, maka Dia menciptakan shur, lalu diberikan-Nya kepada Malaikat Israfil. Maka Malaikat Israfil meletakkan shur itu di mulutnya, sedangkan matanya ia tujukan ke arah 'Arasy menunggu perintah (peniupannya).” Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sangkakala." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Nabi ﷺ bersabda bahwa “Sangkakala itu besar sekali bentuknya.” Rasulullah ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, sesungguhnya besar lingkaran moncong sangkakala itu sama besarnya dengan luas langit dan bumi. Dan Malaikat Israfil akan meniup sebanyak tiga kali. Tiupan pertama mengakibatkan kekacauan yang dahsyat, tiupan kedua menyebabkan semua makhluk binasa, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan dihidupkan-Nya kembali makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam."
Allah ﷻ memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan pertama. Untuk itu Allah berfirman, "Tiuplah!" Maka ditiuplah tiupan yang menimbulkan kekacauan yang dahsyat, semua penduduk langit dan bumi mengalami kekacauan yang dahsyat, kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh kehendak Allah. Allah ﷻ memerintahkan untuk meniup sangkakala, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan yang panjang, lama, dan tidak pernah berhenti. Hal inilah yang diungkapkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:
“Dan sebenarnya yang mereka tunggu adalah satu teriakan saja yang tidak ada selanya.” (Sad: 15)
Maka pada hari itu semua gunung yang ada di muka bumi hancur lebur bagaikan debu yang beterbangan, lalu menjadi seperti fatamorgana, gempa bumi yang dahsyat yang mengguncangkan seluruh penghuninya dengan guncangan yang hebat. Nasib mereka seperti perahu yang diombang-ambingkan oleh ombak besar, atau seperti lampu gantung yang ditiup oleh angin besar sehingga bergoyang ke sana kemari.
“Pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua, hati manusia pada waktu itu sangat takut.” (An-Nazi'at: 6-8)
Maka semua manusia di muka bumi, semua wanita yang mengandung melahirkan anak-anaknya, semua anak menjadi beruban (karena susahnya hari itu), dan semua setan lari menghindari kekacuan yang dahsyat itu ke tempat-tempat yang sangat jauh, tetapi para malaikat mengejarnya dan memukul wajahnya sehingga kembali ke tempat asal.
Semua manusia melarikan diri, tetapi tiada yang dapat melindungi mereka dari azab Allah pada hari itu. Sebagian dari mereka memanggil-manggil (meminta tolong) kepada yang lain, hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Siksaan hari panggil-memanggil.” (Al-Mumin: 32)
Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba bumi retak dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Maka mereka menyaksikan suatu peristiwa yang sangat besar lagi mengerikan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Karena hal itu, mereka tertimpa rasa takut yang sangat mengerikan, hanya Allah sajalah yang mengetahui ketakutan dan kengerian mereka. Kemudian mereka memandang ke langit, tiba-tiba langit tampak seperti perak yang lebur mendidih, lalu terbelah dan semua bintangnya bertaburan (bertabrakan), dan matahari serta bulannya pudar.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang-orang yang mati tidak mengetahui sesuatu pun dari peristiwa tersebut.” Abu Hurairah r.a, mengajukan pertanyaan, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dikecualikan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:
“Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” (An-Naml: 87) Nabi ﷺ bersabda, "Mereka adalah para syuhada." Dan sesungguhnya keguncangan itu hanyalah dialami oleh orang-orang yang masih hidup di masa itu.
Para syuhada adalah orang-orang yang tetap hidup di sisi Tuhan mereka seraya diberi rezeki, maka Allah memelihara mereka dari guncangan yang terjadi pada hari itu dan menyelamatkan mereka darinya. Karena sesungguhnya azab tersebut dikirimkan oleh Allah hanya untuk makhluk-Nya yang jahat-jahat. Hari itulah yang diungkapkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya, dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Al-Haj: 1-2) Mereka mengalami azab itu menurut apa yang dikehendaki Allah, hanya saja masa waktunya cukup lama.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan yang membinasakan, lalu Israfil melakukan tiupan yang membinasakan, maka binasalah semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Maka dengan seketika mereka semuanya mati, lalu malaikat maut datang menghadap kepada Tuhan Yang Maha Perkasa, dan berkata, "Wahai Tuhanku, semua penduduk langit dan bumi telah mati kecuali siapa yang Engkau kehendaki." Allah ﷻ Yang Maha Mengetahui siapa yang masih hidup berfirman, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih hidup adalah Engkau Yang Maha Kekal dan tidak akan mati, para malaikat penyangga Arasy, Jibril, Mikail, dan saya." Maka Allah berfirman, "Hendaklah Jibril dan Mikail mati." Lalu Allah menyuruh 'Arasy berbicara, maka 'Arasy bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah Jibril dan Mikail harus dimatikan?" Allah ﷻ berfirman, "Diamlah kamu, karena sesunguhnya Aku telah menetapkan mati atas semua makhluk yang ada di bawah 'Arasy-Ku." Lalu Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail mati.
Kemudian malaikat maut datang menghadap Tuhan Yang Maha Perkasa, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, Jibril dan Mikail telah mati." Allah Maha Mengetahui siapa yang masih hidup saat itu berfirman, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada ialah Engkau Yang Hidup Kekal yang tidak akan mati, malaikat-malaikat penyangga Arasy, dan saya sendiri." Allah berfirman, "Hendaklah semua malaikat penyangga 'Arasy mati." Maka semuanya mati.
Lalu Allah memerintahkan 'Arasy untuk mengambil sangkakala dari Malaikat Israfil. Malaikat maut datang menghadap, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, semua malaikat penyangga' Arasy-Mu telah mati." Allah ﷻ berfirman, Yang Maha Mengetahui siapa yang masih hidup, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada adalah Engkau yang Hidup Kekal dan tidak akan mati, dan saya sendiri." Allah ﷻ berfirman, "Engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku, Aku ciptakan kamu menurut apa yang Aku perintahkan, maka matilah kamu." Lalu malaikat maut itu mati. Tiada yang kekal kecuali hanya Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, Dialah Allah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dia adalah Yang Maha Akhir sebagaimana Dia adalah Yang Maha Awal.
Allah menggulung langit dan bumi seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, lalu membulatkan keduanya seperti telur dan menelannya sebanyak tiga kali. Setelah itu Allah berfirman, "Akulah Yang Maha Perkasa, Akulah Yang Maha Perkasa," sebanyak tiga kali. Lalu Allah berseru dengan suara yang lantang:
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” (Al-Mumin: 16)
Seruan itu diucapkan sebanyak tiga kali, tetapi tiada seorang pun yang menjawab. Kemudian Allah ﷻ berfirman kepada diri-Nya:
“Hanya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Al-Mumin: 16)
Allah ﷻ berfirman pula:
“Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Ibrahim: 48)
Maka Allah menghamparkan keduanya dan menjadikannya rata, lalu digelarkan sebagaimana kulit di pasar 'Ukaz digelarkan.
“Tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi.” (Thaha: 107)
Kemudian Allah menyeru semua makhluk dengan sekali teriakan. Maka seketika mereka berada di bumi yang baru, yang telah diganti sebagaimana mereka dahulu bermula di bumi yang pertama. Orang yang berada di dalam perutnya tetap berada di dalam perutnya, dan orang yang berada di permukaannya tetap berada di permukaannya.
Selanjutnya Allah menurunkan kepada mereka air dari bawah Arasy, dan Allah memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan selama empat puluh hari. sehingga air sampai mencapai ketinggian dua belas hasta di atas mereka. Kemudian Allah memerintahkan semua jasad untuk tumbuh, maka tumbuhlah semua jasad bagaikan kecambah atau seperti tumbuhnya sayur-mayur hingga jasad mereka kembali seperti sediakala dalam keadaan sempurna.
Allah ﷻ berfirman, "Hiduplah malaikat-malaikat penyangga 'Arasy!" Maka semua malaikat penyangga 'Arasy hidup kembali. Allah memerintahkan Malaikat Israfil, lalu Malaikat Israfil mengambil sangkakala dan meletakkannya di mulutnya. Allah berfirman, "Hiduplah Jibril dan Mikail!" Maka keduanya hidup kembali. Kemudian Allah memanggil semua roh, maka semuanya menghadap kepada-Nya. Arwah orang-orang muslim memancarkan cahaya yang berkilauan, sedangkan arwah orang-orang kafir gelap gulita.
Lalu Allah menggenggam semua arwah dan memasukkannya ke dalam sangkakala. Kemudian Allah ﷻ memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan kebangkitan, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan untuk menghidupkan mereka kembali. Lalu keluarlah semua roh bagaikan lebah yang banyaknya memenuhi kawasan antara bumi dan langit.
Allah ﷻ berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, kembalilah roh roh ini kepada jasadnya masing-masing." Maka semua roh masuk ke dalam bumi ke jasadnya masing-masing dan memasukinya melalui lubang hidungnya, lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti racun yang menjalar pada tubuh orang yang disengatnya. Kemudian bumi terbelah (membuka), dan aku (Nabi ﷺ) adalah orang yang pertama dibelahk bumi. Kemudian kalian cepat-cepat keluar, bersegera menghadap Tuhan.
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata,
"Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8)
Pada saat itu kalian dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, dan tidak dikhitan. Lalu kalian semua berdiri di suatu tempat yang lamanya adalah tujuh puluh tahun perjalanan. Saat itu kalian tidak diperhatikan, dan tidak dilakukan peradilan di antara kalian (yakni kalian didiamkan oleh Allah ﷻ). Maka kalian semua menangis hingga air mata kalian kering, hingga yang keluar adalah darah kalian.
Kalian berkeringat dengan derasnya hingga kalian tenggelam di dalam lautan keringat, atau ketinggian keringat kalian mencapai batas janggut kalian. Kalian mengatakan, "Siapakah yang memohonkan syafaat kepada Tuhan buat kami semua, hingga Dia mau memutuskan perkara di antara kami?" Lalu kalian berkata, "Tiadalah orang yang berhak mengajukan hal tersebut selain dari bapak kalian semua, yaitu Adam. Allah menciptakan dia dengan tangan (kekuasaan)-Nya secara langsung, Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya ke dalam tubuhnya, dan Dia telah mengajaknya berbicara secara langsung." Maka mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut (syafaat) kepadanya, tetapi Adam menolak dan mengatakan, "Aku bukanlah orang yang layak untuk mengajukan hal tersebut." Kemudian mereka mendatangi para nabi satu persatu, tetapi setiap mereka datangi seorang nabi, dia menolak permintaan mereka.
Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya, "Pada akhirnya mereka datang kepadaku, lalu aku berangkat menuju Al-Fahs, dan aku langsung bersujud." Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Al-Fahs?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Halaman depan 'Arasy. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadaku, dan malaikat itu memegang lenganku dan mengangkatku. Maka Allah berfirman kepadaku, 'Wahai Muhammad!' Dan aku menjawab, 'Ya, wahai Tuhanku.' Allah ﷻ berfirman, 'Mengapa kamu ini?' Padahal Dia Maha Mengetahui. Aku berkata, 'Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan syafaat kepadaku, maka berilah aku izin untuk memberi syafaat kepada makhluk-Mu, putuskanlah peradilan di antara mereka.' Allah ﷻ berfirman, 'Aku terima syafaatmu, sekarang Aku datang kepada kalian untuk memutuskan peradilan di antara kalian'." Rasulullah ﷺ melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu beliau kembali dan berdiri (bergabung) dengan manusia. Ketika kami sedang berdiri, tiba-tiba kami mendengar suara yang sangat keras dari langit yang membuat kami semua takut.
Ternyata suara itu muncul dari malaikat penghuni langit pertama yang turun ke bumi dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah manusia dan jin yang ada di bumi. Ketika mereka telah berada di dekat bumi, bumi menjadi terang benderang oleh cahaya mereka, lalu mereka mengambil saf (barisan)nya. Maka kami bertanya, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang." Kemudian turunlah penduduk langit yang kedua dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah rombongan malaikat yang pertama dan dua kali lipat dari jumlah makhluk manusia dan jin yang ada di bumi.
Ketika mereka telah dekat dengan bumi, maka bumi menjadi terang benderang karena cahaya mereka, lalu mereka mengambil safnya. Kami bertanya kepada mereka, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang." Selanjutnya para malaikat penghuni langit berikutnya turun pula dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah yang telah ada, lalu turunlah Tuhan Yang Maha Perkasa dalam naungan awan dan malaikat.
Saat itu yang memikul 'Arasy-Nya adalah delapan malaikat, sekarang empat malaikat, telapak kaki mereka berada di bagian bumi yang paling bawah. Bumi dan langit hanya sampai sebatas pinggang mereka, sedangkan 'Arasy mereka pikul di atas pundak mereka. Keluar suara gemuruh karena bacaan tasbih dari mereka, yaitu: “Maha Suci Tuhan yang memiliki Arasy dan keperkasaan. Maha Suci Tuhan yang mempunyai kerajaan dan alam malakut. Maha Suci Tuhan Yang Hidup Kekal dan tidak akan mati. Maha Suci Tuhan Yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci dengan sesuci-sucinya, Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Tinggi, Tuhan semua malaikat dan roh. Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Tinggi, yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.
Maka Allah meletakkan kursi-Nya di salah satu bagian dari bumi yang dikehendaki-Nya, lalu berseru dengan suara-Nya seraya berfirman, "Wahai semua makhluk jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah mendengarkan kalian sejak Aku menciptakan kalian sampai hari ini. Aku mendengar semua ucapan kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Maka sekarang dengarkanlah Aku, sesungguhnya apa yang Aku utarakan hanyalah amal perbuatan kalian dan catatan-catatan amal perbuatan kalian sendiri yang akan dibacakan kepada kalian. Barang siapa yang menjumpai kebaikan padanya, hendaklah ia memuji kepada Allah. Dan barang siapa yang menjumpai selain itu, maka janganlah ia mencela kecuali kepada dirinya sendiri." Selanjutnya Allah memerintah kepada neraka Jahannam, maka keluarlah darinya sesuatu seperti leher yang kelihatan hitam legam (gelap) oleh semuanya.
Kemudian Allah ﷻ membacakan firman-Nya:
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, wahai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian. Maka apakah kalian tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu kalian diancam (dengannya).” (Yasin: 60-63)
“Dan (dikatakan kepada mereka), ‘Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang jahat’.” (Yasin: 59)
Maka Allah memisah-misahkan manusia (antara ahli surga dan ahli neraka), dan saat itu semua umat manusia berlutut.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan.” (Al-Jasiyah: 28)
Lalu Allah ﷻ memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. kecuali jin dan manusia. Allah memutuskan peradilan di antara semua hewan liar dan binatang ternak, hingga Dia memutuskan untuk kemenangan hewan yang tidak bertanduk terhadap hewan bertanduk (yang dahulu pernah menanduknya). Apabila Allah ﷻ telah selesai dari hal tersebut dan tidak ada lagi utang bagi seekor hewan atas hewan lainnya, maka Allah berfirman kepada semua binatang, "Jadilah kalian tanah!" Maka pada saat itu orang kafir mengatakan, seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
“Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-Naba:40)
Kemudian barulah Allah memutuskan peradilan di antara semua hamba.
Peradilan yang mula-mula dilakukan-Nya ialah masalah yang berkaitan dengan darah. Setiap orang yang terbunuh di jalan Allah datang, lalu Allah memerintahkan kepada setiap orang yang membunuh untuk membawa kepala orang yang dibunuhnya, sedangkan urat leher si terbunuh penuh berlumuran darah. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, karena apakah orang ini membunuhku?" Allah ﷻ Yang Maha Mengetahui bertanya, "Karena apakah kamu membunuh mereka?" Maka si pembunuh menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi-Mu (yakni membela agama Allah)." Allah ﷻ berfirman, "Kamu benar." Maka Allah menjadikan wajahnya bercahaya seperti sinar matahari, selanjutnya para malaikat menuntunnya masuk ke dalam surga.
Setelah itu datanglah setiap orang yang membunuh karena niat yang tidak benar tersebut seraya membawa kepada orang yang dibunuhnya dalam keadaan berlumuran darah dari urat lehernya. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa orang ini membunuhku?" Allah ﷻ,Yang Maha Mengetahui, bertanya, "Mengapa kamu membunuh mereka?" Ia menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi saya, wahai Tuhanku." Maka Allah berfirman, "Celakalah kamu!" Kemudian tiada seorang pun yang pernah membunuh orang lain melainkan ia balas dibunuh karenanya, dan tidak ada suatu perbuatan zalim yang dilakukan seseorang melainkan ia mendapat hukumannya.
Hal ini sepenuhnya berada di dalam kehendak Allah. Dengan kata lain, jika Dia hendak mengazabnya, niscaya Dia mengazabnya dan jika Dia hendak merahmatinya, niscaya Dia merahmatinya. Selanjutnya Allah ﷻ memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya yang perkara mereka masih belum diputuskan, hingga tiada suatu kezaliman pun yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain melainkan Allah memberikan keadilan bagi yang dizalimi dan membalas pelaku kezaliman. Pada saat itu seorang penjual susu yang mencampuri susunya dengan air (ketika di dunia) benar-benar disuruh memurnikan susunya dari air.
Apabila Allah ﷻ telah selesai dari hal tersebut, maka terdengarlah suara seruan yang terdengar oleh semua makhluk, "Ingatlah, hendaklah masing-masing kaum bergabung dengan tuhan-tuhan mereka dan segala sesuatu yang mereka sembah selain Allah!" Saat itu tidak ada seorang pun yang menyembah selain Allah kecuali ditampakkan baginya tuhan yang disembahnya itu di hadapannya. Pada hari itu ada malaikat yang diserupakan bentuknya seperti Uzair, ada pula yang diserupakan dengan Isa putra Maryam. Maka orang-orang Yahudi mengikuti Uzair, dan orang-orang Nasrani mengikuti Isa. Kemudian tuhan-tuhan sesembahan mereka menggiring mereka ke dalam neraka, dan Allah ﷻ berfirman: “Seandainya berhala-berhala itu benar-benar Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya.” (Al-Anbiya: 99)
Ketika tidak ada yang tersisa kecuali hanya orang-orang mukmin yang di dalamnya terdapat orang-orang munafik, maka Allah mendatangi mereka dalam bentuk menurut apa yang dikehendaki-Nya, lalu Dia berfirman, "Wahai manusia, semua orang telah pergi, maka sekarang bergabunglah dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah." Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya." Maka Allah pergi meninggalkan mereka, dan Dialah yang mendatangi mereka.
Kemudian Allah tinggal selama yang dikehendaki-Nya untuk tinggal, setelah itu Dia datang lagi kepada mereka dan berfirman, "Wahai manusia, semua orang telah pergi, maka bergabunglah kalian dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian sembah!" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya." Maka Allah menampakkan sebagian dari betis-Nya dan sebagian dari kebesaran-Nya sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan mereka.
Lalu mereka menyungkur ke tanah di atas seraya bersujud, sedangkan semua orang munafik menyungkur dengan kepala mereka terbalik, dan Allah menjadikan tulang rusuk mereka menonjol seperti tanduk sapi. Kemudian Allah mengizinkan mereka untuk mengangkat mukanya. Allah memasang sirat (jembatan) di antara kedua tepi neraka Jahannam, tajamnya seperti pisau cukur atau pedang yang tajam. Sirat (jembatan) itu mempunyai banyak pengait, belalai, dan duri-duri seperti duri pohon sa'dan, dan di bagian bawah jembatannya yang licin sekali.
Maka mereka melaluinya, ada yang cepat seperti kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang seperti cepatnya angin, seperti cepatnya kuda balap, seperti cepatnya unta yang baik, atau seperti orang yang berjalan cepat. Di antara mereka ada yang selamat sampai ke tepi yang lain, ada yang selamat tetapi dalam keadaan terluka, ada pula yang terperosok di bawah mukanya, masuk ke dalam neraka Jahannam, Manakala ahli surga telah sampai di depan pintu surga, maka semua ahli surga berkata, "Siapakah orang yang mau memohon syafaat kepada Tuhan kita buat kita semua hingga kita dapat masuk surga?" Mereka menjawab, "Siapa lagi yang lebih berhak untuk itu selain dari kakek moyang kalian sendiri, yaitu Adam a.s.
Allah telah menciptakannya dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri, dan meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya serta berbicara dengannya secara berhadapan." Kemudian mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut kepadanya, tetapi Adam ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak melakukan hal itu. Tetapi kalian harus meminta kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul Allah yang pertama." Maka Nabi Nuh didatangi dan diminta agar melakukan hal tersebut, tetapi ia ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak untuk melakukan hal tersebut.
Pergilah kalian kepada Ibrahim, karena sesungguhnya Allah telah menjadikannya sebagai seorang kekasih." Maka Nabi Ibrahim didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu. Tetapi ia mengingat akan suatu dosa, maka berkatalah ia, "Aku bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Musa, karena sesungguhnya Allah telah mendekatkannya dalam munajatnya dan berbicara langsung kepadanya serta menurunkan kitab Taurat kepadanya." Nabi Musa didatangi dan diminta untuk melakukan hal tersebut.
Ia ingat akan suatu dosa, lalu berkata, "Saya bukanlah orang yang pantas melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada roh ciptaan Allah dan kalimah (perintah)-Nya, yaitu Isa putra Maryam." Maka Isa didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang kalian cari. Datanglah kalian kepada Muhammad."
Rasulullah ﷺ bersabda: -Lalu mereka datang kepadaku, sedangkan aku mempunyai tiga kali syafaat di sisi Tuhanku yang telah Dia janjikan kepadaku. Aku berangkat dan mendatangi surga, lalu aku memegang pegangan pintunya dan meminta izin untuk dibuka.
Maka pintu surga dibukakan untukku, dan aku disambut dengan penghormatan serta ucapan selamat datang. Setelah aku berada di dalam surga, aku melihat Tuhanku, lalu aku menyungkur bersujud, dan Allah mengizinkan kepadaku untuk mengucapkan sesuatu dari pujian dan pengagungan yang belum pernah Dia izinkan kepada seorang pun dari makhluk-Nya.” Kemudian Allah berfirman, "Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah syafaat, niscaya aku izinkan engkau untuk memberi syafaat, mintalah, niscaya aku beri apa yang engkau minta.
Ketika aku mengangkat kepalaku, Allah Yang Maha Mengetahui bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Aku berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan kepadaku syafaat, maka berilah aku izin memberi syafaat kepada ahli surga agar mereka dapat masuk surga.” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah memberikan syafaat kepadamu, dan Aku telah mengizinkan bagi mereka untuk boleh masuk surga.”-
Rasulullah ﷺ acap kali bersabda: -Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,tiadalah kalian di dunia lebih mengenal istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada penduduk surga mengenal istri-istri mereka dan tempat-tempat tinggalnya.
Setiap orang lelaki dari kalangan penduduk surga menggauli tujuh puluh dua orang istri. Tujuh puluh orang istri dari kalangan bidadari yang diciptakan oleh Allah ﷻ (buatnya), sedangkan yang dua orang istri dari kalangan Bani Adam yang jauh lebih utama daripada bidadari yang diciptakan oleh Allah berkat keutamaan ibadah mereka di dunia.
Lalu ia menggauli salah seorang istrinya (yang dari kalangan Bani Adam) di dalam sebuah kamar yang terbuat dari batu yaqut di atas sebuah ranjang dari emas yang dihiasi dengan intan. Pada ranjang (pelaminan) itu terdapat tujuh puluh pasang kain sutera tipis dan sutera tebal. Kemudian si lelaki itu meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia dapat melihat tangannya dari bagian dada istrinya, yaitu dari balik pakaian, kulit, dan dagingnya. Dan sesungguhnya si lelaki itu benar-benar dapat melihat sumsum betisnya, sebagaimana seseorang di antara kalian melihat sebuah kabel yang ada di dalam lubang batu yaqut.
Hati si istri merupakan cermin bagi suaminya, dan hati si suami merupakan cermin bagi istrinya. Ketika si lelaki sedang bersama istrinya itu, maka si lelaki tidak pernah merasa bosan terhadap istrinya, dan istrinya tidak pernah merasa bosan terhadap suaminya. Tidak sekali-kali si suami menggauli istrinya melainkan ia selalu menjumpainya dalam keadaan masih tetap perawan, zakarnya tidak pernah lemas, dan farji istrinya tidak pernah merasa sakit.
Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara yang menyerukan, “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau tidak pernah merasa bosan, dan dia tidak pernah merasa bosan pula, hanya saja tidak ada air mani, tidak ada pula air mani wanita.” Perlu diketahui bahwa kamu mempunyai banyak istri selainnya. Lalu si lelaki keluar dan mendatangi (menggauli) mereka seorang demi seorang. Setiap kali ia menggauli seorang bidadari, maka bidadari mengatakan kepadanya, "Demi Allah, saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih tampan daripada kamu, dan tidak ada seorang pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai daripada kamu.”-
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka yang dimasukkan ke dalam neraka adalah sebagian dari makhluk Tuhanmu yang dibinasakan oleh amal perbuatan mereka sendiri. Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka sebatas kedua telapak kakinya, tidak lebih dari itu. Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka hanya sampai batas kedua betisnya, ada yang dilahap api neraka sampai batas kedua lutut kakinya, ada yang dimakan oleh api neraka sampai batas pinggangnya, ada pula yang terbakar api neraka seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, karena Allah mengharamkan gambaran-Nya atas neraka.
Rasulullah ﷺ bersabda: Maka aku memohon, "Wahai Tuhanku, izinkanlah aku memberikan syafaat kepada orang yang telah masuk neraka dari kalangan umatku. Allah berfirman, “Keluarkanlah (dari neraka) semua orang yang telah kamu kenal.” Kemudian mereka dikeluarkan dari neraka, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal. Sesudah itu Allah memberikan izin dalam hal syafaat. Maka tiada seorang nabi, tiada pula seorang syuhada, melainkan memberi syafaat. Kemudian Allah ﷻ berfirman, “Keluarkanlah (dari neraka) orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat mata uang dinar!” Maka mereka dikeluarkan dari neraka hingga tiada seorang pun yang tersisa dari kalangan mereka.
Allah memberikan syafaat-Nya seraya berfirman, "Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat dua pertiga mata uang dinar!" Kemudian Allah memerintahkan yang sepertiga dinar, lalu yang seperempat dinar, lalu yang satu qirat, dan yang terakhir ialah orang-orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi. Mereka semua dikeluarkan dari neraka, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang pernah berbuat suatu kebaikan karena Allah yang tertinggal di dalam neraka, dan tidak ada seorang pun yang berhak memberikan syafaat kecuali memberikan syafaatnya, sehingga iblis pun memajukan dirinya melihat rahmat Allah yang sedang dibagi-bagikan, dengan harapan ingin mendapat syafaat.
Sesudah itu Allah ﷻ berfirman, "Masih ada yang tersisa, sedangkan Aku adalah Maha Pelimpah Rahmat." Lalu Allah memasukkan tangan (kekuasaan)-Nya ke dalam neraka Jahannam, dan mengeluarkan sejumlah orang yang tak terhitung jumlahnya, hanya Dia Yang Mengetahuinya. Keadaan mereka seperti arang yang hitam legam, lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayat (Sungai Kehidupan). Maka tumbuhlah mereka bagaikan biji-bijian yang tumbuh di bekas tanah yang terkena banjir. Sehingga yang terkena sinar matahari menjadi hijau, sedangkan yang ternaungi menjadi kuning.
Mereka tumbuh bagaikan kecambah, jumlah mereka sangat banyak sehingga seperti semut-semut kecil. Pada leher mereka tertulis jahannamiyyun (penghuni neraka Jahannam) yang dimerdekakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Semua penghuni surga mengetahui mereka melalui tulisan tersebut, mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak pernah berbuat suatu kebaikan pun karena Allah. Mereka tinggal di dalam surga selama waktu yang dikehendaki Allah, sedangkan tulisan tersebut masih tetap tertera pada leher mereka.
Kemudian mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, sudilah kiranya Engkau menghapuskan tulisan ini dari kami." Maka Allah ﷻ menghapuskan tulisan itu dari mereka. Imam Ath-Thabarani melanjutkan hadits ini hingga selesai, kemudian di penghujungnya ia mengatakan bahwa hadits ini berpredikat masyhur (Populer). Padahal hadits ini gharib sekali, tetapi sebagian darinya mempunyai syawahid (bukti) yang menguatkannya terdapat pada hadits-hadits yang terpisah-pisah. Pada sebagian teks hadits ini terdapat hal-hal yang diingkari. Hadits diriwayatkan secara munfarid (menyendiri) oleh Isma'il ibnu Rafi', kadi penduduk Madinah. Sehubungan dengan predikat Isma'il ibnu Rafi' ini para ulama berbeda pendapat.
Sebagian menilainya tsiqah, sebagian lain menilai-nya dha’if. Predikat munkar hadits yang diriwayatkannya disebutkan secara nas (diputuskan) bukan hanya seorang dari kalangan para imam, seperti Imam Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, dan Amr ibnu Ali Al-Fallas. Di antara ulama ada yang menilainya matruk (tidak terpakai hadisnya). Ibnu Addi mengatakan bahwa semua hadits yang diriwayatkan melalui Isma'il ibnu Rafi' masih perlu dipertimbangkan, hanya saja hadits-hadisnya dikategorikan ke dalam hadits-hadits yang dha’if.
Menurut hemat kami sanad hadits ini masih diperselisihkan oleh banyak pendapat yang semuanya telah kami bahas secara terpisah di dalam sebuah kitab secara rinci. Adapun mengenai teksnya memang gharib sekali, bahkan dikatakan bahwa dia menghimpunnya dari berbagai hadits yang cukup banyak, lalu ia rangkaikan dalam satu rangkuman. Karena itulah maka hadits ini dinilai munkar. Kami pernah mendengar guru kami yaitu An-Hafidzh Abul Hajjaj Al-Mazi mengatakan bahwa beliau pernah melihat karya tulis Al-Walid ibnu Muslim yang merangkum karya tulisnya itu seakan-akan seperti syawahid (bukti yang menguatkan) sebagian dari suku-suku hadits ini.
Sering kali kaum musyrik menyatakan bahwa yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah, namun faktanya mereka menyembah selain Allah. Ayat ini meluruskan kekeliruan mereka dengan menegaskan bahwa Dialah Allah, bukan selain-Nya, yang menciptakan langit dan bumi dengan hak, yakni untuk tujuan yang benar. Sungguh benar pula ketika Dia berfirman, Jadilah! maka jadilah segala sesuatu yang dikehendaki-Nya itu. Sungguh firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup yaitu pada hari kiamat. Dia mengetahui yang gaib yang tidak terjangkau oleh makhluk dan yang nyata. Dialah Yang Mahabijaksana, Mahateliti.
Kini diberikan contoh pengalaman Nabi Ibrahim dalam mengajarkan tauhid kepada kaumnya yang musyrik. Dan ingatlah serta jelaskanlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya yang bernama atau bergelar Azar, Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala yang engkau buat sendiri itu sebagai tuhan' Sesungguhnya aku melihat dan menilai engkau, wahai orang tuaku, dan melihat juga kaummu yang sama-sama menyembah berhala itu sungguh dalam kesesatan yang nyata.
Allah mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta ini agar terbuka pikirannya serta meyakini, bahwa kejadian alam semesta ini yang penuh dengan keindahan tentu ada yang menciptakan, yaitu Allah Yang menciptakan langit dan bumi dengan segala penghuninya yang menjadi bukti kebenaran, serta menciptakan pula hukum alam yang berlaku umum yang kadangkala mengandung hikmah dan rahasia yang menunjukkan sifat-sifat Pencipta-Nya, keesaan-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Tuhan secara serasi dan teratur, tidak ada yang sia-sia. Allah berfirman:
"Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia." (ali 'Imran/3: 191)
Juga firman-Nya:
Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar). (ad-Dukhan/44: 38-39)
Allah menegaskan bahwa pada saat menciptakan alam dan menetapkan hukum-hukum-Nya, semuanya berjalan menurut kehendak-Nya, tak ada kesulitan sedikit pun dan tak ada yang menghalangi serta mengubah hukumnya. Semua kejadian berlangsung baik dengan patuh ataupun secara terpaksa. Itulah sebabnya Allah menegaskan bahwa pada saat menciptakan langit dan bumi Dia menciptakannya dengan benar, karena seluruh perintah-Nya adalah benar dan ciptaan-Nya pun benar, sesuai dengan firman-Nya:
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. (al-A'raf/7:54)
Di samping itu, Allah juga memiliki kekuasaan untuk mengadili seluruh manusia setelah mereka dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan di hari mahsyar. Itulah kekuasaan Allah yang tidak dapat ditandingi oleh raja-raja dan penguasa-penguasa betapa pun luasnya kekuasaan mereka; karena meskipun raja-raja itu berkuasa untuk membuat peraturan dan memberikan hukuman kepada pelanggarnya, namun mereka pada hari Kiamat tidak berdaya lagi, karena pada saat itu kekuasaan hanya di tangan Allah semata.
Kemudian Allah memberikan keterangan tentang kekuasaan-Nya, untuk memberikan pengertian kepada seluruh manusia bahwa tidak ada sesuatu pun yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Allah mengetahui seluruh alam, baik yang tampak ataupun yang tidak mengetahui perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan ataupun yang dilakukan secara rahasia. Dia sangat bijaksana menciptakan segala sesuatu secara serasi dan harmonis sesuai dengan fungsinya.
Oleh sebab itu, tidak layak bagi manusia yang berakal untuk menghambakan diri kepada selain Allah baik secara langsung ataupun dengan maksud menjadikannya sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 71
“Katakanlah, ‘Apakah akan kita senu selain dari Allah barang yang tidak bermanfaat buat kita dan tidak membeli mudhanat buat kita, dan dikembalikan kita atas tumit kita, sesudah kita diberi petunjuk oleh Allah.'"
Mengapa kita akan kembali menyembah berhala itu? Padahal berhala-berhala itu benda mati yang kita bikin-bikin saja, tidak sanggup memberikan manfaat dan keuntungan, dan kalau dia tidak disembah, tidak pula dia akan memberi mudharat kepada kita? Kita sudah mengetahui itu dan sudah memahami bahwa Yang Mahakuasa mendatangkan manfaat atau mudharat hanyalah Allah. Mengapa kita akan kembali lagi, memutar tumit surut ke belakang ke dalam suasana kebodohan? “Sebagai seorang yang diharu oleh setan-setan di bumi dalam keadaan kebingungan?" Orang yang kembali menyembah berhala atau benda lain, selain Allah adalah laksana orang yang berjalan di padang pasir yang amat luas, tiba-tiba di tengah jalan hilangjejak runut jalan yangakan ditempuh sehingga kian lama kian bingung, tidak tahu lagi mana barat, timur, utara, dan mana selatan. Atau kalau di negeri kita yang banyak hutannya ini adalah dia laksana orang yang “dimaling rimba". Tersesat dalam rimba belukar yang amat lebat dan kelam karena banyak semak dan tinggi kayu-kayuannya, sehingga tidak masuk lagi cahaya matahari ke atas tanah sebab lebatnya daun kayu. Menurut kebiasaan logat bahasa Arab, orang yang sesat di padang pasir sehingga bingung itu disebut diharu setan. Dan hilanglah akalnya. Di negeri kita orang yang dimaling oleh Hutan lebat itu diriamai “dibawa hantu haru-haru". Entah karena akal pikirannya sudah sangat bingung atau kalang kabut, kerap kali payah orang mencari orang yang hilang di hutan itu. Kemudian setelah dicari berpayah-payah barulah mereka ditemui, tetapi sudah sangat kurus dan tidak dapat bercakap lagi. Dan, setelah dibawa ke tempat terang, lama sekali baru akal dan pikirannya dapat kembali. Kalau ditanyai orang bagaimana perasaannya pada waktu itu, kerap kali mereka mengatakan bahwa ada orang yang membawanya ke hutan itu lalu diperlihatkan kepadanya negeri yang indah-indah. Yang membawa mereka itu diriamai orang “hantu haru-haru" atau “orang sibunian".
Kita bawakan cerita ini karena di dalam beberapa tafsir terdapat bahwa orang yang diharu dan disesatkan setan di padang pasir itu, menurut kepercayaan orang Arab pun demikian juga, yaitu mereka dibawa oleh Ghool. Menurut keterangan Imam Nawawi, menurut jumhur ulama, adalah bangsa Arab itu berkepercayaan bahwa di padang pasir yang luas itu ada Ghool atau Ghailaan, yaitu sebangsa setan yang merupa dirinya sebagai manusia atau merupakan dirinya dengan berbagai warna karena melihat Ghool itu orang yang dalam perjalanan jadi bingung se-hingga sesat jalan, tersasar lalu mereka mati sebab kehilangan jalan. Demikian kata Imam Nawawi.
Namun, dengan tegas Rasulullah ﷺ telah mengatakan dalam satu hadits bahwa Ghool itu tidak ada. Sebab setan tidaklah sanggup mengubah dirinya dari yang ditentukan Allah, tetapi memang ada sihirnya serupa di kalangan manusia pun ada sihir. Maka kalau bingung lantaran sihir, lekaslah adzan. Demikian Sayyi-diria Umar. Yaitu lekaslah ingat Allah.
Maka diperbuatlah perumpamaan dalam ayat ini, bahwa orang yang masih saja menyembah kepada yang selain Allah atau yang yang kembali lagi menyembah berhala sesudah dia mendapat petunjuk tauhid, tak ubahnya dengan orang yang berjalan di padang belantara, atau di rimba belukar lebat kalau di negeri kita lalu tersesat di jalan. Kian lama kian sesat yang menurut kepercayaan Arab jahiliyyah ialah karena dibawa oleh setan atau jin yang mereka namai Ghool atau di negeri kita dibawa “hantu haru-haru" atau “dilarikan orang sibunian". Meskipun makhluk yang dikatakan itu mungkin tidak ada karena pikiran sudah kacau-balau dan bingung, yang bersangkutan merasa memang ada orang halus yang membawanya. Sayyidiria Umar mengatakan kalau orang mendapat hal yang demikian, lekas-lekaslah adzan (bang), artinya lekas-lekas ingat kepada Allah. Artinya, harus berusaha sekeras-kerasnya untuk menyelesaikan pikiran sendiri dengan mengingat Allah."Padahal baginya ada kawan-kawan yang menyerunya kepada petunjuk, ‘Datanglah kepada Kami!'" Maka orang-orang yang sudah bernasib laksana orang dimaling hantu, disesatkan Ghool, dilarikan orang sibunian itu karena kembali menyembah berhala, tidaklah sedianya mereka akan bingung hilang akal demikian rupa kalau mereka sudi mendengarkan kawan-kawan mereka, yaitu Rasul dan orang-orang yang beriman selalu menyeru mereka, janganlah menuruti jalan yang sesat itu, marilah kemari, turutkan kami, kami ada di sini! Di dalam ayat disebut ‘ash-haab', sahabat-sahabat, yang diartikan kawan-kawan. Kawan-kawan itu ialah rombongan orang yang beriman, kafilah Mukmin yang tengah berjalan pula bersama-sama di dalam yang terang, yang tidak sesat. Maka, dijaminlah keselamatan orang yang diharu setan itu kalau panggilan kawan-kawan itu mereka dengarkan dan mereka ikuti.
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah dia yang petunjuk dan kami telah diperintah berserah diri kepada Tuhan seru sekalian alam.'"
Artinya, bukanlah kami yang mesti kembali kepada jalan yang saudara-saudara ajak itu sebab jalan saudara itu adalah jalan sesat, jalan diharu setan, jalan hilang tak tentu rimbanya. Melainkan saudara-saudaralah yang seharusnya mengikuti jalan kami ini. Sebab, jalan kami ini adalah jalan yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Yang sebenar petunjuk adalah petunjuk Allah. Tidak ada petunjuk yang lain. Dan dengan petunjuk-Nya itu pula kepada kami telah diperintahkan bahwa tempat kami menyerah hanyalah Allah, Pemelihara, Pengatur, Pembela, dan Penguasa dari seluruh alam ini.
Ayat 72
“Dan bahwa hendaklah kamu mendirikan shalat dan takwalah kamu kepada-Nya."
Maka sebagai lanjutan dari perintah yang kami terima supaya hanya kepada-Nya kami berserah diri, menjadi Muslim sejati, ialah agar kami mendirikan shalat, bukan menyembah berhala. Dengan mendirikan shalat itu kami langsung menyembah Dia, tidak dengan memakai perantaraan dan selain dari shalat kami pun disuruh pula agar selalu takwa, berbakti, memelihara hubungan dengan Allah dalam segala gerak-gerik dan tindak-tanduk kami.
“Dan kepada-Nyalah kamu sekalian akan dikumpulkan."
Maka, diperingatkan pula kepada kami bahwa sehabis hidup yang sekarang ini, di seberang maut, kelak Kiamat akan datang dan semua akan dikumpulkan ke hadapan Allah untuk diperhitungkan segala amal dan perbuatan di dunia ini.
Ayat 73
“Dan Dialah yang telah menjadikan semua langit dan bumi dengan benar."
Segala kekuasaan dan kekayaan yang ada di seluruh langit dan juga yang ada di dalam bumi ini, Dia yang punya. Dia Yang Mahakuasa. Bukan berhala, bukan patung, dan bukan benda. Langit dan bumi itu dijadikan-Nya dengan benar, beres, teratur, dan tersusun sempurna.
Bukan dijadikan dengan main-main dan kacau-balau. Maka kalau hal ini sudah diyakini, dengan sendirinya tidak ada yang lain yang patut disembah lagi. Pikiran pun menjadi jernih sehingga tidak lagi disesatkan oleh Ghool di padang belantara karena Ghool itu memang tidak ada. Atau tidak lagi di “maling rimba" dibawa “hantu haru-haru" atau “dilarikan orang sibunian" (sembunyian). Bukan saja semua langit dan bumi ini yang Dia jadikan dan Dia kuasai bahkan juga hari nanti, yaitu hari Kiamat."Dan hari yang akan berkata Dia, ‘Jadilah!' Maka dia pun terjadilah." Itulah hari Kiamat yang pasti datang yang mudah saja bagi Allah itu menjadikannya. Dan Dia akan berkata, “Terjadilah engkau, wahai hari Kiamat." Maka, hari Kiamat itu dengan serta merta akan terjadi. Sebab, “Kata-kata-Nya adalah benar." Tidak ada satuan yang dicipta Allah dengan dusta dan tidak lain bagi kita hanyalah percaya."Bagi-Nyalah kerajaan pada hari akan ditiup sangkakala." Sangkakala, serunai, nafiri, atau terompet yang amat keras suaranya. Di dalam surah Yaasiin ayat 51, dikatakan bahwa apabila sangkakala itu telah ditiup kelak, orang-orang yang telah bergelung di dalam kubur akan bangun. Dan di dalam surah az-Zumar ayat 68 dikatakan bahwa sangkakala itu akan ditiup dua kali. Pertama, membangunkan dan sesudah tiupan kedua, mereka pun telah berdiri. Pada surah-surah yang lain pun diterangkan lagi. Maka, hari peniupan sangkakala itu yang ditiup malaikat yang ditugaskan adalah seluruh kerajaan dari kekuasaan pada Allah, sebagai juga di waktu yang lain-lain."Dan mengetahui akan yang gaib dan yang nyata." Sehingga bagi-Nya yang gaib dan yang nyata itu adalah sama saja; hanya bagi kita ada yang gaib dan yang nyata, seumpama hati dan jantung kita bahkan mata sekali pun. Selama kita hidup, tidaklah kita akan dapat melihatnya.
“Dan Dia adalah Mahabijaksana lagi amat Mengetahui."
(ujung ayat 73)