Ayat
Terjemahan Per Kata
وَأَوۡحَىٰ
dan telah mewahyukan
رَبُّكَ
Tuhanmu
إِلَى
kepada
ٱلنَّحۡلِ
lebah
أَنِ
hendaklah
ٱتَّخِذِي
ambil/buat
مِنَ
dari
ٱلۡجِبَالِ
gunung-gunung
بُيُوتٗا
rumah/sarang-sarang
وَمِنَ
dan dari
ٱلشَّجَرِ
pohon
وَمِمَّا
dan dari apa
يَعۡرِشُونَ
mereka dirikan
وَأَوۡحَىٰ
dan telah mewahyukan
رَبُّكَ
Tuhanmu
إِلَى
kepada
ٱلنَّحۡلِ
lebah
أَنِ
hendaklah
ٱتَّخِذِي
ambil/buat
مِنَ
dari
ٱلۡجِبَالِ
gunung-gunung
بُيُوتٗا
rumah/sarang-sarang
وَمِنَ
dan dari
ٱلشَّجَرِ
pohon
وَمِمَّا
dan dari apa
يَعۡرِشُونَ
mereka dirikan
Terjemahan
Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di pegunungan, pepohonan, dan bangunan yang dibuat oleh manusia.
Tafsir
(Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah) dalam bentuk ilham (hendaknya) huruf an di sini dapat diartikan sebagai an mashdariyah atau an mufassirah (buatlah sarang-sarang di bukit-bukit) tempat kamu berdiam (dan di pohon-pohon) sebagai tempat tinggal (dan di tempat-tempat yang dibikin manusia) sarang-sarang buatan manusia untuk kamu, jika kamu tidak suka kepada sarang buatan manusia, kamu boleh menempati tempat yang lainnya.
Tafsir Surat An-Nahl: 68-69
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, "kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. Yang dimaksud dengan 'wahyu' dalam ayat ini ialah ilham, petunjuk, dan bimbingan dari Allah kepada lebah agar lebah membuat sarangnya di bukit-bukit, juga di pohon-pohon serta di tempat-tempat yang dibuat manusia.
Kemudian berkat adanya ilham dari Allah ini lebah membangun rumah (sarang)nya dengan sangat rapi struktur dan susunannya, sehingga tidak ada cela padanya. Kemudian Allah ﷻ menganugerahkan insting kepada lebah untuk makan dari sari buah-buahan dan menempuh jalan-jalan yang telah dimudahkan oleh Allah baginya; sehingga lebah dapat menempuh jalan udara yang luas, padang sahara yang membentang luas, lembah-lembah, dan gunung-gunung yang tinggi menurut apa yang disukainya. Lalu masing-masing lebah dapat kembali ke sarangnya tanpa menyimpang ke arah kanan atau ke arah kiri, melainkan langsung menuju sarangnya, tempat ia meletakkan telur-telurnya dan madu yang dibuatnya.
Lebah membangun lilin untuk sarangnya dengan kedua sayapnya, dan dari mulutnya ia memuntahkan madu; sedangkan lebah betina mengeluarkan telur dari duburnya, kemudian menetas dan terbang ke tempat kehidupannya. Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). (An-Nahl: 69) Yakni dengan penuh ketaatan. Qatadah dan Abdur Rahman menjadikan lafaz zululan sebagai hal (keterangan keadaan) dari lafaz fasluki, yakni 'dan tempuhlah jalan Tuhanmu dengan penuh ketaatan'.
Makna ayat menurut Ibnu Zaid mirip dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. (Yasin: 72) Ibnu Zaid mengatakan, tidakkah kamu lihat bahwa orang-orang memindahkan lebah-lebah itu berikut sarangnya dari suatu negeri ke negeri yang-lain, sedangkan lebah-lebah itu selalu mengikuti mereka. Akan tetapi, pendapat yang pertama adalah pendapat yang paling kuat, yaitu yang mengatakan bahwa lafaz zululan menjadi hal dari lafaz subul (jalan).
Dengan kata lain, tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Demikianlah menurut apa yang telah dinaskan oleh Mujahid. Ibnu Jarir mengatakan bahwa kedua pendapat tersebut benar. Sehubungan dengan hal ini Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan: telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Makin ibnu Abdul Aziz, dari ayahnya, dari sahabat Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Usia serangga empat puluh hari, dan semua jenis serangga dimasukkan ke dalam neraka kecuali lebah.
Firman Allah ﷻ: Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) Maksudnya, dengan berbagai macam warnanya, ada yang putih, kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah sesuai dengan tempat peternakan dan makanannya. Firman Allah ﷻ di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-NahJ: 69) Di dalam madu terdapat obat penawar yang mujarab bagi manusia untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang dialami mereka. Salah seorang ulama yang membicarakan tentang pengobatan cara Nabi mengatakan bahwa seandainya ayat ini menyebutkan Asy-syifa-u lin nas, tentulah madu dapat dijadikan sebagai obat untuk segala macam penyakit.
Akan tetapi, disebutkan syifa-un lin rias, yakni obat penyembuh bagi manusia dari penyakit-penyakit yang disebabkan kedinginan; karena sesungguhnya madu itu panas, dan sesuatu itu diobati dengan lawannya. Mujahid dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) Bahwa damir yang ada pada fihi kembali kepada Al-Qur'an. Pendapat ini jika terpisah dari konteks dapat dibenarkan; tetapi bila dikaitkan dengan kontek kalimat, jelas bukan makna yang dimaksud, mengingat konteknya menyebutkan tentang masalah madu (bukan Al-Qur'an).
Pendapat Mujahid dalam ayat ini tidak dapat diikuti, dan sesungguhnya apa yang dimaksudkan oleh Mujahid hanyalah disebutkan oleh para ulama sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra: 82) Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus: 57) Dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) adalah madu yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui riwayat Qatadah: .
". ". ". dari Abul Mutawakkil Ali ibnu Daud An-Naji, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu berkata, "Sesungguhnya saudara laki-lakiku terkena penyakit buang air." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Berilah minum madu." Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya. Kemudian ia kembali dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah memberinya minum madu, tetapi tiada membawa kebaikan melainkan bertambah parah buang airnya." Rasulullah ﷺ bersabda, "Pergilah dan berilah dia minum madu." Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya yang sakit itu. Tetapi dia kembali lagi dan berkata, "Wahai Rasulullah, tiada kemajuan, melainkan makin parah." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Mahabenar Allah dan dustalah perut saudaramu itu.
Pulanglah dan berilah dia minum madu lagi!" Maka lelaki itu pergi dan memberi minum madu saudaranya, maka sembuhlah saudaranya itu. Salah seorang ahli ketabiban memberikan analisisnya tentang hadis ini, bahwa lelaki yang dimaksud (si penderita) menderita sakit buang air. Setelah diberi minum madu, sedangkan madu itu panas, maka penyakitnya menjadi teruraikan, sehingga cepat keluar dan mencretnya makin bertambah. Akan tetapi, orang Badui itu mempunyai pengertian lain, bahwa madu membahayakan kesehatan saudaranya, padahal kenyataannya bermanfaat bagi saudaranya.
Kemudian ia memberi saudaranya minum madu sekali lagi, tetapi mencret saudaranya itu kian bertambah, lalu diberinya minum madu sekali lagi. Dan setelah semua endapan yang merusak kesehatan dalam perutnya keluar, barulah perutnya sehat, ia tidak mulas lagi, dan semua penyakit hilang berkat petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah ﷺ dari Tuhannya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang telah mengatakan: Bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ suka makanan yang manis dan madu. Demikianlah menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan pula sebuah hadis melalui Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Penyembuhan itu dengan tiga macam cara, yaitu melalui sayatan bekam, atau minuman madu, atau setrika dengan api; tetapi Aku larang umatku berobat memakai cara setrika.
". Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Gasil, dari Asim ibnu Umar ibnu Qatadah; ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Jikalau pada sesuatu dari cara pengobatan kalian mengandung kebaikan, atau bila nanti ada kebaikan dalam salah satu cara pengobatan kalian, maka adanya pada sayatan bekam, atau minuman madu, atau sengatan api yang disesuaikan dengan jenis penyakit; tetapi saya tidak suka dengan cara setrika.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Jabir, dengan sanad yang sama. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid, dari Abul Khair, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ada tiga cara: Jika pada salah satunya terdapat kesembuhan, yaitu sayatan bekam, atau minuman madu, atau setrikaan pada anggota yang terkena sakit; tetapi aku benci dan tidak suka pengobatan cara setrika.
Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini dari Harun ibnu Salul Al-Masri, dari Abu Abdur Rahman Al-Muqri, dari Abdullah ibnul Walid dengan sanad yang sama. Lafaznya berbunyi seperti berikut: Jikalau ada kesembuhan pada cara pengobatan, maka adanya pada sayatan bekam. Hadis ini disebutkan hingga selesai. Sanad hadis berpredikat sahih, tetapi mereka tidak mengetengahkannya. -: Imam Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah Al-Qazwaini mengatakan di dalam kitab sunnahnya bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Salamah At-Tagallubi, telahmenceritakan kepada kami Zaid ibnu Hubab, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Gunakanlah oleh kalian dua penawar, yaitu madu dan Al-Qur'an.
Sanad hadis ini berpredikat jayyid, Ibnu Majah mengetengahkannya secara munfarid dengan predikat marfu. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Waki', dari ayahnya, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama secara mauquf dan riwayat inilah yang lebih mendekati kebenaran. Telah diriwayatkan pula kepada kami melalui Amirul Muminin Ali ibnu Abu Talib r.a., bahwa ia pernah mengatakan, "Apabila seseorang di antara kalian menghendaki kesembuhan, hendaklah menulis sebuah ayat dari Kitabullah (Al-Qur'an) pada selembar kertas, lalu cucilah kertas itu dengan air dari langit (air hujan).
Kemudian hendaklah ia meminta uang satu dirham dari istrinya secara suka rela, lalu uang itu dibelikan madu, dan madu itu diminum, karena madu itu mengandung kesembuhan pula," yakni penyembuh dari berbagai macam penyakit. Allah ﷻ telah berfirman: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al-Isra: 82) Dan Kami turunkan air dari langit yang banyak manfaatnya. (Qaf: 9) Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (An-Nisa: 4) Dan firman Allah ﷻ dalam masalah madu, yaitu: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl: 69) Ibnu Majah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Khaddasy, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zakaria Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Az-Zubair ibnu Sa'id Al-Hasyimi, dari Abdul Hamid ibnu Salim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang meneguk madu tiga kali setiap bulannya, maka tidak akan terkena penyakit yang parah.
Az-Zubair ibnu Sa'id tidak dapat diterima hadisnya (matruk). -: ". "". Ibnu Majah mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf ibnu Sarh Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Bakr As-Saksaki, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Ablah; ia pernah mendengar Abu Ubay ibnu Ummu Haram yang pernah salat menghadap ke arah dua kiblat, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Berobatlah kalian dengan biji as-sana dan biji as-sanut, karena sesungguhnya pada keduanya terdapat penyembuh dari berbagai macam penyakit, kecuali Sam.
Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan sam?" Rasulullah ﷺ menjawab bahwa sam adalah maut. Amr berkata bahwa Abu Ablah mengatakan, "As-sanut adalah biji pohon syabat." Menurut ulama lain, sanut adalah madu yang disimpan di dalam wadah minyak samin, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair mereka, yaitu: "Mereka menyukai samin dan madu yang tidak mereka campurkan, dan mereka selalu melindungi tetangganya, tidak pernah berbuat aniaya kepadanya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (An-Nahl: 67) Yakni sesungguhnya ilham dari Allah kepada serangga yang lemah ini yang memerintahkan kepadanya agar menempuh jalan yang telah ditetapkan untuknya seraya memikul tugas mengisap sari buah-buahan, lalu mengumpulkannya dan memprosesnya secara alami menjadi lilin dan madu benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan keagungan Penciptanya yang telah-mengaturnya, menundukkannya, dan yang memperjalankannya; pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan dari fenomena ini bahwa Allah adalah Yang Menciptakan itu, Dia Mahakuasa, Mahabijaksana, Maha Mengetahui, Mahamulia, dan Maha Pengasih."
Dan di antara begitu banyak tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran
Allah di bumi ini adalah bahwa Tuhanmu yang selalu membimbing dan
berbuat baik kepadamu mengilhamkan kepada lebah, Buatlah sarang dengan sungguh-sungguh di gua pada gunung-gunung, di lubang pada batang pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia berupa
sarang buatan. Melanjutkan ilhamnya kepada lebah, Allah berfirman, Kemudian
makanlah, yakni isaplah, dari segala macam bunga dari buah-buahan
pada pepohonan yang besar maupun kecil, lalu tempuhlah jalan yang
telah ditentukan oleh Tuhan Pencipta dan Pemelihara-mu, yang telah
dimudahkan bagimu. Dengan izin dan kekuasaan Allah, dari perut lebah
itu keluar sejenis minuman yang amat lezat berupa madu yang bermacammacam warna dan rasa-nya. Di dalamnya terdapat kandungan yang bermanfaat bagi daya tahan tubuh dan obat yang dapat menyembuhkan bagi
beberapa penyakit manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat suatu tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang berpikir.
Kemudian Allah ﷻ meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan lebah. Allah telah memberikan naluri kepada lebah sehingga mempunyai kemahiran untuk membuat sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang didirikan manusia. Seorang yang mau memperhatikan bagaimana kemahiran lebah membuat sarangnya, tentu ia akan takjub. Sarang lebah terbuat dari bahan serupa lilin dan mempunyai bentuk segi enam berangkai yang menurut para ahli struktur bangunan merupakan ruang yang paling banyak memuat isi dibanding dengan segi-segi lain. Apabila diperhatikan bobotnya, sarang lebah itu sangat ringan, tetapi dapat menahan beban yang berat yaitu madu, telur, dan embrio-embrionya. Hal ini juga menjadi bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
Ayat di atas menggambarkan perikehidupan lebah madu secara singkat namun akurat sebagai berikut.
1. "...Buatlah sarang-sarang pada sebagian pegunungan dan sebagian pepohonan, dan pada sebagian tempat-tempat tinggi yang mereka buat...". Kelompok lebah diperkirakan terdiri atas, paling tidak, 20.000 jenis. Masing-masing jenis memiliki cara sendiri-sendiri dalam membuat sarangnya. Mereka menggunakan semua sarana, mulai dari gua-gua yang terletak di pegunungan, lubang-lubang pada pohon tua, atau membuat sarang sendiri dan menggantungnya pada cabang pohon. Mengingat ayat ini ditujukan khusus untuk lebah madu, maka uraian tentang sarang lebah madu akan diuraikan secara lebih rinci.
Sarang lebah madu, atau lebah pada umumnya, merupakan tempat yang strategis dan sentral untuk seluruh kehidupan kelompok. Mulai dari tempat mengasuh anakan (larva) sampai dengan pusat informasi, semuanya ada di sarang.
Sarang lebah madu terdiri atas bilik-bilik yang berupa lubang-lubang segi enam (hexagonal) yang nyaris sempurna. Para ahli konstruksi mengakui bahwa bentuk segi enam adalah bentuk yang paling kuat, menghemat bahan dan ruangan. Bentuk tersebut juga mencegah serangga lain masuk di sela-sela bilik dan membuat sarang.
2. "...Kemudian makanlah dari setiap buah-buahan?." Bahan utama yang dijadikan makanan lebah madu adalah nektar, suatu cairan manis yang terdapat pada bunga. Sedangkan jenis-jenis lebah lainnya ada juga yang memperoleh makanan dari sari buah-buahan.
3. "...Dan tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu dalam keadaan mudah...." Dalam proses pencarian lapangan bunga, beberapa lebah pekerja dikirim sebagai pemandu untuk mencari daerah yang potensial. Mereka dapat terbang sampai sejauh lima kilometer dan akan terus mencari sampai menemukan jumlah yang cukup untuk dipanen untuk kemudian disampaikan kepada lebah lainnya.
"Allah mewahyukan kepada lebah" mengandung arti kiasan. Mengapa wahyu yang biasa diturunkan kepada manusia itu bisa diturunkan kepada bangsa lebah. Kita harus memahami ayat ini dengan memahami apa fungsi dan tujuan dari Allah menurunkan wahyu. Wahyu bertujuan untuk memberikan petunjuk. Jadi Allah memberikan petunjuk kepada bangsa lebah untuk ditaati sepanjang hidupnya oleh setiap lebah sampai kiamat. Berbeda dengan manusia, dimana ada yang taat dan ada pula yang membangkang bahkan dan yang mendustakan wahyu dari Allah ﷻ Lebah (dan binatang maupun tumbuhan lainnya) tanpa terkecuali akan menaati dan menjadikan-nya sebagai pegangan dan petunjuk hidupnya
Dalam ayat ini, petunjuk Allah adalah untuk membuat sarang (lebah) pada tempat-tempat yang dibuat manusia. Ini artinya bahwa Allah menolong manusia untuk membudidayakan dan memanfaatkannya seperti yang dijelaskan dalam An-Na?l 16:69. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dunia tumbuhan, dan beberapa di antaranya sangat bermanfaat setelah diproses lebih lanjut oleh binatang, misalnya madu yang diperoleh dari aktivitas lebah madu.
Aristoteles adalah orang pertama yang menekuni dan mempelajari lebah madu. Walaupun banyak teorinya yang tidak masuk akal, apabila dikaji dengan pengetahuan saat ini, namun harus diakui bahwa dialah pionir dalam penelitian dan pengungkapan perikehidupan lebah. Perhatian manusia diper-kirakan sudah dimulai antara 8.000 sampai 15.000 tahun yang lalu. Banyak lukisan-lukisan di dinding gua prehestorik yang memperlihatkan bagaimana manusia memanen madu dari sarang lebah madu. Pemeliharaan lebah diduga dimulai di Mesir sekitar tahun 2400 SM.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 60
“Bagi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, adalah sifat kejahatan:"
Inilah suatu ungkapan Al-Qur'an yang paling tepat dan jitu terhadap orang yang tidak percaya kepada hari akhirat. Apabila kepercayaan kepada akhirat tidak ada, orang akan berlaku semau-maunya saja di dunia ini. Orang memandang hidup hanya hingga ini. Tak ada lagi hidup di belakang nanti. Sebab itu mereka tidak segan-segan berbuat zalim. Keuntungan yang dicarinya ialah yang nyata untuk hari ini, sebab dia tidak mempunyai hari esok. Tidak ada tempat bertanggung jawab. Sedang ada kesempatan, pergunakan kesempatan itu, jangan pikir panjang. Laba rugi hanya ukuran kepentingan diri. Halal haram hanya penilaian hasil tak hasil. Belas kasihan tidak ada dalam kamusnya. Dia menyombong ketika dapat keuntungan dan dia kejam kalau membalas. Dan dia menyalahkan orang lain kalau dia rugi. Sebab itu maka orang yang tidak percaya akan akhirat adalah lambang dari kejahatan."Dan bagi Allah adalah sifat Yang Mahatinggi" dan Mahamulia. Pada Allah ada sembilan puluh sembilan nama yang menunjukkan bagi sifat-Nya. Dia Pengasih, Penyayang, Penyantun, Peneguh Janji, Pelindung, Pemimpin, Maha-kaya, Mahamurah, dan sebagainya. Manusia yang berusaha mendekati sifat Allah dalam daya upayanya sebagai insan, akan mencapailah dia kemurahan anugerah Allah.
“Dan Dia adalah Mahagagah, Mahabijaksana."
Pada ayat ini Allah memperbandingkan kejahatan manusia yang mempersekutukan Allah dengan yang lain itu, sampai menegakkan kepercayaan bahwa Allah beranak perempuan, sedang mereka beranak laki-laki, sedang kepercayaan yang sejati kepada akhirat tidak ada, lalu dibandingkan kedurha-kaan mereka ini dengan kasih sayang Allah akan hamba-hamba-Nya; sampai disambut oleh ayat yang selanjutnya, bahwa kalau kiranya Allah hendak langsung menghukum saja hamba-Nya yang durhaka, sudah lama sekali bumi ini musnah. Inilah perbandingan di antara kufurnya manusia dan Rahman dan Rahimnya Allah.
Ayat 61
“Dan jika Allah hendak menyiksa manusia karena kezaliman mereka, tidaklah akan ditinggalkan-Nya di bumi ini seorang pun yang melata."
Apa sebab? Sebab kalau hendak dikaji-kaji, tidaklah ada manusia ini yang suci dari kesalahan dan kezaliman, meskipun sangat ringan. Apatah lagi di dalam hati kecil manusia itu selalu juga ada cita-cita yang baik. Betapapun orang berbuat salah, asal dia berakal, dia akan tetap mengakui bahwa perbuatannya itu memang salah. Dia pun selalu berusaha hendak memperbaiki kesalahan, dan hendak hidup dalam garis yang lebih baik. Sebab itu maka tepatlah apa yang pernah dikatakan oleh Imam Syafi'i, bahwasanya orang yang semata-mata jahat di dunia ini tidak ada, dan yang bersih sama sekali dari kesalahan tidak pula ada. Kerja kita hanyalah melatih diri memperbanyak pekerjaan dan amal yang baik. Supaya dengan demikian apabila ditimbang kelak, beratlah hendaknya kebaikan kita dan ringanlah yang jahat. Itu sebabnya maka lanjutan ayat berbunyi, “Tetapi diberi-Nya kesempatan mereka, sampai satu masa yang ditentukan." Maka tidaklah Allah langsung menurunkan siksa-Nya asal orang telah bersalah, padahal tidak ada yang melata atau merangkak di muka bumi ini yang sunyi dari kesalahan. Kalau satu kesalahan diper-buat, lalu adzab Allah datang, niscaya sudah lama isi dunia ini habis musnah. Allah Yang Mahamurah memberikan kepada hamba-hamba-Nya kesempatan. Dan kesempatan yang diberikan, sampai satu waktu yang ditentukan itu, hendaklah manusia berusaha menyadari di mana kekurangannya yang patut diisi, mana kesalahan yang patut dimintakan tobat, dan mana kebajikan yang patut ditegakkan, sampai datang saatnya, yaitu maut.
“Maka bilamana datang masa itu, tidaklah dapat mereka minta diundurkan satu saat, dan tidak pula dimajukan."
Saat itu ialah maut. Maka jika dia datang, tidaklah dapat minta tangguh karena hendak melengkapkan amal lebih dahulu. Apa yang ada, itulah yang dibawa.
Ayat 62
“Dan mereka adakan bagi Allah, apa yang mereka sendiri tidak suka."
Yaitu mengatakan Allah beranak perempuan itu. Mereka sendiri tidak suka kepada anak perempuan."Dan menyifatkan lidah mereka akan dusta, bahwa bagi mereka ada kebaikanMereka mengatakan tidak salah, padahal pokok pendirian merekalah yang salah."Tak ayat lagi, untuk mereka adalah neraka." Untuk orang-orang musyrik semacam ini tidak ada timbangan dosa dan pahala, mana yang besar dan mana yang ringan, sebab pokok pendirian mereka adalah dosa yang tidak dapat diampuni selama-lamanya. Yaitu dosa syirik, mempersekutukan Allah dengan lain, sampai mengatakan-Nya beranak.
“Dan sesungguhnya merekalah yang dimajukan “ (ke neraka itu).
Merekalah yang akan dimajukan ke dalam neraka itu, bukan orang lain.
Ayat 63
“Demi Allah! Sesungguhnya telah Kami utus."
Akan rasul-rasul."Kepada umat-umatyang sebelum engkau." Hebat perjuangan rasul-rasul itu mengajak mereka agar menuruti garis yang ditunjukkan Allah yang mereka bawa."Tetapi setan telah menyanjung-nyanjung amalan mereka." Disanjung-sanjung, dipuji-puji; yang batil dikatakan hak oleh setan, yang salah dikatakan benar."Maka dialah." Yakni setan itu."Pemimpin mereka pada hari itu." Untuk dihalau bersama-sama ke dalam neraka.
“Dan bagi mereka adalah adzab yang pedih."
Oleh sebab setan yang menjadi wali atau pemimpin mereka di hari itu, sedang setan itu sendiri pun akan kena adzab, tentu dijelaskanlah di sini bahwa bergantung kepada setan, adalah laksana bergantung di akar lapuk. Maka dari masa hidup di dunia ini, jelas-jelaslah menjauhkan diri dari setan dan ikuti pimpinan Allah yang dibawa oleh nabi-nabi dan rasul-rasul, sehingga selamatlah sampai kepada hari Perhitungan itu kelak.
Ayat 64
“Dan tidaklah Kami turunkan kepada engkau Kitab ini, melainkan supaya engkau terangkan kepada mereka hal -hal yang mereka perselisihkan padanya."
Banyak perselisihan yang telah timbul dalam kalangan mereka karena kepercayaan yang kacau itu; ada yang mengatakan Allah beranak perempuan, dan ada yang mengatakan bahwa ibu anak perempuan itu adalah jin, dan ada pula berhala-berhala kepunyaan suku atau kepunyaan keluarga.
Pandangan kepada berhala-berhala itu pun macam-macam pula, ada yang mengatakan yang ini lebih tinggi derajatnya dari yang itu. Maka kewajiban Muhammad ﷺ-lah menjelaskan kepada mereka pendirian yang sebenarnya, yaitu Allah satu. Dan mereka berselisih pula tentang kebangkitan di hari Kiamat, maka engkau pun wajib menjelaskan kebenaran berita itu kepada mereka.
“Dan petunjuk dan rahmat, bagi kaum yang beriman."
Dengan demikian, maka Rasulullah dengan Al-Qur'an menghadapi dua jurusan. Jurusan keluar, kepada kaum yang belum percaya, agar diberi penjelasan tentang pokok kepercayaan kepada Allah. Umat yang diajak itu dinamai Umatud Dakwah, jurusan ke dalam, yaitu umat yang telah percaya, supaya mereka rasakan nikmat petunjuk dari Al-Qur'an mengenai sya-ri'at, muammalah, munakahat, jinayah dan lain-lain. Sebab Islam itu bukan saja untuk upacara-upacara ibadah, tetapi lebih lagi untuk mengatur pergaulan hidup, memakmuran, pemerintahan dan sebagainya. Dan rahmat, yaitu persaudaraan sesama Islam, kemerdekaan jiwa, kebebasan, kedamaian, cinta kasih. Dan umatnya bernama Umatur Risalah.
KEMBALI TENTANG KEINDAHAN ALAM
Di ayat-ayat selanjutnya ini, kembali lagi Allah menyuruh Rasul-Nya, menarik nikmat manusia kepada rahmat-Nya dalam alam ini, sebagai lanjutan yang kelihatannya indah sekali dari ayat di atas, yang menyebut bahwa Al-Qur'an itu pun selain dari petunjuk, ialah juga Rahmat.
Ayat 65
“Dan Allah telah menurunkan air dari langit, maka dihidupkan-Nya dengan dia bumi sesudah matinya."
Apabila telah lama kemarau, bumi seperti mati, rumput-rumput jadi layu dan kering. Kalau hujan turun, dia hidup kembali. Malahan daerah yang telah seperti mati beratus atau beribu tahun, bisa hidup kembali, kalau di sana didapati air. Dan sampainya air ke tanah, ialah dengan hujan.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu, adalah satu tanda bagi kaum yang sudi mendengar."
Yang sudi mendengar berita tentang satu daerah yang dahulunya subur, seperti negeri kaum Saba' di Araba Selatan, kemudian menjadi tanah tandus, sampai penduduknya pindah meninggalkan negeri itu (surah Saba' ayat 15 sampai ayat 21). Yang sudi mendengar wahyu yang disampaikan Rasul, bahwa kebangkitan bumi yang mati hidup kembali lantaran hujan, ada hal yang dapat dibandingkan untuk percaya bahwa manusia yang telah mati, satu waktu kelak akan dihidupkan kembali rahasianya ada di tangan Allah belaka.
Ayat 66
"Dan sesungguhnya bagi kamu pada binatang-binatang ternak itu ada suatu ibaiat. Kami beii minum kamu dari apa yang di dalam perutnya. Dan antara kotoran dan darah (ketuai) susu yang bersih, mudah saja, bagi orang-orang yang hendak minum."
Memang itu suatu keajaiban yang harus dijadikan i'tibar. Susu yang begitu bersih dan enak, lemak diminum, mengandung zat-zat kalori dan vitamin, keluar dari antara kotoran dan darah. Kotoran dan darah adalah najis, tetapi susu adalah bersih. Letaknya tidak berjauhan. Bagaimana kita manusia akan mengatakan juga bahwa tidak ada yang mengatur semuanya itu? Cuma karena dia telah kita lihat tiap hari, kita hanya tinggal meminum saja dengan enaknya, dan tidak memikirkan kekayaan Allah itu.
Ayat 67
“Dan daripada buah-buahan kurma dan anggur-anggur, kamu mengambil darinya minuman yang memabukkan."
Ini juga hal yang harusnya menjadi ibarat juga. Dari kurma dan anggur yang manis, yang demikian enaknya dimakan, apabila dicampur saja dengan ragi sedikit, buah itu jugalah yang menimbulkan mabuk, yang dibuat minuman keras."Dan rezeki yang baik." Ayat ini pun berisi peringatan yang halus sekali. Kurma dan anggur bisa menimbulkan minuman keras yang membuat mabuk, merusak budi, tetapi bisa juga menjadi rezeki yang baik. Cuma bergantung kepada kepandaian manusia dan niatnya. Seperti tenaga atom di zaman kita sekarang ini, bisa menjadi alat pemusnah dan bisa pula menjadi alat untuk memajukan kehidupan dan kemakmuran manusia. Tepat sekali ujung ayat,
“Sesungguhnya pada yang demikian, suatu tanda bagi kaum yang mau menggunakan akal."
Alangkah luasnya yang dirangkum oleh ayat ini. Buah-buahan mentah yang ditimbulkan Allah, seumpama kurma dan anggur dapat menghasilkan rezeki lipat berganda, asal saja mempergunakan akal, jelas sekali ayat ini menyuruh memajukan pertanian dan melipatgandakan hasil bumi, malahan mengirimkan segala hasil bumi itu ke daerah-daerah yang lain. Meskipun di dalam ayat ini ada disinggung-singgung tentang minuman keras, bukan berarti bahwa ayat ini menghalalkan minuman keras, sebab larangan tentang itu sudah ada dalam Islam dengan sangat kerasnya. Ayat ini diturunkan di Mekah sebelum minuman itu dilarang, dan tidak juga menyuruh, hanya menceritakan saja. Sebab orang Arab sudah lama sekali dapat mengambil minuman keras dari kurma dan anggur.
Ayat 68
“Dan telah Kami wahyukan kepada lebah."
Wahyu di sini bukan berarti sebagai wahyu kepada nabi-nabi dan rasul-rasul. Sebab sudah nyata bahwa lebah tidak akan beroleh wahyu semacam itu. Wahyu di sini artinya ialah apa yang dinamai dalam bahasa Indonesia naluri, atau insting, atau gharizah, yang ada pada binatang untuk mempertahankan hidup mereka. Bagi manusia yang bukan rasul dan nabi, maka orang Arab sendiri sampai di zaman kita ini bisa saja menyebut ilham itu dengan wahyu. Musthafa Shadiq ar-Rafi'i, mempunyai buku karangan bernama Wahyul Qalam (Ilham Pena). Ahmad Hasan Zayyat mempunyai buku bernama Wahyur Risalah (Ilham majalah ar-Risalah).
Dan Nabi Zakariya ketika tidak dapat berbicara tiga hari tiga malam, sebagai tanda bahwa dia akan beroleh putra di hari tua, kalau berbicara adalah dengan wahyu, yang berarti isyarat (lihat surah Maryam ayat 11). Maka wahyu, atau insting atau naluri yang diberikan Allah kepada lebah itu ialah “Hendaklah engkau jadikan sebagian dari gunung-gunung sebagai rumah-rumah." Biasalah lebah membuat sarangnya di lereng-lereng gunung agak terlindungi, yaitu di celah-celah batu, “dan dari pohon-pohonan" — yang di Sumatera Barat biasa disebut pohon sialang, yaitu pohon yang disukai sekali oleh lebah membuat sarang. •
“dan dari apa yang mereka jadikan atap."
Yaitu bahwa lebah juga suka membuat sarang pada bumbungan rumah di bawah atap,
Ayat 69
“Kemudian itu."
Yakni setelah selesai engkau membuat sarang, dan bertelur, dan beranak-pinak, “ma-kanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan" atau kembang-kembang yang harum, yang berbagai macam ada di hutan, dan ada di kebun-kebun."Lalu berjalanlah di jalan-jalan Tuhanmu dengan merendahkan diri." Yaitu tunduklah kepada peraturan Allah yang telah ditentukan buat alam lebah, yang kalau kita pelajari sangatlah takjub kita melihat betapa indahnya peraturan itu. Misalnya bahwa lebah membuat sarang. Dia mempunyai kepala keluarga yang sangat berkuasa, yaitu seekor ibu lebah, lebah betina, dialah kepala yang amat berkuasa dari seluruh lebah itu. Untuk mencapai menjadi lebah induk itu terlebih dahulu terjadi peraduan kekuatan di antara beberapa ekor lebah betina. Yang menang, itulah yang menjadi induk. Sedang lebah-lebah betina lain yang di bawah perintahnya itu wajib menghasilkan telur, dan lebah-lebah jantan sehabis mengawan, hendaklah mencari makan, mencari bunga, mengisap manisan pada buah-buahan dan membawanya pulang. Adalah suatu jalan Allah yang amat ajaib dan amat mengagumkan, yang dituruti dengan patuh dan merendahkan diri oleh seluruh lebah di dalam dunia ini."Akan keluar dari perutnya minuman yang beraneka warnanya." Itulah manisan lebah atau madu lebah yang terkenal. Ada yang kuning, ada yang merah, hitam, keputihan dari lain-lain, menurut warna kembang-kembang yang disarinya."Padanya ada obat bagi manusia." Banyaklah penyakit yang dapat disembuhkan dengan madu lebah itu, dan diakui khasiatnya baik oleh dukun-dukun, atau tabib obat-obatan Timur, atau dokter yang mendapat pendidikan ilmu obat-obatan secara modern. Ada beberapa penyakit yang dapat diobati dengan madu lebah.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu, adalah satu tanda bagi kaum yang berpikir."
Madu lebah itu pun tidak sama warnanya dan tidak pula sama rasanya, menurut daerah atau tanah tempat lebah itu bersarang. Di Sumbawa didapati madu lebah yang agak pahit; karena kembang yang disari oleh lebah itu memang pahit. Dan kalau kita banding-banding-kan madu lebah di seluruh dunia ini, maka madu lebah dari Tanah Arablah yang amat terkenal paling banyak khasiatnya dan lebih pekat daripada madu lebah dari daerah-daerah lain. Dalam hadits-hadits Nabi ﷺ terdapat kesaksian yang menguatkan bahwa madu itu memang mengandung obat. Banyak penyakit yang dapat disembuhkan oleh madu lebah. Namun madu lebah dari Tanah Arab lebih istimewa daripada madu lebah dari negeri-negeri lain. Mungkin karena kering gersangnya padang pasir itu, sehingga lebah pun bergulet hebat mencari kembang yang akan disarinya, sehingga hasilnya pun luar biasa daripada di daerah lain.
Di ujung ayat sekali lagi Allah merekankan bahwa pada yang demikian itu adalah tanda bagi kaum yang berpikir.
Yang patut dipikirkan ialah apabila kita lihat betapa teraturnya kehidupan lebah di dalam membuat sarangnya dan menghasilkan madu dan lilin itu. Madu adalah hasil yang dipelihara dan diambil manfaatnya oleh manusia, sedang lilin adalah sebagai alat penjaga jangan sampai madunya itu tumpah berserakan. Dia mempunyai raja betina; rajanya itu hanya seekor. Yang lain adalah perajurit-perajurit yang mencari dan mengambil sari kembang kian kemari, dan kelak pulang membawa hasil; semuanya mesti tunduk kepada perintah Sang Ratu yang satu ekor itu. Tidak ada yang lain yang boleh melawan kehendak yang satu ekor itu, dan dia tidak terbang ke mana-mana, dia hanya menetap di dalam sarangnya menjadi pusat perhatian dari seluruh lebah yang jadi perajurit. Dan tidak boleh ada yang pemalas dan yang lari dari tugasnya. Mana yang lalai akan dihabisi umurnya oleh teman-temannya yang lain. Memang menakjubkan. Padahal dia adalah makhluk yang tidak berakal.
Ini menambah iman kita akan kekuasaan Allah mengatur kehidupan makhluk-Nya di dalam alam ini.
Sehabis membicarakan keajaiban lebah, Allah pun berpindah menerangkan kejadian manusia.
KEJADIAN MANUSIA
Ayat 70
“Dan Allah telah menjadikan kamu, kemudian mewafatkan kamu."
Yaitu bahwasanya manusia dijadikan Allah daripada tidak ada menjadi ada, dan setelah dia ada, dia pun dimatikan. Tiap-tiap yang telah dihidupkan pastilah dimatikan."Dan dari setengah kamu ada yang dikembalikan kepada seburuk-buruk umur." Artinya di antara kamu ada yang dipanjangkan usianya sampai sangat tua."Sehingga dia tidak tahu suatu apa pun sesudah tahu." Apabila sudah sangat tua maka pikiran dan akal yang sangat cerdas di waktu muda tadi, kian lama kian menurun, sampai hilang ingatan sama sekali, menjadi lupa.
Di dalam satu riwayat yang diriwayatkan orang dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kalau orang telah mencapai usia 75 tahun, mulailah dia masuk ke dalam suasana seburuk-buruk umur. Mulailah dia lemah, dan ingatan tidak kuat lagi dan ilmu pengetahuan mulai hilang.
Dibayangkan di dalam ayat ini tingkat umur yang kita lalui dalam hidup kita. Dari tidak ada kita pun diadakan. Mulailah dari dalam kandungan ibu sampai lahir ke dunia, mulanya dalam keadaan serba lemah, serba tidak tahu. Kalau usia dipanjangkan Allah, bertambah usia bertambahlah kecerdasan.
Puncak mendatar dari usia 40 tahun sampai 50 tahun. Dan usia 50 tahun, berangsurlah menurun dan menurun lagi, sampai usia 75 tahun. Kalau usia itu telah dicapai, akal pun mulai mundur, kekuatan pun mundur pula, sampai satu waktu tidak ada ingatan sama sekali lagi, kembali surut seperti kanak-kanak. Inilah yang dinamai seburuk-buruk umur. Umur masih panjang, kegunaan diri tidak ada lagi, menjadi beban bagi anak cucu.
Kalau kita pikirkan hal ini, apalah yang kita minta dalam dunia fana ini. Kalau kita memohonkan umur panjang, lalu usia kita dipanjangkan Allah, niscaya kecerdasan dan kesigapan zaman muda menjadi mundur dengan sendirinya. Karena umur panjang, berusia sampai 100 tahun yang disertai oleh kesigapan dan kecerdasan seperti orang usia 40 tahun, tidaklah akan bertemu. Oleh sebab itu tepatlah apa yang dilukiskan di ujung ayat,
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, Mahakuasa."
Artinya, biarlah Allah denganpengetahuan-Nya yang luas itu, yang menentukan apa yang layak bagi kita. Dia Yang Maha Mengetahui apa yang patut, dan pengetahuan Allah-lah yang tidak pernah mundur karena umur, karena Allah hidup selalu. Dan Dia pula Yang Mahakuasa menentukan apa yang baik bagi hamba-Nya. Maka menyerahlah kita kepada Allah dengan sebulat-bulat penyerahan.
Untuk pakaian bagi hidup kita dan perbekalan bagi jiwa kita, Rasulullah ﷺ me-ngajarkan sebuah doa yang akan kita baca, memohon agar kita jangan sampai menderita umur yang paling buruk itu.
“Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah ﷺ adalah berdoa demikian, “Aku berlindung kepada Engkau daripada bakhil dan malas, tua dan seburuk-buruk umur, siksaan kubur, fitnah dajjal, fitnah kehidupan dan fitnah mati." (HR Bukhari)