Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
dalam/pada
خَلۡقِ
kejadian/penciptaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَٱخۡتِلَٰفِ
dan pergantian
ٱلَّيۡلِ
malam
وَٱلنَّهَارِ
dan siang
وَٱلۡفُلۡكِ
dan bahtera
ٱلَّتِي
yang
تَجۡرِي
berlayar
فِي
di
ٱلۡبَحۡرِ
laut
بِمَا
dengan apa
يَنفَعُ
memberi manfaat
ٱلنَّاسَ
manusia
وَمَآ
dan apa
أَنزَلَ
menurunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
مَّآءٖ
air
فَأَحۡيَا
maka/lalu Dia menghidupkan
بِهِ
dengannya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
بَعۡدَ
sesudah
مَوۡتِهَا
matinya
وَبَثَّ
dan Dia sebarkan
فِيهَا
di dalamnya
مِن
dari
كُلِّ
segala
دَآبَّةٖ
hewan
وَتَصۡرِيفِ
dan pergerakan
ٱلرِّيَٰحِ
angin
وَٱلسَّحَابِ
dan awan
ٱلۡمُسَخَّرِ
dikendalikan
بَيۡنَ
antara
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berakal (memikirkan)
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
dalam/pada
خَلۡقِ
kejadian/penciptaan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَٱخۡتِلَٰفِ
dan pergantian
ٱلَّيۡلِ
malam
وَٱلنَّهَارِ
dan siang
وَٱلۡفُلۡكِ
dan bahtera
ٱلَّتِي
yang
تَجۡرِي
berlayar
فِي
di
ٱلۡبَحۡرِ
laut
بِمَا
dengan apa
يَنفَعُ
memberi manfaat
ٱلنَّاسَ
manusia
وَمَآ
dan apa
أَنزَلَ
menurunkan
ٱللَّهُ
Allah
مِنَ
dari
ٱلسَّمَآءِ
langit
مِن
dari
مَّآءٖ
air
فَأَحۡيَا
maka/lalu Dia menghidupkan
بِهِ
dengannya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
بَعۡدَ
sesudah
مَوۡتِهَا
matinya
وَبَثَّ
dan Dia sebarkan
فِيهَا
di dalamnya
مِن
dari
كُلِّ
segala
دَآبَّةٖ
hewan
وَتَصۡرِيفِ
dan pergerakan
ٱلرِّيَٰحِ
angin
وَٱلسَّحَابِ
dan awan
ٱلۡمُسَخَّرِ
dikendalikan
بَيۡنَ
antara
ٱلسَّمَآءِ
langit
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
لَأٓيَٰتٖ
sungguh tanda-tanda
لِّقَوۡمٖ
bagi kaum
يَعۡقِلُونَ
mereka berakal (memikirkan)
Terjemahan
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
Tafsir
(Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi) yakni keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (serta pergantian malam dan siang) dengan datang dan pergi, bertambah serta berkurang, (serta perahu-perahu) atau kapal-kapal (yang berlayar di lautan) tidak tenggelam atau terpaku di dasar laut (dengan membawa apa yang berguna bagi manusia) berupa barang-barang perdagangan dan angkutan, (dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air) hujan, (lalu dihidupkan-Nya bumi dengannya) yakni dengan tumbuhnya tanam-tanaman (setelah matinya) maksudnya setelah keringnya (dan disebarkan di bumi itu segala jenis hewan) karena mereka berkembang biak dengan rumput-rumputan yang terdapat di atasnya, (serta pengisaran angin) memindahkannya ke utara atau ke selatan dan mengubahnya menjadi panas atau dingin (dan awan yang dikendalikan) atas perintah Allah Taala, sehingga ia bertiup ke mana dikehendaki-Nya (antara langit dan bumi) tanpa ada hubungan dan yang mempertalikan (sungguh merupakan tanda-tanda) yang menunjukkan keesaan Allah Taala (bagi kaum yang memikirkan) serta merenungkan.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Ayat 164
Allah ﷻ berfirman, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi” yang kita lihat sekarang ketinggiannya, keindahannya, keluasannya, bintang-bintangnya yang beredar, yang tetap, serta perputaran falak (kosmik)nya; dan bumi ini yang dengan kepadatannya, lembah-lembahnya, gunung-gunungnya, lautannya, padang saharanya, hutan belantaranya, dan keramaiannya serta segala sesuatu yang ada padanya berupa berbagai macam manfaat; pergantian malam dan siang hari; datang, lalu pergi, kemudian digantikan dengan yang lainnya secara silih berganti tanpa ada keterlambatan barang sedikit pun, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Tidaklah mungkin matahari menngejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yasin: 40) Adakalanya yang ini panjang dan yang itu pendek, dan adakalanya yang ini mengambil sebagian waktu dari yang itu. Demikianlah seterusnya secara bergantian, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam.” (Al Hajj: 61, Luqman: 29, Fathir: 13, Al-Hadid: 6) Dengan kata lain, menambahkan yang ini dari yang itu dan menambahkan yang itu dari yang ini.
Firman Allah ﷻ: “Kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia.” (Al-Baqarah: 164) Yakni Allah menundukkan laut agar dapat membawa berlayar perahu-perahu dari satu pantai ke pantai yang lain untuk keperluan penghidupan manusia dan dapat dimanfaatkan oleh para penduduk yang berada di kawasan tersebut, sebagai jalur transportasi untuk mengangkut keperluan-keperluan dari suatu pantai ke pantai yang lainnya secara timbal balik.
Firman Allah ﷻ: “Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya.” (Al-Baqarah: 164) Ayat ini semakna dengan ayat lainnya, yaitu firman-Nya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan” sampai dengan firman-Nya, "Maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (Yasin: 33-36).
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan.” (Al-Baqarah: 164) dengan berbagai macam bentuk, warna, kegunaan, kecil, dan besar-nya. Dia Maha Mengetahui semuanya itu dan Dia memberinya rezeki, tiada satu pun yang samar/tersembunyi bagi-Nya dari hal itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (Hud: 6)
Firman Allah ﷻ: “Dan perkisaran angin.” (Al-Baqarah: 164) Yakni adakalanya datang membawa rahmat, dan adakalanya datang membawa bencana. Adakalanya angin datang membawa tanda yang menggembirakan, yaitu awan yang mengandung hujan; adakalanya angin menggiringnya dan menghimpunkannya; dan adakalanya mencerai-beraikannya, lalu mengusirnya. Kemudian adakalanya ia datang dari arah selatan yang dikenal dengan angin syamiyah, adakalanya datang dari arah negeri Yaman, dan adakalanya bertiup dari arah timur yang menerpa bagian muka Ka'bah, kemudian adakalanya ia bertiup dari arah barat yang menerpa dari arah bagian belakang Ka'bah. Memang ada sebagian orang yang menulis tentang angin, hujan, dan bintang-bintang ke dalam banyak karya tulis, yang pembahasannya memerlukan keterangan yang panjang bila dikemukakan di sini.
Firman Allah ﷻ: dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.” (Al-Baqarah: 164) Yakni bergerak antara langit dan bumi, ditundukkan menuju tempat-tempat yang dikehendaki oleh Allah dan dipalingkan menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Firman Allah ﷻ: “Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah: 164) Yakni dalam kesemuanya itu benar-benar terdapat tanda-tanda yang jelas menunjukkan keesaan Allah ﷻ dan kebesaran kekuasaan-Nya.
Seperti yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’." (Ali Imran: 190-191) .
Al-Hafidzh Abu Bakar ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Sa'id Ad-Dasytaki, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari kakek, dari Asy'as ibnu Ishaq, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadits berikut: Orang-orang Quraisy datang kepada Nabi ﷺ, lalu mereka berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menginginkan kamu mendoakan kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan Bukit Safa ini emas buat kami. Untuk itu maka kami akan membeli kuda dan senjata dengannya, dan kami akan beriman kepadamu serta berperang bersamamu." Nabi ﷺ menjawab, "Berjanjilah kalian kepadaku, bahwa sekiranya aku berdoa kepada Tuhanku, kemudian Dia menjadikan bagi kalian Bukit Safa emas, kalian benar-benar akan beriman kepadaku." Maka mereka mengadakan perjanjian dengan Nabi ﷺ untuk hal tersebut. Lalu Nabi ﷺ berdoa kepada Tuhannya, dan datanglah Malaikat Jibril kepadanya, lalu berkata, "Sesungguhnya Tuhanmu sanggup menjadikan Bukit Safa emas buat mereka, dengan syarat jika mereka tidak juga beriman kepadamu, maka Allah mengazab mereka dengan siksaan yang belum pernah Dia timpakan kepada seorang pun di antara makhluk-Nya.” Nabi Muhammad ﷺ berkata, "Wahai Tuhanku, jangan begitu, lebih baik biarkanlah aku dan kaumku. Aku akan tetap menyeru mereka dari hari ke hari.” Maka Allah ﷻ menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia.” (Al-Baqarah: 164), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula dari jalur lain melalui Ja'far ibnu Abul Mugirah dengan lafal yang sama. Ia menambahkan di akhirnya: (Malaikat Jibril berkata), "Mengapa mereka meminta kepadamu Bukit Safa (agar dijadikan emas), padahal mereka melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang lebih besar daripada Bukit Safa itu?"
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah, telah menceritakan kepada kami Syibl, dari Ibnu Abu Nujaih, dari ‘Atha’ yang menceritakan bahwa diturunkan ayat berikut kepada Nabi ﷺ ketika di Madinah, yaitu firman-Nya: “Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 163) Maka orang-orang kafir Quraisy di Mekah berkata, "Bagaimanakah dapat memenuhi manusia semuanya hanya dengan satu Tuhan?" Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia” sampai dengan firman-Nya “sungguh (terdapat) tanda-tanda (kebesaran dan keesaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah: 164) Dengan demikian, maka mereka mengetahui bahwa Tuhan adalah Yang Maha Esa, dan Dia adalah Tuhan segala sesuatu serta Yang Menciptakan segala sesuatu.
Waki' ibnul Jarrah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Abud Duha, bahwa ketika firman-Nya berikut diturunkan: “Dan Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa.” (Al-Baqarah: 163) hingga akhir ayat. Maka orang-orang musyrik berkata, "Sekiranya demikian, hendaklah dia (Nabi ﷺ) mendatangkan kepada kami suatu tanda (bukti)." Lalu Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang” sampai dengan firman-Nya “kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah: 164)
Adam ibnu Iyas meriwayatkan pula dari Abu Ja'far (yakni Ar-Razi), dari Sa'id ibnu Masruq (orang tua Sufyan), dari Abud Duha dengan lafal yang sama.
Ketahuilah, sesungguhnya pada penciptaan langit dengan ketinggian dan keluasannya serta benda-benda angkasa di lingkupnya; dan bumi yang terhampar luas; pergantian malam dan siang dengan perubahan panjang-pendeknya dan kemanfaatan masing-masing; kapal dan perahu yang berlayar di laut dengan membawa muatan berupa manusia dan aneka ragam barang yang bermanfaat bagi manusia; apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi dengan berbagai macam tumbuhan setelah tanaman tersebut mati atau kering; apa yang Dia tebarkan di dalam dan di permukaan-nya berupa bermacam-macam binatang; dan perkisaran angin, baik yang semilir maupun yang kencang; dan awan yang menggumpal dan dikendalikan untuk bergelantungan antara langit dan bumi; semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti, menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran.
Dan di antara manusia, meski telah menyaksikan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang demikian banyak dan jelas, masih ada saja orang yang menyembah tuhan selain Allah. Mereka menjadikannya sebagai tandingan Allah, yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah. Mahasuci Allah dari segala tandingan dan sekutu. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah melebihi cinta orang musyrik kepada sesembahan dan berhala mereka. Mereka tidak mempersekutukan Allah dengan apa pun. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat dan mengetahui, ketika mereka melihat, menerima, dan merasakan azab pada hari kiamat, sedang mereka dan sesembahan mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka mereka baru menyadari bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya. Ketika itulah mereka baru menyesali kezaliman yang telah mereka lakukan, penyesalan yang tidak berguna sedikit pun.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi untuk keperluan manusia, maka seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah yang Mahasuci itu karena dengan memperhatikan isi alam semuanya akan bertambah yakinlah dia pada keesaan dan kekuasaan-Nya, akan bertambah luas ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan-Nya, pengetahuan itu dapat dimanfaatkan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang Maha Mengetahui.
Dalam ayat ini Allah ﷻ "menuntun" manusia untuk mau melihat, memperhatikan dan memikirkan segala yang ada dan terjadi di sekitarnya dengan menyebutkan ciptaan-ciptaan Nya. Penciptaan langit dan bumi sungguh sarat akan rahasia dan tanda-tanda kebesaran Allah ﷻ Ciptaan-ciptaan Allah itu ada yang bisa langsung terlihat dan nyata kemanfaatannya sehingga mudah kita memahaminya, tetapi tidak sedikit untuk memahaminya perlu melalui prosesi pemikiran dan perenungan yang panjang dan dalam.
Upaya manusia untuk mengetahui rahasia dan tanda kebesaran Allah, telah pula mendorong mereka untuk semakin dekat kepada-Nya. Memahami kehebatan, kecanggihan dan keharmonisan jagat raya ini telah membuat tidak sedikit ilmuwan semakin menyadari dan yakin bahwa sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini sengaja direncanakan, dibuat, diatur, dan dipelihara oleh-Nya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada kesimpulan bahwa sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Dan Bima Sakti-pun hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui.
Sesungguhnya semua bintang-bintang dalam alam semesta ini berada dalam lintasan orbit masing-masing yang telah ditentukan (adz-dzariyat/51 :7). Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang tinggi dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika mereka bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya.
Begitu pula perihal bumi ciptaan-Nya, semuanya menunjukkan kesempurnaan penciptanya. Allah berfirman yang artinya:
Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang-orang yang yakin?.. (adz-dzariyat/51: 20)
Sebuah ensiklopedia sains modern menggambarkan unsur-unsur kimia yang ada di bumi kita ini mempunyai variasi yang menakjubkan. Beberapa di antaranya langka karena susah ditemukan tapi ada juga yang berlimpah. Ada yang dapat dilihat oleh mata telanjang karena berbentuk cairan dan padatan, tetapi ada juga yang tak nampak karena berupa gas. Kenyataan ini mestinya dapat membimbing kita untuk semakin terkesan dengan keagungan dan keesaan Sang Pencipta nya, Allah ﷻ
Munculnya siang dan malam silih berganti mengajak kita berfikir tentang adanya pengaturan yang sempurna. Pertanyaan yang muncul adalah "siapa yang mengatur itu semua?" Silih bergantinya malam dan siang, serta bergilir-nya antara keduanya, panjang dan pendeknya waktu, dan adanya berbagai musim merupakan pengaturan iklim yang sempurna yang terkondisi dengan nyaman untuk dapat dihuni oleh manusia. Kata al-fulk dalam ayat ini berarti bahtera atau perahu. Untuk membuat perahu dibutuhkan pengetahuan tentang sifat air, pergerakan angin, udara, awan yang berhubungan dengan musim, kaidah-kaidah dasar fisika fluida serta hukum dasar lainnya, seperti hukum Archimides untuk benda mengapung, ataupun konsep desain dan konstruksi. Akhirnya manusia dapat membuat kapal atau perahu untuk berlayar mengarungi lautan sehingga mereka dapat menjelajahi pelosok bumi. Di dalam silih bergantinya malam dan siang ini terdapat petunjuk tentang waktu dan arah lantaran kedua hal ini dibutuhkan dalam pelayaran. Dari fenomena alam ini pula manusia menciptakan ilmu falak dan pengetahuan tentang cuaca yang gunanya sangat banyak bagi memenuhi keperluan manusia. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut:
"Dan Dia lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut... (al-An'am/6: 97). Kemudian "Dia turunkan dari langit berupa air".
Di dalam Al-Qur'an terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan bagaimana Allah ﷻ menurunkan air hujan. Ayat-ayat dimaksud adalah ar-Rum/30: 48; Qaf/50:9-11; Gafir/23: 18 dan 48-50; al-hijr/15: 22; Fathir/35: 91; al-A'raf/7: 57; al-Jasiyah/45: 5; ar-Ra'd/13 :17; al-Mulk/67 :30; az-Zumar/39: 21; an-Nur/24:43 dan al-Waqi'ah/56: 68.
Terjadinya hujan secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dengan adanya penguapan air yang disebabkan oleh panasnya udara yang memanasi permukaan laut. Pemanasan mengakibatkan terjadinya pergeseran molekul-molekul zat air yang kemudian menjadi uap. Ketika uap tersebut naik ke atas, terbentuklah awan yang semakin menebal. Karena dingin dan berat awan tebal tadi berubah menjadi titik-titik air yang kemudian jatuh ke bumi. Itulah yang dinamakan hujan".
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan? (al-Baqarah/2: 164)
Dengan air inilah timbul kehidupan dengan berbagai tumbuhan di permukaan bumi, yang kemudian dimanfaatkan hewan dan manusia sebagai sumber kehidupan mereka. Akhirnya kehidupan di bumi berkembang sebagaimana bisa kita saksikan. Hal inipun diisyaratkan dalam firman Allah yang artinya sebagai berikut:
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah? (al-hajj/22: 5).
Turunnya hujan yang menjadi pendukung kehidupan bagi tumbuhan, hewan dan manusia demikian itu merupakan bukti bahwa Allah Maha Esa dan Maha Menciptakan. Dan jika ditinjau dari segi kemanfaatannya, maka kenyataan tersebut merupakan rahmat Ilahi.
Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu:
1. Diciptakannya bumi yang didiami manusia ini dan apa yang tersimpan di dalamnya merupakan perbendaharaan dan kekayaan yang tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut. Semua itu adalah nikmat dan kasih sayang Allah kepada manusia, oleh karena itu manusia harus memanfaatkan, menjaga dan melestarikannya untuk kehidupan yang baik dari generasi ke generasi berikutnya.
2. Penciptaan langit dengan bintang-bintang dan planet semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu, apabila terjadi penyimpangan, akan terjadi tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini seluruhnya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu Allah yang Mahakuasa telah menghendaki terjadinya hal tersebut.
3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya waktu malam dan siang pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia. Walaupun sebab-sebabnya telah diketahui dengan perantaraan ilmu falak, tetapi penelitian manusia dalam hal ini harus dipergiat dan diperdalam lagi sehingga dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi dalam memanfaatkan rahmat Tuhan.
4. Bahtera yang berlayar di lautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. Bagi orang yang belum pernah berlayar di tengah-tengah samudera yang luas mungkin hal ini tidak akan menarik perhatian, tetapi bagi pelaut-pelaut yang selalu mengarungi lautan yang menjalani bagaimana hebatnya serangan ombak dan badai apalagi bila dalam keadaan gelap gulita di malam hari, hal ini pasti akan membawa kepada kesadaran bahwa memang segala sesuatu itu dikendalikan dan berada di bawah inayah Allah yang Mahakuasa dan Mahaperkasa.
5. Allah ﷻ menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau kering dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya dengan adanya air tersebut. Dapat digambarkan, bagaimana jika hujan tidak turun dari langit, semua daratan akan menjadi gurun, semua makhluk yang hidup akan mati dan musnah kekeringan.
6. Perubahan arah angin dari suatu tempat ke tempat yang lain merupakan suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah serta kebesaran rahmat-Nya bagi manusia. Dahulu, sebelum adanya kapal api, kapal-kapal layarlah yang dipakai mengarungi lautan yang luas; dan bila tidak ada angin tentu kapal itu tidak dapat bergerak ke tempat yang dituju. Di antara angin itu ada yang menghalau awan ke tempat-tempat yang dikehendaki Allah, bahkan ada pula yang mengawinkan sari tumbuhan, dan banyak lagi rahasia-rahasia yang terpendam yang belum dapat diselidiki dan diketahui oleh manusia.
7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas serta diteliti, untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MENGENAL ALLAH DENGAN MEMPERHATIKAN ALAM
Sesudah Allah memberikan peringatan yang demikian keras bahwa kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa-bertimpa ke atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya tetap dalam kufur, Allah pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama tentang Allah. Dengan demikian, orang diperingatkan lagi, janganlah hendaknya mereka sampai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur.
Ayat 163
“Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa."
Dialah Ilah, Tuhan Pencipta. Berdiri sendiri Dia dalam kekuasaan dan penciptaan-Nya, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Allah itu, sebab kalau Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam sifat-Nya sebagai ilah, sebagai Tuhan Pencipta. Dia pun adalah Esa dalam sifat-Nya sebagai Pemelihara, sebagai Rabb."Tidak ada Tuhan melain-kan Dia!'
Apabila telah diketahui Tunggal-Nya dalam penciptaan-Nya maka hanya Dialah yang wajib disembah dan dipuja. Itulah yang bernama Tauhid Rububiyah. Setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam peme)iharaan-Nya atas alam maka hanya kepada-Nya sajalah tempat memohon pertolongan. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam ucapan,
“Hanya kepada Engkau saja Kami menyembah dan hanya kepada Engkau saja kami memohon pertolongan."
“Yang Mahamurah, Yang Maha Penyayang."
Yang Mahamurah arti dari ar-Rahman; maka ar-Rahman adalah satu di antara sifat-Nya yang berhubungan dengan diri-Nya sebagai Ilah, sebagai Tuhan Pencipta. ar-Rahman adalah sifat tetap pada diri-Nya. Sehingga untuk kejelasan sifat tetap ar-Rahman itu, sifat ini selalu dimulai dengan memakai alif lam (Al). ar-Rahim ialah sifat-Nya dalam keadaan-Nya sebagai Rabb, sebagai Tuhan Pemelihara. Maka, membekaslah ar-Rahim Tuhan pada pemeliharaan.
Maka, datanglah ayat selanjutnya,
Ayat 164
“Sesungguhnya, pada kejadian semua langit dan bumi."
Pertama sekali diperhatikanlah kejadian semua langit dan bumi; menghadap dan menengadahlah ke langit yang tinggi itu. Berlapis-lapis banyaknya, cuma mata kita dalam tubuh yang kecil ini hanya dapat melihatnya sedikit sekali. Sungguh pun sedikit yang dapat dilihat sudahlah sangat mengagumkan; langit itu membawa perasaan kita menjadi jauh dan rawan sekali. Mengagumkan dia pada malam hari dan menakjubkan dia pada siang hari. Di sana terdapat berjuta-juta bintang, tetapi hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata dan lebih banyak lagi yang tidak terlihat. Bumi adalah salah satu dari bintang-bintang yang banyak itu. Kita yang berdiam di bumi ini merasa bumi sudah besar, padahal dia hanya laksana sebutir pasir saja di antara bintang berjuta. Wahai, alangkah dahsyatnya kekuasaan Allah di langit. Tidak mungkin semuanya itu terjadi dengan sendirinya. Suatu masa lantaran kagumnya manusia pada bintang-bintang, ada yang menyangka itulah Allah. Ini menjadi bukti bahwa akal dan perasaan manusia sejak zaman purbakala telah merasakan bahwa tidaklah alam itu terjadi dengan sendirinya. Bertambah tinggi pengetahuan manusia tentang ilmu falak, bertambah manusia kagum tentang sangat teraturnya perjalanan cakrawala langit itu. Adanya peraturan memastikan pikiran sampai kepada adanya yang mengatur.
Setelah lama kita menengadah ke langit, marilah menekur ke bumi; pada kejadian bumi pun adalah hal yang menakjubkan. Takjub yang tidak akan selesAl-selesainya selama umur masih ada, selama akal masih berjalan, dan selama bumi itu masih terkembang. Dia hanya satu di antara berjuta bintang, tetapi alangkah banyaknya rahasia yang terpendam di dalamnya. Perhatian atas kejadian bumi adalah perhatian yang kedua. Bumi itu hanya seperempat daratan, yang tiga perempatnya adalah lautan. Dalam daratan yang seperempat itu berapa banyaknya rahasia kekayaan Ilahi yang terpendam dan berapalah baru yang diketahui oleh manusia. Dan, dalam lautan yang tiga perempat itu, baru berapa yang terukur dan baru berapa yang diketahui. Tiap terbuka rahasia yang baru, ternyatalah bahwa di belakangnya berlapis-lapis lagi rahasia kejadian yang lain. Untuk mengetahui itu, hanya akal manusia jua yang berguna. Beribu-ribu universitas didirikan bagi penyelidikan rahasia bumi, semuanya mengagumkan. Mungkinkah semuanya itu terjadi dengan kebetulan? Apakah adanya belerang, minyak tanah, emas, perak dan segala macam logam, garam, dan lain-lain itu terjadi tidak teratur? Ilmu telah mengatakan bahwa semuanya itu teratur. Kalau tidak teratur, tidaklah dia menjadi ilmu!
Kemudian, itu masuk kepada perhatian yang ketiga."Dan perubahan malam dan siang." Pergiliran bumi mengelilingi matahari dalam falaknya sendiri yang menimbulkan hisab atau hitungan yang tepat, sampai dapat membagi tahun, bulan, hari, jam, dan menit serta detik. Sampai dapat mengetahui peredaran musim dalam setahun, sampai manusia hidup di dunia mencocokkan diri dengan edaran malam dan siang itu, sampai manusia mencatat apa yang dinamakan sejarah, baik sejarah umat manusia seluruhnya maupun sejarah bangsa naik dan bangsa yang punah, atau sejarah orang-seorang, mulai lahirnya, hidup, dan matinya. Teratur edaran malam dan siang itu karena teratur peredaran bumi dan perjalanan matahari, sampai orang dapat menerka akan terjadi gerhana matahari seribu tahun lagi, bahkan seratus ribu tahun lagi. Dapat manusia memastikannya dengan ilmu, bukan urusan tenung yang gaib, karena sangat teraturnya. Mungkinkah peraturan yang seperti ini terjadi sendirinya dengan tidak ada yang mengatur?
Setelah itu, masuk kepada perhatian yang keempat, “Dan kapal yang berlayar di lautan membawa barang yang bermanfaat bagi manusia." Sesungguhnya, sejak zaman purbakala manusia telah tahu membuat kapal. Makanya, manusia berani membuat kapal walaupun pada mulanya sangat sederhana sekali, ialah karena kepada manusia telah diberikan pengetahuan tentang peredaran angin dan kegunaan laut. Dengan kapal itu manusia pun mengenal manusia di pulau dan benua lain dan terjadilah perhubungan antarmanusia karena pertukaran keperluan hidup, supaya ada pertukaran kepentingan hidup sehari-hari. Tadi diterangkan bahwa hanya seperempat bagian daratan dan tiga perempat bagian adalah lautan. Beribu kali kapal ditenggelamkan topan dan ombak yang besar, tetapi keinginan manusia hendak berlayar tidaklah padam. Di dalam Al-Qur'an, selain ayat ini, terdapat tidak kurang dari 23 kali sebutan kapal. Malahan di zaman Nabi Nuh telah dipergunakan kapal untuk pengangkutan besar-besaran. Ini menjadi bukti bahwa Al-Qur'an telah membayangkan kesanggupan manusia membuat yang lebih sempurna, sehingga di zaman sekarang berlayar dengan kapal-kapal sebagaimana Empress of Britain, Queen Elizabeth, Queen Mary, United States, dan lain-lain, adalah laksana berlayar dalam sebuah negeri. Sampai ada kapal yang mempunyai bioskop sendiri, pemandian besar, surat kabar harian sendiri, televisi sendiri, dan sebagainya. Selanjutnya, telah berpindah pula ke udara dengan berbagai penerbangan, sesudah terlebih dahulu menyelam ke dasar taut dengan kapal selam; sekarang bahkan telah ada kapal selam yang dijalankan dengan tenaga atom. Bagaimana manusia akan mencapai kemajuan yang sepesat ini dalam perkapalan sehingga hubungan dengan bagian-bagian dunia yang begini jauh sudah demikian rapatnya? Ialah karena kepada manusia diberikan ilmu tentang pelayaran. Dengan mendapat ilmu itu mengertilah manusia akan sebagian kecil dari rahasia alam. Kembalilah mereka kepada pokok pangkal, yaitu bahwa semuanya ini tidaklah terjadi dengan sia-sia atau kebetulan. Pasti ada pengaturannya.
Setelah itu, masuk pula kepada perhatian yang kelima, “Dan apa yang diturunkan Allah dari langit daripada air maka dihidupkan-Nya dengan (air) itu bumi sesudah matinya, seraya disebarkan-Nya padanya dari tiap-tiap jenis binatang." Di sini secara pendek diterangkan kepentingan air hujan, yaitu menghidupkan bumi yang telah mati. Bila hujan datang, bumi itu pun hidup kembali. Tumbuhlah segala macam tumbuh-tumbuhan karena adanya air. Hujan itu ada yang meresap ke bawah tanah, kelak menjadi telaga. Ada yang mengalir menjadi sungai-sungai bandar berkali untuk mengairi sawah dan ladang, dan alirannya yang terakhir melalui tempat yang rendah ialah ke laut. Kelak dari laut akan menguap lagi ke udara, untuk menyusun diri lagi menjadi hujan. Dengan adanya hujan atau turunnya air dapAllah segala-galanya hidup, baik tumbuh-tumbuhan maupun binatang berbagai jenis, termasuk manusia sendiri. Berusahalah manusia membuat irigasi, bendungan air, dam-dam besar. Bahkan, satu bendungan besar telah dikenal di negeri Saba' seribu tahun sebelum Nabi Muhammad ﷺ. Dan, ada ayat yang khas membicarakannya dalam Al-Qur'an, bagaimana kemakmuran negeri itu ketika bendungan air masih dipelihara baik-baik dan bagaimana pula bangsa itu menjadi punah setelah bendungan itu tidak dipelihara lagi, sampai mereka mengembara kian kemari dibawa nasib.
Perhatian yang keenam ialah, “Dan peredaran angin" Yang kita sebut di zaman kita ini peredaran cuaca. Bahkan kepandaian manusia di zaman modern, dalam rangka penyelidikan geofisika, telah dapat mengetahui peredaran ke timur dan ke baratnya, ke utara dan ke selatannya, menentukan pada jam sekian akan keras angin, pada jam sekian udara agak panas sedikit, dan jam sekian akan turun hujan. Bagaimana usaha manusia akan dapat mengetahui sepasti itu, menjadi ilmu pengetahuan kalau bukan lantaran teraturnya. Siapakah pengatur itu? Niscaya adalah Allah!
Perhatian yang ketujuh, “Dan awan yang diperintah di antara langit dan bumi!' Pada ayat ini di antara angin dengan awan dipisahkan perhatiannya. Ini karena angin boleh dikatakan dekat kepada manusia setiap hari dan awan beredar pada cakrawala yang lebih tinggi. Dia diperintah atau diatur beredar ke sana dan beredar kemari, membagi-bagikan hujan dan pergantian suhu pada bumi. Bertambah modern hidup manusia bertambah penting perhatian kepada pergeseran awan itu, untuk menentukan penerbangan kapal terbang di udara.
Dan, di ujung sebagai kuncinya Allah berfirman,
“Adalah semuanya itu tanda-tanda bagi kaum yang benakal/'
Pikirkanlah dan renungkan ketujuh soal yang dikemukakan Allah itu! Dia menghendaki kita mempergunakan akal. Dia menghendaki manusia menjadi sarjana dalam lapangan masing-masing. Mencari Allah setelah mempelajari alam.